Você está na página 1de 5

Nama : Rahmat Muhazir Peminatan : Keperawatan Jiwa

NIM : 18201010020 Mata Kuliah : Kebijakan Kesehatan


Prodi : Magister Ilmu Keperawatan Dosen : Ns. Suryane S.Susanti, MA.,Ph.D

Analisa Pembiayaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Introduksi
BPJS Kesehatan merupakan suatu badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah untuk
menyelenggaran program jaminan kesehatan nasional (JKN) yang mencakup seluruh
penduduk Indonesia, memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif, dan menganut
prinsip asuransi sosial dimana peserta yang mampu membayar iuran dan yang miskin
dibayar iurannya oleh pemerintah.
BPJS diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014, dimana sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola
oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS,
PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Melalui Sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan oleh BPJS negara ingin
memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang
komprehensif, adil, dan merata. BPJS Kesehatan adalah sistem yang wajib diikuti seluruh
warga negara Indonesia dan warga negara asing yang telah berada di Indonesia dalam
kurun waktu minimal 6 bulan. Pemerintah telah menetapkan target pencapaian agar
seluruh warga negara Indonesia memiliki BPJS kesehatan pada tahun 2019. Hal ini sesuai
dengan pasal 14 UU Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011.

Pembiayaan BPJS
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16,
Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Pembayar Iuran
1) Bagi Peserta Bantuan Iuran (PBI), iuran dibayar oleh Pemerintah.
2) Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
3) Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar
oleh Peserta yang bersangkutan.
4) Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden
dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.

Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan
persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu
(bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari
pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling
lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka
iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau
Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan
berikutnya.

Kelebihan BPJS Kesehatan:


1. Preminya sangat murah dengan hanya premi per bulan untuk kelas 1 (Rp59.500),
kelas 2 (Rp42.500), kelas 3 (Rp25.500), dan Anda sudah bisa ditanggung puluhan
penyakit, rawat inap, pembedahan obat dan lain sebagainya.
2. Bersifat Wajib. Program BPJS Kesehatan ini ternyata sifatnya wajib, jadi setiap
masyarakat Indonesia wajib menjadi anggota dari BPJS Kesehatan. Kewajiban
menjadi peserta BPJS Kesehatan yang diselenggarakan langsung dari pemerintah
diatur dalam Undang-Undang dan peraturan pemerintah. Artinya, meskipun seseorang
mendaftar di asuransi swasta maka tetap diharuskan juga mendaftar asuransi BPJS
kesehatan.

2|Page
3. Tidak ada pre-existing condition (kondisi sakit sebelumnya), Semua orang, baik yang
sakit maupun yang sehat bisa mendaftar BPJS. Berbeda dengan asuransi swasta yang
mensyaratkan pre-existing condition. Orang yang sudah terkena penyakit kalau pun
bisa daftar pasti premiya lebih mahal, atau bahkan malah ditolak.
4. Tidak ada medical check-up, karena tidak ada pre-existing condition sebagaimana
dijelaskan di atas, maka untuk daftar BPJS juga tidak perlu ada medical check up.
Berbeda dengan asuransi swasta. Untuk beberapa kasus di sini diwajibkan medical
check up.

5. Tidak ada batasan plafond. Semua biaya dan berapa pun perawatan dijalani akan
ditanggung semuanya oleh BPJS, asalkan sesuai dengan ketentuan dan standar yang
sudah ditentukan BPJS, berbeda dengan asuransi swasta yang memberlakukan plafond
tertentu baik pada jumlah hari rawat inap maupun besaran biayanya.
6. Jaminan Kesehatan Seumur Hidup. Berbeda dengan asuransi swasta yang hanya dapat
melindungi pesertanya maksimal pada usia 100 tahun, BPJS akan melindungi
pesertanya seumur hidup berapapun usianya
Kelemahan BPJS Kesehatan:
1. Pemberlakuan Step Methode / metode berjenjang. Untuk berobat, peserta BPJS
tidak bisa langsung menuju rumah sakit. Ia harus terlebih dahulu datang ke klinik
setempat (faskes Tingkat 1). Jika Anda mau ke rumah sakit faskes di atasnya, maka
harus minta rujukan terlebih dahulu dari faskes 1. Berbeda dengan asuransi swasta ,
mau berobat di rumah sakit saja bisa, tanpa harus ada rujukan dari mana pun.

3|Page
2. Birokrasi yang rumit. Bagi pendaftar atau yang akan melakukan pengubahan data
di kantor BPJS, maka harus bersiap dengan antrian yang panjang dan persyaratan
yang banyak. Antrian dan proses panjang tidak hanya terjadi saat mendaftar dan
melakukan perubahan data, namun juga saat peserta berobat ke rumah sakit, maka
antrian panjang. Saat ini BPJS Kesehatan melakukan kerja sama (coordination of
benefit – COB) dengan perusahaan asuransi kesehatan swasta, sehingga dapat
mengurangi proses yang panjang.
3. Tidak bisa berobat di sembarang rumah sakit. Peserta BPJS, selain harus melewati
mekanisme rujukan tadi, Anda juga harus berobat di rumah sakit yang telah bekerja
sama dengan BPJS saja. Berbeda dengan asuransi swasta, peserta asuransi swasta
bisa berobat di semua rumah sakit. Bedanya kalau di rumah sakit yang bekerjasama
dengan perusahaan asuransi tersebut dapat menggunakan kartu (cashless),
sedangkan kalau di rumah sakit yang tidak bekerja sama dengan perusahaan
asuransi tersebut diberlakukan sistem reimburse.
4. Hanya berlaku di dalam negeri. Berbeda dengan asuransi swasta yang pesertanya
bisa berobat di semua rumah sakit di seluruh dunia. Misalnya produk ASKES
Allianz yang bernama SmartMed, bisa untuk berobat di Indonesia, Singapura, dan
malaysia dengan sistem akrtu. Untuk negara lain dengan sistem reimburse.
5. Sedikit Kuota Kelas I. Kekurangan BPJS Kesehatan yang terakhir adalah
kurangnya kesempatan untuk mendapat fasilitas kelas 1. Meskipun peserta telah
mendaftar pada kelas 1 dan 2 namun pada kenyataan di lapangan memang terjadi
hal yang tidak sesuai. Mereka para peserta BPJS Kesehatan ini sering mendapat
fasilitas kelas 3.
6. Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang Tersedia Belum Sebanding. Faskes yang
ditawarkan kepada pasien ada dua, yaitu Faskes I dan Faskes II. Pasien hanya
diperbolehkan untuk memilih satu dari tiap-tiap Faskes sesuai dengan wilayah
pasien tinggal. Satu Faskes I dan satu Faskes II. Kondisi ini tentu saja merugikan.
Sebab kalau Faskes I yang berada di wilayah pasien tinggal tidak memuaskan,
pasien tidak bisa berobat di Faskes I lainnya, kecuali mengurus kepindahan Faskes.
Lokasi Faskes juga dapat menimbulkan masalah baru. Bayangkan saja jika jarak
lokasi Faskes dengan lokasi tempat tinggal pasien sangat jauh, hal ini tentu saja

4|Page
akan memakan waktu berjam-jam. Akibatnya, pasien bisa mendapatkan pelayanan
yang tidak memuaskan.
7. Jumlah Faskes Rekanan yang Belum Maksimal. Peningkatan Jumlah Faskes
Rekanan Diperlukan agar Pasien Tidak Repot. Pasien hanya diperbolehkan untuk
mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dirujuk pihak BPJS Kesehatan.
Bila rumah sakit tersebut tidak bekerja sama dengan BPJS, pasien yang mau
berobat akan ditolak. Mau tidak mau pasien harus berusaha mencari daftar rumah
sakit rekanan demi mendapat pelayanan rumah sakit yang cepat dan memuaskan.
8. Bisa terjadi antri, karena banyaknya di asuransi swasta yang tak dimiliki BPJS
adalah menawarkan produk yang dikombinasikan dengan asuransi jiwa. Untuk
jenis ini, selain paket rawat inap biasanya ada menu tambahan (rider) khusus
penyakit kritis dan cacat total yang bisa ditambahkan secara mandiri. Di Allianz
misalnya ada perlindungan terhadap 100 jenis penyakit kritis (C-100). Lantas apa
bedanya dan apa perlunya ambil tambahan C-100 atau cacat total? Bedanya kalau
rawat inap kita hanya ditanggung biayanya. Kalau kita ambil C-100 kita nantinya
kalau klaim dapatnya uang tunai. Uang tunai ini tentunya fleksibel dan terserah kita
mau digunakan untuk apa. Namanya orang berobat biayanya kan tidak hanya untuk
berobat, bisa juga biaya lainnya misalnya transportasi, akomodasi. Jika meninggal
maka uang pertanggungan asuransi jiwanya pasti cair dan dapat menjadi warisan
bagi anak istri atau untuk melunasi utang atau yang lainnya.

5|Page

Você também pode gostar