Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1 PENDAHULUAN
Ikan lele dan ikan nila pada umumnya adalah ikan yang hidup di air tawar dan
merupakan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai oleh masyarakat. Pada umumnya
penyimpanan ikan tanpa perlakuan tertentu akan mengalami penurunan mutu berupa
pembusukan akibat adanya aktivitas enzim--enzim tertentu, aktivitas bakteri atau
mikroorganisme dan proses oksidasi lemak oleh udara .Enzim-enzim yang berperan dalam
penurunan mutu ikan diantaranya adalah enzim katepsin dan kolagenase. Enzim katepsin
menyebabkan pelunakan tekstur dan disintegrasi otot pada ikan sedangkan enzim kolagenase
mampu memecah ikatan polipeptida (triple helical) yang akhirnya mendegradasi jaringan ikat
atau kolagen pada ikan Aktivitas mikroorganisme akan sangat aktif pada saat ikan mulai mati
yang mengakibatkan bakteri--bakteri pembusuk merusak jaringan tubuh yang terpusat pada
kulit, insang dan isi perut serta jumlahnya meningkat seiring bertambahnya lama
penyimpanan Organisme pembusuk pada ikan diantaranya adalah bakteri Bacillus
licheniformis, Bacillus cereus, Bacillus alvei, Pseudomonas aeruginosa,Klebsiella oxytoca,
Enterobacter aerogeneses, dan Escherichia coli ,kecepatan reaksi oksidasi pada ikan sangat
tergantung pada tipe lemak dan kondisi selama penyimpanan. Proses oksidasi dapat
berlangsung apabila terjadi kontakantara oksigen dengan asam lemak tidak jenuh dalam
lemak yang terkandung pada ikan tersebut. Senyawa yang terbentuk selama proses oksidasi
menyebabkan tipe flavor dan bau tengik pada ikan tersebut.sehingga penggunaan asap cair
dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut (Rais Salim, Nazarni Rahmi ,2018)
Menurut Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Suhu yang terbaik untuk
pirolisis pembuatan asap cair adalah pada suhu 300°C dan 350o C karena Kandungan fenol
meningkat tajam pada suhu tersebut , hal ini dikarenakan lignin yang merupakan senyawa
pembentuk fenol pada asap cair telah terurai lebih optimal.Dengan demikian kami mencoba
untuk melakukan penelitian dengan variasi suhu 250, 300, 400, 500 (OC) dan variasi waktu
pembakaran serta memanfaatkan arang dari hasil samping pembakaran asap cair untuk
pemurnian asap cair.
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk famili Palmae dari genus Cocos. Dikenal dua
varietas yang nyata perbedaannya yaitu varietas genjah dan varietas dalam. Tanaman kelapa
merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh
bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini
sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,
batang, daun, dan buahnya dapat digunakan untuk kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari
Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik
dijadikan arang aktif. Bentuk, ukuran dan kualitas tempurung kelapa merupakan hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan arang aktif. Kualitas tempurung kelapa dan proses
pembakaran sangat menentukan rendemen karbon aktif yang dihasilkan1. Secara fisologis,
bagian tempurung merupakan bagian yang paling keras dibandingkan dengan bagian kelapa
lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada
tempurung kelapa tersebut. Berat dan tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis
tanaman kelapa. Berat tempurung kelapa ini sekitar (1 5 – 19) % dari berat keseluruhan buah
kelapa, sedangkan tebalnya sekitar (3 – 5) mm.Tempurung kelapa dapat diamati pada gambar
2.1
Tempurung kelapa memiliki komposisi kimia yang dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 2.1 Komposisi Tempurung Kelapa
No Komposisi Persentase(%)
1 Lignin(C6H10O5) 29,4
2 Pentosan (C12H22O11) 27,7
3 Selulosa (C6H10O5) 26,6
4 Air (H2O) 8
5 Abu (Na2CO3) 0,6
6 Nitrogen (N) 0,1
Sumber : Eka pratiwi, 2017
Dengan demikian, tempurung kelapa merupakan limbah perkebunan yang memiliki
potensi yang besar dan dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arang aktif ,Untuk
mengetahui karakteristik arang tempurung kelapa yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan karbon aktif, maka perlu dilakukan analisa proksimat. Karakteristik umum arang
yang digunakan sebagai bahan baku karbon aktif dari tempurung kelapa, dapat dilihat pada
tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi Arang Untuk Pembuatan Karbon Aktif.
Kadar Air 3-10 %
Kadar Abu 1-2 %
Zat Terbang 15-20%
Karbon Tetap 70-80%
Sumber: Eka Pratiwi(2017)
proses pirolisis
Pemurnian