Você está na página 1de 8

Mata Kuliah : Etikolegal dalam Praktik Kebidanan (a)

Nama Kelompok :

1. Dewi Oktavia Saumananda (1317005)


2. Iva Mudrikah (1317013)
3. Vivi Vitriani Setianingrum (1317019)
4. Yuanita Mega Kumala (1317020)
5. Yulvia Dwi Tania (1317021)
6. Yuni Dayanti (1317022)

Kasus:

Kisah Keikhlasan Bidan Bantu Persalinan Ibu Gangguan Jiwa

Bagi seorang bidan, membantu persalinan adalah tugas utama. Keahlian untuk soal ini
tak perlu dipertanyakan lagi. Keterampilan mereka saat menangani persalinan telah teruji.Ini
juga berlaku untuk tugas lain, seperti melayani kontrasepsi, mengecek kesehatan ibu hamil,
mengobati penyakit organ reproduksi, mengobati bayi, dan tugas paramedis lainnya.Akan
tetapi, barangkali tak banyak bidan atau paramedis lain yang memiliki pengalaman
bagaimana membantu ibu dengan gangguan jiwa yang bersalin. Salah satu yang memperoleh
pengalaman langka itu adalah bidan-bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Goeteng
Taroenadibrata, Purbalingga, Jawa Tengah.

Akhir November 2017 lalu, RSUD Goeteng menerima pasien rujukan, seorang ibu
hamil dari Puskesmas Bobotsari. Sebenarnya, tak ada masalah dengan ibu hamil yang
diperkirakan sudah memasuki hari perkiraan lahir (HPL) ini. Hanya saja, si ibu menderita
gangguan jiwa. Ia pun tanpa identitas.Ia dirujuk lantaran Puskesmas Bobotsari memang tidak
memiliki ruangan untuk menangani pasien gangguan jiwa. Saat itu, kondisi ibu yang belum
diketahui identitasnya itu sungguh memprihatinkan. Tubuhnya kotor, bajunya kumal, dan
rambutnya menggimbal penuh kutu. Maklum, si ibu hamil ditemukan oleh masyarakat
berkeliaran di jalan. Masyarakat menduga si ibu akan melahirkan. Sebab itu, mereka lantas
membawa ibu itu ke Puskesmas Bobotsari.Lantaran puskesmas tak memiliki instalasi untuk
menangani pasien khusus gangguan jiwa, si ibu hamil itu dirujuk ke RSUD Goeteng.

Bayi cantik dilahirkan oleh seorang ibu tanpa identitas yang diduga mengalami gangguan jiwa.
(Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo/istimewa)

Perawat dan bidan pun jatuh iba. Mereka berinisiatif membersihkan tubuh si ibu. Para
bidan ini harus memastikan, sebelum persalinan, ibu hamil dengan gangguan jiwa itu siap
dan dalam keadaan higienis. Itu untuk memastikan agar ibu dan bayi tak terinfeksi saat proses
persalinan.Direktur RSUD Goeteng, Nonot Mulyono menyebut standar pelayanan persalinan
di RSUD tak membedakan kelas. Semuanya dilayani sesuai dengan standard operating
procedure (SOP) yang telah ditetapkan rumah sakit.

Meski tanpa identitas, ibu dengan gangguan jiwa itu tetap memperoleh pelayanan
standar persalinan. Akhirnya, si ibu melahirkan dengan gilang-gemilang.Bayinya perempuan,
cantik pula. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu melahirkan dengan normal nyaris tanpa
penanganan khusus.Soal biaya persalinan, Nonot menerangkan RSUD menggunakan dana
Jaminan Kesehatan (Jamkes) Kartu Purbalingga Sehat (KPS). Dengan begitu, persalinan ibu
yang menderita gangguan jiwa tersebut gratis. Begitu pula dengan perawatan bayi
cantiknya."Sudah melahirkan dengan selamat. Persalinanannya normal," katanya,
kepada Liputan6.com, Selasa (5/12/2017)
Dirawat hingga Masa Nifas

Pasien dilayani tanpa membedakan kelas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)


Setelah bersalin, tiba waktunya perawatan setelah melahirkan atau nifas. Salah satu bidan
yang memperoleh pengalaman berharga itu adalah Bidan Dona Wahyuni de Fretes. Dialah
salah satu bidan yang menangani si ibu tanpa identitas."Saya menangani si ibu setelah
melahirkan, di ruang nifas," ucap Bidan Dona.

Dengan sabar, ia memandikan, mengeramasi, dan bahkan memotong kuku-kuku si ibu


yang menghitam. Dona dan rekannya juga mengganti pakaian si ibu dengan baju yang lebih
layak.Ia mengakui agak khawatir pada awalnya. Sebelum ini, Dona pernah menangani
persalinan ibu dengan gangguan jiwa. Pengalamannya tak begitu baik. Ia ditendang oleh ibu
yang tengah dibantu persalinannya.Barangkali kisah Bidan Dona ini bisa menjadi cermin
bahwa seorang bidan tak hanya bekerja dengan keahlian semata. Bidan, seperti juga Dona
dan rekannya, bekerja dengan hati.Kabar melahirkannya seorang ibu dengan gangguan jiwa
itu tersebar luas di Purbalingga. Foto-foto bayi cantiknya pun tersebar. Tak pelak lagi, banyak
pihak yang ingin mengadopsinya. Hingga saat ini, bayi cantik masih dalam perawatan RSUD
Goeteng, Purbalingga.
Analisis Kasus:

a. Kronologi kasus
Berdasarkan kasus diatas maka dapat kami simpulkan

Akhir November 2017 lalu, RSUD Goeteng menerima pasien rujukan, seorang ibu
hamil dari Puskesmas Bobotsari. si ibu menderita gangguan jiwa. Ia pun tanpa identitas.
Tubuhnya kotor, bajunya kumal, dan rambutnya menggimbal penuh kutu. Nonot Mulyono
menyebut standar pelayanan persalinan di RSUD tak membedakan kelas. Semuanya dilayani
sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan rumah sakit. Soal
biaya persalinan, Nonot menerangkan RSUD menggunakan dana Jaminan Kesehatan
(Jamkes) Kartu Purbalingga Sehat (KPS). Dengan begitu, persalinan ibu yang menderita
gangguan jiwa tersebut gratis. Begitu pula dengan perawatan bayi cantiknya. Setelah bersalin,
tiba waktunya perawatan setelah melahirkan atau nifas. Dengan sabar, bidan memandikan,
mengeramasi, dan bahkan memotong kuku-kuku si ibu yang menghitam. Bidan Dona dan
rekannya juga mengganti pakaian si ibu dengan baju yang lebih layak.

b. Uraian kasus diatas menurut kelompok kami sesuai dengan etika dalam pelayanan
kebidanan berdasarkan KEPMENKES RI nomor 900 tahun 2002 tentang registrasi
dan praktik bidan, serta berdasarkan sumpah profesi kebidanan, karena dalam kasus
diatas bidan telah memberikan pelayanan sesuai dengan standar operating procedure
atau SOP dimana telah memenuhi hak pasien yang tertulis dalam UU nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan.
c. Mengenai kewajiban pasien berdasarkan PERMENKES nomor 69 tahun 2014 sesuai
pasal 31 UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang salah satu bunyinya
yaitu memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Karena dari uraian
kasus pasien mengalami gangguan jiwa dan fakir miskin maka dari itu semua biaya
perawatan pasien ditanggung oleh pemerintah berdasarkan Perpres nomor 12 tahun
2013.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002
TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN BAB V
PRAKTIK BIDAN
Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi:
a. pelayanan kebidanan;
b. pelayanan keluarga berencana;
c. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 15
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan
kepada ibudan anak.
2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan,
masapersalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara (periode interval).
3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi,
masaanak balita dan masa pra sekolah
Pasal 25
1) Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan,berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berdasarkanstandar profesi.
2) Di samping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bidan dalam
melaksanakanpraktik sesuai dengan kewenangannya harus:
a. menghormati hak pasien;
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. Memberikan informasi tentang pelayanan yang akan diberikan;
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. Melakukan catatan medik (medical record) dengan baik.

WEWENANG BIDAN
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkanpelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu
hamil/bersalin, nifas danbayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini atau
pertolongan pertama sebelumrujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat
waktu.
2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
a. melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi;
b. memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya;
c. mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya;
d. bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara
optimaldengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.
3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikahtermasuk remaja puteri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui dan masaantara kehamilan (periode interval).
4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk
remaja puteri,konseling persiapan pranikah, dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan menjelangpernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah
untuk mempersiapkan wanitausia subur dan pasangannya yang akan menikah
agar mengetahui kesehatanreproduksi, sehingga dapat berprilaku reproduksi
sehat secara mandiri dalam kehidupanrumah tangganya kelak.
5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
meliputi: pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan.
Perhatian khususdiberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan
kematian ibu dan bayiterjadi dalam masa tersebut.
6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi
barulahir), balita dan anak pra sekolah.
7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan
uterotonika.
8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh
bidan adalahkelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid. Pengobatanginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat
pertolongan sementarasebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut
pengobatan sesuai advis dokter.
UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN:
1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap (Pasal 56)
2. Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. (Pasal 57)
3. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Kewajiban pasien menurut Permenkes nomor 69 tahun 2014 sesuai pasal 31 UU


nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
1. Mematuhi peraturan yang berlaku dirumah sakit
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas
lainnya yang berkerja dirumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dirumah sakit
dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Naskah Sumpah Profesi Kebidanan:


Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya:
1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan adil, sejalan dengan profesi
kebidanan.
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan, tanpa
membedakan agama,pangkat, suku, dan bangsa.
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan.
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual klien yang saya
layani.
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia, yang
berhubungan dengan tugas saya, kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan
kesaksian.
6. Akan menghormati, membina kerjasama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan
temansejawat.
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluruhan profesi, dengan terus- menerus
mengembangkan ilmu kebidanan.

Perpres nomor 12 tahun 2013.


Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.
3. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan
Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program
Jaminan Kesehatan.

Referensi:
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Liputan6.2017.http://regional.liputan6.com.Kisah Keikhlasan Bidan Bantu Persalinan Ibu
Gangguan Jiwa. Dikutip pada tanggal 18 Februari 2018 pukul 19.00 WIB.
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Permenkes nomor 69 tahun 2014.
JknKemkes.2013.http://www.jkn.kemkes.go.id. Jaminan Kesehatan. Dikutip pada tanggal 21
Februari 2018 pukul 21.00 WIB.
Perpres nomor 12 tahun 2013

Você também pode gostar