Você está na página 1de 9

Analisis Masalah dan Learning Issue

Skenario G Blok 24

Nama : Monica Trifitriana


Nim : 04011381320042
Kelas : B

Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
I. Analisis Masalah

1. Mrs. Retno, 30-year old woman P0A0 went to puskesmas semuntul due to increasing
menstrual pain 3 months ago. She has been complaining of menstrual pain during the first
day, and that disturbed her daily activity. She has not been complaining about any
polonged menstrual cycle or heavy menstrual bleeding.

1.1 Bagaimana hubungan riwayat obstetri dengan kasus?

Akibat dari 3 faktor (teori menstruasi retrograde, Teori system kekebalan, dan Faktor
genetic)  peningkatan p 450 aromatse dan defisiensi 17 beta hidrohidroksisteroid
dehydrogenase  terjadinya peningkatan estrogen  yang berperan dalam
terbentuknya kistik ovarium endometriosis  akan terjadi pelepasan berupa darah
saat menstruasi (terjadi di ovarium)  bila hal ini berlangsung terus menerus timbul
jaringan parut dan perlekatan pada ovarium, tuba fallopi, dan fimbriae  terjadi
gangguan pelepasan ovum ke tuba  sedikit kemungkinan untuk terjadi fertilitasi --.
Terjadi infertilitas primer.

Bila dikaitkan dengan kasus, Mrs. Retno belum pernah memiliki anak walaupun
sudah 3 tahun menikah, ini menandakan bahwa karena adanya kistik tersebut yang
mengganggu fertilitas dirinya. Maka dapat dikatanya riwayat nullipara menandakan
bahwa mrs. Retno mengalami kistik yang mempengaruhi infertilitas dirinya.

1.2 Apa makna klinis nyeri menstruasi 3 bulan yang lalu?

Nyeri menstruasi yang terjadi 3 bulan yang lalu menandakan bahwa dimulai dari 3
bulan tersebut kistik ovarium endometriosis sudah terbentuk sempurna, diketahui pula
bahwa kista ovarium merangsang sitokin, seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-10 dan TNF
alpha, dimana sitokin sitokin tersebut berperan dalam timbulnya rasa nyeri (terutama
nyeri saat hari pertama menstruasi)

Ditambah lagi saat menstruasi endometriosis yg berada diovarium akan terlepas yang
nantinya berupa pendarahan, ini juga merangsang untuk timbulnya nyeri
2. Analisis aspek klinis

2.1 Apa WD dan definisi pada kasus?

Infertilitas Primer et causa Kista endometriosis ovarium

Suatu epitel kelenjar endometrium yang tumbuh di luar endometrium (ovarium)


yang menyebabkan gangguan pada proses folliculogenesis ovum dan tuba fallopi
sehingga bisa mengakibatkan terjadinya infertilitas primer.
2.2 Bagaimana patofisiologi pada kasus?

3 Teori: Teori menstruasi retrograde,


Teori system kekebalan ,
Teori Faktor genetik

Peningkatan P450 Defisiensi 17 beta


aromatase hidrohidroksisteroid
dehidrogenase

Terdapat massa Terjadi peningkatan estrogen


hipoechoic (USG)
Merangsang pembentukan Kista Ovarium Endometriosis

Adnexa dan Merangsang sitokin (IL-1, IL-6,


Terbentuk Kista ovarium endometriosis
parametrium kiri IL-8, IL-10, dan TNF alpha)
tegang
Saat menstruasi, terjadi pelepasan
endometriosis tersebut

Bila terjadi terus menerus, timbul Terjadi pendarahan dari


jaringan parut dan perlengkatan pada pelapasan endometrium
ovarium, tuba fallopi, dan fimbriae tersebut

Terganggu Nyeri pada haid


pelepasan ovarium pertama
ke tuba fallopi

Merangsang terjadi
Kemungkinan kecil untuk terjadi fertilitas
nyeri

Terjadi infertilitas primer


Ada nyeri di region
inguinalis kiri

VAS 8
2.3 Apa SKDI pada kasus?

Endometriosis: 2

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut


dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Infertilitas: 3A

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
II. Learning Issue

Endometriosis

Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estradiol/estrogen berupa


pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol
keluar dari rahim (pertumbuhan ectopic) dan menyebabkan pelvic pain.[1] Endometriosis
dikatakan terkait dengan estrogen sebab perkembangan dan simtoma yang ditimbulkan akan
hilang seiring datangnya menopause, oleh karena itu perawatan paling umum bagi penderita
radang ini adalah penggunaan terapi hormonal yang menginduksi kondisi hipoestrogenik.
Estrogen merupakan kelompok hormon steroid yang disekresi ovarium setelah distimulasi oleh
FSH dan/atau LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih lanjut sekresi FSH dan LH
dihambat oleh hormon GnRH yang disekresi oleh hipotalamus.

Setelah kista endometriosis telah terbentuk sepenuhnya, muncul simtoma hiperalgesia


vaginal yang disertai dengan hiperalgesia otot perut. Jaringan di sekitar kista akan mensekresi
berbagai sitokina antara lain IL-1, IL-6, IL-8, dan IL-10, TNF-α, faktor pertumbuhan seperti
VEGF dan NGF.

Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut.
Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen
penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar,
ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina,
jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di
dalam paru-paru

Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu,
anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya
endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia di atas
30 tahun dan kulit putih.

Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun,
25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja. Endometriosis yang berat bisa
menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.

Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur). Sel-sel


endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu
masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2. Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi
tumbuh di daerah selain rahim.
3. Teori genetik Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan
kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim
untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka
tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi
perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi
berikutnya.

Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan
perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa
menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak
terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur
yang telah dibuahi menuju ke rahim.

Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada

1. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis


2. Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang
3. Wanita yang mengalami menarke (menstruasi pertama) terjadi lebih awal
4. Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih
5. Wanita yang mengalami orgasme ketika menstruasi

Gejala
1. Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul
2. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
3. Kemandulan
4. Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual).

Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan
pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi
atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.

Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa
membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan
menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.

Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul
akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di
daerah ovarium.

Pemeriksaan lain

1. Laparoskopi
2. Biopsi endometrium
3. USG rahim
4. Barium enema
5. CT scan atau MRI perut.

Pengobatan
Pilihan pengobatan untuk endometriosis:

1. Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan


endometrium
2. Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis
3. Kombinasi obat-obatan dan pembedahan
4. Histerektomi, seringkali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium.
Daftar Pustaka
1. ^ (Inggris)"Endometriosis as a neurovascular condition: estrous variations in innervation,
vascularization, and growth factor content of ectopic endometrial cysts in the rat". Program in
Neuroscience, Florida State University; Guohua Zhang, Natalia Dmitrieva, Yan Liu, Kristina A.
McGinty, and Karen J. Berkley. Diakses tanggal 2011-09-04.
2. ^ a b (Inggris)"Future possibilities in the prevention of breast cancer: Luteinizing hormone-
releasing hormone agonists". USC/Norris Comprehensive Cancer Center and University of
Southern California/Keck School of Medicine; Darcy V Spicer dan Malcolm C Pike. Diakses tanggal
2011-09-04.
3. ^ http://medicastore.com/penyakit/102/Endometriosis.html
4. ^ (Inggris)"Therapy of ovarian cancers with targeted cytotoxic analogs of bombesin,
somatostatin, and luteinizing hormone-releasing hormone and their combinations". Veterans
Affairs Medical Center and Department of Medicine, Tulane University School of Medicine,
Veterans Affairs Medical Center and South Florida Veterans Affairs Foundation for Research and
Education, Klinik und Poliklinik für Frauenheilkunde und Geburtshilfe, Universität Regensburg,
Universitätsklinik für Haut- und Geschlechtskranheiten, Universitätsfrauenklinik Würzburg;
Stefan Buchholz, Gunhild Keller, Andrew V. Schally, Gabor Halmos, Florian Hohla, Elmar Heinrich,
Frank Koester, Benjamin Baker, dan Jörg B. Engel. Diakses tanggal 2011-09-04.
5. ^ (Inggris)"Manganese stimulates luteinizing hormone releasing hormone secretion in
prepubertal female rats: hypothalamic site and mechanism of action". Department of Veterinary
Integrative Biosciences, College of Veterinary Medicine, Texas A & M University, College Station;
Boyeon Lee, Jill K Hiney, Michelle D Pine, Vinod K Srivastava, dan W Les Dees. Diakses tanggal
2011-09-04.
6. ^ (Inggris)"Inhibition of stimulated ascorbic acid and luteinizing hormone-releasing hormone
release by nitric oxide synthase or guanyl cyclase inhibitors.". Pennington Biomedical Research
Center, Louisiana State University; Karanth S, Yu WH, Mastronardi CA, McCann SM. Diakses
tanggal 2011-09-04.

Você também pode gostar