Você está na página 1de 63

ANALISA KINERJA HYDROCYCLONE TERHADAP

PEMISAHAN SHELL AND KERNEL

Disusun oleh :

ISIDORUS FRENGKI SARAGIH

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut, Mangoensoekarjo. (2003), kelapa sawit adalah tanaman

penghasil minyak nabati yang paling tinggi produktivitasnya. Di Indonesia

perkebunan kelapa sawit pertama kali dibuka tahun 1911 di Sumatera Utara.

Area kelapa sawit Indonesia terus meningkat, sehingga dewasa ini

mencapai kurang lebih 3 juta ha. Perkebunan kelapa sawit sangat menarik bagi

investor, karena Indonesia mempunyai keunggulan komparatif ketimbang

negara-negara penghasil lain. Lahan dengan iklim yang sesuai cukup tersedia.

demikian juga halnya dengan tenaga kerja.

Persaingan dengan negara penghasil lain, khususnya Malaysia dan

Nigeria, cukup ketat. Oleh karena itu harus diterapkan sistem pengelolaan

budidaya kelapa sawit dan pengolahannya dengan sebaik mungkin. Ini hanya

dapat tercapai dengan mempunyai sumber daya manusia yang handal.

Proses pengolahan kernel dilakukan pada stasiun nut & kernel (Nut

and Kernel Station). Stasiun Nut and Kernel merupakan stasiun dimana

dilakukan proses pengolahan terhadap Fiber, Nut dan Kernel hasil dari proses

pengepresan dengan tujuan pencapaian efesiensi recovery kernel yang

maksimal dengan kualitas produksi yang optimal dan losses yang minimal.

Untuk mendapatkan KER (Kernel Extraction Rate) maka dilakukan

proses pemolesan, pemeraman, pemecahan dan pemisahan.

2
Proses pemisahan kernel dilakukan pada unit Hydrocyclone atau

claybath tergantung dari perusahaan itu sendiri di pabrik tempat saya magang

mengunakan Hydrocyclone.

Hydrocyclone merupakan suatu alat yang berpungsi sebagai pemisah

kernel pecah dan cangkang menggunakan media air, air bersih yang

digunakan diperoleh dari Water Treatment Plant, dan air limbah hasil

pengolahan di Hydrocyclone dibuang ke Sediment Pond di unit pengolahan

limbah cair. Prinsip kerja Hydrocyclone ialah dalam system pemisahan

cangkang dan kernel didasari oleh perbedaan berat jenis dimana berat jenis

dari cangkang 1,15 – 1,20 gr/cm3 dan berat jenis kernel 1,07 gr/cm3 (

Naibaho, 1998). Menurut, Bradley. (1965) proses ini terjadi karena adanya

kumpalan partikel dan air yang masuk dalam arah tangensial ke dalam silkon

pada bagian puncaknya. Kumpulan air dan partikel dilewatkan ke bawah

secara spiral ( primary vortex ) karena bentuk dari siklon. Gaya sentrifugal

menyebapkan partikel terlempar ke arah luar, membentuk dinding dan

kemudian bergerak turun kedasar Hydrocyclone. Dekat dengan bagian dasar

Hydrocyclone, air membalik dan bergerak ke atas dalam bentuk spiral yang

lebih kecil ( secondary vortex ) partikel yang lebih ringan bergerak keluar

dari bagian puncak Hydrocyclone, sedangkan partikel yang berat keluar dari

dasar Hydrocyclone.

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

dilakukannya penelitian ini adalah

1. Bagaiman Hydrocyclone dapat bekerja dengan baik dan efesien

2. Mengkaji efektivitas pemisahan kernel pada Hydrocyclone

3. Apakah pemisahan shell and kernel sudah sesuai dengan standart yang

ditentukan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian analisis kinerja Hydrocyclone terhadap

pemisahan Shell dan Kernel

1. Menganalisis Operasional Hydrocyclone

2. Mengoptimalkan proses pemisahan nut and kernel pada Hydrocyclone

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja

Hydrocyclone terhadap pemisahan shell dan kernel.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Pabrik Kelapa Sawit

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah

Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti

sawit (Kernel). Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit (PKS), Tandan

Buah Segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di tempat

pemungutan buah, kemudian diangkut ke setasiun penerimaan buah untuk

ditimbang dijembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di

penampungan buah (loading ramp). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit

sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahap yang

ditunjukkan pada gambar 2.1

Tandan Buah Segar

Weight bridge

Laoding ramp

Steriliezer Condensate

Tandan kosong Thresher

Digester & Pres

Clarification Nut & Kernel

Gambar 2.1. Diagram proses pengolahan TBS


( Anonim, 2017 )

5
1. Weight bridge

Berfungsi untuk menimbang bahan baku pada saat masuk (berat

truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan

saat truk masuk dan truk keluar diperoleh berat bersih.

2. Loading Ramp

Berfungsi untuk menampung tandan buah segar dan mensotir TBS

dari kebun sebelum diolah ke stasiun selanjutnya.

3. Sterilization station ( stasiun rebusan )

Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut

dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

a. Mematikan enzim lipase

b. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.

c. Mengurangi kadar air dalam buah.

d. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan

pengepressan.

e. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

4. Threshing station ( Stasiun Pemipilan )

Threshing station berfungsi untuk memisahkan berondolan dari

janjangan yang sudah direbus sebelum masuk kestasiun pelumatan,

dengan gaya putaran 24 rpm yang digerakan oleh motor listrik.

6
5. Stasiun Digesting & Press

Digester berfungsi untuk melumatkan daging buah dengan cara

diaduk, tujuan dari pelumatan adalah agar daging buah terlepas

dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah,

pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.

Press berfungsi untuk mengekstraksi minyak ( crude oil )

semaksimal mungkin dan nut pecah seminimal mungkin dengan cara

dipress dan ditekan.

6. Clarification Statoin (Stasiun Pemurnian)

Menurut, Pardamean. (2011), minyak kasar yang diperoleh dari

stasiun press masih banyak yang mengandung kotoran – kotoran yang

berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain – lain untuk

mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan

pemurnian pada minyak tersebut, tujuan dari pemurnian minyak kasar

yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat

dipasarkan dengan harga layak. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit

alat pengolahan untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi :

Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continius Settling

Tank, Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge

Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit dan Storage Tank.

7
2.2 Stasiun nut and karnel

Stasiun nut & kernel merupakan stasiun lanjutan dari stasiun press.

fungsi umumnya yaitu untuk memisahkan fiber dari press cake dan untuk

mendapatkan kernel dengan kualitas dan kuantitas sesuai standar. Diagram

proses pegolaha kernel dapat dilihat pada gambar 2.2

Mesin Press Cake Breaker Conveyor

Depericarper fiber
nut

Nut Polishing Drum


Boiler
Nut Hopper

Ripple Mill
Shell Hopper
craked mixture
kernel
LTDS 1
Kernel Silo
kernel fiber & cangkang
Nut grading drum

craked mixture
Kernel Storage
Hydrocyclone
kernel
Shell/Cangkang
Air hydrocyclone

WWT ( contac pond)

Gambar 2.2. Diagram


9 Proses Pengolahan Nut
(9(Anonim, 2017 )

8
Beberapa tahapan dan peralatan yang digunakan dalam proses

pengolahan kernel sebagai berikut :

1. Cake Breaker Conveyor

Berfungsi untuk memisahkan nut dan fibre yang masih

menggumpal (cake), mengeringkan fibre untuk mudah dihisap di Fibre

Cyclone, dan sebagai transport untuk menghantar biji ke Depericarper

dan fibre ke Fibre Cyclone.

1. Depericarper

Merupakan alat pemisah biji dan serat, yang mendukung

pemecahan biji.

2. Nut Polishing Drum

Berfungsi untuk menghilangkan fibre yang masih melekat pada nut

agar pemecahan nut dapat berlangsung sempurna.

5. Nut Hopper

Berfungsi sebagai penampungan nut sebelum dipecah di Ripple

Mill,.

6. Ripple Mill

Ripple mill adalah alat pemecah nut sehingga kernel terpisah dari

cangkangnya.

7. Nut Grading Drum

Berfunngsi untuk mengutip kembali nut utuh yang tidak terpecah

di Ripple Mill, lalu di kembalikkan ke Nut Hopper sebelum dipecah di

Ripple Mill.

9
8. LTDS (Light Transport Dry Separator)

Berfungsi untuk memisahkan nut pecah campuran (cracked

mixture) menjadi cangkang dan kernel . prinsip kerjanya menggunakan

perbedaan berat/massa kernel dan cangkang dengan sitem hisapan udara

(dry separation).

9. Kernel Silo

Berfungsi untuk mengurangi kadar air kernel hingga 7 – 7,5%

sebelum dimasukkan kedalam Kernel Storage

10. Kernel Storage

Berfungsi sebagai tempat penampungan akhir kernel produksi.


2.3 Hydrocyclone

2.3.1 Pengertian Hydrocyclone

Menurut Bradley. (1965), pada dasarnya hydrocyclone

merupakan gabungan dari dua kata yaitu hydro dan cyclone. Hydro

dapat diartikan air ataupun cairan, sedangkan cyclone dapat diartikan

sebagai pusaran .Sehingga hydrocyclone diartikan sebagai pusaran air.

Dalam penggunaanya secara nyata hydrocyclone dapat

diartikan sebagai suatu alat yang dapat memisahkan material ataupun

partikel dari suatu komposisi campuaran baik bentuk padatan dengan

cairan ataupun cairan dengan cairan.

2.3.2 Prinsip kerja Hydrocyclone

Prinsip kerja dari hydrocyclone adalah terdapatnya kumpalan

partikel dan air yang masuk dalam arah tangensial kedalam siklon pada

bagian puncaknya. Kumpulan air dan partikel dilewatkan ke bawah

10
secara spiral ( primary vortex ) karena bentuk dari siklon. Gaya

sentrifugal menyebapkan partikel terlempar ke arah luar, membentuk

dinding dan kemudian bergerak turun kedasar hydrocyclone. Dekat

dengan bagian dasar hydrocyclone, air membalik dan bergerak ke atas

dalam bentuk spiral yang lebih kecil ( secondary vortex ) partikel yang

lebih ringan bergerak keluar dari bagian puncak hydrocyclone,

sedangkan partikel yang berat keluar dari dasar Hydrocyclone.

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Hydrocyclone


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

2.3.3 Jenis Hydrocyclone

2.3.1 Hydrocyclone tipe konvensional

Pada Hydrocyclone tipe konvensional memiliki bagian

berbentuk silinder dan bagian berbentuk kerucut. Memiliki dua jenis

tipe yang berbeda yang berdasarkan sudut kemiringannya. Tipe yang

pertama memiliki sudut kemiringan 20o – 25o, sedangkan jenis yang

lain memiliki sudut > 25o hingga 180o. Fluida dialirkan melalui dari

11
lubang inlet bagian atas pada silinder dan aliran tersebut

menghasilkan gerakan berbentuk pusaran yang kuat pada dinding

Hydrocyclone.

Gambar 2.5 Hydrocyclone Tipe Konvension


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

2.3.4 Kontruksi pada Multicyclone

Pada proses klarifikasi ataupun pada proses klasifikasi untuk

ukuran partikel yang sangat kecil biasanya dipergunakan Hydrocylone

dalam jumlah yang banyak. Tetapi ukuran dari Hydrocyclone yang

digunakan tidak sebesar Hydrocyclone pada umumnya. Hal ini

dimaksudkan karena diperlukannya proses pemisahan yang berulang-

ulang dan kualitas hasil pemisahan yang sangat baik sehingga

dibuatlah konstruksi Multicyclone.

Secara umum dapat dilihat terdapat 2 jenis konstruksi

Multicyclone yang dapat dijumpai, yaitu : konstruksi linear dan

konstruksi circular. Kedua jenis konstruksi tersebut memiliki

fungsinya masing-masing, seperti pada konstruksi circular yang

12
memungkinkan tiap Hydrocyclone dapat terhubung dalam jumlah

banyak dimana mengelilingi satu pipa atau lubang utama sehingga

panjang pipa penghubung tiap Hydrocyclone tetap sama.

2.4.1 Round Desilter Hydrocyclone

Terdiri dari 10 hingga 20 Hydrocyclone yang digabungkan

secara melingkar menjadi satu bagian. Pada Hydrocyclone ini

dilengkapi dengan Shut-off valves pada setiap konstruksinya. Sehingga

memungkinkan untuk memindahkan atau mengganti salah satu

Hydrocyclone jika rusak tanpa menganggu kinerja Hydrocyclone

lainnya dan juga memudahkan operator untuk mengawasi kinerja

disetiap Hydrocyclone.

Gambar 2.6 Round Desitler Hydrocyclone


( Krebs Enginering , 2009 )

2.4.2 Inline Desitler Hydrocyclone

Terdiri dari 10 – 20 Hydrocyclone yang disusun secara pararel.

Inline Desilter Hydrocyclone biasanya digunakan pada tempat yang

tidak memiliki area yang cukup luas untuk menampung banyak

13
konstruksi instalasi mesin. Sehingga dapat menghemat pemakaian

tempat.

Gambar 2.7 Inline Desitler Hydrocyclone


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

2.4.3 Hydrocyclone Aliran Aksial

Pada umumnya digunakan pada industri pengolahan air bersih.

Berfungsi memisahkan sisa minyak dari campuran air kemudian sisa

minyak tersebut ditampung dan dibuang.

Karateristik dari Hydrocyclone aliran aksial :

1. Konsentrasi penyerapan minyak hingga 10.000 ppm.

2. Besar penurunan tekanan balik 2 - 3,5 bar.

3. Besar penurunan tekanan buang 4 – 7,5 bar.

4. Penurunan tekanan dapat diminimalkan dengan menambah jumlah

pipa di dalam Hydrocyclone.

14
Gambar 2.8 Hydrocyclone Aliran Aksial.
Sumber : Riswan, Ion (2010 )

2.3.5 Bagian – bagian Hydrocyclone

Secara umum bagian – bagian Hydrocyclone dapat dilihat

dari gambar 2.10 :

Outlet
Feed chamber

F;g F;g
Inlet
Vortex finder
F;g
F;g

Cone Section
( Bagian kerucut )

Tail pipe Apex Valve


( Pipa bawah ) ( Katub Keluar )

Underflow

F;g
Gambar 2.9 Bagian - bagian Hydrocyclone
Sumber : Riswan, Ion (2010 )

15
1. Lubang Masuk ( Inlet Area )

Ada beberapa tipe dari lubang masuk ( Inlet Area ),yaitu :

lubang masuk tipe Involute, tipe Ramp dan tipe Scroll berbagai tipe

tersebut dimaksudkan untuk lebih mempermudah kinerja dari

Hydrocycclone. Dengan konstruksi lubang masuk tipe Involute, tipe

Ramp dan tipe Scroll dapat mengurangi efek dari turbelensi yang

terjadi di sekitar dinding lubang masuk, dan daerah antara lubang

masuk dengan Cylinder Section.

Gambar 2.10 Beberapa Tipe dari Lubang Masuk ( Inlet Area )


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

2. Cylindrical Section

Pada dasarnya diameter dari Cylindrical Section memilki

diameter sebesar diameter dari Hydrocyclone. Konstruksi dari

Cylindrical Section yang panjang dimaksudkan untuk memperbesar

kapasitas dan juga mengurangi dari kecepatan tangensial. Besar

kecilnya konstruksi dari Cylindrical Section dapat mempengaruhi

besarnya tekanan.

16
Gambar 2.11 Beberapa Tipe dari Cylindrical Section.
Sumber : Riswan, Ion (2010 )

3. Vortex Finder

Pada umumnya besar dari Vortex Finder 20 - 45 % dari

diameter Hydrocyclone. Besar dari vortex finder dapat kualitas

pemisahan yang dihisap.

4. Cone Section

Besar sudut pada cone section didasarkan pada jenis

pemakaiannya. Pada cone section besudut 20° merupakan standar

pemakaian pada industri pertambangan mineral. Sedangkan untuk

Hydrocyclone yang memiliki bagian bawah datar diperuntukan untuk

pemisahan material-material berstruktur kasar.

17
Gambar 2.12 Cone Section ( Riswan, Ion. 2010

2.4 Hyrocyclone Pada Industri Kelapa Sawit

Pada industri kelapa sawit Hydrocyclone digunakan di stasiun Nut

and Kernel. Hydrocyclone berfungi sebagai pemisah nut pecah campuran

menjadi kernel dan cangkang menggunakan media air.

1. Proses kerja unit Hydrocyclone

Campuran cangkang dan inti yang keluar dari Nut Grading Drum

dimasukkan kedalam bak 1, lalu oleh pompa hydrocyclone (P1)

dipompakan ke dalam Hydrocyclone (H1), campuran ini akan diputar

oleh gaya sentrifugal, inti yang mempunyai berat jenis lebih kecil

berkumpul di tengah cyclone lalu melalui vortex finder keluar ke sebelah

atas.

Inti yang bercampur dengan air ini kemudian masuk kedalam

washing drum untuk memisahkan air, selanjutnya inti secara teratur

banyaknya (atau diatur water lock) masuk ke screw conveyour lalu

dibawah menuju buckhet elevator conveyour untuk dimasukkan

18
kepemeraman inti (kernel silo) sedangkan cangkan yang mepunyai berat

jenis lebih besar akan berkumpul dibagian pinggir cyclone lalu keluar

dari bawah bersama air ke bak 2.

Produk pada bak 2 masih terdapat inti bercampur cangkang

campuran inti dipompakan oleh pompa hydrocyclone (P2) dipompakan ke

hydrocyclone (H2) proses pemisahan disisni sama dengan hydrocyclone

(H1), inti keluar sebelah atas pipa melalui vortex finder masuk kembali ke

bak no 3.

Proses pada bak 3 mengandung sedikit inti, campuran ini

dipompakan oleh pompa hydrocyclone (P3) dipompakan ke hydrocyclone

(H3) proses pemisahan disini sama dengan pada hydrocyclone (H1)

dimana cangkang akan keluar ke shell dewatering screen, selanjutnya

secara teratur (diatur weter lock) masuk ke shell transport fan untuk

direbus ke shell hopper sebagai bahan bakar boiler. Inti akan keluar

melalui pipa dari atas dan masuk ke bak 2, inti kemudian dibawa ke

kernel dryer untuk dikeringkan dan disimpan di kernel storage.

Gambar 2.13 Skema Kerja Unit Hydrocyclone

19
2. Bagian – bagian unit Hydrocyclone

Alat ini terdiri dari :

a. Tabung pemisah ( Hydrocyclone ) yang dilengkapi dengan pompa

pengutip, pipa feeding ( Vortex Finder ) dan Cone di bawahnya.

Alat ini bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang

ditimbulkan oleh aliran air yang membentuk pusaran ( Vortex ). Akibat

dari gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh aliran vortex maka inti

kelapa sawit yang memeliki berat jenis 1,07 gr/cm3 akan berada pada

pusat pusaran sedangkan cangkang yang memiliki berat jenis 1,15 –

1,20 gr/cm3 (Naibaho, 1998) akan terlempar hingga dinding

Hydrocyclone.

Gambar 2.14 proses pemisahan didalam tabung.


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

Kapasitas aliran masuk pada salura inlet :

𝑉
Q= .............................................................. ( 1 )
𝐴

Dimana: Q = Kapasitas aliran ( kg/s )

v = Kecepatan aliran ( m/s )

A = Luas peampang ( m2 )

20
Dimana kecepatan aliran dapat diperoleh dari :

4𝑄
𝑣= ....................................................... ( 2 )
𝜋⋅𝑑𝑦2

di = diameter inlet pipa ( m )

sedangkan laju aliran massa dapat ditetukan dari :

m = p ⋅ Q ........................................................... ( 3 )

Gaya - gaya yang terjadi : ( Coulson , 1986 )

Fc = m ⋅ ac ......................................................... ( 4 )

Atau dapat ditulis :

Fc = m ⋅ r⋅ ω2 Latar Belakang ........................... ( 5 )

Dimana : Fc = gaya sentrifugal

m = masa benda yang mengalami gaya sentrifugal

ω = kecepatan sudut

ac = percepatan sudut
𝑣
jika : ω= ................................................................. ( 6 )
𝑟

v = kecepan tangensial ( m/s )

Jika kecepatan rotasi dinyatakan dalam N rpm :

2 ⋅ 𝜋 ⋅𝑁
ω= ......................................................... ( 7 )
60

Perbandigan gaya gravitasi dan gaya setnrifugal ( Coulson , 1986 )

Gaya grafitasi : F = m ⋅ g ............................................................ ( 8 )

𝐹𝑐 𝑟 . 𝜔2 𝑟 2 ⋅ 𝜋 ⋅𝑁 2
Perbandingan : = = =( ) = 0,001118 rN 2 ... ( 9 )
𝐹𝑔 𝑔 𝑔 60

𝑎𝑐
= 0,001118 r ................................................... (10 )
𝑔

21
Maka gaya sentrifugal yang dialami oleh inti adalah :

𝐹𝑐1 = 𝑚1 ⋅ 𝑟1 ⋅ 𝜔2 ....................................... ( 11 )

Dimana : 𝐹𝑐1 = gaya setrifugal yang dialami oleh inti

𝑚1= massa dari inti

𝑟1= jarak terlemparnya inti dari pusat pusaran

Dan gaya yang dialami oleh cangkang adalah :

𝐹𝐶2 = 𝑚2 ⋅ 𝑟2 ⋅ 𝜔2 ....................................... ( 12 )

Dimana : 𝐹𝐶2 = gaya setrifugal yang dialami oleh cangkang

𝑚2 = massa dari cagkang

𝑟2 = jarak terlemparnya cangkang dari pusat pusaran

b. Bak penampung

Bak penampung campuran hasil pemisahan yang dilakukan

oleh tabung pemisah ( Hydrocylone ), yang dilengkapi dengan Rotary

washing drum / Vibrating screen, Shaft, Bearing, Sprocket, Chain,

Elektromotor, Gearbox dan Vibrating through. Hasil pemisahan shell

dan kernel pada tabung pemisah Hydrocyclone akan dimasukkan pada

bak penampung untuk dilakukan proses selanjutnya.

Gambar 2.15 Jalur distribusi shell dan kernel

22
2.5 Kecepatan settling sentrifugal

Menurut Coulson ( 1986 ), dinyatakan bahwa kecepatan settling

sentrifugal atau kecepatan pengendapan sentrifugal ditinjau dari sebuah

partikel berdiamater Dp , berotasi pada jari - jari = r, maka gaya sentrifugal

seperti perilaku gerak partikel dalam fluida, tetapi gaya gravitasi diganti

dengan gaya sentrifugal. Adapun kecepatan settling sentrifugal dapat dilihat

pada persamaan 13.

𝑣𝑡2
𝑣𝑔𝑡 = 𝑣𝑇 ............................................................................... ( 13 )
𝑔𝑟

vgt = gravitational terminal velocity ( m/s )

vt = kecepatan tangensial ( m/s )

Gambar 2.16 variasi kecepatan tangensial dan kecepatan radial


[ Terlinden, Inst. Page 165. ( 1949 ) ]

𝑣𝑟 ⋅ 𝘨 ⋅ 𝑑𝑜𝑢𝑡
Maka : 𝑣𝑔𝑡 = ......................................................... ( 14 )
𝑣𝑡 2

𝑣
Dimana : 𝑣𝑟 = ................................................................ ( 15 )
2 ⋅ 𝜋 ⋅𝑟

23
v = kecepatan air volumetric [ massa/ waktu ] ( m3/s )

jika dinyatakan dalam luas penampang masuk ( Ain ) :

𝐴𝑖𝑛2 ⋅ 𝑑𝑜𝑢𝑡 ⋅𝑔
𝑣𝑔𝑡 = ....................................................................... ( 16 )
𝜋 ⋅ 𝑑𝑖𝑛 ⋅𝑣

2.6 Aliran vortex

Vortex adalah massa fluida yang partikel - partikelnya bergerak

berputar dengan garis arus ( stream line ) membentuk lingkaran konsentris.

Gerakan vortex berputar disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan antar

lapisan fluida yang berdekatan. Dapat diartikan juga sebagai gerak alamiah

fluida yang diakibatkan oleh parameter kecepatan dan tekanan, vortex

sebagai pusaran yang merupakan efek dari putaran rotasional dimana

viskositas berpengaruh didalamnya. Sebuah vortex mewakili sebuah aliran

yang garis -garis arusnya adalah lingkaran-lingkaran sepusat ( konsentris ),

aliran vortex awalnya dianggap sebagai kerugian dalam suatu aliran fluida.

Belakangan ini prinsip aliran vortex digunakan untuk pengembangan

teknologi penegeboran minyak, pemisahan partikel ataupun material padatan

dengan cairan, industri kimia dan lain sebagainya.

Pergerakan aliran fluida dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Translasi murni atau translasi irrotasional

2. Rotasi murni atau translasi rotasional

3. Distorsi atau deformasi murni, baik angular ataupun linier

Aliran irrotasional terjadi apabila elemen fluida di setiap titik tidak

mempunyai kecepatan sudut netto terhadap titik tersebut. Sebaliknya aliran

rotasional terjadi apabila elemen fluida mempunyai kecepatan sudut netto.

24
Gerak vortex dapat dikategorikan sebagai dalam aliran rotasional.

Vortex digambarkan sebagai aliran yang bergerak dan berputar terhadap

sumbu vertikal sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian sumbu dan

sekelilingnya.

Tetapi pada beberapa kondisi vortex juga dapat dikategorikan sebagai

aliran irrotasional. Kelihatannya agak mengherankan bahwa gerakan vortex

irrotasional. Namun demikian harus diingat kembali bahwa rotasi mengacu

pada orientasi pada elemen fluida bukan lintasan yang diikuti oleh elemen

tersebut. Jadi, untuk sebuah vortex irrotasional, jika sebuah tongkat pendek

ditempatkan di dalam medan aliran pada lokasi A, seperti pada gambar 2.18,

tongkat - tongkat itu kan berotasi selagi bergerak ke lokasi B. Salah satu

tongkat yang sesuai garis-garis akan mengikuti sebuah lintasan yang

melingkar dan berputar dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam.

Tongkat yang lain akan berotasi searah putaran jarum jam karena sifat alamiah

dari medan aliran, di mana bagian tongkat yang terdekat dengan titik asal

bergerak cepat dari pada ujung lainya.

Gambar 2.17 pola garis arus untuk sebuah vortex


( Riswan, Ion. 2010 )

25
Berdasarkan klasifikasi aliran berputar yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari maka aliran vortex dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

2.6.1 Aliran vortex bebas

Menurut Munson ( 2003 ), aliran vortex terjadi walaupun tidak

adanya gaya yang dilakukan pada fluida tersebut. Karateristik dari vortex

bebas adalah kecepatan tangensial dari partikel fluida yang berputar pada

jarak tertentu dari pusat vortex . Hubungan kecepatan partikel fluida v

terhadap jaraknya dari pusat putaran r dapat dilihat pada persamaan 17.

Г
𝑣 = ............................................................................................. ( 17 )
2𝜋𝑟

Dimana : v = kecepatan tangensial fluida ( m s-1 )

r = Jari - jari putaran partikel fluida dari titik pusat (m)

Γ = sirkulasi

Gambar 2.18 gerakan elemen fluida dari A ke B : vortex bebas


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

Pada aliran vortex bebas dengan menganggap elemen air memiliki :

I = panjang elemen air

dr = ketebalan elemen air

v = kecepatan tangensial

26
dp = beda tekanan dari elemen air

dan aliran bebas mempunyai gaya, tekanan yang sebanding dengan aksi

gaya sentrifugal air.

(𝑤𝑙⋅𝑑𝑟)𝑣 2
𝑑𝑝 ⋅ 𝑥𝑙 = .................................................................. ( 17 )
𝑔𝑟

𝑑𝑝 𝑣 2 𝑑𝑟
= .................................................................................. ( 18 )
𝑤 𝑔𝑟

Dan diketahui energi keseluruhan elemen air :

𝑝 𝑣2
𝐸= + 𝑔ℎ ................................................................................. ( 19 )
𝑤

Didefiisikan maka :

𝑑𝑝 𝑣𝑑𝑣
𝑑𝐸 = + .......................................................................... ( 20 )
𝑤 𝑔

𝑣 2 𝑑𝑟 𝑣𝑑𝑣 𝑑𝑝 𝑣 2 𝑑𝑟
= + +( = )................................................. ( 21 )
𝑔𝑟 𝑑𝑟 𝑤 𝑔𝑦

𝑑𝐸 𝑣 𝑣 𝑑𝑣
= + ( = ).................................................................. ( 22 )
𝑑𝑟 𝑔 𝑦 𝑑𝑟

Dalam vortex bebas, tidak ada perubahan energi melitas pada aliran lurus,

jadi persamaan diatas sama dengan nol.

𝑣 𝑣 𝑑𝑣
+ ( = ) = 0 .................................................................... ( 23 )
𝑔 𝑦 𝑑𝑟

𝑣 𝑑𝑣
+ = 0 .................................................................................. ( 24 )
𝑦 𝑑𝑟

𝑑𝑣 𝑑𝑟
+ = 0 ............................................................................... ( 25 )
𝑣 𝑦

Setelah diintegralkan persamaan diatas menjadi :

loge v + loge y = C ........................................................................ ( 26 )

vy = C ( identic dengan teori kinematic fluida )

27
Jika digeneralisasikan, maka :
𝐶
𝑣 = 𝑦 ........................................................................................... ( 27 )

Jika C sama dengan konstan maka dapat diketahui kekuatan dari vortex,

terlihat jelas bahwa kecepatan partikel berbanding terbalik dengan jarak

dari pusat vortex.

2.6.2 Aliran vortex paksa

Apabila suatu gaya diberikan pada suatu fluida dengan maksud

membuat aliran fluida berputar. Hubungan kecepatan partikel fluida v

terhadap jaraknya dari pusat putaran r dapat dilihat pada persamaan

berikut ;

𝑣 = 𝜔 ⋅ 𝑟 .................................................................................... ( 28 )

Dimana : 𝜔 = kecepatan sudut

r = jari – jari putaran ( m )

Gambar 2.19 Gerakan elemen fluida dari A ke B : Vortex paksa


Sumber : Riswan, Ion (2010 )

Air dalam tabung diputar dengan gaya torsi, partikel P pada

permukaan air, berjarak x pada sumbu putaran, bekerja gaya-gaya :

1. Berat partikel, arah ke bawah ( W )

28
2. Gaya sentrifugal dengan arah menjauhi pusat putaran ( Fc )

3. Gaya reaksi zat cair yang mendesak partikel ( R )

Bekerjanya gaya selain gaya gravitasi pada air dalam tabung

menghasilkan gaya vortex yang dikenal sebagai aliran vortex paksa. Pada

putaran silinder, N dan kecepatan sudut ψ , partikel P mempunyai sudut

tangen ψ , berat partikel W dan gaya sentrifugal Fc.

Menurut Ridwan dan Siswantara ( 2002 ) Gaya sentrifugal

didefenisikan sebagai berikut :


𝑊
FC = = (𝜔 𝑥 2 ) ....................................................................... ( 29 )
g

Dimana : w = berat partikel ( kg )

g = gaya grafitasi ( m/s2 )

ω = kecepatan sudut ( rad/s )

X = jarak dari sumbu ( m )

2.6.3 Aliran vortex kombinasi

Menurut Munson ( 2003 ), aliran vortex kombinasi adalah vortex

dengan vortex paksa pada inti pusatnya dan distribusi kecepatan yang

sesuai dengan vortex bebas pada luar intinya. Jadi untuk sebuah votex

kombinasi dapat dilihat pada persamaan 30 dan 31.

𝑣Ɵ = 𝜔𝑟 𝑟 ≤ 𝑟0 ............................................ ( 30 )
𝐾
Dan : 𝑣Ɵ = 𝑟 ˃ 𝑟0 .............................................. ( 31 )
𝑟

dimana K dan ω adalah konstanta dan r0 adalah jari - jari inti pusat.

Sebuah konsep matematika yang biasanya berhubungan dengan

gerakan vortex adalah sirkulasi. Sirkulasi didefenisikan sebagai sebuah

29
integral garis dari komponen tangensial, kecepatan yang diambil dari

sekeliling kurva tertutup di medan aliran. Konsep sirkulasi sering

digunakan untuk mengevaluasi gaya - gaya pada benda-benda yang

terendam dalam fluida yang bergerak.

Gambar 2. 20 Tipe – tipe vortex ( Hecker, 1987 )

Tipe vortex 1 merupakan awal aliran air berputar di permukaan.

Tipe 2 putaran air mulai menunjukkan adanya cekungan kedalam di

bagian tengah pusaran. Tipe 3 pusaran air mulai membentuk kolom udara (

vortex ) yang bergerak menuju oulet. Tipe 4 kekuatan vortex mampu

menarik material apung masuk ke dalam pusaran. Tipe 5 adalah vortex

dimana gelembung - gelembung udara pecah di ujung pusat pusaran yang

masuk konstruksi silinder. Tipe 6 vortex dengan lubang udara penuh

menuju outlet.

2.6.4 Aliran berputar dalam tabung

Sebuah tulisan yang dibuat oleh F. Chang dan V. K Dhir

mengemukakan sebuah penelitian eksperimental untuk memahami

karateristik daerah turbulen pada aliran berpusar secara tangensial dalam

tabung. Profil kecepatan aksial menunjukkan terjadinya aliran balik

30
dibagaian tengah tabung yang mengecil ukurannya sesuai berkurangnya

intensitas putaran, kecepatan aksial minimum didekat dinding juga

berkurang sesuai berkurangnya intensitas pusaran. Profil kecepatan

tangensial menunjukkan bahwa daerah kecepatan tangensial maksimum

akan bergerak secara radial menuju tengah putaran, sesuai denagn

penambahan jarak aksial putaran dari fluida yang masuk. Aliran yang

berputar dapat dibagi dua bagian tengahnya terbentuk vortex paksa dan

pada bagian tepinya merupakan vortex bebas dengan daerah transisi

diantaranya. Maka aliran yang terbentu dalam tabung tersebut merupakan

aliran vortex Rankine.

Parameter yang paling penting pada hydrocyclone sebagai alat

pemisah adalah efisiensi pengumpulannya dan titik tekan antar unit.

Efisiensi pengumpulan Hydrocyclone ditentukan oleh kemampuannya

menangkap dan menyimpan partikel atau material dimana titik tekanan

sejumlah dengan kekuatan yang dibutuhkan unit untuk melakukan hal

tersebut.

𝑣2
𝑤 ( 2 2 +1 )
𝑔 𝑅
Gaya pemisah : 𝐹𝑠 = ............................................ ( 32 )
2

𝐹𝐶 𝑉2
Faktor pemisah : 𝑠 = = .................................................... ( 33 )
𝑊 𝑔𝑅

Dimana : W = berat partikel ( kg )

V = kecepatan aliran ( m/s )

R = jari – jari rotasi ( m )

g = gaya grafitasi ( m/s2 )

31
Distribusi kecepatan tangensial tidak bervariasi secara signifikan

terhadap arah aksial ( Xiang and Lee, 2005 ). Perbedaan antara kecepatan

tangensial dalam silinder bagian atas dan kerucut bagian bawah tidak

terjadi, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi percepatan kecepatan

dalam kerucut akibat penurunan luas penampang kerucut. Bagaimanapun,

terjadi perbedaan kecepatan tangensial pada ketinggian yang berbeda.

Kecepatan tangensial secara signifikan turun ketika ketinggian

hydrocyclone meningkat dan ini bertanggung jawab pada rendahnya

efisiensi pemisahan. Fenomena ini terjadi pada kerucut yang panjang, satu

perkecualian adalah bahwa jika hydrocyclon sangat pendek sehingga

menyebabkan pipa keluar menonjol ke bagian kerucut sehingga efisiensi

dari siklon akan turun akibat aliran pintas ke pipa keluar.

Menurut Kim dan Lee lapisan batas kecepatan yang terbentuk pada

permukaan dinding siklon memegang peranan penting sebagai penghalang

deposisi partikel karena terjadinya penurunan gaya sentrifugal yang tajam

di daerah dekat dinding ( Kim and Lee, 2001 ). Pemodelan turbulen perlu

memperhitungkan difusi turbulen dalam daerah inti aliran dan gerakan

partikel di dalam lapisan batas ini. Turbulen merupakan bentuk aliran yang

berfluktuasi terhadap ruang dan waktu. Turbulen merupakan proses yang

komplek. Aliran turbulen adalah bagian dari disiplin ilmu mekanika fluida.

Dalam analisanya, mekanika fluida selalu menggunakan pendekatan

bahwa fluida sebagai kontinum, suatu ukuran fluida yang jauh lebih besar

dari ukuran molekul, tetapi lebih kecil dari ukuran partikel. Karakter aliran

32
turbulen tidak ditentukan oleh jenis fluida tetapi oleh karakter aliran itu

sendiri. Turbulensi aliran pada fluida air dengan udara akan memiliki

karakter yang sama jika memiliki bilangan reynolds yang sama, tegangan

geser yang terjadi pada lapisan batas turbulen berasal dari viskositas

fluida/ viskositas molekuler ( sifat molekuler fluida ) dan viskositas

turbulensi ( sifat aliran ), turbulen akan terjadi ketika gaya inersia dalam

fluida menjadi sangat dominan dibandingkan gaya viskos dicirikan dengan

tingginya reynolds, ( Re ). Nilai absolut dari bilangan reynolds untuk

turbulen selalu relative terhadap konfigurasi aliran. Misalnya aliran

eksternal akan memiliki bilangan reynolds yang lebih tinggi daripada

aliran internal. Tetapi nilai relative bilangan reynolds aliran turbulen selalu

lebih tinggi daripada aliran laminer. Karena bilangan reynolds merupakan

rasio antara gaya inersia aliran dan gaya gesek, pengaruh gaya inersi pada

aliran turbulen jauh lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh gaya

gesek.

2.6.5 Keberhasilan Hydrocyclone

Menurut Naibaho ( 1998 ), keberhasilan pemisahan cangkang dari

inti di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain yaitu :

1. Tekanan pompa air yang melalui cyclone, tekanan yang lebih tinggi

akan mempercepat pemisahan inti dan cangkang, semakin tinggi

tekanan pompa maka pemisahan akan lebih sempurna, dan sebaliknya.

2. Putaran cyclone semakin baik jika permukaan bagian dalam lebih rata,

permukaan dalam yang tidak rata umumnya disebabkan oleh pukulan

33
benda berat seperti logam dan batu yang akan menyebabkan

pemisahan inti dan cangkang tidak sempurna. Hal inilah yang selalu

terjadi dalam pengoperasian hydrocyclone.

3. Kebersihan umpan, kandungan serat dan debu yang tinggi dalam

cairan hydrocyclone akan mempengaruhi pemisahan inti dan

cangkang. Oleh karena itu diperlukan pengoperasian Separating

Column ( LTDS ) yang lebih sempurna selain untuk menghilangkan

debu ( Dust ) juga dapat berperan untuk menghilangkan inti pecah

kecil yang dapat menggangu kapasitas Hydrocyclone.

4. Rotasi pergantian air, partikel halus atau debu yang terdapat pada

cairan Hydrocyclone akan mempengaruhi berat jenis cairan yang

menyebapkan pemisahan inti dan cangkang tidak berlangsung

sebagaimana mestinya, oleh sebab itu dilakukan pergantian air

hydrocyclone secara terjadwal dengan dasar viskositas.

5. Biji bulat yang tidak terpecahkan dalam pemecahan biji perlu

dilakukan pemisahan dengan ayakan biji, sehingga biji dikembalikan

ke conveyour pengangkut biji ke alat pemecah biji.

34
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus hingga 10 Oktober

2016 di PT. Padasa Enam Utama Riau Kabupaten Rokan Hulu Kecamatan

Kabun Desa Aliantan.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

A. Alat Penelitian

1. Peralatan utama

a. Nut Grading Drum

b. Hydrocyclone

2. Peralatan pendukung

a. Buku tulis

b. Alat tulis (ball point, pensil, spidol, penghapus, penggaris)

c. Tempat penampungan sampel (plastik)

d. Timbangan analitik

e. Kamera/Hp

f. Kalkulator

g. Tachometer

h. Cawan

35
B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk sampel penelitian, sebagai berikut:

a. Inti sawit (Nut)

b. Kernel

c. Cangkang (shell)

36
3.3 Tahap Penelitian

A. Flow Chart Operasional Hydrocyclone dapat dilihat pada gambar 3.1

Sistim distribusi umpan

Titik pengambilan sample 1:


1. Laju umpan
- Ukur waktu
- Berat umpan 1. Prinsip kerja hydrocyclone
Titik pengambilan sample 2: 2. Proses pemisahan
1. % Kernel utuh 4. Nut pecah Hydrocyclone 3. Identifikas fungsi fungsi
2. % Kernel pecah 5. % Shell alat
3. % Nut utuh

Keluaran Titik pengambilan sampel 3


hydrocyclone 1. % Losses kernel
Solusi 2. % Kadar Kotoran

Uji analisis
Perbandingan
Identifikasi keluaran
masalah hydrocyclone
terhadap standard
hasil produksi

Selesai

Gambar 3.1 Flow Chart Operasional Hydrocyclone

37
B. Penjelasan Operasional Hydrocyclone

1. Mengukur laju umpan yang masuk ke Hydrocyclone

2. Mengambil sample umpan kemudian dibagi menjadi 5 komposisi,

nut utuh, nut pecah, kernel utuh, kernel pecah dan Shell.

3. Mengambil sample keluaran Hydrocyclone

4. Melakukan analisa hasil keluaran dari Hydrocyclone berupa % losses

kernel dan kadar kotoran yang dihasilkan.

C. Parameter yang diamati / ukur

1. Umpan Hydrocyclone

a. Laju Umpan

b. Komposisi umpan

2. Operasional Hydrocyclone

a. Prinsip kerja

b. Mekanisme umpan masuk

3. Keluaran hydrocyclone

a. % Losses Kernel

b. % Kadar kotoran

38
D. Teknik Pengambilan Sampel / Analisa

Pengambilan sample dilakukan pada 3 tahap yang menjadi objek

penelitian ini yaitu :

1. Sample laju umpan hydrocyclone

Sample laju umpan hydrocyclone diambil dari diambil dari keluaran

nut grading drum berupa nut utuh, nut pecah, kernel utuh, kernel

pecah dan shell sampel diambil sebanyak 1 kg, sampel diambil

sehari 2 kali

2. Pengambilan sampel Komposisi umpan hydrocyclone diambil dari

keluaran nut grading drum berupa nut utuh, nut pecah, kernel utuh,

kernel pecah dan shell, 2 jam setelah proses, sampel diambil

sebanyak 1 kg, sampel diambil sehari 2 kali.

3. Pengambilan sampel keluaran Hydrocyclone diambil dikeluaran

kernel dan keluaran cangkang, sampel diambil sebanyak 1kg sehari

2 kali, Sampel diambil 2 jam setelah proses

E. Analisa proses operasional Hydrocyclone

Menganalisa umpan sebelum masuk ke Hydrocyclone terhadap

komposisi umpan dan laju umpan.

1. Mengambil sampel sebanyak 1kg

2. Menghitung % nut utuh, nut pecah, kernel utuh, kernel pecah dan

shell

Berat sampel
3. Menghitung laju umpan = waktu pengamatan = kg/menit.......(3.1)

39
F. Analisa data di laboratorium

1. Menganalisa hasil keluaran dari Hydrocyclone berupa % losses

kernel dan kadar kotoran.

a. Menghitung % losses kernel

Dalam Usmaliyana. (2012), perhitungan losses kernel

adalah sebagai berikut :

1) Mengambil sampel pada keluaran shell hydrocyclone,

sampel diambil sebanyak 1 kg.

2) Ditimbang sample dalam jumlah tertentu (W1)

3) Memisahkan nut utuh, kernel utuh, nut pecah dan kernel

pecah dari shell untuk mengetahui presentase dari masing-

masing bagian.

4) Menimbang dan mencatat masing-masing berat dari nut utuh

(W2), kernel utuh (W3), nut pecah (W4) dan kernel pecah

(W5).

5) Menghitung dengan rumus :

W2
 % nut utuh (A) : W1 x 100 %....................(3.2)

W3
 % kernel utuh (B) : W1 x 100 %....................(3.3)

W4
 % nut pecah (C) : W1 x 100 %....................(3.4)

W5
 % kernel pecah (D) : W1 x 100 %....................(3.5)

 Total kernel losses = A+B+C+D

Dimana : W1 = berat sample kernel (gr)

40
W2 = berat kernel dalam nut utuh (gr)

W3 = berat karnel utuh (gr)

W4 = berat kernel dalam nut pecah (gr)

W5 = berat karnel pecah (gr)

b. Menghitung kadar kotoran

Dalam Wahyudi. (2011), perhitungan kadar kotoran adalah

sebagai berikut :

1. Mengambil sampel kernel inti sawit dari sampel satu hari

proses ± 1 kg

2. Dipisahkan menjadi kernel utuh, kernel pecah, biji utuh dan

biji setengah pecah

3. Kadar kotoran kernel adalah cangkang gabungan dari biji

utuh biji setengah pecah, cangkan dan sampah.

4. Menghitung dengan rumus :

Berat Kotoran (gr)


Kadar Kotoran Kernel Sawit = x100%
Berat Sample (gr)

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Deskripsi Perusahaan

Perusahaan yang digunakan sebagai lokasi penelitian di PT. Padasa

Enam Utama ( Kalianta Dua ) berletak di Desa Aliantan Kecamatan Kabun

Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau adalah salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang industri perkebunan kelapa Sawit, dengan memiliki luas

kebun 5.845. 000 HK, serta memiliki pabrik pengolahan dengan kapasitas 90

ton/jam.

4. 2 Alur proses pemisahan Shell and Kernel pada Hydrocyclone

Berdasarkan dari lokasi penelitian di PT. Padasa Enam Utama ( Kalianta Dua ),

berikut ini alur pemisahan Nut and kernel yang terlebih dahulu dipecahan di

unit Ripple mill, dan dipisahkan pada unit LTDS ( Light Transport Dry

Separator ) sebelum dilakukan pemisahan pada unit Hydrocyclone. dapat

dilihat pada gambar 4.1

Ripple mill

LTDS1

Nut Grading Drum

Hydrocyclone

Gambar 4.1 Alur pemisahan Shell and Kernel

42
1. Ripple mill

Ripple mill merupakan alat untuk memecahkan nut sehingga sehingga

kernel terpisah dari cangkangnya.

2. LTDS ( Light Transport Dry Separator )

Berfungsi untuk memisahkan nut pecah campuran ( Cracked Mixture )

menjadi Shell dan kernel. Prinsip kerjanya menggunakan perbedaan

berat/massa kernel dan cangkang dengan sitem hisapan udara ( Dry

Separation )

3. Nut Grading Drum

Berfunngsi untuk memisahkan nut utuh yang tidak terpecah di ripple

mill, untuk di kembalikkan menuju Nut hopper sebelum dipecah di ripple

mill.

4. Hydrocyclone

Hydrocyclone merupakan alat untuk memisah kernel pecah dan

cangkang menggunakan media air, sistem pemisahan kernel dan cangkang

didasari pada perbedaan berat jenis, di mana berat jenis dari cangkang 1,15 –

1,20 gr/cm3 dan berat jenis kernel 1,07 gr/cm3 (Naibaho, 1998). Menurut,

Bradley. (1965), proses ini terjadi karena adanya kumpalan partikel dan air

yang masuk dalam arah tangensial kedalam silkon pada bagian puncaknya.

Kumpulan air dan partikel dilewatkan kebawah secara spiral karena bentuk

dari siklon. Gaya sentrifugal menyebapkan partikel terlempar ke arah luar,

membentuk dinding dan kemudian bergerak turun kedasar Hydrocyclone.

Dekat dengan bagian dasar Hydrocyclone, air membalik dan bergerak ke atas

43
dalam bentuk spiral yang lebih kecil partikel yang lebih ringan bergerak

keluar dari bagian puncak Hydrocyclone, sedangkan partikel yang berat

keluar dari dasar Hydrocyclon.

Berikut Spesifikasi Hydrocyclone yang digunakan dengan kapasitas 3

ton/jam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :

1) Pompa Hydrocyclone berfungsi untuk menghisap kemudian

memeindahkan air, kernel dan shell dari kompartement kedalam dome

hydrocyclone, dengan adanya tekanan air, kernel dan shell akan

terbentur vortex yang akan memisahkan kernel dan shell berdasarkan

berat jenis.

Adapun beberapa peralatan yang terdapat pada pump

hydrocyclone : electromotor, pipa isap, discharge, pulley dan belt

Spesifikasi pump hydrocyclone :

 Pump : Warman Type – SC 6/4 inch

 Elektromotor : Teco 3 – Phase Induction 1480 rpm 30 HP 22 kw

 Pulley pump : 10 inch

 Pulley motor : 8 inch

 Pipa isap : 4 inch

 Discharge : 4 inch

2) Tabung pemisah ( Hydrocyclone ) yang dilengkapi dengan pipa inlet,

pipa outlet, Dome, Ring ( Vortex Finder ) dan Cone di bawahnya.

Alat ini bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang ditimbulkan

oleh aliran air yang membentuk pusaran ( Vortex ). Akibat dari gaya

44
sentrifugal yang ditimbulkan oleh aliran vortex maka inti kelapa sawit

yang memeliki berat jenis 1,07 gr/cm3 akan berada pada pusat pusaran

sedangkan cangkang yang memiliki berat jenis 1,15 – 1,20 gr/cm3 akan

terlempar hingga dinding Hydrocyclone.

Spesifikasi :

 Pipa inlet : 6 inch

 Pipa outlet : 6 inch

 Diameter vortex finder : 22 cm

 Cone kernel : 60 mm

 Cone shell : 55 mm

3) Bak penampung

Bak penampung campuran hasil pemisahan yang dilakukan oleh

tabung pemisah ( Hydrocyclone ), yang dilengkapi dengan Rotary

washing drum / Vibrating screen, Shaft, Bearing, Sprocket, Chain,

Elektromotor, Gearbox dan Vibrating through.

Spesifikasi alat :

 Volume bak penampung : 6340 m3

Rotary washing drum berfungsi untuk membersihkan atau memoleskan

cangkang dan kernel agar bersih dari kotoran.

 Diameter : 80 cm

 Panjang : 100 cm

 Diameter lubang : 0,5 cm

 Elektromotor : Elektrim 1,5 kw 1450 rpm

45
 Putaran akhir : 17 rpm

4.3 Hasil Analisa Laju Umpan Hydrocyclone

Berikut ini adalah hasil analisa umpan Hydrocyclone, pengambilan

data dilakukan dengan mengambil sampel keluaran dari Nut Grading Drum.

Tabel 4.1 Laju Umpan Hydrocyclone

Sampel Waktu Laju Aliran Umpan


NO
(gr) (dtk) (gr/dtk) (kg/jam)
1 2236 5.26 425.10 1530.34
2 2235 5.87 380.75 1370.70
3 2124 5.5 386.18 1390.25
4 2119 5.27 402.09 1447.51
5 2224 5.18 429.34 1545.64
6 2091 5.33 392.31 1412.31
7 2126 5.24 405.73 1460.61
8 2331 5.09 457.96 1648.64
9 2127 5.67 375.13 1350.48
10 2260 5.58 405.02 1458.06
11 2142 5.9 363.05 1306.98
12 2226 5.95 374.12 1346.82
13 2251 5.57 404.13 1454.87
14 2289 5.42 422.32 1520.37
15 2127 5.09 417.88 1504.36
16 2439 5.3 460.19 1656.68
17 2394 5.51 434.48 1564.14
18 2250 5.42 415.13 1494.46
19 2129 5.62 378.83 1363.77
20 2195 5.56 394.78 1421.22
Rerata 2215.75 5.47 406.23 1462.41
( Sumber : Analisa data primer, 2017 )

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan pada table 4.1 dapat

diketahui bahwa umpan Hydrocyclone setiap harinya dengan nilai yang

bervariasi. Nilai rata - rata laju aliran umpan Hydrocyclone 1462.41 kg/jam.

46
2400
2300
2200
2100
Laju umpan (kg/jam)

2000
1900
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengamatan ke- Umpan (kg/jam)
Standar (kg/jam)

Gambar 4.2 Grafik Laju Aliran Umpan Hydrocyclone

Dari grafik diatsas, 4.2 laju aliran umpan hydrocyclone, menunjukkan

bahwa semua hasil pengamatan berada di dalam batas kendali, yaitu standar

umpan sebesar 2.25 ton/jam. Maka dapat disimpulkan bahwa proses yang

menyebabkan terjadinya losses kernel dan kadar kotoran berdasarkan standar

umpan Hydrocyclone tergolong konsisten.

Namun dari segi laju aliran umpan Hydrocyclone, umpan

Hydrocyclone sangat bervariasi disetiap pengamatanya. laju aliran umpan

yang bervariasi akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya losses

kernel dan kadar kotoran Hydrocyclone

Adapun faktor yang menjadi peyebab laju aliran umpan Hydrocyclone

bervariasi. Volume Nut Hooper kurang dari 1/3 Hooper, sehinnga

mengakibatkan feeding yang masuk ke Ripple Mill tidak stabil, dan pengisian
47
Bucket Cracked Mixture menuju ( Light Transport Dry Separator ) LTDS

tidak merata.

1. Analisa Umpan ( feeding ) Hydrocyclone

Material yang masuk kedalam Hydrocyclone yaitu berupa kernel dan

cangkang atau yang disebut feeding Hydrocyclone, kualitas feeding juga

merupakan salah satu penyebab tingginya losses dan kadar kotoran

Hydrocyclone. Kualitas feeding yang dimaksud adalah proporsi ukuran kernel

pecah dan cangkang yang masuk kedalam Hydrocyclone. feeding dikatakan

baik bila kernel pecah mendekati 45% dan cangkang 55%. Kualitas feeding

yang baik seharusnya tidak ada nut utuh, nut pecah dan kernel utuh yang

masuk ke Hydrocyclone, karena pada prinsipnya Hydrocyclone berfungsi

memisahkan kernel pecah dan cangkang, tapi pada prosesnya masih banyak

nut utuh, nut pecah dan kernel utuh yang masuk ke Hydrocyclone

Untuk menganalisa umpan yang masuk kedalam Hydrocyclone

dilakukan pengambilan data pada corong keluaran Nut Grading Drum yang

menuju ke Hydrocyclone, pengambilan data dilakukan sebanyak 20 kali

pengamatan, yang disajikan pada table 4.2

48
Tabel 4.2 Komposisi Umpan Hydrocyclone

Berat Kernel Kernel Nut Nut


Shell Total
No Sampel Utuh Pecah Utuh Pecah
(%) (%)
(gr) (%) (%) (%) (%)
1 1000 32.318 10.814 1.019 3.775 52.074 100
2 1000 29.209 12.438 0.843 2.975 54.535 100
3 1000 26.508 11.524 0.465 2.16 59.343 100
4 1000 27.768 11.495 2.145 3.76 54.832 100
5 1000 26.982 13.237 1.72 1.814 56.247 100
6 1000 33.127 8.316 0.384 3.435 54.738 100
7 1000 35.766 9.629 0.638 1.808 52.159 100
8 1000 23.104 12.737 1.452 2.881 59.826 100
9 1000 28.717 8.141 1.428 4.973 56.741 100
10 1000 33.86 12.425 0.943 3.426 49.346 100
11 1000 31.646 13.837 2.17 1.328 51.019 100
12 1000 28.827 8.396 2.676 2.348 57.753 100
13 1000 32.34 9.542 0.478 3.3 54.34 100
14 1000 35.118 11.942 0.882 4.753 47.305 100
15 1000 28.905 13.177 1.287 3.413 53.218 100
16 1000 33.614 11.453 0.475 3.876 50.582 100
17 1000 20.614 12.967 2.172 5.49 58.757 100
18 1000 34.775 9.485 0.978 2.164 52.598 100
19 1000 31.366 11.673 1.376 4.102 51.483 100
20 1000 29.153 9.553 0.892 3.184 57.218 100
Rerata 1000 30.18 11.14 1.22 3.25 54.21 100
( Sumber : Analisa data primer, 2017 )

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan pada table 4.2 dapat

diketahui bahwa komposisi persentase rata – rata umpan masuk hydrocyclone

adalah shell dengan nilai rata – rata 54,21 %, kernel pecah sebanyak 11,14 %,

kernel utuh 30,18 %, nut pecah 3,25 % dan nut utuh sebanyak 1.22 %.

Selanjutnya hasil dari komposisi umpan masuk hydrocyclone disajikan dalam

bentuk grafik pada gambar 4.3

49
65
60
55
50
45
Komposisi Umpan (%)

40
35
30
25 Kernel Utuh (%)

20 Kernel Pecah (%)

15 Nut Utuh (%)


10 Nut Pecah (%)
5
Shell (%)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengamatan Ke-

Gambar 4.3 Grafik komposisi Umpan Hydrocyclone

Dari gambar 4.3 Grafik komposisi Umpan Hydrocyclone, setelah diamati

rata – rata komposisi umpan yang masuk ke Hydrocyclone, terdapat masih

banyaknya kernel utuh yang masuk kedalam Hydrocyclone, sehingga

mengakibatkan kinerja Hydrocyclone lebih berat dibanding komposisi kernel utuh

yang sedikit, karena fungsi utama Hydrocyclone adalah memisahkan kernel pecah

dan cangkang.

50
C. Analisis Hasil Pengamatan Kadar Kotoran

Kadar kotoran pada kernel hasil dari Hydrocyclone yaitu persentase

shell, shell dari nut utuh, nut pecah dan kotoran yang terikut kedalam kernel,

Pada pabrik tempat penelitian, kadar kotoran pada kernel memiliki standar 8

% terhadap sampel kernel, pada table 4.4 disajikan hasil analisa kadar kotoran.

Tabel 4.3 Kadar Kotoran Hydrocyclone.

Nut Total
Sample Nut Utuh Shell Dirt
NO Pecah shell
(gr) (gr) (gr) (%)
(gr) (gr)
1 1043 8.47 31.76 35.86 76.09 7.30
2 1022 6.14 29.2 40.71 76.05 7.44
3 1052 10.29 34.18 42.37 86.84 8.25
4 1048 12.82 26.42 45.62 84.86 8.10
5 1025 6.12 31.24 38.24 75.6 7.38
6 1064 15.68 37 38.62 91.3 8.58
7 1038 10.64 28.92 42.28 81.84 7.88
8 1041 9.21 18.53 46.14 73.88 7.10
9 1042 7.07 35.4 39.39 81.86 7.86
10 1033 9.75 32.46 37.43 79.64 7.71
11 1042 7.43 26.56 45.85 79.84 7.66
12 1028 12.72 32.81 37.64 83.17 8.09
13 1037 7.83 27.41 46.73 81.97 7.90
14 1052 11.34 36.61 38.74 86.69 8.24
15 1043 13.24 33.2 39.52 85.96 8.24
16 1019 18.1 13.79 42.95 74.84 7.34
17 1047 14.85 22.31 43.61 80.77 7.71
18 1032 9.73 37.22 39.86 86.81 8.41
19 1052 9.57 27.84 43.72 81.13 7.71
20 1037 10.86 32.73 35.75 79.34 7.65
Rerata 1039.85 10.59 29.78 41.05 81.42 7.83
( Sumber : Analisa data primer, 2017 )

Dari tabel 4.4 analisa kadar kotoran keluaran Hydrocyclone didapat rata

rata kadar kotoran sebesar 7.87 %.

51
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
% Dirt

7.6
7.4
7.2
% Dirt
7 % Standart
6.8
6.6
6.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengamatan Ke-

Gambar 4.4 Grafik kadar kotoran Hydrocyclone

Dari gambar 4.4 kadar kotoran Hydrocyclone mengalami fluktuasi dimana

pada pengamatan ke 3,4,6,12,14,15,18 kadar kotoran diatas standar, sedangkan

pada pengamatan ke 1,2,5,7,8,9,10,11,16,17,19,20 kadar kotoran dibawah dari

standar perusahaan yaitu 8%.

Berdasarkan hasil analisa data pengamatan yang telah dilakukan ada

beberapa faktor yang menyebabkan kadar kotoran pada Hydrocyclone. Laju aliran

dan komposisi feeding yang tidak stabil menjadi salah satu penyebab kadar

kotoran Hydrocyclone.

Pemakain satu LTDS juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap tinngginya losses dan kadar kotoran Hydrocyclone dikarenakan proses

pemisahan Cracked Mixture hasil dari pemecahan nut oleh Ripple Mill hanya

berakhir pada LTDS I sebelum dilanjutkan pemisahan oleh Hydrocyclone, yang

52
dimana proses pemisahan Cracked Mixture dari LTDS I masih terdapat kernel

kecil pecah dan cangkang halus ( Dust ) yang seharusnya dilakukan pemisahan

pada LTDS II, karena kernel pecah kecil dan cangkang halus ( Dust ) akan

menggangu kapasitas Hydrocyclone, cangkang halus ( Dust ) akan mempengaruhi

berat jenis cairan yang menyebabkan pemisahan kernel dan cangkang tidak

berlangsung sebagai mestinya.

Faktor mesin dan peralatan juga menjadi salah satu penyebab tingginya

kadar kotoran pada Hydrocyclone, faktor mesin dan peralatan yang dimaksud

adalah. Kemampuan dari mesin dan peralatan untuk menunjang keberhasilan

Hydrocyclone megalami penurunan perporma sehingga mengakibatkan proses

pemisahan pada Hydrocyclone menjadi tidak standar lagi, seperti tekanan pada

pompa Hydrocyclone kernel, tekanan pompa yang seharusnya 15 psi mengalami

perubahan, tekanan pompa menjadi lebih besar, immpeler pompa sudah aus,

terjadi slip pada belting, cone berlubang atau sudah tidak mulus lagi dan posisi

vortex finder terlalu rendah.

53
D. Analisa hasil pengamatan losses kernel pada operasional Hydrocyclone.

Kehilangan kernel pada cangkang hasil dari Hydrocyclone yaitu

persentase kernel yang terikut pada cangkang. Pada pabrik tempat penelitian

kernel losses pada cangkang memiliki standar 3 % terhadap sampel, pada table

4.4 disajikan hasil analisa kehilangan kernel.

Tabel 4.4 Loses Kernel Hydrocyclone

Berat Nut Kernel Total Kernel


Nut utuh Kernel
NO sample Pecah pecah Kernel Losses
(gr) Utuh (gr)
(gr) (gr) (gr) (gr) (%)
1 1048 4.47 8.35 7.32 14.72 34.86 3.33
2 1082 2.72 5.83 2.47 17.86 30.88 2.67
3 1075 2.75 10.74 9.53 13.85 36.87 3.56
4 1044 6.93 12.43 7.58 10.74 37.68 3.61
5 1087 5.78 4.12 8.74 10.72 29.36 2.7
6 1048 4.48 5.94 2.78 16.5 29.7 2.83
7 1082 5.07 9.24 12.97 9.58 36.86 3.41
8 1040 1.67 8.37 14.63 11.86 36.09 3.47
9 1092 5.52 8.84 7.14 16.83 38.33 3.51
10 1058 3.18 2.9 10.38 15.7 32.16 3.04
11 1062 2.23 3.42 11.42 18.37 35.44 3.34
12 1027 1.76 4.54 2.19 16.49 24.98 2.43
13 1082 2.53 7.65 1.96 16.76 28.9 2.67
14 1023 7.26 4.53 6.17 9.86 27.82 2.72
15 1034 4.41 8.38 11.64 9.49 33.92 3.28
16 1048 1.15 4.3 4.85 17.53 27.83 2.66
17 1082 7.14 18.43 7.28 8.27 41.46 3.83
18 1081 1.62 7.29 1.92 15.85 26.68 2.47
19 1083 4.84 5.73 2.32 17.85 30.74 2.84
20 1054 5.64 9.84 4.36 16.53 36.37 3.45
Rerata 1059.6 3.77 7.70 6.88 14.40 32.84 3.09
( Sumber : Analisa data primer, 2017 )

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan pada table 4.3 Losses

Kernel Hydrocyclone didapat rata – rata losses 3.09.

54
4

3.5

2.5
% Losses

% Losses
2
% Standar
1.5

0.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengamatan Ke-

Gambar 4.5 Grafik Losses kernel Hydrocyclone

Dari gambar 4.5 losses kernel Hydrocyclone mengalami fluktuasi dimana

pada pengamatan ke 1,3,4,7,8,9,10,11,15,17,20 losses kernel diatas standar,

sedangkan pada pengamatan ke 2,5,6,8,9,14,16,18,19 losses kernel dibawah dari

standar perusahaan yaitu 3% terhadap sampel.

Berdasarkan hasil analisa data pengamatan yang telah dilakukan ada

beberapa faktor yang menyebabkan losses pada Hydrocyclone. Laju aliran dan

komposisi feeding yang tidak stabil menjadi salah satu penyebab losses

Hydrocyclone, dan masih didapati nut utuh dan nut pecah, juga banyaknya kernel

utuh yang terikut kedalam Hydrocyclone, hal ini dipengaruhi oleh kemapuan

peralatan yang ada di stasiun ini tidak maksimal

Berdasarkan tabel 4.2 analisa komposisi umpan Hydrocyclone masih

terdapatnya nut utuh dan nut pecah yang terikut kedalam Hydrocyclone.hal ini

dipengaruhi oleh kemapuan peralatan yang ada di stasiun ini tidak maksimal,

55
masih terdapatnya nut utuh dan nut pecah, hal ini disebabkan oleh kemampuan

Ripple mill dalam memecahkan nut tidak maksimal, proses pemecahan nut pada

Ripple mill dengan efisiensi kurang dari 95%, akan menyebabkan banyaknya nut

utuh dan nut pecah yang terikut pada Hydrocyclone. Nut Grading Drum yang

berfungsi untuk mengembalikan nut utuh yang tidak terpecah oleh Ripple mill

juga tidak menjadi solusi untuk hal ini, nut utuh masih lolos menjadi feeding

Hydrocyclone.

Banyaknya kernel utuh yang terikut kedalam Hydrocyclone, hal ini

dipengaruhi oleh kemampuan ( Light Transport Dry Separator ) LTDS dalam

memisahkan Cracked Mixture hasil dari pemecahan nut oleh Ripple Mill, kernel

utuh yang seharusnya jatuh pada Chute LTDS menuju Conveyor untuk dikirim ke

kernel Dryer masuk ke Hydrocyclone sehingga mengakibatkan kinerja

Hydrocyclone lebih berat. karena fungsi utama Hydrocyclone adalah memisahkan

kernel pecah dan cangkang.

Faktor mesin dan peralatan juga menjadi salah satu penyebab tingginya

losses pada Hydrocyclone, faktor mesin dan peralatan yang dimaksud adalah.

Kemampuan dari mesin dan peralatan untuk menunjang keberhasilan

Hydrocyclone megalami penurunan perporma, sehingga mengakibatkan proses

pemisahan pada Hydrocyclone menjadi tidak standar lagi, adapun faktor mesin

dan peralatan yang dimaksud yaitu, tekanan pompa terlalu kecil, tekanan pompa

Hydrocyclone shell yang seharusnya 10 psi mengalami penurunan, immpeler

pompa sudah aus, terjadi slip pada belting, cone berlubang atau sudah tidak mulus

lagi dan posisi vortex finder terlalu tinggi.

56
Faktor sumber daya manusia juga menjadi salah satu penyebab tingginya

losses dan kadar kotoran pada Hydrocyclone, faktor sumber daya manusia yang

dimaksud adalah kemampuan dan etos kerja operator, kemampuan merupakan

pengetahuan operator terhadap proses pengolahan di stasiun nut and kernel,

sedangkan etos kerja adalah kemampuan kerja operator dalam mengoperasikan

stasiunnya dengan baik dan benar, operator tidak melakukan cros ceck secara

teratur sehingga tidak diketahui kinerja dari Hydrocyclone dalam keadaan baik

atau buruk, selain itu sebagai operator tidak melakukan usaha perbaikan (

perporma operator/shif ) apbila Hydrocyclone mengalami losses dan kadar

kotoran melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan standar umpan sebesar 2.25 ton/jam, proses yang

menyebabkan terjadinya losses kernel dan kadar kotoran terhadap

standar umpan Hydrocyclone tergolong konsisten, berbanding

terbalik dengan laju aliran umpan Hydrocyclone yang menjadi salah

satu penyebab losses dan kadar kotoran.

2. Komposisi feeding yang tidak stabil merupakan salah satu penyebab

tingginya losses dan kadar kotoran pada Hydrocyclone.

3. Masih banyaknya nut utuh,nut pecah dan kernel utuh menjadi

penyebab tingginya losses dan kadar kotoran pada Hydrocylone

4. Tekanan pompa, kondisi cone, posisi vortex finder dan kualitas air

berpengaruh terhadap losses dan kadar kotoran Hydrocylone.

58
B. Saran

1. Sebaiknya Pressure Gauge pada pompa Hydrocyclone dipasang

sehingga bisa diketahui tekanan pompa yang digunakan sudah

sesuai standar apa belum. Karena tekanan pompa ini sangat

berpengaruh terhadap proses pemisahan di Hydrocyclone

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efisiensi Ripple

Mill dan LTDS.

59
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. PMKS ; Padasa Enam Utama Riau.

Bradley, D. 1965. The Hydrocyclone. Pergamon Press Oxford.

Coulson, 1986. Particle Technology and Separation Process. New York ; Foust
and Perry.

Ion, Riswan. 2010. Analisa Aliran Fluida Pada Hydrocyclone Dengan Metode
Numerik Menggunakan Perangkat Lunak CFD . Medan : Universitas
Sumatra Utara.

Naibaho, P. M.1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit : Pusat Penelitian


Kelapa Sawit ( PPKS ) Medan.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Murson, Bruce R. 1982 Fundamental of Fluid Mechanics. New York : John


Wiley & Sons Inc.

Ridwan, Indra Siswantara A, Suprianto 2002. Kajian Model Cyclone Separator.


KOMMIT Universitas Gunadarma ( 2004 )

Pahan, I. 2006. Panduan lengkap kelapa sawit : management Agribisnis dari hulu
hingga hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.

Pardamean, Maruli, QIA, CRMP. 2011. Penjelasan kebun dan kelapa sawit.
Jakarta.

Usmaliyana, Lisa. 2012. Pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3)


terhadap proses pemisahan shell dan kernel pada proses claybath.
Medan : Universitas Sumatra Utara.
Wahyudi, Diki. 2011. Analisis pengaruh pencampuran larutan CaCO3 danabu
boiler terhadap kadar kotoran dan losses di claybath. Yogyakarta :
Institut Pertanian Stiper. Yogyakarta.

60
61
62
63

Você também pode gostar