Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah memberikan informasi tentang Sistem Hukum di
Dunia dan diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan atau yang disebut
juga sebagai sistem hukum Eropa Kontinental. Civil law semula berasal dari kodifikasi
hukum yang berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada
1
Hukum Kanonik merupakan hukum acara atau prosedur yang ditetapkan oleh gereja.
masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi. Peraturan-peraturan
hukumnya merupakan kempulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa
Justinianus yang kemudian disebut Corpus Juris Civilis. Dalam perkembangannya,
prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis dijadikan dasar perumusan
dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Prancis,
Italia, Amerika Latin, dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Prinsip utama yang menjadi dasar civil law ialah “hukum memperoleh kekuatan
mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang
dan tersusun secara sistematis di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”. Prinsip dasar
ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan utama adalah kepastian
hukum.
Civil law terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat. Hukum
publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang
penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Hukum privat
mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antar individu
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
1. Adanya kodifikasi.
2
R. Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hlm.70.
2. Hakim tidak terikat kepada preseden3 sehingga undang-undang menjadi sistem
hukum yang terutama.
Sistem civil law memberikan kebebasan keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang
menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-
undang.
Karakteristik yang ketiga pada sistem civil law adalah apa yang Lawrence
Friedman disebut sebagai digunakannya sistem inkuisitorial dalam perdilan. Di dalam
sistem itu hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan
perkara, hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti.
Menurut Friedman di dalam civil law, hakim berusaha untuk mendapatkan gambaran
lengkap dari peristiwa. Sitem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.
Sistem ini sebenarnya lebih efisien, lebih tidak berpihak (imparsial),dan lebih adil.4
3
Presden yaitu hakim terikat untuk menerapkan putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat sendiri atau oleh
hakim pendahulunya untuk kasus serupa.
4
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2011) hal.251.
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, menciptakan
prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi penerangan bagi hakim-hakim lain
untuk memutuskan perkara-perkara yang sejenis.
Common law juga terbagi menjadi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat.
Pengertian hukum publik dalam common law hampir sama dengan hukum publik pada
civil law. Pengertian hukum privat dalam common law agak berbeda dari hukum privat
civil law. Dalam comon law, hukum privat lebih ditunjukkan kepda kaidah-kaidah hukum
tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons), hukum
tentang perjanjian (law of contract), dan hukum tantang melawan hukum (law of torts).
David dan Brierly (dalam soerjono soekanto 1986 : 302) membuat priodisasi common
law ke dalam tahapan sebagai berikut :
1. Periode kedua membentang dari 1066 sampai ke penggabungan Tudors (1485)
2. Dari sistem 1484 sampai 1832.
3. Dari tahun 1832 sampai sekarang.
Sistem hukum ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari
timbulnya dan penyebaran agama Islam. Kemudian berkembang ke Negara-negara lain
di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika secara individual atau kelompok. Sementara itu
untuk beberapa Negara di Afrika dan Asia perkembangannya sesuai dengan
pembentukan Negara yang berasaskan ajaran Islam. Bagi Negara Indonesia, walaupun
mayoritas warga negaranya beragama Islam, pengaruh agama itu tidak besar dalam
bernegara. Hal itu karena asas pembentukan Negara bukanlah menganut ajaran Islam.
1. Quran
2. Sunnah nabi
3. Ijma
4. Qiyas
Agama Islam dengan sengaja diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad dengan maksud menyusun ketertiban dan keamanan serta
keselamatan umat manusia. Oleh karena itu, dasar-dasar hukumnya mengatur mengenai
segi-segi pembangunan, politik, sosial ekonomi, dan budaya. Di samping itu, mengatur
hukum-hukum pokok tentang kepercayaan dan kebaktian atau ibadat kepada Allah.
Karena itu berdasarkan sumber-sumber hukumnya, sistem hukum Islam dalam “ Hukum
Fikh ” terdiri dari dua hukum pokok.
1. Hukum Rohaniah
2. Hukum Duniawi
a. Muamalat
b. Nikah
c. Jinayat
Dalam perkembangan hukum Islam, lahir cabang hukum lainnya. Hukum lainnya
itu meliputi sebagai berikut:
1. Aqdiyah
2. Al-Khilafah
Sistem hukum Islam ini menganut suatu keyakinan dari ajaran agama islam
dengan keimanan lahir batin secara individual. Negara-negara yang menganut asas
hukum Islam, dalam bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya secara taat.
Hal itu berdasarkan peraturan perundangan Negara yang dibuat dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Dari sistem-sistem hukum seperti tersebut diatas yang perlu
diketahui dalam mempelajari hukum Indonesia akan diuraikan jenis-jenisnya yang
penting saja.
Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia
dan Negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, India, Jepang, dan Negara lain. Adat
berasal dari bahasa Belanda “ Adatrecht “ yang untuk pertama kali dikemukakan oleh
Snouck Hurgronje. Pengertian hukum adat yang digunakan oleh Mr. C. Van
Vollenhoven (1928) mengandung makna bahwa hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak dapat dipisahkan dan hanya mungkin
dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata “ hukum “ dalam pengertian hukum
adat lebih luas artinya dari istilah hukum di Eropa. Hal itu karena tedapat peraturan-
peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh berbagai golongan tertentu dalam
lingkungan kehidupan sosialnya, seperti masalah pakaian, pangkat petunangan dan
sebagainya. Sementara itu, istilah “ Indonesia “ digunakan untuk membedakan dengan
hukum adat lainnya di kawasan Asia. Kata Indonesia untuk pertama kali dipakai pada
tahun 1850 oleh James Richardson Logan dalam salah satu karangannya di Penang yang
dimuat dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Sebutan itu untuk
menunjukan adanya nama bangsa-bangsa yang hidup di Asia Tenggara.5
Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, dari sembilan belas daerah
lingkungan hukum (rechtskring) di Indonesia sistem hukum adat dibagi dalam tiga
kelompok.
Yang berperan dalam melaksanakan sistem hukum adat adalah pengemuka adat.
Pengemuka adat sebagai pemimpin yang sangat disegani, besar pengaruhnya dalam
lingkungan masyarakat.
Hukum adat ditemukan pertamakali oleh tiga orang yang berkebangsaan belanda
yang dikenal dengan trio penemu hukum adat yaitu:
1. Penemu hukum adat yang pertama
Ialah Wilken datang di Indonesia sebagai pegawai pangreh praja belanda mula-
mula diburu, kemudian di Gorontalo dan Minahasa Barat, selanjutnya di Sipirok dan
Mandailing.
2. Penemu hukum adat yang kedua
Ialah Liefrinck menjalankan tugasnya di lapangan Hukum sebagai pegawai Pangreh
Praja Belanda di Indonesia .Seperti halnya dengan Wilken, maka Liefrinck-pun
memberi tempat tersendiri kepada Hukum Adat.
3. Penemu hukum adat yang ketiga
5
R. Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hlm.72.
Ialah Snouck Hurgronje seorang sarjana sastra yang menjadi politkus. Pada tahun
1884-1885 ia mengembara di tanah Arab sebagai mahasiswa,di Makkah ia bertemu
dengan orang Indonesia (Aceh dan Jawa) sehingga ia mengenal hukum adat.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Setiap sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya. Dapat
dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya. Dengan
demikian, sifat sistem itu menyeluruh dan terstruktur yang keseluruhan komponen- komponennya
bekerjasama dalam hubungan fungsional. Jadi, hukum adalah suatu sistem. Artinya, suatu
susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup keseluruhanya terdiri dari bagian-bagian
yang berkaitan satu sama lain.