Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
URAIAN PROSES
14
15
c. Udara
Udara pada Pabrik Amoniak dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di
secondaryreformer, udara tersebut berasal dari ambient (sekeliling) yang
kemudian masuk ke dalam kompresor, kompresor digunakan untuk menaikkan
tekanan udara agar udara masuk ke dalam alat proses yang bertekanan tinggi.
Kandungan N2 dari udara sangat dibutuhan dalam pembentukan produk amoniak.
Sifat-sifat fisik udara dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Sifat-Sifat Fisik Udara
No Sifat Nilai
1 Densitas pada 0˚C 1292,8 kg/m3
2 Temperatur kritis -140,7˚C
3 Tekanan kritis 37,2 atm
4 Densitas kritis 350 kg/m3
5 Entalpi pada 120˚C 1278 kJ/Kg
6 Panas jenis pada 1.000˚C ; 281,65K dan 0,89876 bar 0,28 Kal/gr
7 Faktor kompresibilitas 1.000
8 Berat molekul 28,964
9 Viskositas 1,76 E-5 Poise
10 Koefisien perpindahan panas 9,24 E-W/m.K
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996)
Sifat kimia udara yaitu:
1. Mempunyai sifat yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat membantu proses
pembakaran
2. Terdiri dari 79% mol N2 dan 21% mol O2 serta larut dalam air.
Steam
Feed Primary
Saturator
Treating Reformer
Udara
Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pembentukan Gas Sintesa (reforming)
(Sumber: On Job Training Pabrik Amoniak P-III, 2018)
Tujuan dari tahap reforming adalah untuk menghasilkan gas sintesa (N2 dan
H2) sebagai bahan baku pembuatan amoniak dan CO2 sebagai produk samping.
Unit ini terdiri dari:
a. Saturator
Feed gas dijenuhkan dengan uap air dengan cara dikontakkan dengan hot
condensate. Hal ini untuk mengurangi konsumsi steam karena feed gas telah jenuh
dengan uap air. Hot condensate disemprotkan ke dalam aliran gas. Proses
kondensat dipanaskan dalam Primary dan Secondary Saturator Coil sebagai
bentuk pemanfaatan waste heat. Dalam keadaan darurat digunakan BFW sebagai
make up.
b. Primary Reformer (101-B)
Pada Primary Reformer terjadi reaksi:
CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Total Reaksi:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2
Reaksi di Primary Reformer merupakan reaksi endotermis dan panas yang
dibutuhkan diperoleh dari pembakaran gas alam. Untuk menjaga agar gas yang
keluar dari Primary Reformer pada temperatur 800°C maka temperatur section
radiant dijaga sekitar 982°C. Pembakaran harus dijaga sedemikian rupa untuk
menghindar terjadinya bagian-bagian tabung yang dingin atau terlalu panas.
Katalis yang dipakai adalah nikel, berupa cincin atau silinder yang terdapat pada
252 tabung.
25
Total Reaksi:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2
Katalis yang dipakai pada Secondary Reformer adalah nikel yang disangga
oleh alumina, sedangkan alumina disangga oleh susunan batu yang berbentuk
lengkung di bagian atas outlet secondary reformer. Suhu gas yang keluar dari
Secondary Reformer sebesar 800°C.
Gas proses dari Secondary Reformer dilewatkan melalui waste heat
exchanger, tujuannya untuk menurunkan suhu dari 800°C menjadi 348°C, lalu
masuk ke mixing tee untuk mendapatkan campuran gas panas dan dingin.
d. Metanator
Metanator berfungsi untuk mengubah CO dan CO2menjadi CH4sebelum
diumpankan ke dalam amoniak konverter.CO dan CO2 akan direaksikan dengan
H2 menjadi CH4 (Methana) dengan bantuan katalis Nikel.
Reaksi yang terjadi di metanator adalah:
CO+ 3H2 CH4 + H2O+ Q (eksotermis) (1 mol menaikkan temperatur
72oC)
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O+ Q(eksotermis) (1 mol menaikkan temperatur
60oC)
sudah bisa diambil sebagai produk yang dingin. Vapour yang ada beserta gas
terlarut ditarik oleh kompresor, begitu juga untuk tingkat yang lain. Discharge
kompresor didinginkansehingga amoniak menjadi liquid dan ditampung di dalam
tangki penyimpanan.
dibutuhkan untuk menjaga campuran reaksi tetap dalam fasa cair. Oleh karena itu,
tekanan reaktor sintesis urea dijaga pada 250 kg/cm2g dan temperatur pada bagian
atas reaktor sintesis urea dijaga pada 198°C. Pada kondisi tersebut, reaksi 1 dapat
berlangsung dengan kecepatan tinggi tanpa membutuhkan katalis sampai hampir
seluruh reaktan selesai bereaksi asalkan tekanan sistem pada temperatur operasi
tersebut lebih tinggi daripada tekanan dekomposisinya.
Jika sistem tidak mengandung air dan memiliki perbandingan umpan yang
sesuai, maka dari reaksi 1 akan dihasilkan amonium karbamat. Jumlah amoniak
yang berlebih akan memperbesar konversi CO2. Namun akan memerlukan
pemisahan sisa amoniak dari aliran produk.
Pembentukan amonium karbamat merupakan reaksi yang sangat eksotermis
oleh karena itu, perpindahan panas secara terus-menerus perlu dilakukan agar
temperatur tidak melebihi temperatur dekomposisinya. Pengontrolan
temperaturini diperlukan karena temperatur dibawah titik leleh amonium
karbamat akanmembentuk lapisan yang menempel pada dinding reaktor,
sedangkan jika temperatur sistem di atas titik leleh amonium karbamat akan
terjadi korosi.
Dehidrasi amonium karbamat tidak berlangsung sampai selesai. Derajat
konversinya bergantung pada perbandingan mol NH3 dan mol CO2 dalam umpan
reaktor, temperatur, tekanan, dan waktu tinggal reaksi. Perbandingan NH3:CO2 di
dalam umpan adalah 4:1. Jumlah amoniak yang berlebih akan memperbesar
konversi CO2 karena Amoniak bertindak sebagai agen dehidrasi, yaitu zat yang
menyerap air. Namun akan memerlukan pemisahan sisa amoniak dari aliran
produk.
Pembentukan biuret dapat dikurangi dengan adanya kelebihan amoniak dan
waktu tinggal yang singkat. Penurunan tekanan akan mengurangi konversi CO2
sehingga pembentukan amonium karbamat juga berkurang. Sedangkan kenaikan
tekanan akan membahayakan reaktor. Temperatur bagian atas reaktor dijaga
200°C. Temperatur yang rendah pada reaktor dapat menurunkan konversi
amonium karbamat. Sebaliknya, jika temperatur bagian atas reaktor melebihi
200°C, dinding reaktor akan terkorosi dengan cepat dan juga mengakibatkan
naiknya tekanan kesetimbangan campuran didalam reaktor.
31
Konversi CO2 turun jika temperatur dan tekanan reaktor serta perbandingan
mol NH3:CO2 rendah. Penurunan ini akan memperbesar kandungan amonium
karbamat pada hasil reaksi sehingga akan memperbesar beban di High Pressure
Decomposer. Bertambahnya beban akan memperbesar konsumsi steam pemanas
untuk dekomposisi. Amonium CO2 akan memperbesar kandungan CO2 dalam
karbamat. Selain itu, penurunan konversi larutan di high pressure absorber
cooler, jika kandungan ini terlalu tinggi, menyebabkan kesetimbangan dalam
High Pressure Absorberakan hilang dan proses absorbsi akan terganggu oleh
lolosnya CO2 bersama-sama dengan NH3 dari bagian atas menyebabkan
penyumbatan pipa dan kerusakan peralatan akibat terbentuknya amonium
karbamat. Pengaturan temperatur dan perpindahan panas di dalam reaktor
dilakukan dengan pengombinasian pengaturan jumlah Amoniak berlebih dalam
umpan reaktor, banyaknya larutan karbamat yang dikembalikan ke reaktor, dan
temperatur amoniak cair yang masuk ke reaktor.
Hasil reaksi yang keluar dari reaktor urea terdiri dari urea, air, amonium
karbamat, dan sisa amoniak. Semuanya dalam fasa cair pada kondisi reaktor
beroperasi normal. Komponen-komponen dalam fasa cair tersebut kemudian
masuk ke dalam high pressure decomposer (HPD) yang beroperasi pada
tekanan17 kg/cm2g dan temperatur 118 - 120°C. Namun, keluaran reaktor urea
terlebih dahulu menjalani proses pemisahan kelebihan amoniakdan penguraian
amonium karbamat didalam CO2stripper dengan cara pemanasan menggunakan
steam. Pada CO2stripper terdapat kemungkinan pembentukan biuret dan hidrolisis
urea, dengan reaksi sebagai berikut:
NH2CONH2+ H2O CO2 + 2 NH3
2 NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + H2O
Gambar 2.3. Diagram Alir Tahap Penyiapan Gas Umpan (Feed Treating)
(Sumber : Contol Panel Pusri III, 2018)
Gambar 2.6. Synthetic Loop & Refigerant Section Amoinia Plant III
(Sumber : Contol Panel Pusri III, 2018)
2.3.2 Diagram Alir Proses di Pabrik Urea
36
Gambar 2.8. Flowsheet Purification & Recovery Overall
(Sumber: Panel Urea PUSRI III, 2018)
37
Gambar 2.9.Flowsheet Finishing pada Pembuatan Urea
(Sumber: Panel Urea PUSRI III, 2018)
38