Você está na página 1de 2

BAB V

PEMBAHASAN

Pada BAB V ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori
dengan hasil pelaksanaan implementasi keperawatan untuk mendapatkan perbedaan
yang terjadi. Selain itu untuk melihat faktor –faktor yang mendukung dan menghambat
selama melaksanakan implementasi keperawatan serta pemecahan masalahnya.
5.1 Mengatur posisi yang nyaman
Mengatur posisi yang penulis lakukan ialah posisi ekstensi kepala karena posisi
ini tepat untuk kedua pasien yang masih berumur 2 bulan dan 3 bulan. Posisi ekstensi
kepala dilakukan dengan cara menaikkan kepala tempat tidur dengan sudut 30° dan
meletakkan gulungan kain/bantal dibawah bahu bayi sehingga leher bayi dalam posisi
ekstensi untuk menjaga jalan napas tetap terbuka, posisi tersebut dipertahankan sampai
pasien tidak merasa sesak napas dan tidak menyumbat jalan napas.
Implementasi mengatur posisi yang nyaman pada An. A dan An. L tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan mengatur posisi yang
nyaman karena dalam praktik pengaturan posisi ini sesuai dengan yang ada pada teori.
Adapun respon yang dimiliki oleh An. A dan An. L sama. An. A dan An. L pada saat
dilakukan pengaturan posisi kedua anak menangis saat dipindahkan. An. A dan An. L
mengalami penurunan frekuensi pernapasan. Tetapi pada An. L bunyi napas masih
terdengar ronkhi pada saat evaluasi pertama berbeda pada An. A yang sudah terdengar
vesikuler sejak pengkajian.
5.2 Kolaborasi pemberian oksigen
Kolaborasi pemberian oksigen dilakukan dengan cara memberikan oksigen ke
dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen yaitu
tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier, dan berbagai macam selang
oksigen seperti nasal kanul, sungkup muka sederhana, sungkup muka rebreathing,
sungkup muka rebreathing, sungkup muka venture, dan sungkup muka kantung-katup
(bag velve mask). Pada An. L pada saat pengkajian, An. L sudah terpasang oksigen
nasal kanul dengan kecepatan aliran 1 liter/menit. Sedangkan pada An. A selang

81
Poltekkes Kemenkes Palembang
82

oksigen sudah tidak terpasang lagi. Jadi penulis tidak melakukan implementasi
kolaborasi pemberian oksigen.
5.3 Kolaborasi pemberian terapi nebulizer
Kolaborasi pemberian terapi nebulizer dilakukan dengan cara menggunakan
alat untuk merubah cairan (obat) menjadi uap (aerosol) agar bisa dihisap ke dalam
saluran pernapasan dan paru-paru dengan tujuan mengencerkan sekret agar mudah
dikeluarkan dan melonggarkan jalan napas. Pada An. L dilakukan pemberian terapi
nebulizer ventolin 1 x ½ amp sehari dan dilakukan oleh perawat ruangan karena waktu
pemberian terapi nebulizer yang berubah-ubah sehingga penulis tidak bisa datang tepat
waktu saat melakukan kolaborasi pemberian terapi nebulizer. Sedangkan pada An. A
tidak dilakukan pemberian terapi nebulizer lagi sehingga penulis juga tidak bisa
melakukan kolaborasi pemberian terapi nebulizer pada An. A.
5.4 Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
Penulis memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai cara pera
pencegahan,perawatan pasien bronkopneumonia di rumah dan bahaya merokok pasif
pada anak dilakukan pada keluarga An. A dan An. L. Adapun metode yang digunakan
yaitu dengan cara memberikan leaflet dan menjelaskan tentang pencegahan,perawatan
pasien bronkopneumonia di rumah dan bahaya merokok pasif pada anak. Pada saat
diberikan pendidikan kesehatan pada kedua keluarga, penulis tidak menemukan
hambatan dan kedua keluarga bersifat kooperatif dan mudah memahami apa yang
sudah dijelaskan.

Poltekkes Kemenkes Palembang

Você também pode gostar