Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract
There is abundant researches describing prediction models of firm’s bankruptcy, but only few researches
have sought to predict firm’s financial distress. The financial distress condition happen before bankruptcy. The
purpose of this research is to examine the factors that affect financial distress condition of a firm. The tested factors on
this research are firm financial ratio, industry relative ratio, firm’s sensitivity to macroeconomic variables, auditor
reputation and underwriter reputation.
The sample consist of 19 companies which delisted from 1999 through 2002 and 41 listed companies until
2002. Moreover, it is chosen by purposive sampling. The statistic method which is used to test on the research
hypothesis is logistic regression. Backward stepwise technique is used to gain a model that has the highest
classification power, by removing the most insignificant variable in a model.
The results show that industry relative ratio had a higher classification power rather than unadjusted
financial ratio. This research also indicate that a firm’s sensitivity to macroeconomic variables (IHSG, General
Consumer Price Index, Money supply and SBI interest rates) and auditor reputation is a significant variable in
determination of companies’ financial distress.
Keywords : financial distress, delisted, industry relative ratio, firm’s sensitivity to macroeconomic variable
1. PENDAHULUAN
Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal
perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah dan pemilik perusahaan. Pihak-pihak eksternal
perusahaan biasanya bereaksi terhadap sinyal distress seperti: penundaan pengiriman, masalah kualitas
produk, tagihan dari bank dan lain sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial distress yang
dialami oleh perusahaan. Dengan diketahuinya financial distress yang dialami oleh perusahaan diharapkan
dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi ini.
Model sistem peringatan untuk mengantisipasi adanya financial distress perlu untuk
dikembangkan, karena model ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan untuk
memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis. Perusahaan manufaktur yang besar sangat
tertarik pada kesehatan keuangan supliernya untuk menghindari adanya gangguan yang berkaitan dengan
produksi dan skedul distribusi. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap
penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Platt dan
Platt (2002) menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah:
1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.
2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan lebih mampu
untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik.
3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kondisi financial distress perusahaan pada umumnya
menggunakan rasio keuangan perusahaan. Perluasan dari penelitian yang berkaitan dengan prediksi
financial distress suatu perusahaan telah dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel penjelas lain
yaitu kondisi ekonomi (misalnya: tingkat inflasi) dan opini yang diberikan auditor pada laporan keuangan
kliennya dan perbedaan industri. Beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan adalah: Zmijewski (1983) dalam Foster (1986),
Lau (1987), Poston et al. (1994), Doumpos dan Zopounidis (1999) serta Platt dan Platt (2002).
Penelitian financial distress dan kebangkrutan perusahaan seperti yang dilakukan oleh Platt dan
Platt (1990), menggunakan sampel pada beberapa industri. Untuk mengontrol perbedaan industri maka
digunakan industry normalizing ratios. Platt dan Platt (1990) melakukan penyelidikan stabilitas dan
kelengkapan model kebangkrutan berdasarkan industry-relative ratio yang dibandingkan dengan rasio yang
tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya. Hasil penelitian Platt dan Platt (1990) memberikan bukti
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 34
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
bahwa industry-relative ratio memiliki tingkat klasifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio
keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya.
Sedangkan beberapa penelitian lain berusaha untuk memasukkan variabel penjelas lain yaitu
sensitifitas perusahaan terhadap kondisi ekonomi yang diekspektasikan mempunyai peran utama dalam
membedakan perusahaan yang mengalami financial distress dan yang tidak mengalami financial distress.
Argumentasi yang mendasari dimasukkannya variabel makro dalam model prediksi financial distress
adalah variabel keuangan saja mungkin tidak cukup untuk menjelaskan kondisi financial distress
perusahaan, sehingga diperlukan variabel penjelas lain yaitu sensitifitas perusahaan terhadap faktor-faktor
makro ekonomi. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan yang lebih sensitif terhadap krisis ekonomi
seharusnya lebih mudah untuk mengalami kondisi financial distress dibandingkan dengan perusahaan
yang kurang sensitif dari krisis ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menguji apakah rasio relatif industri lebih akurat dalam
memprediksi kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio
keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan industrinya, (2) Menguji apakah faktor makro ekonomi yaitu
sensitifitas perusahaan terhadap variabel makro (Indeks Harga Saham Gabungan, money supply, indeks
harga konsumen umum dan tingkat suku bunga) dan rasio relatif industri dapat memprediksi secara
signifikan terhadap kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan, (3) Menguji apakah reputasi
auditor dan reputasi underwriter dapat digunakan sebagai variabel penjelas untuk memprediksi secara
signifikan kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Lau (1987) melakukan penelitian untuk memprediksi kondisi perusahaan dalam 5 kategori yaitu:
perusahaan yang mengabaikan atau mengurangi pembayaran dividen, perusahaan yang mengalami
pelanggaran teknis terhadap pembayaran pinjaman, perusahaan yang mengalami kebangkrutan sesuai
Chapter X atau XI, perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan likuidasi, dan perusahaan yang sehat
pada tahun 1976 dan tahun 1977. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fleksibilitas
keuangan yang terdiri dari: kapasitas pinjaman, fleksibilitas saham, fleksibilitas biaya, fleksibilitas dividen
dan asset disposability. Dalam penelitian ini menggunakan probabilistic prediksi Multinomial Logit Analysis
dan melakukan pemeringkatan skor probabilitas untuk mengevaluasi keakuratan prediksi dari suatu model.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian ini untuk membedakan karakteristik keuangan perusahaan yang listed dan delisted
adalah:
H1: Variabel karakteristik keuangan perusahaan dan sensitifitas perusahaan terhadap
variabel makro ekonomi secara signifikan berbeda antara perusahaan yang listed dan
perusahaan yang delisted .
distress. Dalam penelitian ini juga menunjukkan variabel ekonomi makro yang paling mempengaruhi
prediksi kebangkrutan adalah indeks harga konsumen.
Puspita (2001) melakukan penelitian mengenai status perusahaan yang listed di BEJ pada tahun
1999 dan tahun 2000. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listed dan perusahaan delisted
pada tahun 1999 dan 2000. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Tirapat dan Nittayagasetwat (1999),
hanya saja penelitian ini tidak memasukkan return estimasi dan risiko sistematik perusahaan terhadap
variabel makro ekonomi. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel makro ekonomi seperti
indeks harga saham gabungan, peredaran uang, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi dapat digunakan
untuk memprediksi status perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara signifikan. Begitu pula
rasio keuangan seperti ROA, laba ditahan/total aktiva, (aktiva lancarhutang lancar) total aktiva dan
logaritma natural aktiva dapat digunakan untuk memprediksi status perusahaan yang terdaftar di BEJ.
Pengujian tambahan dalam penelitian ini adalah menemukan cutoff point pada 0,1 yang mampu
memisahkan perusahaan yang gagal dengan yang tidak gagal. Kemampuan memprediksi pada sampel
berkisar antara 62,5% - 82,5% dari sampel. Kemampuan memprediksi untuk hold-sampel berkisar
diatas 66,3% - 71,3%.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ketiga
dinyatakan sebagai berikut:
H3: Sensitivitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi dan karakteristik keuangan
perusahaan dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi listed dan delisted suatu
perusahaan.
3. METODA PENELITIAN
3.1 Pemilihan Sampel Penelitian
Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling untuk mendapatkan sampel
yang dapat mewakili kriteria yang ditentukan. Sampel penelitian adalah perusahaan yang mengalami
financial distress yang diwakili oleh perusahaan yang didelisting di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999,
2000, 2001 dan 2002 yang memiliki laporan keuangan 5 tahun sebelum delisted dan perusahaan yang
tidak mengalami financial distress yang diwakili oleh perusahaan yang masih tetap terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Agar mencerminkan bahwa perusahaan yang delisted adalah perusahaan yang mengalami kondisi
financial distress, maka sampel perusahaan delisted yang diambil adalah perusahaan-perusahaan yang
delisted dikarenakan: laba operasi negatif, nilai buku ekuitas negatif dan perusahaan yang melakukan
merger.
Sedangkan untuk perusahaan yang masih terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah perusahaan
yang memiliki lima laporan keuangan terakhir yaitu tahun 1996 sampai dengan tahun 2000. Data sampel
perusahaan yang delisted dan masih terdaftar di Bursa Efek Jakarta dapat dilihat di Lampiran 1a dan 1b.
5. Reputasi auditor. Variabel ini diukur dengan memeringkat auditor yang didasarkan pada banyaknya
klien yang diaudit oleh auditor independen. Auditor yang digunakan sebagai sample adalah auditor
yang terdaftar di BAPEPAM karena diasumsikan auditor yang mempunyai reputasi di Indonesia
adalah auditor yang terdaftar di pasar modal. Untuk mengkategorikan pemeringkatan auditor, peneliti
akan menggunakan asumsi seperti pemeringkatan underwriter dengan ukuran Johnson-Miller (JM)
seperti yang telah dilakukan oleh Nasirwan (1999) dengan membagi jumlah auditor menjadi 3
peringkat dimana dimulai skala 3 untuk auditor yang mempunyai reputasi yang paling tinggi, dan skala
1 untuk auditor yang mempunyai reputasi yang paling rendah.
6. Reputasi underwriter. Di Indonesia telah ada ranking penjamin emisi yang dilakukan oleh tim litbang
majalah Uang dan Efek. Penentuan ranking berdasarkan pada fee penjamin emisi, banyaknya emiten
yang dijamin dan tingkat perkembangan saham emiten. Ukuran reputasi penjamin emisi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ranking penjamin emisi versi tim litbang majalah Uang dan Efek.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran penjamin emisi Johnson-Miller (JM) yang
sepenuhnya menggunakan data peringkat oleh tim Litbang. Sesuai dengan prosedur ukuran JM
peneliti membagi data peringkatan tersebut menjadi 4 kategori yang diberi skala 3 untuk penjamin
emisi yang mempunyai reputasi yang paling tinggi dan skala 0 untuk penjamin emisi yang mempunyai
reputasi yang paling rendah. Skala 0 digunakan untuk penjamin emisi yang tidak termasuk di dalam
peringkatan Tim Litbang.
Metoda Langsung:
Dalam metoda langsung ini, terlebih dahulu dicari sensitivitas masing-masing perusahaan
terhadap kondisi makro ekonomi yaitu Indeks Harga Saham (IHSG), indeks harga konsumen umum, tingkat
bunga SBI dan money supply dengan menggunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut:
KUMRTRN i = 0,t + 1,t F 1,t + 2,t F 2,t + 3,t F 3,t + 4,t F 4,t + e it (5)
KUMRTRNi = Kumulatif return saham perusahaan (selama 1 bulan)
F1,t = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 40
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
4. HASIL EMPIRIS
4.1 Analisis Pengujian Normalitas Data
Hasil uji normalitas dengan menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov (Lampiran 2)
menunjukkan bahwa dari 15 variabel hanya terdapat 4 variabel yang Asymp. Sig. (2-tailed) diatas tingkat
signifikansi sebesar 0,05 yang artinya keempat variabel tersebut berdistribusi normal. Keempat variabel
tersebut adalah: AS_SETA dengan tingkat signifikansi 0,115; LNASET dengan tingkat signifikansi 0,155;
S1_IHKU dengan tingkat signifikansi 0,137 dan TRENDHRG dengan tingkat signifikansi 0,321.
Sedangkan 11 variabel lainnya memiliki Asymp. Sig. (2 tailed) dibawah tingkat signifikansi 5% artinya
variabel-variabel tersebut berdistribusi tidak normal. Kesebelas variabel tersebut adalah AS_NITA;
AS_RETA; KUM_RTRN; NITA; RETA; RI_TDTA; S1_IHSG; S1_M2; S1_SBI; SETA; dan TDTA. Implikasi
dengan adanya distribusi sebagian besar variabel independen tidak normal, maka pengujian dengan
analisis parametrik seperti uji t, Z, Anova dan analisis diskriminan tidak tepat (Cooper dan Emory, 1995).
Model 1 angka –2LL pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block
Number = 1 sebesar 351,27600 yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa model 1 ini menunjukkan model regresi yang lebih baik. Sedangkan untuk model 2 angka –2LL
pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block Number = 1 sebesar 330,04200
yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model 2 menunjukkan
model regresi yang lebih baik.
Model 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel SETA, TDTA dan LNASET merupakan variabel
yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%. Sedangkan variabel NITA merupakan variabel yang secara
statistis signifikan pada tingkat 10%. Variabel NITA, SETA dan TDTA mempunyai hubungan negatif dan
secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan artinya semakin rendah
rasio-rasio ini maka semakin besar kemungkinan suatu perusahaan mengalami delisted. Begitu juga untuk
variabel LNASET mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi
delisted suatu perusahaan artinya semakin rendah kekayaan perusahaan maka semakin besar
kemungkinan suatu perusahaan mengalami delisted.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 42
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Model 2 menunjukkan bahwa variabel AS_NITA merupakan variabel yang secara statistis
signifikan pada tingkat 5%. Sedangkan variabel LNASET merupakan variabel yang secara statistis
signifikan pada tingkat 10%. Variabel AS_NITA mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan
dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Begitu juga untuk variabel LNASET mempunyai
hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan.
Analisis lebih lanjut berkaitan dengan daya klasifikasi antara model 1 dan model 2. Model 1
memiliki daya klasifikasi perusahaan yang listed sebesar 96,59% sedangkan model 2 sebesar 91,71%.
Sedangkan untuk daya klasifikasi perusahaan delisted untuk model 1 sebesar 14,74% sedangkan model 2
sebesar 29,47%. Secara keseluruhan model 1 memiliki daya klasifikasi sebesar 70,67% sedangkan model
2 memiliki daya klasifikasi sebesar 72,00%. Berdasarkan analisa tingkat klasifikasi antara model 1 dan
model 2 menunjukkan bahwa model 2 atau model yang menggunakan rasio relatif industri memiliki daya
klasifikasi yang lebih tinggi dalam hal klasifikasi perusahaan delisted dan klasifikasi secara keseluruhan
dibandingkan dengan model 1 atau model yang menggunakan rasio keuangan yang tidak disesuaikan
berdasarkan industrinya.
Model 3 menunjukkan nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,2965 dan model 4 menunjukkan
nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,2626 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka model
regresi logistik baik model 3 (rasio keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan industrinya) dan model 4
(rasio relatif industri) layak digunakan untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata
antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Model 3 angka –2LL pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block
Number = 1 sebesar 341,73500 yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa model 3 ini menunjukkan model regresi yang lebih baik. Sedangkan untuk model 4 angka –2LL
pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block Number = 1 sebesar 314,19800
yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model 4 menunjukkan
model regresi yang lebih baik.
Model 3 menunjukkan bahwa variabel-variabel LNASET, NITA dan KUM_RTRN merupakan
variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%, sedangkan variabel TRENDHRG, SETA dan TDTA
merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 10%. Variabel NITA, SETA dan TDTA
mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu
perusahaan. Begitu juga untuk variabel LNASET mempunyai hubungan negatif dan secara statistis
signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Variabel KUM_RTRN mempunyai
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 43
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan.
Sedangkan untuk variabel TRENDHRG mempunyai hubungan yang positif dan secara statistis signifikan
dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan
Model 4 menunjukkan bahwa variabel AS_NITA, AS_SETA dan KUM_RTRN merupakan variabel
yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%, sedangkan variabel AS_RETA, RI_TDTA dan TRENDHRG
merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 10%. Variabel AS_NITA dan AS_RETA
mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu
perusahaan. Variabel KUM_RTRN mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan
probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. artinya semakin rendah kumulatif return maka semakin
besar kemungkinan suatu perusahaan mengalami delisted. Sedangkan variabel AS_SETA dan RI_TDTA
mempunyai hubungan positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu
perusahaan. Sedangkan untuk variabel TRENDHRG mempunyai hubungan yang positif dan secara
statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan.
Analisis lebih lanjut berkaitan dengan daya klasifikasi antara model 3 dan model 4. Model 3
memiliki daya klasifikasi perusahaan yang listed sebesar 96,59% sedangkan model 4 sebesar 92,68%.
Sedangkan untuk daya klasifikasi perusahaan delisted untuk model 3 sebesar 21,05% sedangkan model 4
sebesar 33,68%. Secara keseluruhan model 3 memiliki daya klasifikasi sebesar 72,67% sedangkan model
4 memiliki daya klasifikasi sebesar 74,00%. Berdasarkan analisa daya klasifikasi antara model 3 dan
model 4 menunjukkan bahwa model 4 atau model yang menggunakan rasio relatif industri dan kumulatif
return saham perusahaan (metoda tidak langsung) memiliki daya klasifikasi yang lebih tinggi dalam
klasifikasi perusahaan delisted dan klasifikasi secara keseluruhan dibandingkan dengan model 3 atau
model yang menggunakan rasio keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan industrinya dan kumulatif
return saham perusahaan (metoda tidak langsung).
4.4.2 Metoda Langsung
Pengujian dengan metoda langsung diuji dengan menggunakan 2 model yaitu model 6 yang
menggunakan rasio keuangan perusahaan yang tidak disesuaikan berdasarkan industri dan model 7 yang
menggunakan rasio keuangan perusahaan yang disesuaikan berdasarkan industri. Metoda yang digunakan
adalah Backward Stepwise (Conditional).
Model 6 menunjukkan nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,0512 dan model 7 menunjukkan
nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,5515 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka model
regresi logistik baik model 6 dan model 7 layak digunakan untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Model 6 angka –2LL pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block
Number = 1 sebesar 199,64900 yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa model 6 ini menunjukkan model regresi yang lebih baik. Sedangkan untuk model 7 angka –2LL
pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block Number = 1 sebesar 188,02000
yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model 7 menunjukkan
model regresi yang lebih baik.
Model 6 menunjukkan bahwa variabel-variabel LNASET, S1_IHKU, S1_IHSG, S1_M2 dan S1_SBI
merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%, sedangkan variabel NITA dan TDTA
merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 10%. Variabel NITA mempunyai hubungan
negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Begitu juga
untuk variabel LNASET mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas
kondisi delisted suatu perusahaan. Variabel TDTA mempunyai hubungan positif dan secara statistis
signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Untuk variabel S1_IHKU, S1_IHSG dan
S1_M2 mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted
suatu perusahaan. Sedangkan untuk variabel S1_SBI mempunyai hubungan positif dan secara statistis
signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan.
Model 7 menunjukkan bahwa variabel AS_NITA, S1_IHKU, S1_IHSG, S1_M2 dan S1_SBI
variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%. Variabel AS_NITA mempunyai hubungan negatif
dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Untuk variabel
S1_IHKU, S1_IHSG dan S1_M2 mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan
probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Sedangkan untuk variabel S1_SBI mempunyai hubungan
positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan.
Analisis lebih lanjut berkaitan dengan daya klasifikasi antara model 6 dan model 7. Model 6
memiliki daya klasifikasi perusahaan yang listed sebesar 93,66% sedangkan model 7 sebesar 95,12%.
Sedangkan untuk daya klasifikasi perusahaan delisted untuk model 6 sebesar 71,58% sedangkan model 7
sebesar 69,47%. Secara keseluruhan model 6 memiliki daya klasifikasi sebesar 86,67%, sedangkan model
7 memiliki daya klasifikasi sebesar 87,00%. Berdasarkan analisa tingkat klasifikasi antara model 6 dan
model 7 menunjukkan bahwa model 7 atau model yang menggunakan rasio relatif industri dan sensitifitas
perusahaan terhadap variabel makro ekonomi (metoda langsung) memiliki daya klasifikasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan model 6 atau model yang menggunakan rasio keuangan yang tidak disesuaikan
berdasarkan industrinya dan sensitifitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi (metoda tidak
langsung). Meskipun perbedaan daya klasifikasi secara keseluruhan untuk model 7 dengan model 6 hanya
sebesar 0,33%.
Model 8 menunjukkan nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,0006 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa model 8 tidak layak digunakan untuk analisis
selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati. Sedangkan model 9 menunjukkan nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,6711 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka model 9 (rasio relatif industri) layak digunakan untuk analisis
selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati.
Model 9 angka –2LL pada Block Number = 0 sebesar 374,59878 dan angka –2LL pada Block
Number = 1 sebesar 197,116 yang menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa model 9 ini menunjukkan model regresi yang lebih baik.
Model 9 menunjukkan bahwa variabel-variabel LNASET, AS_NITA, S1_IHKU, S1_IHSG, S1_M2,
S1_SBI dan K_AUDIT merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 5%, sedangkan
variabel RI_TDTA merupakan variabel yang secara statistis signifikan pada tingkat 10%. Variabel AS_NITA
mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu
perusahaan. Begitu juga untuk variabel LNASET mempunyai hubungan negatif dan secara statistis
signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Variabel RI_TDTA mempunyai hubungan
positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Untuk variabel
S1_IHKU, S1_IHSG dan S1_M2 mempunyai hubungan negatif dan secara statistis signifikan dengan
probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Sedangkan untuk variabel S1_SBI mempunyai hubungan
positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted suatu perusahaan. Untuk variabel
K_AUDIT mempunyai hubungan positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas kondisi delisted
suatu perusahaan.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 45
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Model 9 memiliki daya klasifikasi perusahaan yang listed sebesar 95,12%, sedangkan untuk daya
klasifikasi perusahaan delisted untuk model 9 sebesar 71,58%. Secara keseluruhan model 9 memiliki daya
klasifikasi sebesar 86,67%.
terhadap kondisi makro ekonomi yang berkaitan dengan tingkat bunga SBI, maka perusahaan
cenderung mengalami delisted.
f. Variabel K_AUDIT mempunyai hubungan positif dan secara statistis signifikan dengan probabilitas
kondisi delisted suatu perusahaan artinya semakin tinggi reputasi atau kualitas auditor maka
semakin besar kemungkinan suatu perusahaan mengalami delisted. Dari 19 perusahaan yang
delisted terdapat 13 perusahaan atau sebesar 68,42% perusahaan delisted diaudit oleh auditor
yang memiliki reputasi yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan diaudit
oleh auditor yang mempunyai reputasi yang tinggi dan jika perusahaan tersebut menunjukkan
kecenderungan kinerja keuangan yang menurun maka perusahaan tersebut cenderung memiliki
tingkat probabilitas delisted yang lebih tinggi. Hal ini juga dikarenakan bahwa opini auditor juga
merupakan penentu suatu perusahaan akan delisted atau masih tetap listed.
Berdasarkan penjelasan diatas maka rasio relatif industri, sensitifitas perusahaan terhadap kondisi makro
ekonomi dan reputasi auditor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi delisted suatu
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asquith P., R. Gertner dan D. Scharfstein. 1994. "Anatomy of Financial Distress: An Examination of Junk-
Bond Issuers.” Quarterly Journal of Economics 109: 1189-1222.
Barnes, P. 1990. “The Prediction of Takeover Targets in the U.K. by Means of Multiple Discriminant
Analysis.” Journal of Business Finance & Accounting. Vol 17: 73-84.
Doumpos, M., dan C. Zopounidis. 1999. “A Multicriteria Discrimination Method for the Prediction of
Financial Distress: The Case of Greece.” Multinational Finance Journal. Vol. 3. No. 2: 71-101.
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 47
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Hill, N. T., S. E. Perry, dan S. Andes. 1996. "Evaluating Firms in Financial Distress: An Event History
Analysis.” Journal of Applied Business Research 12(3): 60-71.
Hidayati. 2002. “Pengukuran Tingkat Partisipasi Underwriter dalam Penawaran Perdana (IPO) Saham
Biasa.” Tesis S2. Program Magister Sains. UGM. Yogyakarta
Hofer, C. W. 1980. "Turnaround Strategies.” Journal of Business Strategy 1: 19-31.
John, K, L. H. D. Lang and Netter, 1992. "The Voluntary Restructuring of Large Firms in Response to
Performance Decline.” Journal of Finance 47: 891-917.
Lau, A. H. 1987. "A Five State Financial Distress Prediction Model.” Journal of Accounting Research 25:
127-138.
Nasirwan. 1999. “Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Sesudah IPO dan Kinerja
Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di BEJ.” Tesis S2. Program Magister Sains. UGM.
Yogyakarta
Platt, H., dan M. B. Platt. 1990. “Development of a Class of Stable Predictive Variables: The Case of
Bankruptcy Predictions.” Jurnal of Business Finance & Accounting. 17: 31-51.
________ . 2002. "Predicting Financial Distress.” Journal of Financial Service Professionals, 56: 12-15.
Poston, K. M., W. K. Harmon, dan J. D. Gramlich. 1994. “A Test of Financial ratios as predictors of
turnaround versus failure among financially distressed firms.” Journal of Applied Business
Research, 10: 41-56.
Puspita, Harsono Edwin. 2001. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status Perusahaan yang
Listing di BEJ - Suatu Penelitian Empiris.” Tesis S2. Program Magister Sains. UGM. Yogyakarta
Setyaningrum. 2002. “Pengaruh Informasi Prospektus terhadap Underpricing pada saat IPO (Initial Public
Offering).” Tesis S2. Program Magister Sains. UGM. Yogyakarta
Tirapat, Sunti dan A. Nittayagasetwat. 1999. “An Investigation of Thai Listed Firms’ Financial Distress Using
Macro and Micro Variables.” Multinational Finance Journal, Vol 3:103-125.
Trisnawati, Rina. 1998. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return.” Tesis S2. Program Magister
Sains. UGM. Yogyakarta
Whitaker, R. B. 1999. "The Early Stages of Financial Distress.” Journal of Economics and Finance, 23: 123-
133.
Wilkins, Michael S. 1997. “Tehnical Default, Auditors’ Decisions and Future Financial Distress.” Accounting
Horizons. Vol 11 No. 4: 44-48.
Tabel 1
HASIL PENGUJIAN REGRESI LOGIT MODEL 1 DAN 2
Model 1 Model 2
Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Constant 20,2388 0,0317 0,9167 0,4067
LNASET -0,1593 0,0411* -0,1316 0,1000**
TRENDHRG 0,7432 0,3886 0,3193 0,5720
NITA -0,0131 0,0660**
RETA 2,2272 0,1356
SETA -0,1925 0,0402*
TDTA -0,1891 0,0437*
AS_NITA -0,8947 0,0000*
AS_RETA 2,1939 0,1386
AS_SETA 0,0554 0,8140
RI_TDTA 1,6478 0,1993
Model 1 Model 2
Jumlah % Jumlah %
Daya klasifikasi listed 198 96,59% 188 91,71%
Daya klasifikasi delisted 14 14,74% 28 29,47%
Total daya klasifikasi 212 70,67% 216 72,00%
* Signifikan pada 5%
** Signifikan pada 10%
Tabel 2
HASIL PENGUJIAN REGRESI LOGIT MODEL 3 DAN 4
Model 3 Model 4
Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Constant 18,5644 0,0434 -2,1111 0,0057
LNASET -0,1713 0,0316* 1,6122 0,2042
TRENDHRG 0,8925 0,0939** 0,8721 0,0974**
NITA -0,0168 0,0338*
RETA 1,2471 0,2641
SETA -0,1730 0,0586**
TDTA -0,1691 0,0646**
AS_NITA -0,7930 0,0002*
AS_RETA -0,4136 0,0503**
AS_SETA 0,7632 0,0250*
RI_TDTA 141,8121 0,0611**
KUM_RTRN -0,3949 0,0054* -0,4627 0,0015*
Model 3 Model 4
Jumlah % Jumlah %
Daya klasifikasi listed 198 96,59% 190 92,68%
Daya klasifikasi delisted 20 21,05% 32 33,68%
Total daya klasifikasi 218 72,67% 222 74,00%
* Signifikan pada 5%
** Signifikan pada 10%
Tabel 3
HASIL PENGUJIAN REGRESI LOGIT MODEL 6 DAN 7
Model 6 Model 7
Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Constant 1,9933 0,2034 -0,2066 0,6088
LNASET -0,2392 0,0393* 2,1047 0,1468
TRENDHRG 0,0061 0,9376 0,0022 0,9625
NITA -0,0178 0,0647**
RETA 0,2261 0,6344
SETA 0,0642 0,8000
TDTA 0,0104 0,0634**
AS_NITA -1,1991 0,0000*
AS_RETA 0,3951 0,5296
AS_SETA 0,3367 0,5618
RI_TDTA 1,8719 0,1713
S1_IHKU -372,337 0,0000* -382,293 0,0000*
S1_IHSG -1171,29 0,0196* -1259,83 0,0218*
S1_M2 -1731,75 0,0004* -1976,79 0,0002*
S1_SBI 142,9908 0,0005* 136,5237 0,0021*
Model 6 Model 7
Jumlah % Jumlah %
Daya klasifikasi listed 192 93,66% 195 95,12%
Daya klasifikasi delisted 68 71,58% 66 69,47%
Total daya klasifikasi 260 86,67% 261 87,00%
* Signifikan pada 5%
** Signifikan pada 10%
Tabel 4
HASIL PENGUJIAN REGRESI LOGIT MODEL 8 DAN 9
Model 8 Model 9
Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Constant 3,6884 0,0308 1,5951 0,3922
LNASET -0,3936 0,0062* -0,3717 0,0158*
TRENDHRG 0,0146 0,9039 0,1784 0,6727
NITA -0,0207 0,0352*
RETA 0,3659 0,5453
SETA -0,0129 0,0192*
TDTA 0,0168 0,8969
AS_NITA -1,0180 0,0001*
AS_RETA 0,0069 0,9339
AS_SETA 0,0494 0,8241
RI_TDTA 123,9520 0,0546**
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 50
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Model 8 Model 9
Jumlah % Jumlah %
Daya klasifikasi listed 193 94,15% 195 95,12%
Daya klasifikasi delisted 68 71,58% 68 71,58%
Total daya klasifikasi 261 87,00% 263 87,67%
* Signifikan pada 5%
** Signifikan pada 10%
LAMPIRAN 1a
DAFTAR SAMPEL EMITEN YANG TELAH DELISTED PADA TAHUN 1999 – 2002 DI BURSA
EFEK JAKARTA
LAMPIRAN 1b
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI 51
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Financial Distress SESI
suatu Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta