Você está na página 1de 34

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu dari sekian banyak
penyakit daerah tropis yang diakibatkan oleh virus yang banyak terjadi di Indonesia.
Kasus ini meningkat terutama dalam musim pancaroba, tetapi dengan berjalannya
waktu terjadi perbedaan dalam tingkat kejadian demam berdarah dengue dimana
kasusu dapat dijumpai hamper setiap saat tidak mengenl musim. Virus dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty yang dapat menyerang manusia baik
dewasa maupun anak-anak.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan
rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk
Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada
di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat
penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO
2004).
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di
DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR)
sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional,
yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang
penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya
DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung
pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air,
kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta
mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurmal. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan
klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.

2. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada Nn. D dengan DHF di ruang
Maria RS.Santo Yusup.
b. Tujuan Khusus
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu :
1) Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan
pada Nn.D dengan DHF di ruang Maria RS. Santo Yusup.
2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada Nn.D dengan DHF di ruang Maria RS. Santo Yusup.
3) Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan selama memberikan
Asuhan keperawatan pada Nn.D dengan DHF di ruang Maria RS. Santo
Yusup.
4) Mampu melakukan tindakan keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada Nn.D dengan DHF di ruang Maria RS. Santo Yusup.
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada Nn.D dengan DHF di ruang Maria RS. Santo Yusup.

1
3. SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Terdiri dari konsep dasar medik (Konsep), Asuhan
keperawatan (Konsep), Asuhan keperawatan (Kasus)
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR DHF


a. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, I,II,III
dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. ( Soegijanto,
2006 : 61)
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus
dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 )
b. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa
nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen cair.
Darah berwarna merah, warna merah tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung
kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak
maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan. Darah juga pembawa dan
penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah
mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi
panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan
tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu
(termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media
transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-
sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padat darah
terendam dalam plasma.
Sel-sel darah :
1) Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang
masih berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada
proses pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai
globulin yang merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses
pematangan (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh
ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di
atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka terjadi
gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120
hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada
hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah bilirubin yang
tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning
walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ

3
lien terutama pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan
pigmen bilirubin. Zat besi yang digunakan untuk proses sintesa sel
eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di dalam hati akan mengalami
proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar bersama
cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5
juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit
didapat hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul
hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin
(suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2,
jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
2) Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis
leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah
normal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlahnya berkurang disebut
leukopenia. Jika tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut
agranulasitosis.
3) Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu
megakaryosit, di sumsum tualng dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron,
dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai
kemampuan untuk melakukan :
 daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
 daya adhesi (melekat)
 daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis
dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai
pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada
dinding pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup
lubang yang bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan
menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah
.Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu
Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan
dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek
vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan
membantu proses pembekuan darah.

Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari
berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah
yang berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari
satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
 Air : 91-92%
 Protein plasma :
 Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di
hepar).

4
Globulin ,  ,  (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel
retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
 Fibrinogen
 Protrombin.
 Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin
 Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak,
asam amino, enzim, hormon.

Fungsi Protein Plasma :


a) Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk
pembentukan dan penyerapan cairan jaringan.
b) Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak
sebagai penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.
c) Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
d) Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh
melawan infeksi.

Gambar Struktur Pembentuk Darah

Gambar Komponen Darah

5
c. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk
aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1) Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2) Hidup didalam dan sekitar rumah
3) Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

d. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor yang meningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
mengakibatkan plasma dapat keluar dari dalam pembuluh darah melalui dinding.
Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal.
Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan. Pada
keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob, hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan
jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,
muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak
sehingga hati tidak dapat memecahkan asam lemak menjadi bahan keton,
sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.

6
e. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1) Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3) Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4) Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

f. Tanda dan Gejala


Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6) Sakit kepala.
7) Pembengkakan sekitar mata.
8) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

g. Test Diagnostik
(Nursalam, 2008)
1) Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3) Rontgen thoraks : efusi pleura

h. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat
Alimul , 2008) diantaranya:
1) Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2) Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3) Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.

7
4) Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

i. Penatalaksanaan Medis (Narusalam, 2008)


1) Terapi
1) DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering
muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien
minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM ,
anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak
diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun
diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien
terus menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang cenderung
meningkat.
2) Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2) Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose
5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan
pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda
vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu
tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti
paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak
gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral
hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB
(tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam
mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis
yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai

8
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang
harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai
pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

2. ASUHAN KEPERAWATAN (KONSEP)


a. Pengkajian
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Kebersihan lingkungan tempat tinggal, suka menampung air bersih.
- Rumah yang berdempetan.
- Panas 2-7 hari.
- Ada yang terkena demam berdarah di sekitar tempat tinggal.
2) Pola nutrisi metabolik
- Anoreksia, BB menurun, mual, muntah, perabaan dingin.
- Demam, bibir dan mukosa kering, batuk ringan, berkeringat.
- Ketegangan abdomen (asites)
- Hepatomegali, splenomegali, hematemesis, petekie, purpura,
ekimosis
3) Pola eliminasi
- Melena, hematuri
- Oliguri (produksi urine menurun kurang dari 30 ml/jam)
4) Pola aktivitas dan latihan
- Malaise, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, nyeri
punggung, nadi cepat dan lemah, sianosis daerah bibir dan
ekstremitas, akral dingin, epistaksis.
- Lemas, mudah lelah, hipotensi, pusing bila beraktivitas.

5) Pola tidur dan istirahat


- Sulit tidur karena nyeri ulu hati
- Demam, berkeringat saat tidur
- Gelisah.
6) Pola persepsi kognitif dan sensorik
- Sakit kepala, nyeri otot dan persendian.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses penyakit (Viremia)
2) Kekurangan volume cairan tubuh b.d berpindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
3) Resiko tinggi perdarahan b.d penurunan trombosit.
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat karena mual.

9
c. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Perencanaan


o Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap 4 jam 1. TTV sebagai acuan dan
penyakit/Viremia keperawatan selama 3x24 khususnya Suhu badan klien indiktor dalam melakukan
jam diharapkan suhu tubuh intervensi lebih lanjut
klien normal. 2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : minum (lebih kurang 2,5 mengakibatkan penguapan
 Suhu tubuh normal liter/24 jam ). tubuh meningkat sehingga
( 36-37 o C) perlu diimbangi dengan
 Akral hangat asupan cairan yang banyak
 Tidak sianosis 3. Anjurkan untuk tidak memakai 3. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang mengurangi penguapan
tebal. tubuh.
4. Kolaborasi untuk pemberian 4. Digunakan untuk mengurangi
obat antipiretik. demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.

2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap 4 jam. 1. Tanda-tanda vital sebagai
tubuh b.d berpindahnya keperawatan selama 3x24 acuan untuk mengetahui
cairan intravaskuler ke jam diharapkan tidak keadaan umum pasien.
ekstravaskuler. terjadi defisit cairan, 2. Observasi tanda dan gejala 2. Sebagai indikator untuk
cairan dalam tubuh hipovolemia seperti balance pemberian intervensi lebih
seimbang. cairan tidak seimbang, lanjut
Kriteria hasil : dehidrasi dan lain-lain.
 tidak panas (suhu: 3. Observasi tanda-tanda syok 3. Agar dapat segera dilakukan
36-37 oC), seperti lemas, nadi cepat tindakan atau penanganan
 hidrasi kulit baik, lemah, hipotensi, sianosis bibir lebih awal syok yang dialami
 kulit tidak kering, dan ekstremitas, akral dingin. pasien.
 balance cairan 4. Memonitor intake dan output. 4. Keseimbangan cairan

10
seimbang, 5. Anjurkan pasien banyak 5. Asupan cairan sangat
 pasien mau minum minum 2-3 liter/hari. diperlukan untuk menambah
2-3 liter perhari, volume cairan tubuh.
 urin dalam batas 6. Kolaborasi dengan dokter 6. Untuk asupan cairan yang
normal dalam pemberian cairan infus. adekuat
waktu 3 hari.
Rasional:

3. Resiko perdarahan b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap 4 jam 1. Sebagai indikator untuk
penurunan trombosit keperawatan selama 3x24 mengetahui keadaan klien.
jam diharapkan tidak 2. Monitor penurunan trombosit 2. Untuk mengetahui tingkat
terjadi perdarahan tanda klinisnya seperti kebocoran pembuluh darah
Kriteria hasil : hematokrit meningkat, yang dialami klien sebagai
 Jumlah trombosit Hemoglobin meningkat. acuan melakukan tindakan
meningkat –normal Adanya petekie lebih lanjut.
(150.000-450.000 3. Berikan pendidikan kesehatan 3. Meningkatkan pengetahuan
/ul) mengenai DHF, pencegahan klien tetang DHF, mencegah
 Tidak ada petekie, terjadinya perlukaan dan terjadinya perdarahan.
purpura, perawatan untuk penyakit
ekimosis,hematem DHF agar tidak terjadi
esis, melena terulang lagi.
4. Kolaborasi pemberian cairan 4. Untuk mengganti cairan yang
sesuai kebutuhan. hilang.

4. Resiko perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Untuk menetapkan cara
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 menelan, dan muntah yang mengatasinya.
tubuh b.d intake nutrisi jam diharapkan kebutuhan dialami pasien
yang tidak adekuat karena nutrisi klien terpenuhi, 2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi
mual. tidak mengalami ditelan seperti bubur. kelelahan pasien dan
kekurangan nutrisi. meningkatkan asupan
Kriteria hasil : makanan .

11
 Porsi makan habis 3. Berikan perawatan mulut ( 3. Memberi kesegaran pada
 Tidak ada sering cuci mulut). mulut dan meningkatkan
penurunan BB selera makan.
4. Berikan makanan dalam porsi 4. Untuk menghindari mual.
kecil dan frekuensi sering.
5. Catat jumlah / porsi makanan 5. Untuk mengetahui
yang dihabiskan oleh pasien pemenuhan kebutuhan
setiap hari nutrisi.
6. Pemberian obat antiemetik 6. Antiemetik membantu pasien
sesuai kebutuhan klien. mengurangi rasa mual dan
 Ondansentron 2x8 mg muntah dan meningkatkan
(IV) toleransi pada makanan.
 Omeprazole 1x 1 Vial
= 40 mg (IV)

d. Implementasi keperawatan
Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk
membantu klien mencapai tujuan rencana tindakan yang telah dibuat. Prinsip yang digunakan dalam memberikan tindakan
keperawatan adalah cara pendekatan yang efektif dan teknik komunikasi yang terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang
dilakukan terhadap klien.

a. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dan penilaian asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui keberhasilan atas tindakan yang akan dilaksanakan. Ada dua
kemungkinan yang akan terjadi yaitu masalah belum dapat teratasi atau mungkin timbul masalah baru.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses
adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi hasil tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.

12
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TROPIS
PADA Nn.D DENGAN DHF DI RUANG MARIA
RS. SANTO YUSUP

Asuhan Keperawatan (Kasus)


I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Data umum
a. Identitas Klien
Nama : Nn. D
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal pengkajian : 25-07-2016
Tanggal masuk : 25-07-2016
Diagnosa masuk : DHF
Alamat : Komp. Permata Biru Blok C. No.27
RT 03/RW 19

b. Identitas keluarga/Penanggung jawab


Nama : Tn. S
Umur : 56
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung
Alamat : Komp. Permata Biru Blok C. No.27
RT 03/RW 19

2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan 4 hari sebelum masuk rumah sakit klien panas tinggi,
tidak ada nafsu makan jika dipaksa makan maka akan merasa mual.
Maka klien dibawah keluarga untuk periksa ke klinik rawat jalan RS.
Santo Yusup, hasil pemeriksaan : TTV ; TD:110/70 mmHg, N :
107x/mnt, S: 39,6 o C, RR: 24 /mnt. Hasil pemeriksaan Hematologi :
Jumlah trombosit 102.000 u/l .Maka klien diminta untuk di rawat inap
di ruang Maria.
2) Keluhan Utama
Demam
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Demam disebabkan oleh infeksi virus dengue , demam dirasakan
diseluruh tubuh, suhu tubuh 39,9 o C – 40 o C, demam dirasakan sejak
4 hari yang lalu.

13
4) Keluhan Yang Menyertai
Batuk
5) Riwayat Tindakan Konservatif dan Pengobatan Yang Telah Didapat
Nn.D sudah menjalani pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi dan mendapatkan Sanmol.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Riwayat Penyakit atau Rawat Inap Sebelumnya
Klien pernah dirawat inap tahun 2009 dengan penyakit yang sama di
RS. Santo Yusup.
2) Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
3) Riwayat Operasi
Klien tidak pernah melakukan operasi
4) Riwayat Transfusi
Klien mengatakan tidak pernah melakukan transfusi darah
5) Riwayat Pengobatan
Tidak ada.

3. Data biologis
a. Penampilan Umum
Klien tampak sakit sedang, Kesadaran Composmentis, GCS : E4V5M6,
infus Ring As + Cernevit 20 tts/mnt, klien tampak bersih, lingkungan
sekitar juga bersih.
Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah
110/80 mmhg
- Suhu
39,9°C
- Nadi (frekuensi. Keteraturan, lokasi arteri, denyutan)
82 x/mnt, teratur, arteri radialis, dan denyutan lemah
- Pernapasan
23 x/mnt
- Nyeri
Tidak ada keluhan nyeri
b. Tinggi badan : 161 cm
Berat badan : 57kg
IMT : 22,9 Kategori : Normal (18,5-24,9)
c. Anamnesa
1) Sistem Pernapasan
Inspeksi : Tidak sesak nafas, , tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada otot bantu nafas. RR : 23x/
Auskultasi : Bunyi nafas normal vesikuler
2) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Pengeluaran urine 6-7x/hari, tidak ada lesi, dan tidak terdapat
haematuri
3) Sistem Persyarafan
Inspeksi : kesadaran composmentis, bagian kepala tidak ada lesi, warna
kulit kepala kecoklatan, penyebaran rambut merata, rambut
mudah rontok, rambut berminyak,tidak ada ketombe.

14
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri,
4) Sistem Integumen
Inspeksi : Warna putih kemerahan, ada sedikit acne di wajah, mukosa
mulut sedikit kering ,bibir pecah-pecah.
Palpasi : Turgor kulit baik, akral teraba hangat
5) Sistem Pencernaan
Inspeksi : Abdomen berbentuk datar, tidak ada lesi,
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri epigastrium,
tidak ada nyeri apendiks, pemeriksaan turgor kulit baik.
Perkusi : pekak
Auskultasi : bising usus 8x/menit
6) Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : klien dapat beraktivitas , ADL dibantu sebagian,
rentang gerak klien terbatas karena tangan kiri terpasang infus.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan otot, tidak ada edema,
Skala kekuatan otot :
5 5

5 5

4. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien dapat mengontrol emosinya, klien kooperatif
b. Konsep Diri
Klien merasa sedikit terganggu karena masuk RS dengan penyakit yang
sama.
c. Gaya komunikasi
Klien menggunakan bahasa yang jelas, menggunakan bahasa indonesia,
intonasinya baik.
d. Pola Interaksi
Klien mampu berinteraksi dengan orang disekelilingnya terutama keluarga,
dokter dan perawat di ruangan
e. Pola Mengatasi Masalah
Klien mengatakan jika ada masalah selalu berunding dengan kedua orang
tuannya.
5. Data Sosio-Spritual
a. Hubungan sosial
Klien cepat berhubungan akrap dengan orang disekelilingnya sehingga
hubungannya dengan orang lain baik. Terlihat banyak tetangga yang
datang berkunjung.
b. Kultur yang diikuti
Klien berasal dari Bandung dan tinggal di Bandung sehingga mengikuti
gaya hidup dan adat istiadat sunda.
c. Kegiatan agama dan relasi dengan tuhan
Klien mengatakan klien rajin sholat.

15
6. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien bisa menerima sakit yang diderita karena menurutnya sakit yang dia
derita karena pola hidupnya yang kurang teratur dan klien mengatakan akan
merubah pola hidupnya agar penyakitnya sembuh dan tidak akan kambuh lagi.
7. Data Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal/jam Jenis pemeriksaan Hasil Nilai
normal
26-072016 Kimia Darah :
10:11 - SGOT H 291 u/l 0-35
- SGPT H 384 u/l 0-35

Imunologi :
Anti Dengue Ig G & IgM
Anti Dengue Ig M Negatif Negatif
Anti Dengue Ig G Positif Negatif
26-07-2016 Hematologi
08.11 Darah lengkap
- Hemoglobin 814.3 g/dl 11.7-15.5
- Hematokrit 40.3% 35-47
- Leukosit 3.7010^3/𝜇𝐿 4.00-11.00
- Jumlah Trombosit 8210^3/𝜇𝐿 150-450
- Eritrosit 4.49 10^3/𝜇𝐿 3.8-5.2
- MCV 89.8 PL 80-100
- MCH 31.8 Pg 26-34
- MCHC 35.5 g/dL 32.0-36.0

b. Radiologi
1) Foto Thorax Tanggal 26-07-2016 :
Kesan :
Tidak tampak TB Paru aktif maupun pneumonia. Cor normal

16
c. Terapi
1) Terapi Parenteral
- Kalfoxime 1 gr/8 Jam dalam Ns.100
Kalfoxime untuk Infeksi serius & mengancam jiwa karena kuman Gr + & - yang peka pada saluran napas bwh,
saluran kemih-genital, ginekologi, bakteremia atau septikemia, kulit & struktur kulit, intra abdominai, tulang &
sendi, SSP. Bakteriemia & septikemia.
- Cernevit 1 vial/hari dalam infus
Cernevit sebagai multivitamin harian dengan dosis maintenance untuk dewasa dan anak di atas 11 tahun yang
menerima nutrisi parenteral. Juga diindikasikan dalam situasi lain di mana pemberian intravena diperlukan, seperti
operasi, luka bakar luas, patah tulang dan trauma lain, penyakit infeksi berat dan koma yang memicu keadaan
stress dengan peningkatan kebutuhan metabolik dan nutrisi jaringan berkurang.

2) Terapi Injeksi
- Ondansentron 2x8 mg (IV)
Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh
efek samping kemoterapi, radioterapi atau operasi. Mual dan muntah disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang
bernama serotonin. Jumlah serotonin dalam tubuh akan meningkat ketika kita menjalani kemoterapi, radioterapi,
dan operasi. Seretonin akan bereaksi terhadap reseptor 5HT3 yang berada di usus kecil dan otak, dan membuat kita
merasa mual. Ondansetron akan menghambat serotonin bereaksi pada receptor 5HT3 sehingga membuat kita tidak
mual dan berhenti muntah.
- Omeprazole 1x40 mg (IV)
Omeprazole adalah obat yang mampu menurunkan kadar asam yang diproduksi di dalam lambung. Obat yang
masuk ke dalam jenis penghambat pompa proton ini mengobati beberapa kondisi, yaitu nyeri ulu hati, penyakit
asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD), dan infeksi H. Pylori yang menyebabkan tukak
lambung. Selain itu, omeprazole juga dapat digunakan untuk mengobati sindrom Zollinger-Elision.

3) Terapi Oral
N Nama obat Golongan Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping Mekanisme kerja
o
1. Sanmol Analgetik 3x1 meredakan rasa sakit Alergi parasetamol Ruam atau menghambat kerja enzim
dan pada keadaan sakit gigi, atau acetaminophen, pembengkakan cyclooxygenase (COX).
antipiretik sakit kepala, dan nyeri Gangguan fungsi hati – ini bisa Enzim ini berperan pada

17
ringan lainnya. dan penyakit hati, menjadi tanda pembentukan
Sanmol juga Gangguan Fungsi dari reaksi alergi prostaglandin yaitu
diindikasikan untuk Ginjal Serius, Shock Hipotensi senyawa penyebab nyeri.
menurunkan demam. Overdosis (tekanan darah Dengan dihambatnya kerja
Acetaminophen, Gizi rendah) ketika enzim COX, maka jumlah
Buruk Dosis diberikan di prostaglandin pada sistem
Parasetamol. rumah sakit saraf pusat menjadi
dengan infus. berkurang sehingga respon
Kerusakan hati tubuh terhadap nyeri
dan ginjal, berkurang.
ketika diambil
pada dosis lebih
tinggi dari yang
direkomendasik
an (overdosis).

2. Codein Antitusif 2x1 Nyeri ringan sampai Asma bronkial, - Dapat Kodein merupakan
dan tab sedang, batuk emfisema paru-paru, menimbulkan analgesik agonis opioid.
Analgetik (15 (antitusif), diare, dan trauma kepala, ketergantunga Efek kodein terjadi apabila
mg) irritable bowel tekanan intrakranial n. kodein berikatan secara
syndrome yang meninggi, - Mual, muntah, agonis dengan reseptor
alkoholisme akut, idiosinkrasi, opioid di berbagai tempat
setelah operasi saluran pusing, di susunan saraf pusat.
empedu. sembelit. Efek analgesik kodein
- Depresi tergantung afinitas kodein
pernafasan terhadap reseptor opioid
terutama pada tersebut.Kodein dapat
penderita meningkatkan ambang
asma, depresi rasa nyeri dan mengubah
jantung dan reaksi yang timbul di
syok. korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima

18
dari thalamus.Kodein juga
merupakan antitusif yang
bekerja pada susunan saraf
pusat dengan menekan
pusat batuk.

3. Edotin Obat 3x1 Sebagai mukolitik pada Sirosis hepatik, Mual, muntah, Agen mukolitik. Dapat
keras, gangguan saluran defisiensi enzim nyeri perut, mengencerkan mucus dan
Mukolitik pernafasan akut & sistationin sintetase, perubahan indra sputum purulen. Erdostein
kronik. gagal ginjal berat perasa, sakit adalah pro drug yang
(bersihan kreatinin kepala, rasa menjadi aktif setelah
<25 mL/mnt). dingin, sulit proses metabolism dimana
bernafas, kulit gugus sulfhidril bebas di
gata-gatal dan bentuk. Gugus ini akan
kemerahan. memecahkan ikatan
disulfide yang mengikat
serat-serat glikoprotein di
dalam mucus. Hal ini
menyebabkan sekresi
bronkus menjadi lebih
encer dan lebih mudah
dikeluarkan. Dari studi in
vivo dan invitro di
tunjukkan bahwa karena
adanya gugus sulfhidril
bebas dalam bentuk
metabolit aktifnya, maka
erdostein memiliki sifat
antioksidan.

4. Rhinoz SR Antihista 1-0-1 Meringankan gejala-  Penderita dengan  Gangguan Pseudoefedrin masuk
min 2x1 gejala yang berkaitan penyakit saluran cerna, dalam kategori

19
dengan rinitis alergika kardiovaskular anoreksia, simpatomimetik, yang
seperti: bersin-bersin, seperti: insufisiensi mual, muntah, artinya obat-obat yang
hidung tersumbat, koroner, aritmia dan sakit perut, kerjanya meniru kerja
rinorea dan rasa gatal di hipertensi berat. dan mulut senyawa neurotransmiter
hidung. Obat ini  Penderita yang kering. endogen yaitu nor-
dianjurkan bila kedua sedang diterapi  Kardiovaskula epinefrin atau epinefrin
sifat antihistamin dari dengan penghambat r: palpitasi, (keduanya merupakan
loratadine dan efek monoamine takikardia, dan katekolamin) dalam
dekongestan dari oksidase (MAO) ekstrasistoles. stimulasi saraf simpatik.
pseudoephedrine atau dalam waktu Katekolamin dikeluarkan
dibutuhkan. sepuluh hari setetah oleh sistem sarat simpatik
menghentikan dan medula adrenal yang
pengobatan ini dan terlibat dalam pengaturan
pada pasien dengan sejumlah fungsi fisiologis.
glaukoma sudut Respon fisiologis dan
sempit, retensi urin, metabolik yang timbul
hipertensi berat, setelah stimulasi saraf
penyakit arteri simpatik pada mamalia
koroner berat dan biasanya diperantarai oleh
hipertiroidisme. neurotransmiter
 Hipersensitivitas norepinefrin.
terhadap Simaptomimetik bekerja
pseudoephedrine mengaktivasi reseptor
dan loratadine. adrenergik, kerja tersebut
 Pemberian bersama menjadi mudah difahami
ketoconazole dan karena berkaitan dengan
derivat azole yang efek fisiologis katekolamin
lain atau obat yang sudah dikenal. Jadi,
golongan makrolida. dapat dikatakan
 Pada kegagalan pseudoefedrin adalah
pernafasan agonis reseptor α-
adrenergik.

20
d. Diet
Lunak
e. Acara infus
Ring As 20 tts/mnt
f. Mobilisasi
Nn.D dapat melakukan aktivitas seperti biasa walaupun badan terasa lemas, dapat ke kamar mandi sendiri dengan jalan
perlahan-lahan dan bangun dan duduk dan makan sendiri.

21
i. Pengelompokan Data
No Data subyektif Data objektif
1. Klien mengatakan badan panas Suhu 39,9o C, Nadi 105x /menit,
Respirasi 23x /menit, Klien terlihat
gelisah, Klien terlihat lemah, mukosa
bibir sedikit kering.

2. Klien mengatakan sedang haid hari Trombosit turun 82 10^3/𝜇𝐿, SGOT


ke-2 291 u/l, SGPT 384 u/l, Hematokrit
40.3%.

3. Klien mengatakan nafsu makan Klien hanya makan 2 sendok dari


berkurang , makan sedikit terasa menu yang disajikan, Tinggi badan :
mual. 161 kg, BB : 57, IMT : 22,9
(Normal), Klien sering tampak mual
pada saat makan.

ii. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Nyamuk Aedes Aegypti HIPERTERMI
Klien mengatakan badan panas pembawa virus dengue
DO :
Suhu 39,9o C, Nadi 105x /menit, Menggigit manusia
Respirasi 23x /menit, Klien
terlihat gelisah, Klien terlihat Virus dengue masuk
lemah, mukosa bibir sedikit sirkulasi
kering. darah/VIREMIA

Stimulasi magrofag
DMN untuk produksi
pirogen endogen

Masuk hipotalamus

Mengacaukan
termoregulasi

HIPERTERMI

2. DS: Nyamuk Aedes Aegypti RESIKO


Klien mengatakan sedang haid pembawa virus dengue PERDARAHAN
hari ke-2
DO : Menggigit manusia
Trombosit turun 82 10^3/𝜇𝐿,
SGOT 291 u/l, SGPT 384 u/l, Virus dengue masuk
Hematokrit 40.3%. sirkulasi
darah/VIREMIA

22
Kompleks virus ---
Antibodi dalam sirkulasi
darah

Agregasi trombosit

Kerusakan trombosit

Fungsi trombosit

Trombosit dimusnahkan
oleh RES

Trombositopenia hebat

RESIKO
PERDARAHAN

3. DS: Nyamuk Aedes Aegypti RESIKO


Klien mengatakan nafsu makan pembawa virus dengue PERUBAHAN
berkurang , jika makan terasa NUTRISI
mual. Menggigit manusia KURANG DARI
DO : KEBUTUHAN
Klien hanya makan 2 sendok Virus dengue masuk TUBUH
dari menu yang disajikan, sirkulasi
Tinggi badan : 161 kg, BB : 57, darah/VIREMIA
IMT : 22,9 (Normal), Klien
sering tampak mual pada saat Kompleks virus ---
makan. Antibodi dalam sirkulasi
darah

Agregasi trombosit

Pelepasan histamin &


serotonin

Asam lambung

Mual muntah

Anoreksia

RESIKO
PERUBAHAN
NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
TUBUH

23
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (Viremia)
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat karena mual.

24
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Perencanaan


o Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan 7. Observasi TTV tiap 4 jam 5. TTV sebagai acuan dan
penyakit/Viremia yang keperawatan selama 3x24 khususnya Suhu badan klien indiktor dalam melakukan
dintandai dengan Suhu jam diharapkan suhu tubuh intervensi lebih lanjut
39,9o C, Nadi 105x /menit, klien normal. 8. Anjurkan pasien untuk banyak 6. Peningkatan suhu tubuh
Respirasi 23x /menit, Kriteria hasil : minum (lebih kurang 2,5 mengakibatkan penguapan
Klien terlihat lemah,  Suhu tubuh normal liter/24 jam ). tubuh meningkat sehingga
mukosa bibir sedikit ( 36-37 o C) perlu diimbangi dengan
kering.  Akral hangat asupan cairan yang banyak
 Tidak sianosis 9. Anjurkan untuk tidak memakai 7. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang mengurangi penguapan
tebal. tubuh.
10. Kolaborasi untuk pemberian 8. Digunakan untuk mengurangi
obat antipiretik. demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.

2. Resiko perdarahan b.d


penurunan trombosit yang Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap 4 jam 5. Sebagai indikator untuk
ditandai dengan Trombosit keperawatan selama 3x24 mengetahui keadaan klien.
turun 82 10^3/𝜇𝐿, SGOT jam diharapkan tidak 2. Monitor penurunan trombosit 6. Untuk mengetahui tingkat
291 u/l, SGPT 384 u/l, terjadi perdarahan tanda klinisnya seperti kebocoran pembuluh darah
Hematokrit 40.3%. Kriteria hasil : hematokrit meningkat, yang dialami klien sebagai
 Jumlah trombosit Hemoglobin meningkat. acuan melakukan tindakan
meningkat –normal Adanya petekie lebih lanjut.
(150.000-450.000 3. Berikan pendidikan kesehatan 7. Meningkatkan pengetahuan
/ul) mengenai DHF, pencegahan klien tetang DHF, mencegah
 Tidak ada petekie, terjadinya perlukaan dan terjadinya perdarahan.
purpura, perawatan untuk penyakit
ekimosis,hematem DHF agar tidak terjadi

25
esis, melena terulang lagi.
4. Kolaborasi pemberian cairan 8. Untuk mengganti cairan yang
sesuai kebutuhan. hilang.
3.
Resiko perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 7. Kaji keluhan mual, sakit 7. Untuk menetapkan cara
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 menelan, dan muntah yang mengatasinya.
tubuh b.d intake nutrisi jam diharapkan kebutuhan dialami pasien
yang tidak adekuat karena nutrisi klien terpenuhi, 8. Berikan makanan yang mudah 8. Membantu mengurangi
mual. yang ditandai tidak mengalami ditelan seperti bubur. kelelahan pasien dan
dengan Klien hanya kekurangan nutrisi. meningkatkan asupan
makan 2 sendok dari menu Kriteria hasil : makanan .
yang disajikan, Tinggi  Porsi makan habis 9. Berikan perawatan mulut ( 9. Memberi kesegaran pada
badan : 161 kg, BB : 57,  Tidak ada sering cuci mulut). mulut dan meningkatkan
IMT : 22,9 (Normal), penurunan BB selera makan.
Klien sering tampak mual 10. Berikan makanan dalam porsi 10. Untuk menghindari mual.
pada saat makan. kecil dan frekuensi sering.
11. Catat jumlah / porsi makanan 11. Untuk mengetahui
yang dihabiskan oleh pasien pemenuhan kebutuhan
setiap hari nutrisi.
12. Pemberian obat antiemetik 12. Antiemetik membantu pasien
sesuai kebutuhan klien. mengurangi rasa mual dan
 Ondansentron 2x8 mg muntah dan meningkatkan
(IV) toleransi pada makanan.
 Omeprazole 1x 1 Vial
= 40 mg (IV)

26
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL JAM NO.DK Impelemntasi Tanda


tangan
26/7/2016 08.00 1,2 Mengkaji KU klien Jerniati
Respon : KU sakit sedang, Kesadaran
CM, masih demam .TTV : TD : 110/70
mmHg, SB : 39,9oC, RR (25x/menit) ,
Nadi : 105x/menit)

08.15 Memberikan obat Kalfoxime 1 gr/8 jam Jerniati


dalam NS 100 (IV), Cernevit 1 vial/hari
dalam infus Ring As, Sanmol 3x 15 ml,
Codein 15 (1-0-1), Endotin 3x1 tab,
Rhinoz SR (1-0-1)
Respon : Klien kooperatif dan mau
minum obat.

08.30 3 Mengkaji keluhan mual yang dialami Jerniati


Pasien
Respon : Klien mengatakan merasa mual
pada saat makan. Makan hanya 3
sendok.Minum 3 gelas.

09.00 1 Menganjurkan pasien untuk banyak Jerniati


minum (lebih kurang 2,5 liter/24 jam).
Respon : Klien mau melaksanakan apa
yang perawat anjurkan

09.20 2 Memantau tanda penurunan trombosit Jerniati


yang disertai gejala klinis (perdarahan
gusi, melena).
Respon : Klien mengatakan tidak ada
perdarah pada gusi, hidung dan feses
namun klien sedang haid hari ke-3.
Hasil lab 26-07-2016 Trombosit 82
10^3/𝜇𝐿, SGOT 291 u/l, SGPT 384 u/l,
Hematokrit 40.3.

10.00 3 Memantau terapi cairan intravena yang Jerniati


masuk
Respon : Terpasang infus Ring As +
Cernevit : 20 tetes/menit masih 400 cc
labu ke-2.

12.00 2 Mencatat jumlah / porsi makanan yang Jerniati


dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Respon : Makan hanya 2 sendok karena
tidak nafsu makan.Minum 4 gelas.

27
27/7/2016 13.00 1,2 Mengkaji KU klien Jerniati
Respon : KU sakit sedang, Kesadaran
CM, masih demam .TTV : TD : 110/80
mmHg, SB : 37,8oC, RR (22x/menit) ,
Nadi : 95x/menit)

13.10 1 Memberikan obat Sanmol 3x 15 ml, Jerniati


Respon : Klie kooperatif dan mau minum
obat.

14.00 3 Mengkaji keluhan mual yang dialami Jerniati


pasien
Respon : Klien mengatakan masih
merasa mual pada saat makan. Makan
hanya ½ porsi.

14.20 1 Menganjurkan pasien untuk banyak Jerniati


minum (lebih kurang 2,5 liter/24 jam).
Respon : Klien mau melaksanakan apa
yang perawat anjurkan. Klien sudah
minum sebanyak 4 gelas

14.50 2 Memantau tanda penurunan trombosit Jerniati


yang disertai gejala klinis (perdarahan
gusi, melena).
Respon : Klien mengatakan tidak ada
perdarah pada gusi, hidung dan feses
namun klien sedang haid hari ke4. Hasil
lab 27-07-2016 Trombosit 74 10^3/𝜇𝐿,
Hematokrit 40.0.

15.00 1,2 Memantau TTV klien Jerniati


o
TTV : TD : 110/80 mmHg, SB : 36,7 C,
RR (19x/menit) , Nadi : 83x/menit)

15.30 2 Memantau terapi cairan intravena yang Jerniati


masuk
Respon : Terpasang infus Ring As 20
tetes/menit masih 450 cc labu ke-6.

19.00 3 Memantau jumlah intake output klien. Jerniati


Respon : Makan hanya ½ porsi, Minum 2
gelas, Belum BAB, BAK 4x.Infus sisa 300
cc Labu ke-6.

28
28-07- 07.30 1,2 Mengkaji KU klien Jerniati
2016 Respon : KU sakit sedang, Kesadaran
CM, masih demam .TTV : TD : 110/80
mmHg, SB : 37,4oC, RR (18x/menit) ,
Nadi : 79x/menit)

08.00 1,2,3 Memberikan obat Kalfoxime 1 gr/8 jam Jerniati


dalam NS 100 (IV), Cernevit 1 vial/hari
dalam infus Ring As, Sanmol 3x 15 ml,
Codein 15 (1-0-1), Endotin 3x1 tab,
Rhinoz SR (1-0-1), Ondansentron 2x8
mg (IV), Omeprazole 1x 40 mg (IV)
Respon : Klie kooperatif dan mau minum
obat.

08.30 3 Mengkaji keluhan mual yang dialami Jerniati


Pasien
Respon : Klien mengatakan merasa mual
pada saat makan. Makan ¾ porsi.

09.00 1 Menganjurkan pasien untuk banyak Jerniati


minum (lebih kurang 2,5 liter/24 jam).
Respon : Klien mau melaksanakan apa
yang perawat anjurkan

09.30 2 Menganjurkan klien untuk makan sedikit Jerniati


tapi sering
Respon : Klien mau makan sedikit tapi
masih merasa mual.

10.00 2 Memantau tanda penurunan trombosit Jerniati


yang disertai gejala klinis (perdarahan
gusi, melena).
Respon : Klien mengatakan tidak ada
perdarah pada gusi, hidung dan feses
namun klien sudah tidak haid lagi..
Hasil lab 28-07-2016 Trombosit 113
10^3/𝜇𝐿, Hematokrit 40.1. Klien rencana
pulang

10.20 2 Memantau terapi cairan intravena yang Jerniati


masuk
Respon : Terpasang infus Ring As +
Cernevit : 20 tetes/menit masih 350 cc
labu ke-8.

11.00 3 Memberikan pendidikan kesehatan Jerniati


tentang DHF, cara pencegahan dan
perawatan di rumah.

29
Respon : Klien banyak bertanya
mengenai DHF setelah perawat
menjelaskan klien mengerti dan mau
melaksanakannya di rumah.

12.00 3 Memantau jumlah intake output klien. Jerniati


Respon : Makan hanya ¾ porsi, Minum
2 gelas, Belum BAB, BAK 4x .Infus sisa
200 cc Labu ke-11. Jika cairan sudah
habis maka infus akan dilepas karena
ACC dokter Dian pulang.

V. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL NO. SOAP Nama &
DK TTD
26/7/2016 1 S : Nn.D masih mengeluh panas masih naik turun Jerniati
O : TTV : TD : 110/70 mmHg, SB : 37,4oC RR
(19x/menit) , Nadi : 85x/menit
A : Masalah hipetermi belum teratasi
P : Rencana intervensi tetap di lanjutkan
26/7/2016 2 S : Klien mengatakan tidak mengalami perdarahan Jerniati
gusi, hidung namun sedang haid hari ke-2.
O : Hasil lab trombosit turun 82.000 /ul, SGOT 291 u/l,
SGPT 384 u/l, Hematokrit 40.3. TTV : TD : 110/70
mmHg, SB : 36,7oC RR (19x/menit) , Nadi :
85x/menit
A : Masalah resiko perdarahan belum terjadi
P : Rencana Intervensi tetap dilakukan
26/7/2016 3 S : klien mengatakan masih tidak nafsu makan, saat Jerniati
makan terasa mual
O : Klien makan 3 sendok saja, Minum 4 gelas, Infus
Ring As + Cernevit 20 tetes/menit,BAK 5x tapi
belum BAB.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum terjadi
P : Rencana Intervensi tetap dilakukan
27/7/2016 1 S : Nn.D masih mengeluh panas masih naik turun Jerniati
O : TTV : TD : 110/70 mmHg, SB : 37,7oC RR
(18x/menit) , Nadi : 81x/menit
A : Masalah hipetermi belum teratasi
P : Rencana intervensi tetap di lanjutkan
27/7/2016 2 S : Klien mengatakan tidak mengalami perdarahan Jerniati
gusi, hidung namun sedang haid hari ke-4.
O : Hasil lab trombosit turun 74.000 /ul, Hematokrit
40.0. TTV : TD : 110/70 mmHg, SB : 37,7oC RR
(18x/menit) , Nadi : 81x/menit
A : Masalah resiko perdarahan belum terjadi
P : Rencana Intervensi tetap dilakukan

30
27/7/2016 3 S : klien mengatakan masih tidak nafsu makan, saat Jerniati
makan terasa mual
O : Klien makan ½ porsi saja, Minum 6 gelas, Infus
Ring As + Cernevit 20 tetes/menit,BAK 5x tapi
belum BAB.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum terjadi
P : Rencana Intervensi tetap dilakukan
28/7/2016 1 S : Nn.D menagtakan sudah tidak panas lagi Jerniati
O :TTV : TD : 110/70 mmHg, SB : 36,6oC RR
(18x/menit) , Nadi : 76x/menit
A : Masalah hipetermi teratasi
P : Rencana intervensi tetap di lanjutkan di rumah jika
panas karena klien persiapan pulang.
28/7/2016 2 S : Klien mengatakan sudah tidak haid lagi Jerniati
O : Hasil lab trombosit turun 113.000 /ul, Hematokrit
40.1 TTV : TD : 110/70 mmHg, SB : 36,6oC RR
(18x/menit) , Nadi : 76x/menit
A : Masalah resiko perdarahan belum terjadi
P : Rencana Intervensi dihentikan klien persiapan
pulang
28/7/2016 3 S : klien mengatakan nafsu makan membaik Jerniati
O : Klien makan ¾ porsi saja, Minum 4 gelas, Infus
Ring As + Cernevit 20 tetes/menit, BAK 4x, BAB 1x
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum terjadi
P : Rencana Intervensi dihentikan klien persiapan
pulang

31
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, I,II,III dan
IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. ( Soegijanto, 2006 :
61).
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan
Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 ).
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,
mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau
susu).Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD
nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah.
 Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air
kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
 Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Masalah keperawatan yang biasa muncul pada penyakit DHF adalah Peningkatan
suhu tubuh b.d proses penyakit (Viremia), Kekurangan volume cairan tubuh b.d
berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler, Resiko tinggi perdarahan b.d
penurunan trombosit dan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat karena mual.
Pada kasus yang dialami oleh Nn.D tanda dan gejala yang ditimbulkan adalah
demam disebabkan oleh infeksi virus dengue , demam dirasakan diseluruh tubuh,
suhu tubuh 39,9 o C – 40 o C, demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu, tidak ada nafsu
makan, merasa mual. TTV ; TD:110/70 mmHg, N : 107x/mnt, S: 39,6 o C, RR: 24
/mnt. Hasil pemeriksaan Hematologi : Jumlah trombosit 102.000 u/l .Sehingga pada
masalah keperawatan yang muncul pada Nn. D adalah adalah Peningkatan suhu
tubuh b.d proses penyakit (Viremia), Resiko tinggi perdarahan b.d penurunan
trombosit dan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat karena mual.

2. Saran
a. Instalasi pelayanan kesehatan
Diharapkan meningkatkan kinerja perawat dan tenaga medis sehingga dapat
meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien khususnya pasien dengan
DHF.
b. Bagi penulis

32
Untuk selalu menambah wawasan dan referensi tentang DHF, sehingga
mampu melakukan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.
c. Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam
berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan
sekitarnya.

33
DAFTAR PUSTAKA
Arita, M. 2011. Perawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gesyen Publishing.
Carpenito Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.
9 th ed. Dialih bahasakan oleh Kusrini Semarwati Kadar, dkk. Eka Anisa
Mardella, Meining Issuryanti (ed). Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn. 1999. Rencana asuhan Keperawatan. Alih Bahasa : Ester
Monica. Jakarta : EGC.
Fathi, K. S & Wahyuni,C.U.(2005). Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No.1. Juli 2005: 1-10
Hadinegoro et al.(2001).Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.
Price A,. Sylvia & Lorraine Mc. C. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa : Brahm U. Pendif. Ed.6. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth. Alih bahasa : dr. Hg. Kuncara. Ed.8. Jakarta : EGC.
Soegijanto, S.(2006). Demam Berdarah Dengue (edisi 2). Surabaya : Airlangga
University Press.
Sudoyo, Aru, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta: FKUI
Widiastuti, Palupi. (2004). Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian
Demam Berdarah Dengue. Jakarta : EGC
World Health Organization. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian. Edisi 2. Jakarta: EGC

34

Você também pode gostar