Você está na página 1de 12

LISA SEPTIANI 1610711103

A. DEFINISI

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).

Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah haemoglobin
dan hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya produksi eritrosit atau
peningkatan penghancuran sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan hematokrit kurang
dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37% pada
wanita. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 ).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 ).
B. KLASIFIKASI dan ETIOLOGI

1. Menurut morfologi

Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan


ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menujukkan warnanya.
Sudah dikenal klasifikasi besar yaitu:
a. Anemia normositik normokrom.

Dimana ukuran dan bertuk sel darah merah normal serta mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang normal. (MCV dan MCHC normal atau normal
rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemai jenis ini adalah
kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan
endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit-penyakit
infiltrat metastatik pada susum tulang.

b. Anemia makrositik normokrom

Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC
normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat
B12 dan/atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab
agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.

c. Mikrositik hipokrom.

Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam


jumlah yang kurang dari normal(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya
menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi
besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis
globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital)
2. Etiologi Meningkatnya kehilangan sel darah merah

Anemia dapat pula diklasifikasikan menurut etiologinya, penyebab utama adalah


Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarah atau
penghancuran sel. Perdarahan dapat diesebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat
perdarahan kronik karaena polip pada colon, penyakit-penyakit keganasan , hemoroid,
atau menstruasi.

Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi
bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau
karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah.

Keadaan dimana sel darah merah sendiri terganggu adalah:

 Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misalnya anemia sel


sabit.
 Gangguan sintesis globin. Misalnya talasemia.
 Gangguan membran sel darah merah, misalnya sferositosis herediter.
 Defesiensi ensim, misalnya difisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)

a. Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang
yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah merah
yang dihasilkan tidak memadai. Pederita mengalami pansitopenia yaitu
kekurangan sel darah merah, dan trombosit.

Secara morfologi sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung
retikulosit rendah atau hilang, dan biopsi sumsung tulang menunjukkan suatu
keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hiplasia yang nyata dan terjadi
penggantian dengan jaringan lemak.
Langkah-langkah pangobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan
agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen
penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik . bebraapa kasusu seperti ini
diduga merupakan keadaan imunologis.

Penyebab-penyebab anemia aplastik :

1. Agen antineoplastik
2. Terapi radiasi
3. Berbagai obat seperti anti konvulsan, pengobatan tiroid, senyawa emas dan
fenilbutason.
4. Benzen
5. Infeksi virus (khususnya virus khusunya virus hepatitis)

b. Anemia Defesiensi Besi

Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik


hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Difisensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terdapat pada wanita
usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

Penyebab lain defesiensi besi adalah:

1. Asupan besi yang tidak cukup, misalnya pada bayi yang hanya diberi
makan susu belaka sampai usia 12 – 24 bulan dan pada individu tertentu yang
hanya memakan sayuran saja.
2. Gangguan absobsi, seperti setelah gastrektomi
3. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan pada saluran
cerna yang lambat karena polip, Neoplasma, gastritis, varises osefagus, makan
aspirin, dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 sampai 5 g
besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya, hampir duapertiga besi
terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan dan kematian sel
dan diangkut melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritripoesis.
Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil sekali dalam mioglobin (otot) dan
dalam enzim-enzim hem, seperti sisanya disimpan dalam hati, lipa dan dalam
sumsung tulang sebagai feretin dan sebagai homosiderin untuk kebutuhan-
kebutuhan lebih lanjut.

c. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik diklasfikasikan menurut morfologinya sebgai anemia


makrositik normokrom.

Penyebab
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defesiensi vitamin B12 dan asam
folat yang mengakibatkan sitesis DNA terganggu. Defesiensi ini mungkin
sekunder karena malnutrisi, malabsobsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti
terlihat pada anemia pernisiosa dan pos gastrektomi), infestasi prasit, penyakit
usus, dan keganansa, serta agen kemoterapik. Invidu dengan infeksi cacing pita
(dengan, Diphilloborithrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi,
cacing pita berkompertisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B¬12 dari
makanan. Yang mengakibatkan anemia megaloblastik.

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Tanda-tanda umum anemia:
- pucat,
- takicardi,
- bising sistolik anorganik,
- bising karotis,
- pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat
(Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur
meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak
lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku.
Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

D. KOMPLIKASI
a. Cardiomegaly
b. Congestive heart failure
c. Gastritis
d. Paralysis
e. Paranoia
f. Hallucination and delusion
g. Infeksi genoturia

E. PENCEGAHAN ANEMIA
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan
makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:
1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan
buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi
roti, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan
beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-
orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang
diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

F. PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:


 Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi,
yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika
penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber
perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
 Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan
asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
 Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini .
Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin
sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu
merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
 Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan
transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak
dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi
lagi.
 Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit
dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi
sumsum tulang.
 Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang
menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin
dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah
merah.
 Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya
menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat
kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
G. KRITERIA ANEMIA

Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin


atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi
oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun
1968.Dinyatakan sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.
1. Hb <10gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8juta
Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat
kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat
gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi
berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis
membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada
anemia defisiensi besi.
H. KARAKTERISTIK TUMBUH KEMBANG BALITA
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnyasenantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki,anak akan berusaha
menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajarmenggunakan kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah


anakakan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam,sebelum
ia mampu meraih benda dengan jari.

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar


mengeksplorasiketerampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari
danlain-lain.Menurut Sigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima
fase,yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima
faseini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita. (Wong,2009)

a. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun.
Padafase ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan
terjadikelekatan dan hubungan yang emosional antara anak dan ibu.
Beberapamengatakan bahwa pada saat anak yang mengalami gangguan
pada fase iniakan sering mengalami stres dengan gejala gangguan pada
lambung sepertimaag atau gastritis.
b. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15
bulansampai dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat
melakukanaktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal
pula
sebagai periode "toilet training". Kegagalan pada fase ini akan menciptaka
n orangdengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan
kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
c. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang
padaanak umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak
laki-lakidimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali
membuat marahorangtuanya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan
kepribadian yangimoral dan tidak tahu aturan.Teori perkembangan
menurut Erick Erikson terdiri dari fase Kepercayaan vsketidak-
percayaan(0-1 tahun), Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu (1-3
tahun),Inisiatif vs rasa bersalah (3-5 tahun), Industri vs inferioritas (6-11
tahun), Identitasvs difusi (12-18 tahun), Keintiman vs absorpsi diri atau
isolasi (19-25 tahun),Generativitas vs stagnasi, 25-45 tahun dan Integritas
vs keputus asaan danisolasi(45-meninggal). Dari beberapa fase ini, fase
yang dialami oleh balita adalahfase Kepercayaan vs ketidak-percayaan,
Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu danInisiatif vs rasa bersalah. (Wong,
2009)
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC


Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Efendi, Ferry &amp; Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Supartini,Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Você também pode gostar