Você está na página 1de 11

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No.

4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun


Kayu Kapur (Melanolepsis multiglandulosa Reinch f)

Alpha Cristyananda Damar1), Max Revolta John Runtuwene2), dan Defny Silvia
Wewengkang2)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
2)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

This study aims to determine the flavonoid content and total antioxidant activity of the ethanol
extract leavesKayu Kapur (Melanolepsis multiglandulosa Reinch f).Research done by
differentiating treatment lime leaves into the sample fresh and dried samples were extracted in
two different ways, namely maceration and soxhletasi were then tested total flavonoids and
antioxidants.Calculation of total flavonoids were calculated using Chang, (2002) and for total
antioxidant testing using Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP).Results showed total
flavonoids in fresh and dried samples Extraction maceration was 11.97 mg / kg and 7.85 mg / kg
and then to sample fresh and dry extraction soxhletasi is 9.71 mg / kg and 5.99 mg / kg.The
antioxidant activity of fresh and dried samples was 9.39 mg / L gallic acid and 7.46 mg / L gallic
acid, and then to sample fresh and dry extraction soxhletasi is 8.78 mg / L gallic acid, and 5.99
mg / L gallic acid.The highest content of flavonoids found in fresh samples with a total
maceration extraction of 11.97 mg / kg and the highest antioxidant activity found in fresh
samples with a total maceration extraction 9.39mg / L gallic acid.

Keywords: Kayu Kapur (Melanolepsis multiglandulosa Reinch f), Antioxidant, total flavonoids,
Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan flavonoid dan aktivitas antioksidan total
ekstrak etanol daun kayu kapur (Melanolepsis multiglandulosa Reinch f). Penelitian dilakukan
dengan cara membedakan perlakuan daun kayu kapur menjadi sampel segar dan sampel kering
diekstraksi dengan dua cara yang berbeda yaitu maserasi dan sokletasi yang kemudian diuji total
flavonoid dan antioksidannya. Perhitungan total flavonoid dilakukan dengan menggunakan
metode Chang, (2002) dan untuk pengujian total antioksidan menggunakan metode Ferric
Reducing Antioxidan Power (FRAP). Hasil menunjukan total flavonoid pada sampel segar dan
kering eksraksi maserasi adalah 11,97 mg/kg dan 7,85 mg/kg kemudian untuk sampel segar dan
kering ekstraksi sokletasi adalah 9,71 mg/kg dan 5,99 mg/kg. Aktivitas antioksidan sampel segar
dan kering adalah 9,39 mg/L asam galat dan 7,46 mg/L asam galat, kemudian untuk sampel
segar dan kering ekstraksi sokletasi adalah 8,78 mg/L asam galat, dan 5,99 mg/L asam galat.
Kandungan flavonoid tertinggi terdapat pada sampel segar ekstraksi maserasi dengan total 11,97
mg/kg dan untuk aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada sampel segar ekstraksi maserasi
dengan total 9,39 mg/L asam galat.

Kata kunci : Kayu Kapur (Melanolepsis multiglandulosa Reinch f), Antioksidan, Total flavonoid,
Ferric Reducing Antioxidan Power (FRAP)

11
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN tumbuhan terbukti bermanfaat melindungi


Radikal bebas merupakan molekul yang tubuh manusia dari bahaya radikal bebas,
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak karena adanya antioksidan yang terdapat
berpasangan. Elektron-elektron yang tidak dalam tumbuhan tersebut.Secara alami,
berpasangan ini menyebabkan radikal bebas tumbuhan yang mengandung antioksidan
menjadi senyawa yang sangat reaktif tersebar pada berbagai bagian tumbuhan
terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat seperti akar, batang, kulit, ranting, daun,
elektron molekul sel (Wijaya, 1996).Radikal buah, bunga dan biji (Hutapea, 2005).
bebas ini sangat berbahaya karena sangat Tumbuhan yang berkhasiat sebagai
reaktif mencari pasangan elektronnya. obat memiliki zat-zat penting yang sangat
Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh berperan dalam menentukan aktivitas kerja
akan menghasilkan radikal bebas baru tumbuhan obat tersebut, salah satunya yaitu
melalui reaksi berantai yang akhirnya flavonoid yang umumnya terdapat pada
jumlahnya terus bertambah dan menyerang tumbuhan sebagai glikosida.Flavonoid
tubuh (Kalt dkk, 1999). termasuk senyawa fenolik alam yang
Radikal bebas dapat berasal dari potensial sebagai antioksidan.Senyawa
polutan lingkungan, radiasi zat-zat kimia, Flavonoid terdapat pada seluruh bagian
racun, makanan cepat saji dan makanan tanaman termasuk dalam buah, biji, daun,
yang digoreng pada suhu tinggi. Radikal batang, dan akar.Antioksidan yang berasal
bebas dapat menyebabkan penurunan sistem dari tumbuhan yang mengandung flavonoid
imunitas, perubahan ekspresi gen dan sangat baik untuk mencegah kanker,
mendorong pembentukan protein abnormal. melindungi struktur sel, meningkatkan
Selain itu, radikal bebas juga terbentuk di efektivitas vitamin C, mencegah tulang
dalam tubuh akibat reaksi oksidasi reduksi keropos, antiinflamasi dan sebagai antibiotik
oksigen yang tidak sempurna (dalam sel (Midian, 2007).
aerobik) dan bersifat merusak lemak dan Senyawa flavonoid diduga sangat
karbohidrat (Dahlimartha dan Soedibyo, bermanfaat dalam makanan karena berupa
1999).Langkah yang tepat untuk senyawa fenolik yaitu senyawa yang bersifat
menghadapi radikal bebas adalah dengan antioksidan kuat.Banyak kondisi penyakit
menghalangi atau menghambat dengan yang diketahui bertambah parah oleh adanya
aktivitas antioksidan. radikal bebas seperti superoksida dan
Senyawa-senyawa yang mampu hidroksil, dan flavonoid memiliki
menghilangkan, membersihkan, menahan kemampuan untuk menghilangkan spesies-
efek radikal disebut antioksidan.Antioksidan spesies pengoksidasi (Midian, 2007).
menstabilkan radikal bebas dengan Antioksidan yang berasal dari
melengkapi kekurangan elektron yang tumbuhan yang mengandung flavonoid
dimiliki radikal bebas, dan menghambat sangat baik untuk mencegah kanker,
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan melindungi struktur sel, meningkatkan
radikal bebas. Selain itu, antioksidan juga efektivitas vitamin C, mencegah tulang
berguna utuk mengatur agar tidak terjadi keropos, antiinflamasi dan sebagai antibiotik
proses oksidasi berkelanjutan di dalam (Midian, 2007).
tubuh (Arief, 2006). Menurut Kinho dkk (2011), tanaman
Keanekaragaman hayati Indonesia kayu kapur yang merupakan salah satu
sangat berpotensi dalam penemuan senyawa tanaman yang terdapat di bagian timur
baru sebagai antioksidan.Beberapa Indonesia, dan diduga mengandung senyawa
penelitian menunjukan bahwa beberapa antioksidan.Masyarakat Sulawesi Utara

12
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

biasanya menggunakan secara empiris mesh. Sedangkan untuk memperoleh serbuk


tanaman ini untuk menyembuhkan barbagai segar, sampel segar dipotong-potong,
macam penyakit seperti sakit kepala, patah kemudian diblender, sehingga menghasilkan
tulang cekok lender, obat penyakit kulit atau serbuk segar daun kayu kapur.
gatal-gatal.Daun kayu kapur mengandung
senyawa flavonoid, saponin, dan alkaloid. Ekstaksi
Untuk menentukan aktivitas Ekstraksi dilakukan dengan dua cara
antioksidan digunakan metode FRAP, yaitu maserasi, dan sokletasi. Untuk proses
metode FRAP adalah satu-satunya metode ekstaksi maserasi ditimbang sebanyak 50 g
yang secara langsung mengukur antioksidan serbuk masing-masing sampel kering dan
dalam bahan. Vargia (2002) mengemukakan segar kemudian dimaserasi dengan pelarut
bahwa metode FRAP adalah metode yang etanol 80% sebanyak 200 mL ke dalam
digunakan untuk menguji antioksidan dalam Erlenmeyer 500 mL selama 48 jam dengan
tumbuh-tumbuhan. beberapa kali pengadukan, setelah itu
disaring dengan menggunakan kertas saring
METOLOGI PENELITIAN untuk memisahkan ampas dan filtratnya,
Bahan dan Alat selanjutnya ampas yang telah disaring
Bahan-bahan yang digunakan dalam dilakukan lagi proses maserasi hingga warna
penelitian ini yaitu: daun kayu kapur pelarut yang digunakan sudah atau
(Melanolepsis multiglandulosa), aquadest, mendekati bening, dan untuk proses
butanol, asam asetat glasial, etanol 96%, ekstraksi sokletasi ditimbang sebanyak 50 g
asam klorida, alumunium klorida, natrium serbuk masing-masing sampel kering dan
buffer fosfat, kalium heksasianoferat, segar disokletasi dengan menggunakan
triklorasetat, lempeng KLT 60 F254, pelarut etanol 80% sebanyak 200 mL selama
feriklorida heksahidrat,. 4 jam, setelah itu disaring dengan
Alat yang digunakan yaitu alat-alat menggunakan kertas saring, selanjutnya
gelas (pyrex), alat soklet (pyrex), mantel dilakukan lagi proses sokletasi hingga warna
pemanas (wittmann), sentrifugasi pelarut yang digunakan sudah atau
(harmonic), blender (warring commercial), mendekati bening. Selanjutnya masing-
ayakan ukuran mesh 65, mikropipet (dragon masing filtrat yang diperoleh dari proses
lab), kertas saring, lumpang, penjepit maserasi, dan sokletasi dievaporasi untuk
tabung, vortex, timbangan analitik, rotary menguapkan pelarutnya, sehingga didapat
evaporator (stereoglass strike 300), ekstrak kental dari daun kayu kapur.
Spektrofotometer UV-Vis (simadzu).
Rendemen Daun Kayu Kapur
Preparasi Sampel Rendemen daun kayu kapur diperoleh
Sampel daun kayu kapur (Melanolepsis dari berat ekstrak daun kayu kapur yang
multiglandulosa) dibuat berupa serbuk yang dihasilkan dibagi dengan berat daun kayu
dibedakan menjadi sampel serbuk kering kapur yang digunakan.
dan sampel segar. Sampel serbuk kering Perhitungan :
diperoleh dari daun kayu kapur yang
dibersihkan terlebih dahulu, lalu dipotong- Rendemen Daun Kayu Kapur (%)
potong menjadi kecil, kemudian dikering 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 (𝑔)
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 (𝑔) × 100
anginkan selama 7 hari kemudian diblender
hingga halus, setelah halus sampel diblender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran 65

13
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Penentuan Kadar Air(Sudarmadji dkk, kandungan flavonoid dinyatakan dengan


2003). kesetaraan pembanding baku.
Penentuan kadar air dilakukan dengan
metode pemanasan menggunakan oven. Pembuatan Kurva Baku
Sampel ditimbang sebanyak ± 2 g di dalam Quersetin(Chang dan Wen, 2002)
cawan porselin, dimasukan dalam oven Ditimbang dengan seksama kuersetin
dengan temperatur pemanasan 105 ºC baku sejumlah 25 mg dan dilarutkan dengan
selama 3 jam kemudian didinginkan dalam etanol lalau dimasukan dalam labu ukur 25
desikator selama 30 menit, lalu sampel ml dan dicukupkan dengan etanol sampai
ditimbang. Kemudian dipanaskan kembali batas tanda sehingga didapatkan kadar
dengan oven dan didinginkan sampai larutan induk 1mg/ml. Dibuat pengencaran
mencapai berat konstan dengan memipet sejumlah 100, 200 300,
Rumus perhitungan kadar air sebagai 400, 500 µL larutan induk pembanding,
berikut : ditambahkan etanol hingga 10 mL
𝐴−𝐵 menggunakan labu ukur.
Kadar air = × 100%
𝐴
Penentuan Aktivitas Total Antioksidan
Identifikasi Flavonoid (Harborn, 1996) Uji Ferric Reducing Antioxidant Power
Identifikasi flavonoid dari Daun kayu (FRAP) dilakukan denmgan menggunakan
kapur (Melanolepsis multiglandulosa) metode Chew dkk (2008) Sebanyak 0,5 mL
dilakukan dengan menggunakan metode sampel (100 mg/L) dimasukan ke dalam
pengujian KLT. Ekstrak yang telah tabung reaksi, ditambahkan dengan 0,5 mL
disiapkan ditotol pada lempeng KLT dengan Natrium buffer fosfaat 0,2 M, pH 6,6,
butanol: asam asetat glasial: air (4:1:5). ditambahkan dengan 0,5 mL Kalium
Visualisasi dilakukan menggunakan sinar heksasianoferat 1%, campuran
UV pada panjang gelombang 254 dan 366 dihomogenisasi dan diinkubasi pada suhu
nm, kemudian hitung nilai Rf. Noda totolan 50oC selama 20 menit, ditambahkan dengan
dikerok kemudian diencerkan menggunakan TCA 10 %, dan apabila terjadi dua lapisan,
etanol 5 mL kemudian divortex selama 2 dipisahkan dengan sentrifugasi, dan pada
menit dan disentrifuge selama 10 menit. lapisan atas diambil sebanyak 0,5 mL dan
Hasil kerokan yang dimasukan di tempat dimasukan ke dalam kuvet, kemudian
sampel pada alat spektroskopi UV-Vis, ditambahkan 0,5 aquadest, 0,5 mL FeCl3 0,1
kemudian komputer akan membaca zat %, dan diinkubasi pada suhu kamar 5-10
kimia yang terkandung pada panjang menit, kemudian diukur serapan pada
gelombang antara 200-400 nm. panjang gelombang 700nm.

Penentuan Kadar Total Flavonoid Analisis Data


(Chang dan Wen, 2002) Semua eksperimen dilakukan sebanyak
Diambil sebanyak 2 mL larutan ekstrak 3 kali pengulangan dan data yang diperoleh
dengan konsentrasi 200 ppm ditambahkan dari konsentrasitotal flavonoid dan
dengan 2 mL alumunium klorida 2% yang antioksidan setiap perlakuan berupa nilai
telah dilarutkan dengan etanol, kemudian absorbansi yang kemudian diolah
divortex selama 20 menit, campuran laruan menggunakan persamaan regresi linier dari
diinkubasi selama 24 menit. Diukur kurva standar seperti y = ax + b.
absorbansi pada 415 nm. Dibuat perhitungan
rata-rata tiga kali pengukuran dan HASIL DAN PEMBAHASAN

14
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Preparasi Sampel serbuk masih banyak yang membuat tekstur


Hasil preparasi sampel daun Kayu Kapur sampel halus dan lembab.
(Melanolepsis multiglandulosa) secara
organoleptik dilihat pada tabel 1: Rendemen Daun Kayu Kapur
Tabel 1. Sampel Daun Dilihat secara Rendemen merupakan presentase antara
Organoleptik bagian yang dapat terekstrak dari bahan
Karakteristik Sampel Sampel mentah. Besar rendemen dari ekstrak daun
Organoleptik Serbuk Serbuk kayu kapur yang dihasilkan dihitung dalam
Kering Segar persen hasil yang diperoleh dapat dilihat
Bentuk Serbuk Daun pada Tabel 3:
Warna Hijau tua basah Tabel 3: Rendemen Ekstrak Daun Kayu
kecoklatan Hijau tua Kapur
Bau Berbau khas Berbau Jenis Rendemen Warna
Rasa Pahit dan khas Rendemen (%)
sepat Pahit dan Daun kayu 10,86% Hijau tua
Tekstur Halus dan sepat kapur segar
kering Halus (maserasi)
dan Daun kayu 12,88% Hijau tua
basah kapur kering
(maserasi)
Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa Daun kayu 11,14% Hijau
perbedaan karakteristik organoleptik dari kapur segar kecoklatan
sampel kering dan sampel segar daun kayu (Sokletasi)
kapur, dimana warna dan tekstur serbuk Daun kayu 13,58% Hijau
daun kayu kapur pada sampel kering kapur kering kecoklatan
berwarna hijau tua dan bertekstur halus dan (Sokletasi)
kering, sedangkan pada sampel serbuk segar
berwarna hijau caerah dan bertekstur halus Pada data tabel 3 di atas menunjukkan
dan lembab. Perbedaan warna serbuk sampel bahwa rendemen tertinggi terdapat pada
pada penelitian ini disebabkan adanya sampel daun kayu kapur kering dengan
perbedaan perlakuan pada sampel. Pada proses ekstraksi sokletasi. Hal tersebut
sampel serbuk segar tidak mengalami proses disebabkan karena pemanasan dapat
pengolahan lebih lanjut sehingga warna meningkatkan kemampuan untuk
masih terlihat cerah dan segar sedangkan mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak
pada sampel serbuk kering telah mengalami larut dalam suhu kamar, sehingga aktivitas
proses pengolahan lebih lanjut sehingga penarikan senyawa lebih maksimal
mengalami perubahan secara fisik. Hal (Harbone, 1996). Selain itu perbedaan
tersebut sejalan dengan pendapat yang rendemen disebabkan kadar air pada
dikemukakan oleh Wirnano dkk (1980), perlakuan bahan sampel segar relatif masih
yaitu proses pengeringan menyebabkan tinggi dibanding bahan sampel kering yang
pigmen warna menjadi rusak dan berkurang. mengalami proses penjemuran (Siti, 2004).
Perubahan lain yang terjad akibat proses
pemanasan adalah pada tekstur, sampel Kadar Air
serbuk segar memiliki kandungan air masih Penentuan kadar air bertujuan untuk
tinggi sehingga kandungan cairan dalam mengetahui perubahan kadar air pada
sampel daun kayu kapur. Kadar air dari

15
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

serbuk daun kayu kapur segar dan kering (Maserasi) Terang


dapat dilihat pada Tabel 4: Serbuk Kering 0,80 Merah
Tabel 4. Kadar Air Sampel Daun Kayu (Maserasi) Terang
Kapur Sampel Segar 0,81 Merah
Jenis Kadar Air Kadar Air (Sokletasi) Terang
Daun kayu kapur 75,5% Serbuk Kering 0,81 Merah
segar (Sokletasi) Terang
Daun kayu kapur 9% Kuersetin 0,78 Kuning
kering
Sampel segar ekstraksi maserasi
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa serbuk memiliki nilai Rf 0,81 untuk sampel kering
daun kayu kapur segar memiliki kandungan ekstraksi maserasi memiliki nilai Rf 0,80,
air lebih tinggi (75,5%) dibandingkan sedangkan untuk sampel segar ekstraksi
dengan serbuk daun kayu kapur kering maserasi memiliki nilai Rf 0,81, dan sampel
(9%), hal ini dikarenakan pada saat proses kering ekstraksi soxhletasi memiliki nilai Rf
pengeringan membuat kandungan air yang 0,81, dan pada kontrol yaitu kuersertin
berada pada sampel akan menguap. Hal ini memiliki nilai Rf 0,78. Warna dari sampel
sejalan dengan penelitian Neys (2007), sampel kering dan segar baik ekstraksi
dimana sampel segar biji pinang yaki maserasi maupun sokletasi yaitu berwarna
memiliki kadar yang lebih tinggi (19,89%) merah terang. Menurut Gandjar dan Rohman
dibanding dengan sampel kering (6,04%). (2007) Polaritas fase gerak akan
Adanya perbedaan kadar air yang terlampau menentukan kecepatan migrasi solut yang
jauh pada kedua sampel biji pinang yaki ini berarti juga menentukan nilai Rf. Jadi
dikarenakan perbedaan pengolahan atau perbedaan nilai Rf karena adanya perbedaan
preparasi. Dengan menurunnya kadar air kecepatan perambatan dan kepolaran
pada serbuk daun kayu kapur menyebabkan masing-masing senyawa yang terdapat di
perubahan-perubahan berupa berat, warna, dalam sampel.
dan tekstur. Penelitian ini menggunakan kontrol
sebagai pembantu untuk mendeteksi
Identifikasi Flavonoid keberadaan flavonoid. Kontrol tersebut
Hasil identifikasi flavonoid dengan adalah senyawa kuersertin yaitu merupakan
metode Kromatografi Lapis Tipis.Pada plat glikosida flavonoid yang memiliki ciri
KLT yang ditotol dengan sampel ekstrak berwarna kuning pucat, tujuan dalam
segar dan kering ekstaksi maserasi dan menggunakan senyawa kuarsetin ini
sokletsi dengan kontrol yaitu quarsetin dikarenakan senyawa ini memiliki posisi di
memiliki nilai Rf yang dapat dilihat pada tengah-tengah lempeng KLT, dan senyawa
table 5: ini pun merupakan senyawa yang paling
Tabel 5. Nilai Rf dan Warna Noda Hasil banyak terdapat pada setiap tanaman. Jadi
KLT senyawa ini merupakan senyawa yang
Warna noda paling mungkin dijumpai sewaktu
Setelah pemeriksaan (Harbone, 1996).
Nilai Disinari
Jenis Sampel
Rf dengan Identifikasi Flavonoid dengan
Lampu UV Spektrofotometer UV-Vis
366 Keempat sampel kering dan segar yang
Sampel Segar 0,81 Merah diekstraksi maserasi dan sokletasi memiliki

16
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

hasil spektrum senyawa flavonoid yang


dapat dilihat pada gambar 4, gambar 5,
gambar 6, dan gambar 7.

Gambar 7.Hasil Spektrum UV-Vis Sampel


Segar Ekstraksi Sokletasi pada
Gambar 4. Hasil Spektrum UV-Vis Sampel Panjang gelombang 200-400
Segar Ekstraksi Maserasi pada nm.
Panjang Gelombang 200-400
nm Dari hasil spektroskopi pada sampel
segar ekstraksi maserasi, terdapat dua pita
pada isolat tersebut yaitu pita pertama pada
panjang gelombang 319 nm pada absorbansi
0,173 dan pita kedua pada panjang
gelombang 269 nm pada absorbansi 0,377,
sedangkan pada sampel kering ekstraksi
maserasi menunjukan nilai yang tidak jauh
berbeda, pada pita pertama pada panjang
gelombang 323 nm pada absorbansi 0,263
Gambar 5. Hasil Spektrum UV-Vis Sampel dan pada pita kedua pada panjang
Kering Ekstraksi Maserasi pada gelombang 270 nm pada absorbansi 0,390.
Panjang Gelombang 200-400 Kemudian untuk hasil spektroskopi pada
nm sampel segar ekstraksi sokletasi terdapat dua
pita yaitu pita pertama pada panjang
gelombang 320 nm dengan absorbansi 0,107
dan pita kedua pada panjang gelombang 270
nm dengan absorbansi 0,211, sedangkan
pada sampel kering ekstraksi sokletasi
menunjukan nilai yang tidak jauh berbeda,
pada pita pertama pada panjang gelombang
320 nm dengan absorbansi 0,181 dan pita
Gambar 6.Hasil Spektrum UV-Vis Sampel kedua pada panjang gelombang 269 nm
Segar Ekstraksi Sokletasi pada dengan absorbansi 0,288. Dari hasil yang
Panjang Gelombang 200-400 didapat dari keempat sampel dapat
nm. disimpulkan bahwa senyawa yang
terkandung yaitu flavonoid yang secara
khususnya adalah senyawa flavon dan
isoflavon.Pernyataan ini didasarkan pada
tabel 6 tentang serapan yang dibuat oleh
Marhakam (1998).

17
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Kandungan Total Flavonoid Daun Kayu


Kapur

14.00
11.97 Sampel kering
12.00
9.71 (sokletasi)
Flavonoid total

10.00
7.85 Sampel segar
mg/kg

8.00 6.91 (sokletasi)


6.00 Sampel kering
4.00 (maserasi)
2.00 Sampel segar
(maserasi)
0.00
Jenis sampel daun kayu kapur

Gambar 8. Kandungan Total Flavonoid dari Ekstrak Daun Kayu Kapur


Penentuan Total Antioksidan Daun Kayu
Kandungan total flavonoid dari Kapur
keempat sampel pada konsentrasi 200 ppm Hasil absorbansi dari keempat sampel
dilihat pada gambar 8. pada konsentrasi 100 ppm dilihat pada tabel
Dari gambar di atas dapat dilihat hasil 7.
kandungan flavonoid sampel kering Tabel 7. Hasil Absorbansi Eksrak Daun
ekstraksi sokletasi, sampel segar ekstraksi Kayu Kapur
sokletasi, sampel kering ekstraksi maserasi, Ekstrak P1 P2 P3
dan sampel segar ekstraksi maserasi yaitu Sampel 0,341 0,345 0,339
6,91 mg/kg, 9,71 mg/kg, 7,85 mg/kg dan Segar
11,97 mg/kg. Penelitian ini sejalan dengan Maserai
penelitian Harizu dan Hazrin (2011) tentang Serbuk 0,276 0,285 0,275
pengaruh cara pengeringan terhadap mutu Kering
herba meniran, dimana sampel kering Maserasi
tanaman meniran memiliki kandungan Sampel 0,326 0,322 0,316
senyawa flavonoid lebih sedikit Segar
dibandingkan sampel segar. Sampel kering Sokletasi
dan segar memiliki perbedaan yang besar Serbuk 0,226 0,230 0,235
dikarenakan adanya perbedaan perlakuan Kering
pada preparasi sampel. Lusivera (2002) Sokletasi
mengatakan sampel kering mengalami
proses pengeringan dengan rata selama ± 7 Kandungan antioksidan sampel daun
hari sehingga mengakibatkan kandungan kayu kapur segar ekstraksi maserasi
flavonoid yang terkandung dalam sampel mempunyai nilai rata-rata yaitu 0,341, daun
berkurang. Proses pemanasan dapat kayu kapur kering ekstraksi maserasi
mengakibatkan penurunan kadar total mempunyai nilai rata-rata yaitu 0,278, daun
flavonoid sebesar 15-78. kayu kapur segar ekstraksi sokletasi
mempunyai nilai rata-rata 0,321 dan daun
kayu kapur kering ektraksi maserasi
mempunyai nilai rata-rata 0,230. Hasil yang
telah diperoleh tersebut adalah rata-rata

18
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

kandungan total antioksidan. Untuk dengan menggunakan kurva baku asam


mengetahui hasil aktivitas dari antioksidan galat sebagai berikut tercantum pada grafik
digunakan pembanding yaitu asam galat kurva baku pada Gambar 9.

1.2

1
y = 0.0326x + 0.0346
0.8 R² = 0.996
Absorbansi

0.6

0.4

0.2

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 9. Kurva Baku Asam Galat

Hasil nilai konsentrasi asam galat yang kapur segar ekstraksi maserasi lebih tinggi
sebanding dengan sampel didapatkan dari tingkat antioksidannya.
daya reduksi sampel terhadap persamaan Asam galat adalah senyawa golongan
linear kurva baku asam galat terhadap asam fenolik C6-C1 atau asam
sampel dapat dilihat pada Tabel 8. hidroksibenzoat yang memiliki rumus
molekul C7H6O5.Asam galat biasanya
Tabel 8. Total Antioksidan Sampel digunakan di industri farmasi sebagai
Sebanding Asam Galat standar untuk menentukan fenol yang
Ekstrak Sebanding Dengan terkandung dalam berbagai analit.Asam
Konversi Asam galat dapat ditemukan pada anggur.Senyawa
Galat (mg/L) ini memiliki aktivitas sebagai antioksidan
Sampel Segar 9,39 (penangkal radikal bebas) (Angelique 2010).
Maserasi Karena Asam galat mempunyai aktivitas
Serbuk Kering 7,46 sebagai antioksidan maka dalam penelitian
Maserasi ini digunakan asam galat sebagai
Sampel Segar 8,78 pembanding aktivitas antioksidan.
Sokletasi Dari hasil yang telah didapat diketahui
Serbuk Kering 5,99 bahwa nilai kandungan antioksidan tertinggi
Sokletasi pada sampel daun kayu kapur segar ektraksi
maserasi hal ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan hasil absorbansi pada Djapiala dkk (2013) tentang semakin besar
Tabel 7 dan juga pada hasil konversi asam nilai absorbansinya maka semakin tinggi
galat mengunakan persamaan linear y = ax + pula daya pereduksi oleh senyawa
b dari kurva baku asam galat pada Gambar antioksidan karena kandungan antioksidan
8. Menunjukan bahwa ektrak daun kayu yang terdapat didalamnya mampu

19
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

mendonorkan elektron untuk menutupi beraktivitas sebagai antioksidan tidak hilang


radikal bebas. selama pemanasan.
Karena daya reduksi merupakan
indikator potensi suatu senyawa sebagai PENUTUP
antioksidan.Senyawa yang mempunyai daya Kesimpulan
reduksi kemungkinan dapat berperan Dari penelitian ini dapat disimpulkan:
sebagai antioksidan karena dapat 1. Jenis flavonoid yang terkandung pada
menstabilkan radikal dengan mendonorkan ekstrak daun kayu kapur (Melanolepsis
elektron atau atom hidrogen sehingga multiglandulosa) adalah senyawa
senyawa radikal berubah menjadi lebih flavon dan isoflavon.
stabil. Senyawa-senyawa yang memiliki 2. Total flavonoid yang terkandung pada
kemampuan untuk mereduksi senyawa lain, ekstrak daun kayu kapur (Melanolepsis
dikatakan sebagai reduktif dan dikenal multiglandulosa) dari sampel segar dan
sebagai reduktor atau reduksi. Reduktor kering ekstraksi maserasi adalah 11,97
melepaskan elektron ke senyawa lain, mg/kg dan 7,85 mg/kg, kemudian untuk
sehingga dia sendiri teroksidasi sendiri sampel segar dan kering ekstraksi
setelah melepaskan elektronnya (Maria, sokletasi adalah 9,71 mg/kg dan 5,99
2002). mg/kg.
Perbedaan angka antioksidan tersebut 3. Ekstrak etanol daun Kayu Kapur
erat hubungannya dengan perbedaan (Melanolepsis multiglandulosa)
kandungan flavonoid.Semakin banyak memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
flavonoid yang terkandung semakin besar Aktivitas antioksidan yang tertinggi
pula antioksidan totalnya. Hal ini sejalan terdapat pada sampel segar ekstraksi
dengan penelitian Harizu dan Hazrin (2011), maserasi yang sebanding dengan 9,39
dimana aktivitas antioksidan herba meniran mg/L asam galat, untuk sampel kering
dari sampel kering lebih rendah dari sampel ekstraksi maserasi sebanding dengan
segar. 7,46 mg/L asam galat, kemudian untuk
Hali ini menunjukan bahwa proses sampel segar ekstraksi sokletasi
pengolahan sampel memberikan pengaruh memiliki total antioksidan yang
yang berbeda terhadap uji kapasitas sebanding dengan 8,78 mg/L asam
antioksidan. Senyawa antioksidan sangat galat, dan untuk sampel kering ekstrasi
mudah mengalami perubahan.Berbagai jenis sokletasi memiliki total antioksidan
pengolahan mengakibatkan hilangnya yang sebanding dengan 5,99 mg/L asam
senyawa antioksidan yang terdapat pada galat.
suatu sampel.
Pada proses pengeringan dan perbedaan Saran
ekstraksi dapat terjadi kerusakan senyawa Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
fenol karena adanya pemanasan, tetapi lanjut terhadap uji antioksidan ekstrak daun
aktivitas antioksidan sampel daun kayu kayu kapur dengan menggunakan metode uji
kapur kering ektrasi maserasi maupun antioksidan yang lainnya sehingga dapat
sokletasi tidak jauh berbeda dari pada diperoleh hasil yang lebih maksimal pada
sampel daun kayu kapur segar ekstraksi pengujian antioksidan dan dapat juga diuji
maserasi maupun sokletasi. Hal ini aktivitas biologis lainnya dikarenakan masih
menunjukan masih adanya senyawa bioaktif banyak khasiat dari daun kayu kapur yang
lain dari sampel daun kayu kapur yang belum diketahui.

20
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

DAFTAR PUSTAKA and Phytotherapi. Hungary:


Angelique, E.C. 2010.Free radicals Elsevier.
Produced by the Oxidation of Hutapea, R. 2005. Sehat dan Ceria di usia
gallic acid : An electron Senja. Rineka Cipta, Jakarta.
Paramagnetic resonance Kalt, W.,C.F.Forney,A. Martin, dan
study. Chemistry Central R.L.Prior.1999. Antioxidant
Journal. Capacity, Vitamin C, Phenolics
Arief, S. 2006. Radikal Bebas. FK UNAIR, and Anthicyaninns After Presh
Surabaya Storage of Small Fruits. Journal
Chang, C., Yang, M., and Wen Han Chern, Of Agriculture and Food
J. 2002.Estimation of Total Chemistry.47: 4634644
Flavonoid Content in Propolis Kinho, J., dkk. 2011. Tumbuhan Obat
by Two Complementary Tradisional Di Sulawesi Utara
Colorimetric Method. J. Food Jilid II. Balai Penelitian
Drug Anal. 178-181. Kehutanan Manado, Manado.
Chew, Y., Luin, L., Omar, Y.Y., and Khoo, Lusivera, T. K. 2002. Memplajari Pengaruh
K.S. 2008. Antioxidan Activity Pemanasan Terhadap Kadar
of Edibe Seaweeds From Two Flavonoid. Fakultas Teknologi
Areas in South East Asia. Pertanian Institut Pertanian
LWT.1067-1072. Bogor, Bogor. [Skripsi].
Dalimartha dan Soedibyo, M. 1999.Awet Marhkam, R.K. 1988. Cara mengidentifikasi
Muda Dengan Tumbuhan Obat Flavonoid. ITB, Bandung.
dan Diet Suplemen. Trubus Maria, B. 2002.Teknik Penelitian Biokimia.
Agriwidya, Jakarta. Erlangga Medical Series,
Djapiala, F.Y., Montolalu, L. A., Mentang, Jakarta.
F. 2013. Kandungan Total Midian, S. 2007. Penuntun Fitokimia dalam
Fenol Dalam Rumput Laut Farmasi. ITB, Bandung.
Caulerpa racemosa Yang Siti, M. 2004. Analisis Kandungan
berpotensi Sebagai Antioksidan Alami Jamu
Antioksidan.FPIK Universitas GALOHRO. Fakultas Pertanian
Sam Ratulangi. Manado. Institut Pertanian Bogor, Bogor
[Skripsi] [Skripsi].
Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Sudarmadji, Slamet, dan H. Bambang,
Farmasi Analisis. Pustaka Suhardi. 2003. Analisa bahan
Pelajar, Yogyakarta. Makanan dan Pertanian.
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia, Liberty, Bogor.
Edisi II. ITB, Bandung Vargia. 2002. Metode Pengujian
Harizu, R dan N. Hazrin. 2011. Pengaruh Antioksidan. Trubus Agrisaran,
Cara Pengeringan Terhadap Jakarta.
Mutu Herba Meniran Wijaya, A. 1996.Radikal Bebas dan
(Phyllanthus niruri LINN). Parameter Status Antioksidan.
Fakultas Farmasi Andalas, Forum Diagnosticum, Prodia
Padang. Diagnostic Educational, No. 1 :
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., 1-12
Williamso, Elizabeth, M. 2004.
Fundamental of Pharmacognosy

21

Você também pode gostar