Você está na página 1de 12

BAB I

PENDAHULUAN

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan


mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan.
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis
dinding sel, menghambat permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim,
dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein .
Analisis farmasi merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan
cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam
sampel yang dianalisis. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui
kadar yang terkandung dalam sampel. Pada farmasi analisis farmasi biasanya
dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar dari suatu zat aktif atau
sediaan farmasi yang belum dipasarkan.
Diperlukannya analisis suatu produk obat agar obat tersebut dapat terjamin secara
mutu maupun kualitas serta dapat memberikan efek yang sesuai ketika di konsumsi.
Sehingga makalah ini dibuat untuk mengetahui mengenai obat antibiotik golongan
makrolida serta metode-metode dalam analisis obat antibiotik golongan makrolida.

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu obat antibiotik golongan makrolida?
2. Bagaimana metode analisis pada obat antibiotik golongan makrolida?
B. Tujuan
1. Mengetahui obat antibiotik golongan makrolida
2. Mengetahui metode analisis pada obat antibiotik golongan makrolida

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Obat antibiotika golongan Makrolida
Antibiotika yang umum digunakan adalah yang terdiri atas cincin
lakton 14, 15, atau 16 atom yang yan dihubungkan dengan gula, melalui
ikatan glikosidik. Antibiotika makrolida yang digunakan secara klinis
dikelompokkan menjadi 3 grup berdasarkan pada jumlah cincin dalam inti
lakton, yakni makrolida bercincin 14, 15 dan 16.
Eritromisin A, B, C, D, E dan F, oleandomisin, roksitromisin,
diritromisin, klaritromisin, dan fluritromisin adalah kelompok makrolida
bercincin 14, sementara itu azitromisin merupakan kelompok makrolida
bercincin 15. Makrolida bercincin 16 meliputi: josamisin, rosaramisin,
rokitamisin, kitasamisin, mirosamisin, spiramisin, dan tilosin. Pembahasan
metode analisis pada bab ini akan dimulai dari makrolida bercincin 14, yakni
eritromisin, roksitromisin dan azitromisin.
1. Metode analisis untuk obat antibiotik golongan makrolida
A. Analisis Eritromisin
Eritromisin merupakan campuran antibiotika makrolida yang
dihasilkan oleh Streptomyces erythreus selama fermentasi. Dalam proses ini,
beberapa senyawa terkait juga terbentuk sebagaimana dinyatakan dalam
beberapa farmakope, yakni eritromisin B (EB), eritromisin C (EC),
eritromisin F (EF), eritromisin E (EE), N-demetileritromisin A (NdMeEA),
anhidroeritromisin A (AEA), eritromisin A N-oksida (EANO),
pseudoeritromisin A enol eter (PsEAEN), dan eritromisin A enol eter
(EAEN). Beberapa pengotor juga muncul sebagai produk degradasi.Dalam
medium asam, terbentuk EAEN dan AEA, sementara PsEAEN terbentuk

2
dalam medium alkali.Struktur kimia eritromisin dan struktur terkait diberikan
oleh gambar 6.1.

R1 R2 R3 R4 R5
Eritromisin A (EA) OH H H CH3 CH3
Eritromisin B (EB) H H H CH3 CH3
Eritromisin C (EC) OH H H H CH3
Eritromisin E (EE) OH -O- -O- CH3 CH3
Eritromisin F (EF) OH H H CH3 CH3
N-demetileritromisin A OH H H CH3 H
(NdMeEA)

3
Sruktur kimia eritromisin A dan senyawa-senyawa yang berhubungan.

Metode analisis yang digunakan untuk analisis eritromisin (tunggal


atau tercampur dengan antibiotika lain) baik dalam senyawa ruah, sediaan
farmasetik atau dalam cairan tubuh diuraikan dibawah ini.
1. Spektrofotometri
Metode spektrofotometri untuk determinasi eritomisin serta
ester-ester stearate dan suksinatnya dalam bentuk murni atau dalam
bentuk sediaan farmasetik telah dijelaskan oleh Amin and Issa (1996).
Prosedur ini berdasarkan pada pembentukkan kompleks eritromisin
dan gentian violet dalam medium alkali menghasilkan produk
berwarna biru yang mempunyai panjang gelombang maksimal di 633
nm. Metode ini digunakan untuk determinasi eritromisin dengan
kisaran 2,5 – 25 µg/mL dalam larutan akhir.
Metode spektroskopi secara langsung dan dengan pengukuran
derivative (turunan) pertama, masing-masing pada panjang gelombang
285 nm dan 300 nm dan dikombinasikan dengan standar adisi
merupakan metode yang menjanjikan untuk analisis eritromisin dalam

4
sediaan farmasi. Dalam kedua teknik ini, methanol digunakan sebagai
pelarut dan kalium dihidrogen fosfat (pH 8) digunakan untuk
menghidrolisis eritromisin stearate menjadi eritromisin basa.
Prinsipnya menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu. digunakan untuk analisis eritromisin yang
tercampur dengan tritoprim Spektrofotometri juga digunakan untuk
analisis eritromisin yang tercampur dengan tritoprim (Hassib dkk.,
2011).
2. Spektrofluorometri
Antibiotika makrolida (eritromisin, ester eritromisin,
azitromisin, dihidrat, klaritromisin, dan rokditromisin) dapat dianalisis
dengan spektrofluorometri sederhana berdasarkan pada oksidasi
antibiotika dengan serium (VI) dengan adanya asam sulfat, dan
memantau fluoresensi serium (III) yang terbentuk pada panjang
gelombang eksitasi 255 nm dan panjang gelombang emisi 348 nm
(Khashaba, 2002). Prinsip spektrofluorometri adalah suatu metode
pengukuran berdasarkan sinar yang berfluoresensi

3. Flow injection analysis (FIA)


FIA telah digunakan untuk analisis eritromisin dalam sedian
tablet dan kapsul. Metode ini dapat digunakan untuk senyawa
makrolida berdasarkan pada prinsip FIA yakni sampel diinjeksikan ke
dalam aliran reagen yang mengalir, lalu reaksi yang terjadi diukur
dengan detektor digunakan untuk analisis eritromisin

5
Tabel 6.1
Kondisi KLT analisis antibiotik makrolida
Senyawa Matriks sampel Fase diam Sistem eluen
EA, EB, Larutan Silika gel Metilen Klorida -
psEAHK, AE metanol- benzen-
Formamid
EA, EB, EC, Larutan Kieselgel C Metilen Klorida- n-
AE, ESM keiselguhr heksan- etanol
Eritromisin Larutan Silika gel H Metanol
Eritromisin Kapsul Silika gel G Metanol- natrium-
asetat dalam air

4. Kromatografi Lapis Tipis


Usaha pertama untuk menganalisis eritromisin melibatkan
penggunaan KLT untuk memisahkan eritromisin A dan eritromisin B.
Pada lebih kurang 5 mg tambahkan 2 ml asam sulfat P, kocok
perlahan-lahan terjadi warna coklat merah. Jika lebih kurang 3 mg,
dalam 2 ml aseton P tambahkan 2 ml asam klorida P terjadi warna
jingga yang berubah menjadi merah dan kemudian menjadi mrerah tua
keunguan. Tambahkan 2 ml kloroform P kocok, lapisan kloroform
bewarna ungu. Metode ini berdasarkan pada perbedaan distribusi
komponen-komponen diantara fase diam dan fase gerak.

6
5. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Telah dilakukan uji banding antar laboratorium untuk melakukan
analisis eritromisin dan senyawa terkait.Gambar 6.2

KCKT baik dengan detektor UV ataupun dengan detektor kimia telah


digunakan untuk analisis eritromisin estolat dalam sedian farmasetik.
Perhatian khusus diberikan terkait dengan stabilitas sifat estolat
selama perlakuan sampel dan selama penyimpanan. Detektor UV lebih
sesuai untuk analisis dalam sedian farmasi yang mengandung
eritromisin estolat karena memberikan keuntungan dibandingkan
elektrokimia, dalam hal stabilitas serta sensitifitasnya untuk
mendeteksi sekelumit produk hasil degradasi. Metode ini berdasarkan
pada perbedaan distribusi komponen-komponen sulfonamid diantara
fase diam dan fase gerak
6. Kromatografi cair-spektrometri massa

Kromatografi cair yang dihubungkan dengan spektrometer


massa (LC-MS) dikembangkan untuk analisis (identifikasi dan
kuantifikasi) eritromisin etilsuksinat dan eritromisin dalm plasma

7
manusia, yang selanjutnya digunakan untuk studi klinik. (Gu
dkk.,2006).

C. Analisis roksitromisin

Roksitromisin merupakan antibiotika makrolida semi-sintetik yang


digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan dan saluran urin yang
disebabkan oleh berbagai patogen. Roksitromisin diturunkan dari eritromisin
yang mengandung cincin lakton beranggota 14. Akan tetapi dalam roksitromisin
terdapat N-oksim yang ditempelkan pada cincin lakton. (Gambar 6.4).

Metode analisis roksitromisin dalam sediaan farmsetik dan dalam cairan


biologis relatif terbatas, karena tidak adanya kromofor dalam molekul
roksitromisin. Karenanya, metode analisis yang digunakan kebanyakan
menggunakan spektrofotometer infra merah (IR) untuk analisis roksitromisin
dalam sediaan farmasetik dan dengan LC-MS/MS untuk analisis roksitromisin
dalam cairan biologis.

Gambar 6.4

1. Spektroskopi infra merah


Spektroskopi infra merah dengan mode transmisi
menggunakan sel NaCl 0,1 cm dikombinasikan dengan regresi
multivariat digunakan untuk analisis roksitromisin pada sediaan
tablet (Sherazi dkk,2011). Untuk analisis kuantitatif digunakan
serapan/absorbansi puncak gugus karbonil yang muncul di
bilangan gelombang sekitar 1700 cm-1.
2. Kromatografi cair kinerja tinggi
KCKT yang sangat peka dan telah tervalidasi digunakan
untuk analisis antibiotika makrolida termasuk roksitromisin,
eritromisin, azitromisin, dan klaritromisin dalam serum oleh

8
Torano dan Guchelaar (1998). Sebagai standar internal adalah
salah satu antibiotika makrolida dapat digunakan.
Detektor fluorosens diatur pada panjang gelombang eksitasi
255 nm dan panjang gelombang eksitasi 255 nm dan panang
gelombang emisi 315 nm. Metode ini dapat digunakan
berdasarkan pada perbedaan distribusi komponen-komponen
sulfonamid diantara fase diam dan fase gerak
3. LC-MS/MS
LC-MS/MS telah digunakan untuk analisis roksitromisin
dalam plasma manusia. Roksitromisin dan standar internal
klaritromisin diekstraksi dari sampel plasma dengan ekstraksi
cair-cair menggunakan metil t-butil eter sebagai pelarut
organik.
Pemisahan dilakukan secara KCKT isokratik
menggunakan fase gerak asetonitril-amonium asetat 50 mM
(80:20 v/v) dengan kecepatan alir 0,6 mL/menit. Untuk analisis
kuantitatif, digunakan mode pemantauan reaksi berlipat pada
transisi ion m/z 837,4 → 158,1 ( untuk roksitromisin) dan
748,4 → 158,1 untuk standar internal.
D. Analisis klaritromisin
Klaritromisin (Gambar 6.6) dilaporkan lebih aktif dibandingkan
eritromisin terhadap spesies streptococci dan stapilococci serta spesies yang
lain. Antibiotika ini digunakan pada kondisi-kondisi infeksi seperti infeksi
saluran pencernaan, klit dan jaringan halus. Berbagai metode analisis seperti
spektrofotometri dan kromatografi telah digunakan untuk analisis
klaritromisin, sebagaimana akan diuraikan di bawah ini.

9
Struktur kimia klaritromisin.
1. Spektrofotometri
Dua metode spektrofotometri yang sederhana dan peka telah
dijelaskan untuk analisis klaritromisin dalam obat ruah dan dalam sediaan
farmasetik (Shah dkk.,2008). Metode melibatkan pembentukkan kompleks
asosiasi-ion obat dengan bromotimol biru (BTB) dan kresol merah (KM)
yang berwarna kuning yang dapat diekstraksi dalam kloroform. Kompleks
yang berinteraksi menunjukkan serapan maksimal di 410 nm (BTB) dan
425 nm (KM). hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran 0,1 – 20 µg/ml
untuk obat BTB dan 2,0 – 20 µg/ml (obat KM). rasio komposisi obat-
kompleks asosiasi ion adalah 1:1.
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
KCKT fluoresens digunakan untuk analisis klaritromisin dalam serum.
Metode melibatkan ekstraksi cair-cair obat ditambah amantadine (standar
internal) diikuti dengan derivatisasi sebelum kolom dengan 9-
fluorenylmethyl chloroformate (FMOC-Cl). Detector fluoresens
dioperasikan pada panjang gelombang eksitasi dan emisi 265 nm dan 315
nm.
KCKT yang cepat dan selektif dengan detektor UV dikembangkan
untuk determinasi klaritromisin dalam sampel plasma (Amini and
ahmadiani, 2005). Ekstraksi cair-cair klaritromisin dan standar internal
norverapamil dari sampel plasma dilakukan dengan n-heksana-1-butanol

10
(98:2 v/v) dalam kondisi alkali dan diikuti dengan ekstraksi balik ke dalam
asam asetat encer.
3. Kromatografi cair-spektroskopi massa
Metode LC-MS digunakan untuk analisis klaritromisin dalam sampel
plasma. Dengan prinsip membuat suatu molekul netral menjadi bermuatan
sehingga bisa dideteksi untuk analisis Klaritromisin

E. Analisis azitromisin
Azitromisin merupakan antibiotika makrolida dengan cincin azalakton
beranggota 15 (Gambar 6.7). Sebagaiman eritromsin antibiotika ini akan
berikatan dengan reseptor yang sama dengan eritromisin. Antibiotika ini efektif
terhadap berbagai bakteri gram positif dan negatif.

Berikut akan diuraikan berbagai metode analisis untuk azitromisin seperti


metode spektrofotometri, Kromatografi lapis tipis dan sebagainya

1. Spektrofotometri
Azitromisin dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri berdasarkan
pada pembentukan suatu pasangan ion antara obat dengan kompleks
anorganik (Mo(V) – tiosinat) diikuti dengan ekstraksi menggunakan

11
dikloroetana. Kompleks asosiasi – ion menunjukan warna oranye dan
menunjukan serapan maksimal di 469 nm.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
KCKT pasangan ion telah sukses digunakan untuk analisis
azitromisin dalam sedian tetes mata. Detektor UV di operasikan pada panjang
gelombang 210 nm. Detector UV diatur pada panjang gelombag 215 nm.
Dengan sistem ini, ambroksol HCl dan azitromisin akan keluar masing-
masing pada waktu retensi disekitar 5,0 dan 11,5 menit (Shaikh dkk., 2008).
Kisaran dinamik linear adalah 30-180 µg/mL (untuk ambroksol HCl) dan 250
– 1500 µg/mL (azitromisin). Karena sensitifitasnya yang lebih baik
dibandingkan dengan detector UV, KCKT dengan detector fluoresens telah
digunakan untuk analisis azitromisin dalam plasma. Obat dan standar internal
klaritromisin diekstraksi dari serum dengan menggunakan n-heksana dan
dikenai derivatisasi sebelum kolom menggunakan agen penderivat 9-
fluorenilmetil klorformat (Bahrami dkk., 2005).

3. Kromatografi Cair-spektrometri massa

Kromatografi Cair-spektrometri massa (LC-MS) menggunakan


ionisasi electrospray dikembangkan dan divalidasi untuk analisis azitromisin
dengan standar internal klaritromisin (Chen dkk., 2006).

12

Você também pode gostar