Você está na página 1de 8

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS
Defisit Perawatan Diri
II. KONSEP DASAR MASALAH
1.1 Definisi
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara
mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil)
(Mukhripah, 2008).
Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi
kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan
masing-masing dari kelima aktivitas perawatan 8 diri (makan, mandi atau
higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito,
2007).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
1.2 Etiologi
Menurut Depkes (2009) penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi
yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
1) Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

2) Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan


diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
personal hygiene.

3) Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti


sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting


karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan


diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi
atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

1.3 Jenis / Klasifikasi


Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ataU
menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

1.4 Tanda Gejala


Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien
wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai
dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

1.5 Rentang Respon

Adatif maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan

Seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada saat

stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressordan


mampu untuk berperilaku adatif maka pola perawatan yangdilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikanperawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor (Ade, 2011).
1.6 Pohon Masalah
Berikut ini adalah pohon masalah defisit perawatan diri: Toileting menurut
(Keliat, 2007).

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Defisit Perawatan Diri: Toileting

Isolasi Sosial

1.7 Pengkajian
a. Masalah Keperawatan
1.) Defisit Perawatan Diri
2.) Isolasi Sosial
3.) Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
b. Data yang perlu dikaji
1.) Data Subjektif
Klien mengatakan dirinya malas mandi
Klien mengatakan malas makan
Klien mengatakan tidak tahu cara membersihkan WC setelah
bab/bak
2.) Data Objektif
Ketidakmampuan mandi dan membersihkan diri ; kotor, berbau
Ketidakmampuan berpakaian; pakaian sembarangan
Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri : bab/bak
sembarangan
1.8 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri: Mandi
b. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian dab Berhias
c. Defisit Perawatan Diri: Makan
d. Defisit Perawatan Diri: BAB/BAK

1.9 Rencana Tindakan Keperawatan


a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1.) Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan
motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
a.) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan
tanda-tanda percaya pada perawat:
i.) Wajah cerah, tersenyum
ii.) Mau berkenalan
iii.) Ada kontak mata
iv.) Menerima kehadiran perawat
v.) Bersedia menceritakan perasaannya
b.) Intervensi
i.) Berikan salam setiap berinteraksi.
ii.) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tujuan perawat berkenalan.
iii.) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
iv.) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
v.) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi
klien.
vi.) Buat kontrak interaksi yang jelas.
vii.) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
viii.) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2.) Untuk Keluarga
a.) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan
memotivasi klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan
keluarga
b.) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri

1.) Untuk Klien


Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, dan
BAB/BAK
Intervensi:
a.) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara
mandiri
b.) Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berhias, makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
c.) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengawali masalah kurang perawatan diri
2.) Untuk Keluarga
a.) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan
diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga
kebersihan diri
b.) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan
memantau klien dalam merawat klien
c.) Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas
keberhasilan klien dalam merawat diri.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi


10. Jakarta: EGC.

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.


Jakarta : Depkes

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika, Yogyakarta.

Mubarak, Wahit iqbal & Nurul Chayatin. (2015). Ilmu keperawatan


Komunitas Konsep dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta: Salemba
Medika.

Mukhripah 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan,


Bandung : PT. Refika Aditama.

Herman,Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.Jakarta. EGC

Você também pode gostar