Você está na página 1de 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan hukum yang berlaku di suatu kelompok sosial, ketentuannya tidak
terpisah-pisah dan tidak tersebar bebas, melainkan ada dalam satu kesatuan/ keseluruhan
yang masing-masing berlaku sendiri sendiri. Setiap satu kesatuan yang merupakan
keseluruhan aturan, terdiri dari bagian-bagian. Satu sama lain yang berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan, disusun secara teratur dengan tatanan tertentu merupakan suatu sistem
yang dinamakan sistem hukum. Hukum sebagai suatu sistem hukum mempunyai bentuk-
bentuk sistematikanya sendiri. Sistematika didasarkan hasil pemikiran dalam
pembentukan sistem. Sistem hukum digunakan oleh negara-negara menurut keperluan
hukum negara dan disesuaikan dengan tujuan dalam bernegara.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja sistem hukum yang terdapat di dunia?


2. Apa yang dimaksud dengan sistem civil law?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem common law?
4. Bagaimana sistem hukum islam?
5. Bagaimana sistem hukum adat?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah memberikan informasi tentang Sistem Hukum di
Dunia dan diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Terjadinya Civil Law dan Common Law


Sejak awal abad pertengahan sampai pertenghan abad XII, hukum Inggis dan
hukum Eropa Kontinental masak ke dalam bilangan sistem hukum yang sama, yaitu
hukum Jerman. Hukum tersebut bersifat feodal baik substansinya maupun prosedurnya.
Satu abad kemudian terjadi perubahan situasi. Hukum Romawi yang merupakan hukum
materiel dan hukum Kononik1 yang merupakan hukum acara telah mengubah kehidupan
di Eropa Kontinental. Adapun di Inggris terluput dari pengaruh tersebut. Di negeri itu
masih berlaku hukum asil rakyat Inggris. Saat dikotomi itu terjadi dapat ditentukan secara
tepat, yaitu pada masa pemerintahan Raja Henry II.
Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas
hukum Romawi disebut sebagai sistem civil law. Disebut demikian karena hukum
Romawi pada mulanya bersumber kepada karya angung Kaisar Iustinianus Corpus Iuris
Civilis. Adapun sistem yang dikembangkan di Inggris karena didasarkan atas hukum asli
rakyat Inggris disebut sistem common law. Sistem civil law dianut oleh negara-negara
Eropa Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem Kontinental. Sebaliknya, common
law dianut oleh suku Aglika dan Saksa yang mendiami sebagia besar Inggris sehingga
disebut juga sistem Anglo Saxon. Suku Scott yang mendiami Skotlandia tidak menganut
system hukum-hukum itu. Meskipun mereka berada di tanah Inggris, mereka menganut
sistem civil law. Negara-negara bekas jajahan Negara Eropa Kontinental juga menganut
sistem civil law. Sama halnya dengan Negara-negara bekas jajahan Inggris menganut
sistem common law.

B. Sistem Civil law

Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan atau yang disebut
juga sebagai sistem hukum Eropa Kontinental. Civil law semula berasal dari kodifikasi
hukum yang berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada

1
Hukum Kanonik merupakan hukum acara atau prosedur yang ditetapkan oleh gereja.
masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi. Peraturan-peraturan
hukumnya merupakan kempulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa
Justinianus yang kemudian disebut Corpus Juris Civilis. Dalam perkembangannya,
prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis dijadikan dasar perumusan
dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Prancis,
Italia, Amerika Latin, dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.

Prinsip utama yang menjadi dasar civil law ialah “hukum memperoleh kekuatan
mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang
dan tersusun secara sistematis di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Prinsip dasar
ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan utama adalah kepastian
hukum.

Civil law terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat. Hukum
publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang
penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Hukum privat
mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antar individu
dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang


jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal ini
disebabkan faktor-faktor berikut:

a. Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari semakin


banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat. Hal ini pada dasarnya
memperlihatkan adanya unsur kepentingan masyarakat yang perlu dilindungi dan
dijamin
b. Semakin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang
sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan.2

Sistem civil law memiliki tiga karakteristik:

1. Adanya kodifikasi.

2
R. Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hlm.70.
2. Hakim tidak terikat kepada preseden3 sehingga undang-undang menjadi sistem
hukum yang terutama.

Sistem civil law memberikan kebebasan keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang
menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-
undang.

3. Sistem peradilan bersifat inkuisitorial.

Karakteristik yang ketiga pada sistem civil law adalah apa yang Lawrence
Friedman disebut sebagai digunakannya sistem inkuisitorial dalam perdilan. Di dalam
sistem itu hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan
perkara, hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti.
Menurut Friedman di dalam civil law, hakim berusaha untuk mendapatkan gambaran
lengkap dari peristiwa. Sitem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.
Sistem ini sebenarnya lebih efisien, lebih tidak berpihak (imparsial),dan lebih adil.4

C. Sistem Common Law


Sumber hukum dalam sistem common law ialah putusan-putusan
hakim/pengadilan (judicial decision). Melalui putusan-putusan hakim yang
mewujudkan kepastian hukum, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan
menjadi kaidah yang mengikat umum. Disamping keputusan-keputusan hakim,
kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan peraturan
administrasi negara diakui, walaupun banyak landasan bagi terbentuknya kebiasaan dan
peraturan tertulisitu berasal dari putusan putusan dalam pengadilan. Sumber-sumber
hukuk itu (putusan hakim, kebiasaan, dan peraturan administrasi negara) tidak tersusun
secara sistematis dalam hirarki tertentu. Selain itu Hakim tidak hanya berfungsi
menetapkan dan menafsirkan peran hukum saja, hakim juga berperan besar dalam
membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang

3
Presden yaitu hakim terikat untuk menerapkan putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat sendiri atau oleh
hakim pendahulunya untuk kasus serupa.
4
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2011) hal.251.
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, menciptakan
prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi penerangan bagi hakim-hakim lain
untuk memutuskan perkara-perkara yang sejenis.

Sistem common law memiliki tiga karakteristik:


1. Yurisprudensi dipandang sebagai sumber hukum yang terutama
Menurut Philip S. James, terdapat dua alasan mengapa dianut yurisprudensi, yaitu
alasan psikologis dan alasan praktis. Alasan Psikologis adalah setiap orang yang ditugasi
untuk menyelesaikan perkara, ia cenderung sependapat mencari alasan pembenar atas
putusannya dengan merujuk kepada putusan yang telah ada sebelumnya daripada
memikul tanggung jawa sendiri. Sedangkan alasan praktisnya adalah bahwa diharapkan
adanya peraturan putusan seragam karena sering dikemukakan bahwa hukum harus
mempunyai kepastian daripada menonjolkan keadilan daripada kasus.
2. Dianutnya Doktrin Stare Decisis
Sistem common law mengenal suatu doktrin yang dikenal dengan nama The Doctrine
of Procedent/ Stare Decisis atau di Indonesia dikenal dengan doktrin Preseden. Doktrin
ini menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus
mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain
atau putusan dirinya sendiri dari perkara sejenis sebelumnya (preseden). Jika tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan
nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common sense) yang dimilikinya. Di
Inggris, dengan menerapkan doktrin ini, otoritas pengadilan bersifat hirarkis, yaitu
pengadilan lebih rendah harus mengikuti putusan pengadilan tinggi untuk kasus serupa.
3. Adanya adversary system
Dalam adversary system, kedua belah pihak yang bersengketa yang masing-masing
menggunakan pengacaranya berhadapan di depan seorang hakim. Masing-masing pihak
menyusun strategi sedemikian rupa dan mengemukakan sebanyak-banyaknya alat bukti
di depan pengadilan. Kedua belah pihak mengajukan sebanyak mungkin saksi dan saling
mendalami keterangan saksi yang diajukan oleh masing-masing pihak.

Common law juga terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat.
Pengertian hukum publik dalam common law hampir sama dengan hukum publik pada
civil law. Pengertian hukum privat dalam common law agak berbeda dari hukum privat
civil law. Dalam comon law, hukum privat lebih ditunjukkan kepda kaidah-kaidah hukum
tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons), hukum
tentang perjanjian (law of contract), dan hukum tantang melawan hukum (law of torts).

David dan Brierly (dalam soerjono soekanto 1986 : 302) membuat priodisasi common
law ke dalam tahapan sebagai berikut :
1. Periode kedua membentang dari 1066 sampai ke penggabungan Tudors (1485)
2. Dari sistem 1484 sampai 1832.
3. Dari tahun 1832 sampai sekarang.

D. Sistem Hukum Islam

Sistem hukum ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari
timbulnya dan penyebaran agama Islam. Kemudian berkembang ke Negara-negara lain
di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika secara individual atau kelompok. Sementara itu
untuk beberapa Negara di Afrika dan Asia perkembangannya sesuai dengan
pembentukan Negara yang berasaskan ajaran Islam. Bagi Negara Indonesia, walaupun
mayoritas warga negaranya beragama Islam, pengaruh agama itu tidak besar dalam
bernegara. Hal itu karena asas pembentukan Negara bukanlah menganut ajaran Islam.

Berikut ini sumber hukum dalam sistem hukum Islam:

1. Quran
2. Sunnah nabi
3. Ijma
4. Qiyas

Agama Islam dengan sengaja diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad dengan maksud menyusun ketertiban dan keamanan serta
keselamatan umat manusia. Oleh karena itu, dasar-dasar hukumnya mengatur mengenai
segi-segi pembangunan, politik, sosial ekonomi, dan budaya. Di samping itu, mengatur
hukum-hukum pokok tentang kepercayaan dan kebaktian atau ibadat kepada Allah.
Karena itu berdasarkan sumber-sumber hukumnya, sistem hukum Islam dalam “ Hukum
Fikh ” terdiri dari dua hukum pokok.

1. Hukum Rohaniah
2. Hukum Duniawi
a. Muamalat
b. Nikah
c. Jinayat

Dalam perkembangan hukum Islam, lahir cabang hukum lainnya. Hukum lainnya
itu meliputi sebagai berikut:

1. Aqdiyah
2. Al-Khilafah

Sistem hukum Islam ini menganut suatu keyakinan dari ajaran agama islam
dengan keimanan lahir batin secara individual. Negara-negara yang menganut asas
hukum Islam, dalam bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya secara taat.
Hal itu berdasarkan peraturan perundangan Negara yang dibuat dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Dari sistem-sistem hukum seperti tersebut diatas yang perlu
diketahui dalam mempelajari hukum Indonesia akan diuraikan jenis-jenisnya yang
penting saja.

E. Sistem Hukum Adat

Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia
dan Negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, India, Jepang, dan Negara lain. Adat
berasal dari bahasa Belanda “ Adatrecht “ yang untuk pertama kali dikemukakan oleh
Snouck Hurgronje. Pengertian hukum adat yang digunakan oleh Mr. C. Van
Vollenhoven (1928) mengandung makna bahwa hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak dapat dipisahkan dan hanya mungkin
dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata “ hukum “ dalam pengertian hukum
adat lebih luas artinya dari istilah hukum di Eropa. Hal itu karena tedapat peraturan-
peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh berbagai golongan tertentu dalam
lingkungan kehidupan sosialnya, seperti masalah pakaian, pangkat petunangan dan
sebagainya. Sementara itu, istilah “ Indonesia “ digunakan untuk membedakan dengan
hukum adat lainnya di kawasan Asia. Kata Indonesia untuk pertama kali dipakai pada
tahun 1850 oleh James Richardson Logan dalam salah satu karangannya di Penang yang
dimuat dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Sebutan itu untuk
menunjukan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup di Asia Tenggara.5

Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, dari sembilan belas daerah
lingkungan hukum (rechtskring) di Indonesia sistem hukum adat dibagi dalam tiga
kelompok.

a. Hukum adat mengenai tata Negara (tata susunan rakyat)


b. Hukum adat mengenai warga (hukum warga)
c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana)

Yang berperan dalam melaksanakan sistem hukum adat adalah pengemuka adat.
Pengemuka adat sebagai pemimpin yang sangat disegani, besar pengaruhnya dalam
lingkungan masyarakat.

Hukum adat merupakan pencerminan kehidupan masyarakat Indonesia.


Masyarakat itu sendiri selalu berkembang, dengan tipe yang mudah berubah dan elastis.

Hukum adat ditemukan pertamakali oleh tiga orang yang berkebangsaan belanda
yang dikenal dengan trio penemu hukum adat yaitu:
1. Penemu hukum adat yang pertama
Ialah Wilken datang di Indonesia sebagai pegawai pangreh praja belanda mula-
mula diburu, kemudian di Gorontalo dan Minahasa Barat, selanjutnya di Sipirok dan
Mandailing.
2. Penemu hukum adat yang kedua
Ialah Liefrinck menjalankan tugasnya di lapangan Hukum sebagai pegawai Pangreh
Praja Belanda di Indonesia .Seperti halnya dengan Wilken, maka Liefrinck-pun
memberi tempat tersendiri kepada Hukum Adat.
3. Penemu hukum adat yang ketiga

5
R. Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hlm.72.
Ialah Snouck Hurgronje seorang sarjana sastra yang menjadi politkus. Pada tahun
1884-1885 ia mengembara di tanah Arab sebagai mahasiswa,di Makkah ia bertemu
dengan orang Indonesia (Aceh dan Jawa) sehingga ia mengenal hukum adat.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Setiap sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya. Dapat
dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya. Dengan
demikian, sifat sistem itu menyeluruh dan terstruktur yang keseluruhan komponen- komponennya
bekerjasama dalam hubungan fungsional. Jadi, hukum adalah suatu sistem. Artinya, suatu
susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup keseluruhanya terdiri dari bagian-bagian
yang berkaitan satu sama lain.

Você também pode gostar