Você está na página 1de 6

Teknik Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong

Darmiati
Sitti Nurani Sirajuddin
Pendahuluan
Pengembangan peternakan di suatu daerah umumnya harus dipertimbangkan
dari berbagai segi seperti karakteristik wilayah berupa iklim, topografi,jenis komoditi,
tanah dan kecenderungan penggunaannya serta kondisi masyarakat suatu daerah,
ketersediaan modal, pola pengembangan, ketrsediaan pakan, infrastruktu dan
kelembagaan. Secara spesifik pelaksanaan pengembangan peternakan dapat melalui
berbagai cara yaitu (1) perwilayahan produksi,(2) wilayah sumber bibit,(3)
pengembangan system pola,(4) sarana, (5) pemberdayaan peternak dan (6)
pengembangan pakan ternak
Pengembangan ternak sapi potong ada tiga prinsip yang harus dipenuhi yakni
(1) menjaga keseimbangan supply-demand daging,(2) prinsip pelestarian dan (3)
prinsip mengurangi ketergantungan impor. Penyediaan daging sapi bagi kebutuhan
masyarakat perlu dikendalikan agar prinsip pelestarian untuk peningkatan populasi
dapat dicapai dan ketergantungan semakin dikurangi (Dirjen Peternakan,2010).
Gunardi(1998) dalam Tomatala(2008) mengemukakan bahwa usaha untuk
mencapai tujuan pengembangan ternak sapi dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan,yaitu(1) pendekatan teknis dengan meningkatkan kelahiran ternak,
menurunkan kematian, mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic
ternak;(2) pendekatan terpadu yang merupakan teknologi produksi, manajemen
ekonomi,pertimbagan social budaya yang tercakup dalam sapta usaha peternakan
serta pembentukan kelompok peternak yang bekerjasama dengan instansi-ianstansi
terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan tujuan mempercepat pengembangan
peternakan melalui integarsi dari keempat aspek (lahan, pakan,plasma nutfah dan
sumberdaya manusia),proses produksi,pengolahan hasil dan pemasaran.
Pola pengembangan sapi potong dapat dilakukan dengan cara (1) sinkronisasi
daerah pengembangan agribisnis peternakan dengan komoditas lain(2) menentukan
prioritas pengembangan sapi potong pada daerah tertentu seduai daya adaptasi ternak

1
dengan tidak mengalihfungsikan lahan penggembalaan menjadi daerah pertanian dan
hutan industry bahkan bila mungkin meningkatkan status lahan penggembalaan
umum baik dari aspek legal maupun kualitasnya.
Pola pengembangan ternak sapi potong takyat pada prinsipnya terdapat dua
model, yakni (1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola
pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana
peternak baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-
NAK) merupakan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai
plasma dimana dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi,
produksi hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti
(Daryanto,2007)
Pembahasan
Jenis ternak sapi local, yakni salah satunya adalah sapi Bali yang merupakan sapi
liar atau banteng (bos sondaicus) yang telah megalami domestikasi ratuasan tahun
dengan berat badan berkisar antara 350 – 400 kg jantan dewasa, betina dewasa 250-
300 kg, bila pakannya terjamin atau dilakukan penggemukan dengan baik berat
badannya akan mencapai 450 kg
Menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994), ada tujuan pedoman yang akan
dilakukan oleh peternak untuk memperoleh hasil yang baik, yaitu (1) pemilihan bibit
yang baik,(2) pemberian pakan tambahan, (3) penggunaan kandang yang memenuhi
syarat,(4) pengendalian penyakit,(5) pengelolaan reproduksi,(6) penanganan pasca
panen dan pemasaran dan (7) manajemen usaha
Sistem pemeliharaan dibagi menjadi;(1) system intensif (dikandangkan) dan semi
intensif(dilepaskan merumput di padang rumput kemudian dimasukkan ke kandang
dan (3) system ekstensif. Pemberian makan bagi ternak sapi potong untuk
mememnuhi kebutuhan hidup, produksi dan reproduksi.
Abidin dan Soeprapto (2006) mengemukakan bahwa kondisi agroklimat dan
kondisi lingkungan yang ideal akan sangat dibutuhkan oleh ternak sapi dalam
memacu pertumbuhan dan perkembangannya berdasarkan potensi genetis. Sekaligus
penentuan lokasi akan terpenuhi melalui beberapa syarat tertentu, suhu lingkungan,

2
arah angin, curah hujan,arah sinar matahari, kelmbababan, topografi, ketersediaan air,
ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan,infrastruktur transportasi,pasar.
Siregar (2000) mengemukakan bahwa system penggemukan bagi ternak sapi
potong terdiri dari (1) pasture fattening,(2) dry lot fattening dan (3) kombinasi pasture
fattening dan dry lot fattening dan (4) Kereman. Teknologi dalam kombiansi pakan
hijauan selain rumput lapangan maka harus ditanami rumput unggulan: rumput
raja,rumput gajah dan penanaman leguminosa.
Sistem pasture fattening dan penggembalaan hanya memanfaatkan hijaun saja,
sehingga pakan hijaun ini harus diperhitungkan kualitasnya gara proses penambahan
bobot badan akan lebih bertambah. Sistem ini memerlukan waktu yang cukup lama
yakni 8 -10 bulan dengan umur sapi jantan atau betina yang berumur sekitar 2,5
tahun.
Dry lot fattening dalam penggemukan sapi dilakukan dengan menggunakan
bahan pakan atau ransum seperti biji-bijian (jagung,sorgum,kacang-kacangan).
Ransum yang dibutuhkan harus dalam konsentrat yang tinggi tetapi tidak boleh lebih
dari 60 % dalam komponen ransumnya. Khusus untuk sapi jantan berumur lebih dari
1 tahun dengan lama penggemukan 4-6 bulan.
Kombinasi pasture fattening dan dry lot fattening, merupakan system
penggembalaan pada waktu siang hari dimana ternak sapi dilepaskan merumput pada
padang rumput sedangkan sore sampai malam hari dikandangkan dan diberi
konsentart secukupnya. Sistem ini biasanya pada daerah yang terbatas luas padang
penggembalaanya. Lamanya penggemukan sapi bakalan yang berumur kurang dari 1
tahun maka lama penggemukan berkisar berkisar antara 8 -9 bulan. Untuk umur 1 -2
tahun lama penggemukan berkisar antara 6 – 7 bulan sedangkan umur 2 – 2,5 tahun
lama penggemukan berkisar antara 4 – 6 bulan.
Sistem kereman adalah system yang dilakukan dengan cara mengandangkan
sapi-sapi selama beberapa bulan, diberi hijauan dan konsentrat serta minum. Bila
hijaun yang berkelimpahan maka hijuannya diberikan lebih banyak. Jika
konsentratnya lebih murah dan tersedia banyak maka konsentratlah yang lebih
dominan pemberiannya namun biasanya hanya satu atau dua jenis konsentrat saja

3
yang diberikan bagi ternak sapi, misalnya :dedak padi dan atau ampas tahu, bungkil
kelapa dan hasil ikutan industry pertanian lainnya. Umumnya pada system ini
penggemukan dilakukan pada sapi jantan berumur sekitar 1-2 tahun dalam kondisi
kurus dan lamanya penggemujkan berkisar antara 3 – 6 bulan.
Santoso (2007) mengemukkan bahwa tata laksana pemeliharaan ternak sapi
meliputi (1) pemilihan dan penilaian ternak sapi,(2) penanganan ternak sapi,(3)
penandaan ternak sapi.(4) pendugaan dan pengukuran ternak sapi,(5) teknik praktis
dalam pemeliharaan ternak sapi,(6) tata laksana pakan,(7) penilaian serta penanganan
karkas dan daging,(8) peralatan dan perlengkapan pemeliharaan ternak sapi dan (9)
perlengkapan penyediaan pakan.
Beberapa keuntungan bagi peternak dalam penggemukan ternak sapi poting
adalah (1) dayasaing dengan kualitas sapi menjadi standar sapi bakalan atau bibit
yang tidak perlu dimasukkan dari luar daerah,(2) mengajak peternak untuk
penggunaan teknologi,(3) pengembangan IPTEKS,(4) mengajak peternak untuk
berwawasan bisnis atau mengajak peternak untuk memnfaatkan peluang
berwirausaha dan peningkatan sumberdaya,(5) mempermudah terjadi proses integrasi
dalam pengembangan melalui pengelolaan usaha antara pertanian tanaman pengan
dan peternakan dalam hal ketersediaan pakan,(6) persaingan harga,(7) bakalan sapi
untuk penggemukan cukup tersedia dan relative mudah diperoleh dan (8)
mempercepat tingkat produksi.(Tomatala,2008).
Zainal (2003) mengemukkan bahwa inovasi dalam usaha penggemukan sapi
potong mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan pertambahan berat badan
harian. Beberapa inovasi biasanya dilakukan dengan memanipulasi pakan dengan
penambahan suplemen untuk meningkatkan pertambahan berat badan harian sapi
potong misalnya penggunaan urea dalam bahan pakan, penggunaan hormone
peransang pertumbuhan,kastrasi sapi jantan, penggunaan starbio (jenis suplemen).
Manfaat dari ternak sapi potong selain dagingnya kotoran ternak sapi berypa
pupuk kandang sangat diperlukan untuk tanaman pertanian penduduk (termasuk
yeknik pembuatan pupuk kandang). Kotoran ternak sapi juga dapat dijadikan sebagai
kompos(bio gas). Kulit sapi dapat dimanfaatkan untk berbagai aneka industry

4
rumahtangga (misalnya untuk pembuatan alat music tradisional yakni tifa,pembuatan
tas dan dompet) Tanduk ternak sapi dapat dijadikan sebagai perhiasan rumahtangga
atau aksesoris.
Kesimpulan
Secara spesifik pelaksanaan pengembangan peternakan sapi potong dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu : (1) perwilayahan produksi,(2) wilayah sumber
bibit,(3) pengembangan system pola.(4) sarana,(5) pemberdayaan peternak dan (6)
pengembangan pakan ternak

Daftar Pustaka
Abidin,Z dan H.Soeprapto.2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong.Agromedia
Pustaka.Jakarta

Daryanto 2007. Peningkatan DayaSaing Industri Peternakan.Permata Wacana


Lestari.Jakarta

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Rencana Strategis Direktorat Jenderal


Peternakan.Jakarta

Hardjosubroto dan Astuti. 1994. Buku Pintar Peternakan.Widiasarana Indoensia


Jakarta.

Santoso.B.2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta

Siregar,B.S. 2000. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya.Jakarta.

Tomatala, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha


Sapi Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian Barat Propinsi Maluku.
Disertasi.Institut pertanian Bogor. Bogor.

5
6

Você também pode gostar