Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KISTA OVARIUM
Disusun oleh :
Eli Susanti
1102013095
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat ditakuti oleh
karena adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium
memiliki sifat yang jinak (80-84%).
Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan
85% bersifat jinak. Terdapat variasi dengan luas insidensi keganasan ovarium,
rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000
populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista
fungsional dan jinak. Di Amerika , karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira
22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.
TINJAUAN PUSTAKA
Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak di
kiri dan di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium. Arteria ovarika
berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum
infundibulopelvikum).
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
selapis kubik-silindrik, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat
tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel
primordial. Setiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi
folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium terpenting dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan juga dalam tingkat-
tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja
sampai folikel de Graaf matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli
yang mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.
Gambar 2. Ovarium
2.2 Definisi Kista Ovarium
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui.
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Pada
wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.
2. 3. Epidemiologi
Faktor risiko kista ovarium berupa usia reproduktif, pasien yang sedang menerima
gonadotropin atau tamoksifen, riwayat keluarga, infertility, nullipara, riwayat kanker
payudara.
2.5. KLASIFIKASI KISTA OVARIUM
1) Kista folikel
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan
biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm). Kista
ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel
tidak diabsorbsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi
secara artifisial dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi,
ruptur, atau perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan
menstruasi (perpanjangan interval antar menstruasi atau pemendekan siklus).
Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan
yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista luteum, yaitu
kista granulosa dan kista teka.
a) Kista granulosa
b. Kista teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya bilateral
dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka sering kali dijumpai bersamaan dengan
ovarium polikistik, molahidatidosa, korio karsinoma, terapi hCG, dan klomifen sitrat.
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umumnya, tidak
diperlukan tindakan bedah untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang
secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan penghentian
stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista dan
terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan laparotomy
segera untuk menyelamatkan penderita.1
Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding
kista menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertransformasi
menjadi kistadeno fibroma.
Gambar 8. Kistadenoma ovarii Serosum
C. Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak sel
germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
Tumor sel germinal ini mencakup 60% kasus dibandingkan 40% yang berasal dari sel
non germinal untuk kelompok umur yang telah disebutkan terdahulu.
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari
1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel
mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause.
b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari
semua tumor ovarium. Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke
yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada
pembelahan berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil.
Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis
tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri
atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika
masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor
ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.
C. Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid
dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim
tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali
haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus
tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul
gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.
Ketika folikel ovarium gagal pecah selama pematangan folikel, ovulasi tidak terjadi,
dan kista folikel dapat terjadi. Proses ini, menurut, melibatkan pemanjangan fase
folikular siklus, dengan amenore sekunder transien sementara. Kista folikular dilapisi
oleh sel granulosa normal, dan cairan yang terkandung di dalamnya kaya akan estrogen.
Kista folikuler secara klinis signifikan jika cukup besar sehingga menyebabkan
rasa sakit atau jika bertahan di luar interval menstruasi. Sel granulosa yang melapisi
kista folikel bertahan sampai saat ovulasi seharusnya terjadi dan terus membesar
sampai paruh kedua siklus. Kista bisa membesar di luar 5 cm dan terus mengisi cairan
folikuler dari lapisan sel granulosa yang menebal. Gejala yang terkait dengan kista
folikular mungkin termasuk nyeri perut bawah lateral ringan sampai sedang dan
perubahan interval menstruasi. Yang terakhir mungkin merupakan hasil dari ovulasi
subkulit yang gagal dan pendarahan yang distimulasi oleh sejumlah besar estradiol
yang diproduksi di folikel. Lingkungan hormonal ini, seiring dengan tidak adanya
ovulasi, terlalu memperlebar endometrium dan menyebabkan pendarahan tidak teratur.
Temuan pemeriksaan panggul mungkin termasuk nyeri tekan unilateral dengan massa
adneksa yang jelas, bergerak, dan kistik.
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau VU mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
a. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak tumor ovarium
tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Gejala yang
dirasakan penderita kista ovarium yakni teraba benjolan pada perut atau perut
membesar, nyeri pada perut, gangguan pada buang air kecil atau buang air besar, dapat
juga mempengaruhi siklus haid.
b. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjan
2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah
tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum
dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal
apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan
ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang
ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang
signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah
dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu
sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari
ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau
ke-9.
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG umumnya
dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun tanpa gejala.
Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan
keganasan sel dari tumor tersebut.
1. Kista Folikel
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung pada
dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang
akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan
kemudian kista tersebut tergolong neoplastic ganas, maka cairan tumor invasi akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.
Klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5-7 hari per siklus. Beberapa praktisi juga
menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan. Walaupun reseksi baji
(wedge) cukup menjanjikan, hal tersebut jarang dilakukan karena dapat terjadi
perlengketan periovarial. Karena endometrium lebih banyak terpapar oleh esterogen,
maka dianjurkan juga untuk memberikan progesterone (LNG, desogestrel, CPA).
5. Kista Dermoid
Laparotomi dan kistektomi. Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui
screening USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5 cm baik dengan
gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi
untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sujdah dilakukan operasi,
angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal
dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA