Você está na página 1de 22

REFERAT

KISTA OVARIUM

Disusun oleh :
Eli Susanti
1102013095

Pembimbing :

dr. M. Birza Rizaldi, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RS TK II MOH RIDWAN MEURAKSA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2018


BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium.

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh


dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau
materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.

Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat ditakuti oleh
karena adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium
memiliki sifat yang jinak (80-84%).

Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko


pertumbuhan menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol
dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita yang mulai menopause.2

Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan
85% bersifat jinak. Terdapat variasi dengan luas insidensi keganasan ovarium,
rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000
populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista
fungsional dan jinak. Di Amerika , karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira
22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.

Perjalanan penyakit dianggap berlangsung secara diam-diam (silent killer),


sehingga wanita umumnya tidak menyadari sudah menderita kista ovarium.
Wanita umumnya sadar setelah benjolan teraba dari luar. Sebagian besar kista
tidak menimbulakan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan
masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna
tidak menimbulkan gejala pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam
stadium lanjut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI OVARIUM

Gambar 1 : Anatomi Ovarium dan Tuba

Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak di
kiri dan di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium. Arteria ovarika
berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum
infundibulopelvikum).

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar


ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil
ovarium berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus ini
masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan
belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.

Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
selapis kubik-silindrik, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat
tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel
primordial. Setiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi
folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium terpenting dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan juga dalam tingkat-
tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja
sampai folikel de Graaf matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli
yang mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.

Pada waktu dilahirkan bayi perempuan mempunyai sekurang-kurangnya


750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-
folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara
umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada masa
menopause semua folikel sudah menghilang.

Gambar 2. Ovarium
2.2 Definisi Kista Ovarium

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui.
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Pada
wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.

Kista ovarium merupakan salah tumor jinak dengan kantong abnormal


berisi cairan yang sering dijumpai pada wanita dimasa reproduksinya

2. 3. Epidemiologi

Data penilitian dari Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya kista


ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang
sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista
jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium
fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita
postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai
usia terjadinya kista ovarium.

2.4. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO KISTA OVARIUM

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan


hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari
folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.

Faktor risiko kista ovarium berupa usia reproduktif, pasien yang sedang menerima
gonadotropin atau tamoksifen, riwayat keluarga, infertility, nullipara, riwayat kanker
payudara.
2.5. KLASIFIKASI KISTA OVARIUM

A. TUMOR JINAK JARINGAN OVARIUM

1) Kista folikel

Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan
biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5 cm). Kista
ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel
tidak diabsorbsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi
secara artifisial dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi,
ruptur, atau perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan
menstruasi (perpanjangan interval antar menstruasi atau pemendekan siklus).

Penemuan kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan USG


transvaginal atau pencitraan MRI. Diagnosis banding kista folikel adalah salfingitism
endometriosis, kista lutein, dan kista neoplastik lainnya. Sebagian kista dapat
mengalami obliterasi dalam 60 hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan
untuk mengatur siklus dan atresi kista folikel.

Gambar 3. Kista Folikel


2) Kista korpus luteum

Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan
yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista luteum, yaitu
kista granulosa dan kista teka.

Gambar 4.Kista Korpus Luteum

a) Kista granulosa

Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastic ovarium. Setelah ovulasi,


dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya vaskularisasi
baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum.

Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum.


Kista luteum yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut
yang juga disertai amenorrea atau menstruasi terlambat yang menyerupai gambaran
kehamilan ektopik. kista lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga
menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan intraperitoneal yang membutuhkan tindakan
pembedahan segera untuk menyelamatkan penderita.
Gambar 5. Kista Lutein Granulosa

b. Kista teka

Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya bilateral
dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka sering kali dijumpai bersamaan dengan
ovarium polikistik, molahidatidosa, korio karsinoma, terapi hCG, dan klomifen sitrat.

Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umumnya, tidak
diperlukan tindakan bedah untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang
secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan penghentian
stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista dan
terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan laparotomy
segera untuk menyelamatkan penderita.1

Gambar 6. Kista Teka Lutein


3) Ovarium Polikistik (Stein-Leventhal Syndrome)

Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium


kedua ovarium, amenore sekunder, atau oligomenore dan infertilitas. Sekitar 50%
pasien mengalami hirsutisme dan obesitas. Gangguan ini terjadi pada perempuan
berusia 15-30 tahun. Banyak kasus infertilitas terkait dengan sindrom ini. Tampaknya
hal ini berhubungan dengan disfungsi hipotalamus.

Walaupun mengalami pembesaran ovarium juga mengalami proses sklerotika


yang menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara
sehingga disebut sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak folikel berisi cairan di
bawah dinding fibriosa korteks yang mengalami penebalan. Teka interna terlihat
kekuningan karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang
sama.

Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah pada


beberapa gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat menarke dan haid yang
normal kemudian berubah menjadi episode amenorea yang semakin lama. Pembesaran
ovarium dapat dipalpasi pada sekitar 50%. Terjadi peningkatan 17-kortikosteroid dan
LH tetapi tidak ditemukan fase lonjakan FH (LH surge) yang akan menjelaskan
mengapa tidak terjadi ekskresi esterogen, FSH, dan ACTH masih dalam batas normal.
Pemeriksaan yang dapat diandalkan adalah USG dan laparoskopi.
Gambar 7. Ovarium Polikistik

B. TUMOR EPITEL OVARIUM

Epitelia tumor mencakup 60-80% dari keseluruhan neoplasma ovarium

a) Kistadenoma ovarii serosum

Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak


ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista ini
terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista berkisar antara 5- 15 cm dan
ukuran ini lebih kecil dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum.

Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding
kista menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertransformasi
menjadi kistadeno fibroma.
Gambar 8. Kistadenoma ovarii Serosum

Gambar 9: Kistadenoma ovarii Serosum

b) Kistadenoma ovarii musinosum

Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total tumor jinak


ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini bilateral pada 5-7% kasus.
Tumor ini pada umumnya adalah multilokuler dan lokulus yang berisi cairan
musinosum tampak warna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang. Dinding
tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak
di bagian basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan
struktur epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan epitel kolon dimana cairan
musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet. Perlu untuk memilih sampel
pemeriksaan patologi anatomi dari beberapa tempat karena sebaran area-area dengan
gambaran jinak, potensial ganas, atau ganas adalah sangat variatif.

C. Kista Dermoid

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak sel
germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
Tumor sel germinal ini mencakup 60% kasus dibandingkan 40% yang berasal dari sel
non germinal untuk kelompok umur yang telah disebutkan terdahulu.

Gambar 10. Kista dermoid

C. Tumor Jaringan Ikat Ovarium/Tumor Padat Ovarium

a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari
1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel
mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause.

Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg,


dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah
jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan
apabila lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat
dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar
kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya
mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan
sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).

b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari
semua tumor ovarium. Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke
yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada
pembelahan berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil.
Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis
tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri
atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.

Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika
masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor
ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.

C. Kista Endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid
dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim
tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali
haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus
tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul
gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.

Gambar 11 :Kista Endometroid

2.6 PATOFISIOLOGI KISTA OVARIUM

Ketika folikel ovarium gagal pecah selama pematangan folikel, ovulasi tidak terjadi,
dan kista folikel dapat terjadi. Proses ini, menurut, melibatkan pemanjangan fase
folikular siklus, dengan amenore sekunder transien sementara. Kista folikular dilapisi
oleh sel granulosa normal, dan cairan yang terkandung di dalamnya kaya akan estrogen.

Kista folikuler secara klinis signifikan jika cukup besar sehingga menyebabkan
rasa sakit atau jika bertahan di luar interval menstruasi. Sel granulosa yang melapisi
kista folikel bertahan sampai saat ovulasi seharusnya terjadi dan terus membesar
sampai paruh kedua siklus. Kista bisa membesar di luar 5 cm dan terus mengisi cairan
folikuler dari lapisan sel granulosa yang menebal. Gejala yang terkait dengan kista
folikular mungkin termasuk nyeri perut bawah lateral ringan sampai sedang dan
perubahan interval menstruasi. Yang terakhir mungkin merupakan hasil dari ovulasi
subkulit yang gagal dan pendarahan yang distimulasi oleh sejumlah besar estradiol
yang diproduksi di folikel. Lingkungan hormonal ini, seiring dengan tidak adanya
ovulasi, terlalu memperlebar endometrium dan menyebabkan pendarahan tidak teratur.
Temuan pemeriksaan panggul mungkin termasuk nyeri tekan unilateral dengan massa
adneksa yang jelas, bergerak, dan kistik.

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

a. Gangguan haid

b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau VU mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.

d. Jika sudah menekan VU mungkin menyebabkan sering berkemih.

2.8 DIAGNOSIS KISTA OVARIUM

a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak tumor ovarium
tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Gejala yang
dirasakan penderita kista ovarium yakni teraba benjolan pada perut atau perut
membesar, nyeri pada perut, gangguan pada buang air kecil atau buang air besar, dapat
juga mempengaruhi siklus haid.
b. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjan

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun


biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka
kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Dari gambaran USG dapat terlihat:


a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
Gambar 12 : Gambaran Kista pada USG

2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah
tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum
dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
 Pemeriksaan Beta-HCG  Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal
apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
 Pemeriksaan Darah Lengkap  Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
 Urinalisis  Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker  Tumor marker spesifik pada keganasan
ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.

2.9 PENATALAKSANAAN KISTA OVARIUM

Penatalaksanaaan kista ovarium tergantung beratnya gejala, usia pasien, adanya


resiko keganasan dan keinginan untuk mendapatkan anak berikutnya. Pada usia>50
tahun, penanganan konservatif mempunyai sedikit keuntungan bila diameter tumor
lebih dari 5 cm karena 29-50% dari semua kista ovarium akan menjadi ganas. Jika
pasien timbul gejala nyeri akut, berat dan ada tanda-tanda pendarahan intraperitoneal
maka dilakukan kistektomi atau salfingo-ooforektomi dengan laparoskopi atau
laparatomi

1. Observasi dan Manajemen Gejala


Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau
dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri,
maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID

2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang
ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang
signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah
dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu
sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari
ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau
ke-9.
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG umumnya
dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun tanpa gejala.
Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan
keganasan sel dari tumor tersebut.

1. Kista Folikel

Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung pada
dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang
akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan
kemudian kista tersebut tergolong neoplastic ganas, maka cairan tumor invasi akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.

2. Kista Korpus Luteum

Klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5-7 hari per siklus. Beberapa praktisi juga
menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan. Walaupun reseksi baji
(wedge) cukup menjanjikan, hal tersebut jarang dilakukan karena dapat terjadi
perlengketan periovarial. Karena endometrium lebih banyak terpapar oleh esterogen,
maka dianjurkan juga untuk memberikan progesterone (LNG, desogestrel, CPA).

3. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan pembedahan (eksisi)


dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan abdomen. Untuk itu, jenis
insisi yang dipilih adalah mediana karena dapat memberikan cukup akses untuk
tindakan eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi sebagai
antisipasi terhadap kemungkinan adanya keganasan.
4. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Apabila ternyata stroma kistadenima ovarii musinosum mendiseminasi cairan musin


ke rongga peritoneum (pseudomyxoma) dan hal ini ditemukan pada saat melakukan
tindakan laparotomi, maka sebaiknya dilakukan salpingo-ooforektomi unilateral.
Untuk mengosongkan cairan musin dari kavum peritoneum, encerkan terlebih dulu
musin dengan larutan dextrose 5%-10% sebelum dilakukan pengisapan (suction).

5. Kista Dermoid

Laparotomi dan kistektomi. Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui
screening USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5 cm baik dengan
gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi
untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.

2.11 PROGNOSIS KISTA OVARIUM

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sujdah dilakukan operasi,
angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan


stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal
dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011
2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 1998
3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.
4. Medscape Reference , Ovarium Anatomy, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3,
Accessed on November 3, 2018.
5. Medscape Reference , Ovarian Cyst
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0101, Accessed on
november 3, 2018.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology
Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008

Você também pode gostar