Você está na página 1de 11

Latar belakang

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana
mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah
dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban
kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-
pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada
di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang
dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia
sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah
satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi.
Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks
peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Pembahasan
Definisi
Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia, terlebih dahulu patut
kiranya kita memahami arti kebudayaan itu sendiri, kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang
bersankutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan
dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari
bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusiauntuk
mengolah dan mengubah alam. ada pula yang berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya
yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.
Definisi kebudayaan menurut para ahli, sebagai berikut:
1. Melville J. Herkovits
Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun
dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi
anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran.
2. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
3. E. B Taylor
Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat
istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
4. Andes Eppink
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur sosial, dan religius.
5. Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
memenuhi kehidupan manusia dengan cara belajar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan.
Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sbb:
1. Lingkungan Geografis
2. Induk Bangsa
3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Kebudayaan

Sifat-sifat dari kebudayaan


Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut :
1. Adaftif
Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat
adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada hal-
hal seperti kebutuhan fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan
lingkungan sosial.
2. Integratif
Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat-
sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan
saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan
mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.
3. Dinamis
Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus bergerak
mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika kehidupan sosial
budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitar,
penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku.

Keberagaman Budaya Indonesia


Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragaman budaya Indonesia
adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap
dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat
Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai
sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya
kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri
Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal
ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di pulau-
pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan
masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan budayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu.
Bias di katakana bahwa Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman
budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya kelompok
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional
hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keungulan di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan
yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan politik
masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
di rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia.
Labuhnya kapal-kapal portugis di banten pada abad pertengahan missal nya telah membuka
diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singungan-singungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya local di tengah-
tengah singgunagn antar peradaban itu.

Bukti sejarah

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan ,saling
mengisi, dan ataupun berjalan secara parallel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerjaan yang
berdiri sejalan secara parallel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat
terentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban
dapat berjalan parallel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan
berburu meramu yang jauh hidup terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut
dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa
konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu kepadakeanekaragaman kemlompok sukubangsasemata
namun kepada konteks kebudayaan. Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa
kurang lebih 700’an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok
masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka
potensi konflik yang di punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan=perbedaan yang ada
dalam masyarakat akan terjadi pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di
tengah-tengahmasyarakatdankeragamankebudayaan.

Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia

Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya Indonesia
sebagai berikut:

1. Latar Belakang Historis


Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunani (wilayah
Cina Bagian Selatan). Sebelum tiba di Nusantara mereka berhenti di berbagai tempat dan
menetap dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungkin hingga beberapa generasi.
Selama bermukim di tempat-tempat tersebut, mereka melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Mereka mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan-keterampilan khusus
sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaan pengalaman dan pengetahuan telah
menyebabkan timbulnya perbedaan suku bangsa dengan budaya yang beranekaragam di
Indonesia.
2. Perbedaan Kondisi Geografis
Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa dan
keberagaman budaya Indonesia. Hal itu berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi.
Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan, pertanian, kehutanan, dan
perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan
lingkungan geografis mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.
3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia. Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan
Arab di susul oleh bangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang
beranekaragam. Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling
cepat megalami perubahan. Karena dengan semakin banyaknya sarana dan
prasaranatransportasi, hubungan antar kelompok semakin intensif dan semakin sering
mereka melakukan pembauran Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai
umumnya tidak banyak terpengaruh budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang
dengan corak khas. Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak
kebudayaan yang cukup beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit
budaya Cina, Arab, dan India. Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang
datang/singgah di kota ini sehingga terjadinya pembauran kebudayaan.

Manfaat Keberagaman Budaya

Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara
Indonesia. Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita.
Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :

1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya
perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan
pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.

Masalah Yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya

Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki


keanekaragaman budaya. Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya tersebut membuat
masyarakat multikultural memiliki karakteristik umum sbb :

1. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.


2. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus.
3. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secara relatif
rigid dan murni.
4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki karakteristik


umum sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki sub-


kebudayaan yang satu sama lain berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar.
4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan
yang lainnya.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain. Keberagaman
merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan fenomena baru yang positif dan negatif (tidak
diinginkan). Namun jika keduanya kita telusuri dan kita kaji lebih jauh, merupakan
gejala-gejala yang wajar terjadi dalam masyarakat. Selain membawa manfaat,
keberagaman budaya pun memiliki dampak negatif dengan dasar berbeda-beda itu tidak
dapat bergaul satu sama lainnya. Potensi terpendam untuk terjadinya konflik karena
ketegangan antar suku bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik pada


masyarakat Indonesia sbb:

1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh: konflik Aceh
dan Papua.
2. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara
kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi di sambas.
3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap
warga suku bangsa lain. Contoh: konflik yang terjadi di sampit.
4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat. Contoh: konflik
antar suku di papua.
5. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik, sbb:
a. Konflik Rasial
Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap
individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh
perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang juga diperuncing oleh perbedaan
dan benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau karena jumlah ras tertentu lebih
banyak dari ras lainnya.
b. Konflik Antar Suku Bangsa
Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga perbedaan
adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian yang dikembangkan, sistem
kekerabatan yang dianut, dan penguasaan tekhnologi. Konflik ini terjadi terlebih jika
keduanya mengalami kemunduran dalam beberapa hal, misalnya dalam hal ekonomi
yang diikuti oleh kecurigaan-kecurigaan terhadap suku tertentu atas penguasaan
sumber-sumber ekonomi politik.
c. Konflik Antar Agama
Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan perbedaan-perbedaan,
baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan, hukum waris,
kesenian, dan atribut-atribut keagamaan lainnya. Jika para pemeluknya tidak
menghayati secara mendalam dan benar inti dari ajaran-ajaran yang terkandung
dalam agama-agama mereka, akan sangat potensial untk terjadinya konflik, bahkan
sampai pada tingkat konflik politik. Konflik seperti ini juga sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan jumlah penganut agama tertentu dalam suatu masyarakat.

Masyarakat Indonesia terdari dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu
pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda.
Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan lokal yang sangat beragam.

Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia


Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di Indonesia:
1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda
Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami propinsi Jawa Barat.
Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal sistem Parental, yaitu mengikuti garis
keturunan kedua orang tua, ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang dipakai adalah bahasa
Sunda. Bahasa ini mengenal tingkatan dari bahasa yang paling halus sampai kasar. Bahasa Sunda
berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang,
Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa sunda yang tidak halus berkembang di daerah
Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon. Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat
Badui do Banten Selatan disebut bahasa Sunda Buhun (Kuno). Masyarakat Sunda
memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik tradisional masyarakat Sunda adalah
angklung. Alat musik Sunda juga memiliki pertunjukan seperti reog, calung, wayang
golek,gendang pencak, dan sejumlah tarian-tarian seperti tari jaipong dan tari topeng.
Kesenian tradisional tersebut umumnya dipertunjukkan pada upacara selamatan
pernikahan, sunatan, meruwat rumah, dan syukuran.
2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger
Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mendiami wilayah
sekitar Pegunungan Bromo, Jawa Timur. Masyarakat mempunyai ciri khas yang dapat
dilihat dari dialek bahasa, upacara adat yang berdasarkan sistem kepercayaannya, serta
perilaku yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam kehidupan orang Tengger
mempunyai kebiasaan mengangkat orang luar menjadi warga baru atau sesepuh
masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini dilakukan melalui upacara wisuda yang
dipimpin oleh ketua adat atau kepala dukun. Sebagian masyarakat Tengger beragama
Hindu Mahayana. Setiap tahun, mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara
dalam rangka pengiriman kurban kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo.
Puncak upacara Kasodo berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan
dukun-dukun baru. Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk)
ke kawah Bromo. Acara ini mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung
hingga subuh menjelang matahari terbit.
3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak
Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi Pulau Sumatera. Suku bangsa
ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak yang mengadu nasib ke berbagai
daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun tersebar di berbagai daerah, suku bangsa
Batak dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan sekalipun tidak tinggal di kampung
halamannya. Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir
dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang memiliki
srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan tari-tarian. Tarian
tradisional yang cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari Sekar Sirih. Tari Mandula
adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen, sedangkan tari Sekar Sirih
adalah tarian menyambut tamu.
4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis
Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Sejak
dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa Pelaut, sehingga mereka juga tinggal di
daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah, seperti di Flores dan
Kalimantan, suku bangsa Bugis membentuk perkampungan sendiri. Pada naskah-naskah kuno
bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara Lontara. Setelah masuknya pengaruh Islam pada
abad ke-17, naskah-naskah kebanyakan ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut
aksara Serang. Kesenian msyarakat Bugis dapat dilihat dari bentuk arsitektur rumah dan
ukir-ukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat dilihat pada bentuk-bentuk
kerajinan rumah tangga seperti tenunan sarung yang sudah cukup dikenal luas di Indonesia serta seni
tarik suara dan tarian.
5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak
Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau Kalimantan. Masyarakat
Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan laki-laki dan
perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang sudah menikah akan tetap
tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga luas (ultralokal).
Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah dengan laki-laki suku
bangsa lain asalkan mereka mau tinggal bersama keluarga istrinya. Masyaraka Dayak
memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian, seni ukir, ataupun tenun. Alat musik
tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan
dengan cara dipikul berirama mengikuti tarian dan lagunya. Tarian-tarian masyarakat
Dayak antara lain tari Tambun, Balean Dades, dan Bungai. Tarian tersebut pada
umumnya dibawakan ketika upacara-upacara adat. Seni ukir dapat dilihat pada tiang-tiang
rumah yang diukir dengan tangan dan memiliki simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni
ukir masyarakt Dayak berupa patung-patung yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain
tenun yang terkenal terbuat dari bahan kapas dan kulit kayu.
6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio
Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores, NTT.
Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang disebut “SUKU”. Kelompok ini
dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk kepala suku yang
secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain berstatus sebagai “orang
tua”, ia juga sebagai “ahli waris”. Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian
tradisional. Dalam seni pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang
disebut Sao Ria. Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo yang
dikeramatkan sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun
tradisional dengan motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.
7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat
Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah pegunungan Papua Selatan. Suku
bangsa Asmat umumnya dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat Hulu. Suku bangsa
Asmat Hilir hidup di dataran rendah di sepanjang pantai yang masih diselimuti hutan dan
rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan
padang rumput yang cukup jelas. Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya
tinggal di rumah-rumah panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat
terdiri atas 10-15 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi
sebagai rumah keramat dan tempat upacara keagamaan. Masyarakat Asmat juga
mengenal pemimpin adat yang disebut aipem. Pemimpin adat biasanya orang-orang yang
pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam
membuat patung (wow-iptis) akan menjadi pemimpin para pembuat patung. Kesenian
masyarakat Asmat identik dengan kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan terutama
seni ukir patung, topeng, dan perisai.
8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau
Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat. Tersebar juga di beberapa
tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan masyarakat Minangkabau
diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat masyarakat yang mengatur alur
keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil adalah Paruik. Lawan
dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang menyatakan alur
keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di Indonesia sebagai
contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.
9. Kebudayaan Masyarakat Aceh
Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam bagian utara
pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan pulau-pulau lain yang
ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong. Setiap gampong terdiri atas
100-500 rumah.
10. Kebudayaan Masyarakat Jawa
Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari Kraton. Dimana kaum
bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum terpelajar (priyayi)
menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di desaan masyarakat kebanyakan yang
digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan tingkat kepala desa (petinggi) dibantu oleh
beberapa bawahannya, yaitu Carik : bertindak sebagai sekretaris desa Kamitua : bertindak
sebagai kepala dukuh/kampung Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang
menyampaikan segala hal terkait kebijakan kepala desa untuk menyampaikan kepada
masyarakatnya. Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan, dan
kematian.
11. Kebudayaan Masyarakat Bali
Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali Majapahit.
Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari kebudayaan
Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah pegunungan.
Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di daerah-daerah dataran
dan menjadi mayoritas Bali.
12. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar
Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi. Dalam
berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makasar menggunakan
bahasa Mangasara

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
yang merupakan puncak tertinggi dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan nasional
sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal dari jenis dan corak yang
beraneka ragam, namun hal itu bukanlah menjadi masalah karena dengan hal itulah bangsa
kita memiliki karakteristik tersendiri. Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan
bangsa kita, kita bisa melakukan banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-
seminar yang bernafaskan kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari
keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi keberagaman yang ada kita
harus bisa bercermin pada inti kebudayaan kita yang beragam itu karena pada dasarnya
segalanya bertolak pada ideology pancasila. Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman
budaya tentu perlu dikembangkan berbagai sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan
membangun benteng saling pengertian. Gagasan yang menarik untuk diangkat dalam konteks ini
adalah multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.
Saran
Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat
mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda beda.
Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan kesamaan yang
dimiliki oleh setiap budaya daerah.

Você também pode gostar