Você está na página 1de 22

Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan maternitas II

Disusun oleh Kelompok 2 :


1. Elsi Safitri (1711312020)
2. Fatimah Hanum (1711312038)
3. Putri Rahmadini (1711311016)
4. Fildzatil Arifa (1711313036)
5. Putri Mulyani (1711311034)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT karena dengan
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, manusia dapat mengembangkan
teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu dibutuhkan
kemampuan untuk belajar dan berfikir sehingga kami telah menyelesaikan tugas
anatomi fisiologi organ reproduksi wanita.
Penulisan diperoleh dari beberapa sumber tentang anatomi fisiologi organ
reproduksi wanita. Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai anatomi fisiologi organ reproduksi wanita. Kami
juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan sayai buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang lebih baik tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak
berkenan.
Padang, Januari 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2
2.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita ...................................... 2
2.1.1 Anatomi Organ Reproduksi Luar................................................2
2.1.2 Anatomi Organ Reproduksi Dalam.............................................4
2.2 Tulang Panggul ..................................................................................... 5
2.3 Proses Ovulasi dan Proses Menstruasi ...............................................12
BAB III PENUTUP ................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17
3.2 Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang
penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan
sesorang. Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.
Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan wanita.
Baik pria maupun wanita memiliki organ reproduksi yang terdiri dari dua bagian
berdasarkan letaknya, yaitu alat kelamin luar dan dalam.Fungsi sistem reproduksi
untuk menghasilkan keturunan. Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi
kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi manusia itu berhenti,
manusia tersebut masih bisa bertahan hidup. Contohnya manusia yang telah
sampai menopause. Perkembangan sistem reproduksi terdiri dari beberapa fase.
Pada remaja perkembangan sistem reproduksi pada wanita lebih berfokus pada
terjadinya menstruasi dan penumbuhan payudara. Sedangkan pada dewasa wanita
mampu untuk hamil dan terjadinya menopause.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi organ reproduksi luar?
1.2.2 Bagaimana anatomi fisiologi organ reproduksi dalam?
1.2.3 Bagaimana anatomi fisiologi tulang panggul?
1.2.4 Bagaimana proses ovulasi dan siklus menstruasi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi organ reproduksi luar
1.3.2 Untuk mengetahui anatomi fisiologi organ reproduksi dalam
1.3.3 Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang panggul
1.3.4 Untuk mengetahui proses ovulasi dan siklus menstruasi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita


2.1.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Luar
Anatomi system reproduksi pada genitalia wanita terbagi atas 2 yakni
genitalia eksternal dan internal (Guyton and Hall,2014).
1. Genitalia Eksternal

Gambar 1. Genitalia Eksternal Wanita


a. Mons Pubis
Merupakan bagian yang menunjol yang berapa di atas simfisis, dan area
yang ditumbuhi rambut halus pada wanita dewasa. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Vulva
Vulva merupakan struktur genitalia ekstrena, yang artinya penutup atau
pembungkus. Bagian yang berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan
sampai daerah belakang dan dibatasi oleh bagian depan klitoris dan kiri – kanan
oleh labia minora, bagian belakang perineum.
c. Klitoris
Merupakan organ yang mengandung saraf sensoris yang berbentuk kacang
hijau dan ditutupi oleh preputium klitoridis. Terdiri dari gland litoridis, korpus
klitoridis. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris

2
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
d. Labia Mayora
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah dan terisi
jaringan lemak.bagian bawah dan kebelakang labia mayora membentuk komissura
posterior. Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini
menutupi lubang masuk vagina, sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai
bantal saat melakukan hubungan seksual (Brunner and Suddarth.2010).
e. Labira Minoris
Merupakan dua lipatan kulit diantara labia mayora. Lipatan ini tidak
berambut tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjer keringat. Di
bagian atas klirotis, labia minora bertemu membentuk prepusium klirotis dan di
bagian bawahnya bertemu memebentuk frenulum klirotis. Labia ini mengelilingi
orifisium vagina permukaan internalnya biasanya saling bersentuhan, dengan
demikian akan menambah pengamanan pada lubang vagina.
f. Vestibula
Merupakan area yang dikelilingi oleh labia minora. Vestibula menutupi
mulut uretra, mulut vagina, dan ductus kelenjer bartolini.Kelenjer bartolini
merupakan kelenjar yang memproduksi sekresi mucus untuk membantu melumasi
orifisium vaginal saat eksitasi seksual.
g. Himen (selaput dara)
Merupakan selaput tipis yang berupa selaput lender yang menutupi lubang
vagini. Hymen berfungsi sebagai barrier tipis yang melindungi lubang masuk
vagina selama periode prepubertal. Lender yang dikeluarkan uterus dan darah saat
menstruasi bisa melewati organ hymen tersebut.
h. Perineum
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit terletak antara introiutus
vagina dan anus. Jaringan otot ini juga menopang rongga panggul dan menjaga
panggul tetap pada tempatnya.

3
2.1.2 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Dalam

2 Genitalia Internal

Gambar 2. Genitalia Internal Wanita


a. Ovarium
Merupakan satu-satunya organ yang berada di belakang peritoneum
(retroperitorial). Ovarium dilapisi oleh epitelium germinal, memiliki diameter
sebesar 3 cm. Ovarium ini menghasilkan ovum atau sel telur. Pada perempuan
dewasa, ovarium berkembang dan melepaskan sel telur (oogenesis) dan
menghasilkan hormon-hormon steroid yakni estrogen dan androgen.
b. Tuba Fallopi (Oviduk)
Merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus dan bermuara ke
dalam rongga uterus. Setiap tuba fallopi ditopang oleh infundibulum.
Infundibulum adalah ujung terbuka menyerupai corong (ostium) pada tuba uterin.
Pada bagian ini memiliki prosesus motil menyerupai fimbrae yang merentang di
permukaan ovarium (Brunner and Suddarth.2010).
c. Uterus
Secara struktur, uterus dibagi menjadi 2 bagian yaitu fundus dan serviks.
Dinding uterus terbagi atas 3 lapisan yaitu lapisan terluar (perimetrium), bagian
tengah (myometrium), lapisan dalam (endometrium). Pada lapisan dalam
endometrium terdiri dari lapisan epitelium, kelenjar dan jaringan ikat (stroma).
Endometrium di lepaskan selama menstruasi. Pada bagian terbawah dari korpus
terdapat os internl dari serviks. Kanalis servikalis merupakan penghubung antara

4
rongga korpus uteri, melalui os internal dan os eksternal dengan vagina (Brunner
and Suddarth.2010).

d. Vagina
Vagina dimulai dari serviks uteri sampai ke introitus pada vestibulum, yang
merupakan batas antara struktur genitalia interna dan eksterna. Organ ini
merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual dan berfungsi sebagai organ
kopulasi perempuan.
2.2 Anatomi Fisiologi Tulang Panggul
Tulang pelvis merupakan komposisi dari tiga buah tulang yakni dua tulang
kokse (coxae), tulang sacrum (sacrum), dan tulang koksigeus (coccygeus).

Tulang kokse terdiri dari tulang ilium, tulang pubis dan tulang iskium.
Tulang pubis terdiri dari ramus superior ossis dan ramus inferiorossis pubis.
Kedua rami tersebut dibatasi oleh foramen obturatorium. Tulang koksigeus
terbentuk dari tiga atau empat vertebre yang berangsur mengecil dari atas kearah
bawah (Kahle, 1997).

Tulang sacrum terletak diantara tulang ilium, dilihat dari atas tampak
bagian tengah adalah basis yang terbentuk karena hubungan permukaan diskus
inter vertebralis dengan vertebre lumbalis kelima. Bagian basis yang menonjol
kedalam disebut promontorium.

Tulang panggul wanita memiliki beberapa perbedaan dengan tulang


panggul pria. Pria memiliki tulang kerangka yang lebih kuat dan kekar, berbeda
dengan perempuan yang lebih ditujukan kepada pemenuhan fungsi reproduksi.
Pada wanita bentuk thorak bagian bawah lebih besar, panggul berbentuk ginekoid

5
dengan osiliaka lebih lebar dan cekung, promontorium kurang menonjol,
simphisis lebih pendek, lordosis lumbal lebih jelas, dan inklinasi pelvis lebih
besar (Wiknyosatro, 2002).

Tulang pelvis mempunyai empat buah sendi yakni dua sendi sakro iliaka
kanan dan kiri, sendi sakro koksigeus, dan sendi sakrolumbalis. Persendian
tersebut diperkuat oleh ligamen-ligamen. Ligament-ligamen ini saat kehamilan
menjadi lemah sehingga sendi menjadi tidak stabil terutama pada sendi sakro
iliaka mudah terjadi subluksasi, dan pada simfisis pubis sering terjadi
simfisiolisis.

Fisiologi Otot Dasar Panggul

Dasar panggul terdiri dari organ-organ pelvis diluar peritoneum, fasia


endopelvis, dan tiga lapisan grup otot yang terdiri dari otot diaphragma pelvis
yang merupakan bagian dari sekelompok otot yang dilapisi fascea yang menutup
pintu bawah panggul dan terletak pada lapisan yang terdalam, otot diaphragm
uroginetalis terletak pada lapisan tengah, dan lapisan terluar adalah otot-otot
sphingter rectum dan traktusuroginetalis.

1. Diafragma pelvis (lapisan terdalam)


Istilah otot dasar panggul (ODP) atau pelvic floor muscle atau
diafragma pelvis ditujukan pada sekelompok otot yang bekerja bersama
dan sebagai sekat yang memisahkan rongga pelvis dari anatomical
perineum, membentang dari rami pubis hingga ketulang koksigeus.
Diafragma pelvis terbentuk dari otot levator ani dan otot koksigeus
(Sapsford, 2006).
a. Otot levator ani
Otot levator ani terdiri dari tiga set otot yakni otot puborectalis,
pubokoksigeus, otot iliokoksigeus.

6
Otot Puborektalis ini yang melingkari anorectal bergabung dengan
spingter ani internal. Otot Puborektalis menarik bagian depan persimpangan
anorectal, kearah depan ,membantu penutupan anus. Puborektalis dengan pringter
ani eksternal bekerja dalam satu kesatuan.

Otot pubokoksigeus ini menyatu dengan otot dari sisi lain di belakang
anus membentuk ligament koksigeal dan melalui ligament ini melekat pada
koksik bagian depan. Saat berkontraksi otot pubokoksigeus cenderung menarik
koksik kearah depan dan mengangkat semua organ pelvis, menekan rectum dan
vagina. Bila otot pubokoksigeus berkontraksi secara keseluruhan akan menarik
ketiga outlet tersebut kearah depan sehingga mengkerutkan lumen organ pelvis, di
samping menyangga kandung kemih dan kandungan. Sifat kontraktil ini sangat
penting untuk memelihara kontinensia urin, kontinensia fecal, dan daya
mencengkeram vagina.

7
Kelemahan atau robekan otot pubovaginal dan penguluran saraf pudendal
yang terjadi saat proses kelahiran bias menyebabkan vagina turun kebawah,
prolabs organ pelvis dalam berbagai bentuk dan tingkatan kelemahan otot dasar
panggul misalnya prolaps uteri, systocele, urethrocele, atau rectocele dan akan
timbul masalah berkenaan dengan fungsi seksual karena otot tersebut sulit
mencengkeram dengan optimal (Pangkahila, 2005).

Otot iliokoksigeus melekat di dalam serabut anokoksigeus dan tepi luar


dari permukaan bawah koksik. Kontraksi otot iliokoksigeus cenderung menarik
koksik dari sisi kesisi atau bila berkontraksi bersama kosik bergerak kearah fleksi,
dan mengangkat rectum yang berada di levator plate. Levator plate adalah istilah
yang dipakai untuk menggabungkan lapisan pubokoksigeus dan lapisan
iliokoksigeus yang menyatu di belakang persimpangan anorectal dan masuk
kekoksik. Pada bagian depan otot dasar panggul membuka di antara dua
pubokoksigeus yang sering diistilahkan sebagai levator hiatus (Sapsford, 2006).

b. Diafragma uroginetale (lapisan tengah)


Merupakan lapisan muskulo membrane yang terletak superficial
dari diafragma pelvis, dibentuk oleh aponeurosis otot transfer susperi
neiprofondus dan otot transfer susperi neisuperfisialis (menyebar
diantara rami iskio pubis mengelilingi ductus uroginetalis), dan
spingter uretrovaginal. Berfungsi menekan uretra dan dinding depan
vagina, menyangga tubuh perineal dan introitus (Kisner, 2013).
c. Lapisan terluar dasar panggul
Lapisan terluar dasar panggul dibentuk oleh otot-otot bulbo
spongiosus iskhiokavernosus, bulbo cavernosus, dan transfersus
perinea superfisalis (Sapsford, 2006).
(1) Otot bulbospongiosus

Berasal dari badan perineal dan melingkari uretra. Otot


bulbospongious berinsertio menyilang pada badan klitoris.
Bulbospongious menutup saluran vagina.

8
(2) Otot ishiokhavernosus

Berasal dari tuberositas iskii, berinsersio pada permukaan


bawah dan sisi kiri dari klitoris. Gerakan kedua otot ini terhadap
klitoris memungkinkan terjadinya respon/ereksi seksual wanita.

(3) Otot bulbokavernosus

Berfungsi untuk mengecilkan introitus vagina, disamping


memperkuat fungsi otot springter uretre internus yang terdiri dari
otot polos.

(4) Otot transfersus pernel superfisialis

Berasal dari tuberositas iskhi dan melekat ke badan


perineal. Otot ini merupakan struktur fibromuskular yang berada
pada bagian tengah perineum, antara anus dan vagina. Merupakan
kerja otot superfisial yang kompleks dan mempunyai fungsi yang
efisien untuk mengkontribusi stabilitas dan menopang kana anal.
Serat-serat dari levator ani juga menyatu dengannya. Sapsford
(2006) menjelaska pula, bahwa otot springter urogenital terdiri dari
tiga bagian yakni:

a. Otot springter uretra mengitari uretra regio tengah, berjalan


melingkar ke arah psterior yang cenderung kurang
sempurna pada orang dewasa. Otot tersebut melekat pada
jarinngan fibrous yang disebut rhabdo springter.
b. Otot kompressor uretra terletak di atas dari otot springter
uretra, berasal dari ramiiskiopubis, berjalan ke arah tengah
depan melintasi arkus menyilang permukaan depan uretra
c. Otot springter uretrovagainalis, bercampur dengan
kompressor uretra bagian atas, berasal dari samping vagina
depn. Otot ini berjalan ke arah belakang melewati uretra
dan vagina dan berinsersi di belakang vagina ke dalam otot
yang berseberangan dan pada badan perineal.

9
Kontraksi ketiga otot tersebut untuk menekan, menarik masuk dan mengulur
uretra. Dua otot yang di bawah berfungsi menghentikan miksi voluntar. Pada
nulipara, rata-rata dibutuhkan waktu 1,96 detik untuk menghentikan laju urin
dalam slauran tengah tetapi pada multipara membutuhkan waktu lebih lama,
sekitar 4,4 detik.

Persarafan otot panggul

Otot dasar panggul merupakan otot skeletal yang berada dibawah kontrol
kesadaran (volunter) saraf motorik yang dapat dikontraksikan secara aktif
sehingga akan berespon terhadap suatu teknik latihan sama seperti otot skletal
lainnya. Otot dasar panggul mendapat persarafan dari saraf somatik pada
sarafsakral ke empat, saraf rektal inferior, dan saraf perineal cabang dari saraf
pudendal sakral. Persarafan vagina mendapat persarafan dari saraf simpatik dan
sarafpara simpatik yang berasal dari pleksus pelvis. Dan bagian bawah mendapat
persarafan dari saraf pudendal dan saraf illoinguinal.

Peredaran darah otot dasar panggul

Pada daerah vagina memiliki peredaran darah vena dan arteri. Vagina
mendapat suplai darah arteri dari cabang arteri uterin cervicovaginal. Arteri
vaginal cabang dari bagian anterior illiac interna. Reaktal tengah dan Pudendal
internal. Keempatnya merupakan anastomosis dari satu dengan yang lainnya dan
membentuk dua arteri azygos-anterior dan posterior. Sedangkan peredaran darah
vena melalui vena illaka interna dan vena pudendal interna.

Fungsi otot dasar panggul

Menurut Sapsford (2006), otot dasar panggul mempunyai banyak fungsi


diantaranya:

a. Menyangga organ pelvis dan isi abdomen terutama ketika berdiri tegak.
Diafragma pelvis/levator ani memegang peranan penting dalam
menyokong kandung kemih, kandungan, dan tiga lumen yakni uretra,
vagina dan rektum. Otot ini harus mampu berkontraksi secara volunter dan
cepatpada suatu wktu tetapi juga harus dapat mempertahankan tonus saat
istirahat secara berkelanjutan.
10
b. Mempertahankan tekanan intra abdominal. Saat otot levator ani
berkontraksi, vagina terangkat ke atas dan otot tersebut juga membantu
menahan gaya yang timbul setiap terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal pada kandung kemih misalnya saat batuk, bersin, tertawa keras
atau saat melompat.
c. Memelihara sudut anorektal. Sudut pertemuan antara rektum dan anus
sekitar 90 derajat dalam keadaan istirahat. Sudut ini berkurang saat otot
springter anal eksternal dan otot puborektalis berkontraksi untuk menunda
defekasi dalam waktu dekat karena situasi yang tidak tepat.
d. Menutup uretra. Kontraksi otot dasar panggul yang mendadak dan kuat
akan menutup uretra dengan cepat untuk menahan keluarnya urin. Selama
meningkatnya tekanan dalam perut, kontraksi otot dasar panggul akan
mengangkat leher kandung kemih ke dalam daerah tekanan perut.
e. Menyangga beban dari tulang punggung. Beban pada tubuh bagian atas
dalam posisi yang benar akan disalurkan pada tulang punggung jika
tekanan dalam perut kososng. Tekanan ststis dihasilkan dari silinder
trunk/otot yang keras dapat bergerak untuk menyangga bagian atas tubuh
dan dengan demikian mengurangi beban tulang punggung. Tekanan statis
ini dibentuk oleh otot transfersus abdominus, otot multifidus, diafragma
thorak, dan otot dasar panggul.
f. Stabilisasi pelvispinal. Otot iskiokoksigeus membantu menstabilkan sendi
sakroliaka dan sendi sakrokoksigeus.
g. Fungsi seksual. Otot-otot perineal superfisial yang berinsersi di sekitar
kaki dan badan klitoris mempengaruhi peredaa darah dari organ-organ
tersebut yang menghambat kembalinya darah balik, dan kemungkinan
mengkontribusi respon seksual. Pada pembahasan kekuatan otot dasar
panggul telah dinyatakan bahwa pencapaian orgasme secara nyata
berhubungan dengan kontraksi otot dasar panggul yang maksimum.

Kelemahan otot dasar panggul

Disfungsi otot dasar panggul merupakan masalah kesehatan wanita, dapat


menimbulkan berbagai gejala yang akan mengganggu kualitas hidup seperti

11
inkontinensia bowel, faecal, prolaps organ panggul dan disfungsi seksual.
(Santosa, 2008).

Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro
koksigis dan sendi pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi
panggulnya mulai melunak, sehingga rongga panggul menjadi lebih lebar.
Namun, saat persalinan dan sesudah persalinan hormon estrogen dan
progesteron dan relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga
panggul berkurang.

Kelemahan otot merupakan masalah yang sering terjadi, tetapi seringkali


memberikan arti yang berbeda kepada setiap penderitanya. Beberapa penderita
hanya merasakan lelah. Tetapi pada kelemahan otot yang sejati, meskipun
sudah berusaha sekuat tenaga, kekuatan yang normal tidak akan dicapai
(David, 2009).

Kelemahan otot dasar panggul bisa dilatih untuk meningkatkan


kekuatannya. Ada berbagai cara pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot
dasar panggul diantaranya dengan melakukan pelatihan kebugaran seksual
yakni melakukan latihan dengan kontraksi otot dasar panggul secara
berkelanjutan, tepat, dan benar (Pangkahila, 2008).

2.3 Proses Ovulasi dan Siklus Menstruasi


Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini terjadi setiap
bulan antara usia remaja sampai menopause (Hamilton, Persis Mary, 2008).
Siklus menstruasi terdiri atas aktifitas hormone ovarium dan kalenjer
hipofisis anterior, juga perubahan yang terjadi dalam ovarium dan uterus. Hal
yang perlu diingat pertama kali adalah hormone yang berperan didalamnya, yaitu
FSH dan LH dari kalenjer hipofisis anterior, estrogen dari folikel ovarium, dan
progesterone dari korpus luteum. Fluktuasi hormon-hormon tersebut berlangsung
yaitu : fase menstruasi, fase folikular, fase ovulasi dan fase luteal.

12
1. Fase menstruasi
Pada fase ini, lapisan dinding dalam rahim (endometrium) yang
mengandung darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir, akan luruh dan keluar
melalui vagina. Fase ini dimulai sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai dan
bisa berlangsung selama 4 sampai 6 hari. Pada fase ini, wanita biasanya akan
merasakan nyeri di perut bawah dan punggung karena rahim berkontraksi untuk
membantu meluruhkan endometrium. Lepasnya lapisan fungsional endometrium,
disebut menstruasi. Menstruasi berlangsung sekitar 2-8 hari dengan rata-rata 3-6
hari. Pada saai ini sekresi FSH meningkat dan beberapa folikel ovarium mulai
tumbuh.
2. Fase folikular
FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan mensekresi estrogen
oleh sel folikel. Sekresi LH juga meningkat, namun lebih lambat. FSH dan
estrogen memicu pertumbuhan dan kematangan ovum, dan estrogen merangsang
pertumbuhan pembuluh darah pada endometrium untuk regenerasi lapisan
fungsional.Fase ini berakhir dengan ovulasi, ketika peningkatan LH yang tajam
menyebabkan rupture folikel ovarium matang.

3. Fase ovulasi

Pada fase ovulasi, folikel yang diproduksi ovarium akan melepaskan sel
telur untuk dibuahi. Sel telur yang telah matang akan bergerak ke tuba fallopi dan
menempel di rahim. Sel telur ini hanya bertahan selama 24 jam. Jika tidak
dibuahi, sel telur akan mati. Namun jika sel telur bertemu dengan sperma dan
13
dibuahi, akan terjadi Fase ovulasi menandai masa subur wanita. Ovulasi biasanya
terjadi sekitar dua minggu sebelum siklus menstruasi berikutnya dimulai.

4. Fase luteal
Dibawah pengaruh LH, folikel yang rupture tesebut menjadi korpus luteum
dan mulai mensekresi progesterone. Progesterone merangsang lebih lanjut
pertumbuhan pembuluh darah pada lapisan fungsional endometrium dan memicu
penyimpanan zat makanan, seperti glikogen.
Saat sekresi progesterone meningkat, sekresi LH akan menurun, dan bila
ovum tidak dibuahi, sekresi progesterone juga mulai menurun. Tanpa
progesterone, endometrium tidak dapat dipertahankan dan mulai meluruh dalam
menstruasi. Sekresi FSH mulai meningkat (saat estrogen dan progesterone
menurun) dan siklus dimulai lagi.

Gambar 5. Siklus Gambaran Rata-Rata Menstruasi


Siklus 28 hari yang diperlihatkan pada gambar merupakan gambaran rata-
rata. Wanita dapat mengalami siklus yang berbeda, selama 23-35 hari. Selama
satu siklus menstruasi, maka pada ovarium, uterus, dan serviks terjadi perubahan-
perubahan sebgai berikut:

14
Hari pertama, mulai perdarahan menstruasi, lamanya kurang lebih 2 hingga
6 hari. Hari ke 5-14 merupakan fase foliker atau fase proliferasi, yaitu dimulai
setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Fase ini berguna
untuk menumbuhkan endometrium agar siap menerima ovum yang telah dibuahi,
sebgaia persiapan suatu kehamilan. Pada fase ini, di dalam ovarium terjadi
pematangan folikel.
Akibat pengaruh FSH, folikel tersebut akan menghasilkan estradiol dalam
jumlah besar. Mulut serviks kecil dan tertutup, getahnya dapat ditarik seperti
benang (Spinnbar-keit). Pembentukan estradiol akan terus meningkat sampai saat
akan terjadinya ovulasi (kira-kira hari ke 13). Setelah itu kadar estradiol turun lagi
dan pada fase sekresi meningkat lagi untuk kedua kalinya. Peningkatan kedua ini
membuktikan bahwa korpus luteum tidak hanya memproduksi progesterone,
melainkan juga estrogen. Hal ini penting diketahui untuk mengobati kasus-kasus
dengan insufisiensi korpus luteum.
Peningkatan estradiol ketika akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya
pengeluaran LH yang banyak (umpan balik positif dari estradiol). Puncak LH ini
akan memicu ovarium dan terjadilah ovulasi pada hari ke 14 (beragam). Dalam
waktu yang sama suhu basal badan ()SBB juga meningkat kira-kira 0,5oC. selama
ovulasi, getah serviks encer dan bening, dan mulut serviks sedikit terbuka, yang
memungkinkan masuknya spermatozoa.
Hari ke 14-28 (beragam) merupakan fase luteal atau fase sekresi, yang
memilki ciri khas, yaitu terbentuknya korpus luteum dan penebalan kalenjer
endometrium. Pengaruh progesterone terhadap endometrium paling kentara pada
hari ke 22, yaitu pada saat ovulasi seharusnya terjadi. Peningkatan progesterone
sesudah ovulasi akan menghambat sekresi FSH dari hipofisis, sehingga
pertumbuhan folikel selama fase luteal akan terhambat pula.
Bilamana tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesterone akan menghambat
FSH dan LH, sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat
pengaruh estradiol dan progesterone itu terjadi penyempitan pembuluh-pembuluh
darah endometrium yang berlanjut dengan iskemi, sehingga endometrium terlpeas
dan timbul menstruasi.

15
Gangguan siklus menstruasi:
a. Polimenorea
Siklus menstruasi lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21
hari,perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada menstruasi
normal.Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium
karenaperadangan, endometriosis, dan lai-lain.
b. Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari,dengan
perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus inikesehatan penderita tidak
terganggu dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya menstruasi selama minimal 3 bulanberturut-
turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dansekunder.Amenorea
primer ialah kondisi dimana seorang perempuanberumur 18 tahun atau lebih tidak
pernah menstruasi, umumnya dihubungkandengan kelainan-kelainan kongenital
dan genetik.Amenorea sekunderadalah kondisi dimana seorang pernah
mendapatkan menstruasi, tetapikemudian tidak mendapatkan menstruasi, biasanya
merujuk pada gangguangizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan
lain-lain. Amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masakehamilan, masa
laktasi, dan setelah menopause

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anatomi system reproduksi pada genitalia wanita terbagi atas 2 yakni
genitalia eksternal dan internal.Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Hal ini terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Siklus
menstruasi terdiri atas aktifitas hormone ovarium dan kalenjer hipofisis anterior,
juga perubahan yang terjadi dalam ovarium dan uterus. Hal yang perlu diingat
pertama kali adalah hormone yang berperan didalamnya, yaitu FSH dan LH dari
kalenjer hipofisis anterior, estrogen dari folikel ovarium, dan progesterone dari
korpus luteum.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai
penulis menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami
selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sari, yanti puspita. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas, serius : Perinatal

Fisiologis. Padang : Andalas Universitas Press

Brunner and Suddarth. 2010. Textbook of medical surgical nursing 10th


Edition.Master Skills
Guyton and Hall.2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12.Alih Bahasa
Ermita I. Singapore : Elsevier
Hamilton, Persis Mary. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Ed. 6.
Jakarta: EGC
Haryono.2011.Payudara. Dalam Sjamsuhidayat R. De Jong WD. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi ke-3. Jakarta:EGC
Wylie, Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisiologi Dalam Asuhan Maternitas.
Jakarta:EGC

18
19

Você também pode gostar