Você está na página 1de 9

AKUNTANSI LPD DAN PERBANKAN

SEJARAH PENGERTIAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)


(SAP 8)

DISUSUN OLEH :

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2018
SEJARAH DAN PENGERTIAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA

Pada Februari 1984, Departemen Dalam Negeri mengadakan seminar mengenai kredit
pedesaan di Semarang. Berdasarkan hasil seminar tersebut, Pemerintah Provinsi Bali
mengambil langkah cepat dan visioner dengan mendirikan lembaga keuangan pedesaan yang
disebut dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD yang pertama, sebagai proyek
percontohan, didirikan tahun 1984 yang kemudian diikuti oleh banyak yang lain pada tahun-
tahun berikutnya. Pada awalnya, pendirian LPD dirintis dan diputuskan oleh Gubernur Bali
saat itu, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada tahun 1984, selanjutnya diperkuat oleh Peraturan
Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 1998. Perda tersebut selanjutnya diubah dengan Perda No.
8/2002. Tahun 2007 diubah lagi menjadi Perda no. 3 tahun 2007.
Selanjutnya, LPD mengalami perkembangan yang menjanjikan, meskipun di beberapa
tempat masih ada yang belum baik perkembangannya. Kesuksesan LPD dapat dijelaskan oleh
beberapa fakto penting, yaitu:
1. PDRB (Product Domestic Regional Bruto) dan pertumbuhan ekonomi Bali terus
tumbuh di atas rata-rata nasional serta kebijakan pemerintah yang kondusif mendukung
keberadaannya melalui penerbitan perangkat hukum berupa Perda.
2. Pemberian kredit berdasarkan karakter yang bernuansa adat.
3. Penggunaan sanksi sosial (adat) yang terintegrasi dalam awig-awig dan perarem
memaksa para nasabah untuk menaati kontrak kredit mereka dengan cara yang khas
dan unik tetapi tidak wanprestasi.
4. Penggunaan pegawai LPD dari masyarakat lokal yang perekrutannya didasarkan pada
kinerja.

Ada empat faktor yang saling terkait yang dapat menjelaskan pertumbuhan LPD yang sangat
cepat tersebut sebagai lembaga perantara keuangan di provinsi Bali, yakni :
1. Pertumbuhan LPD yang cepat tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa
pemerintah provinsi Bali memiliki keinginan politis yang kuat untuk menyediakan
akses kredit bagi masyarakatnya melaluui pendirian LPD.
2. Pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dan pinjaman LPD
mengindikasikan bahwa LPD baik sebagai lembaga keungan maupun mekanisme tata
kelolanya sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali, terutama
didaerah perdesaan.
3. Karena masing – masing LPD beroperasi hanya disebuah desa adat yang wilayahnya
relatih kecil, anggota komunitas memiliki informasi yang cukup mengenai LPD dan
dapat dengan mudah mengaksesnya.
4. Jumlah tabungan menunjukan bahwa LPD bukan hanya merupakan lembaga pemberi
pinjaman ( lending institution) tetapi juga sebagai lembaga tabungan ( saving
institution), yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai lembaga perantara
keuangan seperti halnya Bank Umum.

Sebaliknya, LPD belum maju disebabkan beberapa faktor, yaitu:


1. Tidak siapnya sumber daya manusia dalam mengelola.
2. Tidak adanya komitmen pemangku kepentingan di desa pekraman untuk memajukan
LPD.
3. Masyarakat desa pekraman tidak kompak mendukung keberadaan LPD, ada kesan pada
saat belum maju tidak mau bersusah-susah.
4. Belum dipahaminya secara benar bahwa LPD itu adalah suatu kesatuan usaha yang
memiliki otonomi dan diskersi dalam mengelola usahanya.

Secara kuantitas, LPD saat ini (berdasarkan data tahun 2009) sudah berjumlah 1.368
buah. Perkembangan ini tentu menggembirakan, tetapi sesungguhnya masih banyak pekerjaan
yang menanti untuk memantapkan peran dan kontribusi LPD dalam pemberdayaan masyarakat
desa.
Tujuan pendirian sebuah LPD pada setiap desa adat, berdasarkan penjelasan peraturan
Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai lembaga peerkreditan desa (LPD), adalah
untuk mendukung pembangunan ekonomi perdesaan melalui peningkatan kebiasaan menabung
masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi usaha skala kecil, untuk menghapuskan bentuk
– benttuk eksploitasi dalam hubungan kredit, untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi
kegiatan usaha pada tingkat desa, dan unttuk meningkatkan tingkat monetisasi didaerah
perddesaan (Government of Bali, 1988, Government of Bali, 2002). LPD sebagai salah satu
wadah kekayaan desa, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan
taraf hidup krama desa dan dalamkegiatannya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-
usaha LPD dilakukan dengan tujuan :
a) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun
tabungan dan deposito dari krama desa.
b) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
c) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatankerja bagi
krama desa.
d) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalulintas pembayaran dan peredaran uang di
desa.

Lapangan Usaha dari Lembaga Perkreditan Desa :


a. Menerima simpan uang baik dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka dengan
suku bunga sesuai dengan kesepakatan Krama dalam paruman dan ketentuan yang
berlaku.
b. Memberikan pinjaman untuk kegiatan ekonomi produktif pada sektor-sektor ekonomi
yang dipandang tepat berdasarkan analisa serta memungut biaya sesuai kesepakatan
krama dalam paruman dan ketentuan yang berlaku.
c. Penyertaan modal pada usaha-usaha desa adat.
d. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan lainnya sesuai kesepakatan krama
dalam paruman dan ketentuan yang berlaku.

Fungsi dan tujuan LPD adalah untuk memberikan kesempatan berusaha bagi para
warga desa setempat, kemudian untuk menampung tenaga kerja yang ada di pedesaan, serta
melancarkan lalu lintas pembayaran, sekaligus menghapuskan keberadaan lintah darat.
Keanggotaan LPD dari desa pekraman secara struktural, terdiri atas berbagai banjar. Semua
krama banjar yang ada di lingkungan desa, secara otomatis merupakan penopang keberadaan
LPD.
Pelatihan LPD yang kerap dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan standar
kerjanya di masyarakat, dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pengawasan eksternal dan internal.
Dalam setiap tahun keuntungan bersih LPD dialokasikan sebagai dana pembangungan
desa pekraman sebesar 20%. Selain itu, kegiatan nonfisik membantu kegiatan-kegiatan sosial
di desa dalam bentuk pembinaan kesenian, olahraga, dan kepemudaan rutin dilakukan. Dalam
pengelolaan dana desa tentu pernah terjadi kendala-kendala. Kendala tersebut dapat berupa
kredit bermasalah dan tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang. Namun masalah tersebut
tentu bisa diatasi dengan menanamkan pengertian kepada masyarakat bahwa lembaga ini
adalah lembaga kepercayaan.
Ada beberapa pengertian mengenai Lembaga Perkreditan Desa, antara lain:
a. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan
usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat
didirikan pada desa dalam wilayah Kabupaten/Kota, di mana dalam tiap-tiap desa hanya
dapat didirikan satu Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
b. Menurut Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003, LPD merupakan Lembaga
Perkreditan Desa di Desa Pekraman dalam wilayah Provinsi Bali.

Pengaturan Lembaga Perkreditan Desa

Pada awalnya pendirian LPD diputuskan oleh gubernur pada tahun 1984 ( government
of Bali, 1984) dan selanjutnya diperkuat oleh peraturan daerah provinsi Bali No. 2 /
1988(government of Bali, 2002). Selain persyaratan untuk memiliki peraturan desa adat
tertulis, pendirian LPD juga bergantung anggaran tahunan pemerintah provinsi untuk
menyediakan modal awal dan menyiapkan para pelaksana manajemen (Bank BPD Bali, 1986).

Sistem Pengawasan dan Bimbingan LPD

LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain yang dikendalikan oleh pemerintah
provinsi seperti badan kredit kecamatan (BKK) di jawa tengah atau kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK) dijwa timur karena kepemilikan dan pengorganisasiannya dipengarui oleh adat
istiadat masyarakat Bali. Keputusan Gubernur No. 344 / 1993 juga menyebutkan fungsi Bank
BPD Bali. Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan bahwa Bank
BPD Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD.pertama, memberikan bimbingan teknis
dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif, dan melalui bimbingan aktif yang dilakukan
dengan kunjungan langsung kelokasi LPD. Kedua, Bank BPD Bali memiliki tugas untuk
mengelola koordinasi dengan organisasi lain yang terlibat didalam proses bimbingan dan
pengawasan LPD.Ketiga, Bank BPD Bali harus menyiapkan laporan Evaluasi triwulan tentang
kinerja keuangan dan kesehatan LPD kepada gubernur.

Tata Kelola Lembaga Perkreditan Desa


1) Organisasi dan perencanaan

Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh sebuah
komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti dapat
dijelaskan bahwa ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD,
pembuatan perjanjian kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa adat
melalui pemimpinnya (Dewan Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan
anggaran, dan memformulasikan kebijakan LPD. Petugas administrasi melakukan
tugas-tugas administrasi, baik administasi umum maupun tata buku, bertanggung jawab
kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan laporan pendapatan, serta mengelola
arsip. Sedangkan kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu ketua
melaksanakan tugasnya dan terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana anggaran
dalam keputusan pemberian kredit.

Dalam mengelola LPD, tim manajemen juga memantau perubahan situasi


makro-ekonomi, melakukan rapat formal triwulanan untuk evaluasi internal yang
melibatkan semua staf. Staf pengumpul kredit diberi pengarahan harian mengenai tugas
mereka oleh ketua LPD sebelum mereka mulai bekerja Evaluasi internal LPD dilakukan
oleh Dewan pengawas.

Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu


mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya.
Kemampuan manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan
bimbingan yang diberikan pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD
Bali.

Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu


mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya.
Kemampuan manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan
bimbingan yang diberikan pemerintah lokal pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD
Bali.

2) Prosedur Rekruitmen
Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota
komunitas desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun
mereka dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja dengan baik (Government of Bali,
2002, Articli 11). Komite manajemen biasanya dibantu oleh dua atau tiga staf yang
bertanggung jawab untuk mengumpulkan tabungan dan pinjaman.

Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah
satu tugas penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf
baru atau untuk memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf
tambahan dilakukan berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf baru
oleh Dewan Pengawas juga didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau karakter
pelamar, dan masing-masing dusun di desa adat harus terwakili oleh anggota staf.
Kemudian para pelamar mengikuti tes kemampuan (motivasi, kemauan untuk
mengabdi di LPD, dan pengetahuan umum) yang diadakan oleh PLPDK. Persyaratan
umum untuk pelamar ialah memiliki minimal ijazah tingkat SMU.

Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi


informal dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan
lingkungan sosio-kulturalnya.

Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup peraturan mengenai


kecakupan modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal lending limit),
cadangan untuk kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem pemeringkatan
LPD. LPD harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dari lembaga
keuangan agar dapat menjadi lembaga keuangan yang sehat.

Berdasarkan kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran


No. 30/UUPB, 30 April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur
CAR, kualitas aset produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.

3) Mekanisme Penyaluran Pinjaman

Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pada tahun 2002 tingkat bunga
pinjaman untk pinjaman beerkisar antara 27 hingga 33 persen, lebih tinggi dari pada
rata – rata tingkat bunga bank umum yang hanya 22 persen pertahun pada saat
itu.peraturan desa adat juga berlaku bagi staf LPD (Oka, 1999) yang melanggar
peraturan dan salah dalam mengelola operasional harian LPD, seperti kolusi, korupsi
atau manipulasi.Sanksi sosial dapat dikenakan pada mereka.selain itu, berdasarkan
peraturan legal formal,pasal 24 peraturan Daerah No. 8 / 2002 yang menyatakan bahwa
staf LPD yang melanggar peratturan dan menyebabkan LPD menderita kerugian
keuangan haruslah mengganti kerugian tersebut.pasal 26 yang menerangkan pasal 24
peraturan tersebut menekankan bahwa staf terpidana dapat memperoleh hukuman
maksimum 6 bulan penjara atau maksimum denda Rp 5 juta. Singkatnya, gambaran ini
menunjukan bahwa institusi informal ( seperti norma – norma dan sanksi sosial ) dan
institusi formal ( peraturan legal formal ) digunakan bersama- sama dalam tata – kelola
LPD.

4) Sistem Penggajian

Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi


kinerja yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan
mempromosikan dan melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua
memperoleh gaji paling tinggi, diikuti oleh petugas kasir dan tenaga administrasi.
Prinsip penentuan gaji pokok yang didasarkan biaya hidup di desa di mana LPD berada
juga tercermin pada kuatnya hubungan antara LPD dan lingkungan sosio-ekonominya.

Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan


liberalisasi pasar keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan
dari pemerintah pada semua tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat
Bali yang tinggi dan struktur sosial tradisional yang penting telah mendukung
pertumbuhan LPD. Tidak ada keraguan bahwa kondisi makro-ekonomi yang terus
tumbuh dan stabil dan lingkugan sosio-kultural merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan LPD di Bali.
DAFTAR PUSTAKA

Suartana, I Wayan. 2009. Aristektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa

(LPD). Udayana University Press : Bali.

http://www.scribd.com/doc/113905183/APLPD-9 (diakses tanggal 20 Oktober 2018)

http://soepayam.blogspot.com/2008/12/lembaga-perkreditan-desa.html (diakses tanggal 20

Oktober 2018)

Você também pode gostar