Você está na página 1de 1

BPJS Kesehatan Tekor, Kemenkeu: Ada Penyalahgunaan

Layanan

Jakarta - Kinerja keuangan secara menyeluruh BPJS Kesehatan masih menunggu hasil audit
BPKP. BPJS Kesehatan pada 2018 mengalami defisit yang cukup besar sehingga mendapat
suntikan modal dari pemerintah.

Direktur Harmonisasi Peraturan Penganggaran (HPP) Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan


Didik Kusnaini mengatakan salah satu penyebab defisit keuangan BPJS Kesehatan dikarenakan
penyalahgunaan manfaat. "Kalau kasus per kasus, kemungkinan besar ada terjadi
penyalahgunaan layanan," kata Didik saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (21/1/2019).

Menurut Didik, masih banyak penyalahgunaan layanan kepada peserta. "Misalnya, layanan
fisioterapi bagi orang yang tidak memerlukan, atau kelahiran caesar dalam kasus yang mestinya
bisa dengan persalinan normal," ujar dia. Selain itu ada pula berdasarkan hasil temuan audit
internal ditemukan pasien BPJS menggunakan kartu orang lain yang sudah meninggal," kata
Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan Cabang Padang Delila Melati di
Padang, Kamis (19/10/2017).

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menerbitkan Permenkes Nomor 51 Tahun
2018 tentang pengenaan urun biaya dan selisih biaya dalam program jaminan kesehatan. Urun
biaya yang dimaksud adalah para peserta harus membayar besaran setiap kali berobat jalan sesuai
jenis penyakit yang ditentukan oleh pemerintah.

Adapun tambahan biaya sebesar Rp 20.000 untuk setiap kali melakukan kunjungan rawat jalan
pada rumah sakit kelas A dan rumah sakit kelas B. Sebesar Rp 10.000 untuk setiap kali melakukan
kunjungan rawat jalan pada rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D, dan klinik utama, atau paling
tinggi sebesar Rp 350.000 untuk paling banyak 20 kali kunjungan dalam jangka waktu tiga bulan.

Selanjutnya, besaran urun biaya sebagaimana sesuai ketentuan, sebesar 10% dari biaya pelayanan
dihitung dari total Tarif INA-CBG setiap kali melakukan rawat inap, atau paling tinggi sebesar Rp
30.000.000.

Dalam hal rawat inap di atas kelas 1, maka urun biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a sebesar 10% dihitung dari total Tarif INA-CBG. Aturan ini diteken pada 14 Desember 2018 oleh
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dan diundangkan pada tanggal 17 Desember 2018.
Oleh karena itu, penekanan defisit BPJS Kesehatan bisa dengan penataan layanan melalui
Permenkes Nomor 51 Tahun 2018.

"Dengan demikian, ia lebih ditujukan untuk meng-address potensi penyalahgunaan pelayanan itu.
Jika hal itu nanti telah dapat dilaksanakan dengan baik, tentu juga akan berimplikasi pada kendali
biaya," ungkap dia.

Sumber: finance.detik.com

Você também pode gostar