Você está na página 1de 8

JURNAL JURUSAN KEPERAWATAN, Volume , Nomor

Tahun 2014, Halaman


Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER


INFORMASI DENGAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM
PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS ROWOSARI,
SEMARANG

Tyas Utami Ernawati1), Agus Santoso2)


1) Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro (email : ns.yazz23@gmail.com)
2) Dosen Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Jurusan
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro (email :
agussantoso@undip.ac.id )

Abstract

Cervical cancer is a malignant tumors which grow in cervix area. Women die due to
cervical cancer in every two minutes in the developing country and every one hour in
Indonesian. Almost 85% of patients come to get treatment in the hospital at stage IIb and
IIIb. The impacts may occur such as impaired quality of life (phsycology, physical, and
sexual health), economic social impact, also may influence of women’s role in the family.
Prevention behavior of cervical cancer (primary and secondary) required to reduce the
incidence of cervical cancer. This research was descriptive study and collected data
using cross sectional with population are women who visited the Rowosari Health Center,
Semarang with sample are 88 respondents. The aim of this study is to know the
relationship between knowledge and behavior, between attitude and behavior, and
between information resource and prevention behavior of cervical cancer. Data is
collected by respondents fulfilled the questionnaires which is have been validity and
reliability test. Data is shown by frequency and cross table. Data were analyzed using chi
square test with p value 0,05. The result of this study showed that there are relationship
for variable of knowledge (p=0,015) and variable of attitude (p=0,000). While for
information source variable is has no relationship with behavior (p=0,532). This study can
be used as information for caregivers to improving health services especially health
promotion about cervical cancer and behaviors to prevent incidence of cervical cancer.

Keywords: Cervical Cancer, Knowledge, Attitude, Information Source, Behavior

Abstrak

Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di leher rahim perempuan.
Setiap dua menit di negara berkembang dan setiap satu jam nya di Indonesia perempuan
meninggal dunia karena penyakit tersebut. Hampir sebesar 85% pasien datang untuk
berobat sudah pada stadium IIb dan IIIb. Beberapa dampak yang mungkin terjadi pada
pasien kanker serviks diantaranya gangguan kualitas hidup (psikis, fisik, dan kesehatan
seksual), dampak sosial ekonomi, serta mempengaruhi peran perempuan dalam
kehidupan keluarga. Oleh karena itu perilaku pencegahan kanker serviks (primer maupun
sekunder) diperlukan untuk mengurangi kejadian kanker serviks. Penelitian ini adalah
deskriptif dengan pengumpulan data secara cross sectional, populasi perempuan yang
berkunjung ke Puskesmas Rowosari, Semarang dengan jumlah sampel 88 responden.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan perilaku, antara
sikap dengan perilaku, dan antara sumber informasi dengan perilaku pencegahan kanker
serviks. Data dikumpulkan dengan mengisi kuesioner demografi, pengetahuan, sikap,
dan perilaku yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Data ditampilkan dalam
bentuk tabel frekuensi dan tabel silang. Analisis data menggunakan uji Chi Square
denganp value 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan untuk variabel
pengetahuan dengan p value 0,015 (p value<0,05), dan variabel sikap dengan p value
0,000 (p value<0,05). Sedangkan untuk variabel sumber informasi tidak terdapat
hubungan dengan p value 0,532 (p value>0,05). Penelitian ini dapat dijadikan informasi
bagi puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan termasuk promosi kesehatan
mengenai kanker serviks dan perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker
serviks.

Kata Kunci: Kanker Serviks, Pengetahuan, Sikap, Sumber Informasi, Perilaku

PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit dimana sel-sel tubuh yang normal berubah
menjadi abnormal yang bermultiplikasi tanpa kontrol dan dapat menginvasi
jaringan sekitarnya(Nurwijaya, Andrijono, Suheimi, 2010).Kanker serviks
merupakan kanker primer dari serviks (kanalis servikalis dan/ atau porsio)
(Rasjidi, 2008).Data WHO/ ICO diketahui, setiap tahun jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 13.762 orang dengan kasus kematian mencapai 7.493
penderita setiap tahunnya (WHO/ICO,2010., Noviana, 2012).
Data mengenai insiden kematian karena penyakit kanker serviks menurut
WHO bahwa pada setiap dua menit perempuan meninggal dunia karena kanker
serviks di negara berkembang, serta setiap satu jam di Indonesia diperkirakan
satu perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut ((Nurwijaya,
Andrijono, Suheimi,2010., GAKSI, 2013)
Penyebab utama dari penyakit kanker serviks adalah Human Papillomavirus
tipe high risk dengan prosentase terbesar pada HPV tipe 16 dan tipe 18 (Ruth,
2009). Data menunjukkan hampir 85% dari seluruh pasien kanker serviks datang
untuk berobat dengan gejala yang sudah berat dan sudah berada pada stadium
IIb dan IIIb (Weena, et al, 2010., Anggraeni, 2013). Beberapa keadaan
perempuan yang dapat beresiko terserang kanker serviks adalah jumlah
kelahiran lebih dari 3 kali, melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya
pada usia di bawah 18 tahun, jumlah pasangan seksual yang banyak, kurangnya
perhatian terhadap kebersihan organ seksual, makanan yang dibakar atau
diasap, perokok, pengetahuan yang rendah mengenai kanker serviks, status
sosioekonomi yang rendah, pendapatan yang rendah, serta perempuan yang
tinggal di daerah pedesaan (Neriman, et al, 2013., Weena, et al, 2010).

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi non eksperimen.Populasi
dalam penelitian ini adalah perempuan yang berkunjung atau memeriksakan diri
di Puskesmas Rowosari, Semarang. Metode incidental sampling digunakan
untuk menentukan responden dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 88 responden.Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan sumber informasi. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan kanker serviks.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner demografi, Kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kanker
serviks dan cara pencegahannya. Lembar permohonan dan persetujuan menjadi
responden diberikan kepada calon responden. Data yang terkumpul kemudian
diolah dan diuji menggunakan uji statistik Chi square yaitu analisa untuk
mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantung.

Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n= 88)
Data Demografi Responden f %
Usia
Remaja (10-19 tahun) 1 1,1
Dewasa Muda (20-40 tahun) 76 86,4
Dewasa Penuh (41-60 tahun) 11 12,5
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2 2,3
SD 34 38,6
SMP 27 30,7
SMA 20 22,7
Akademi/ Perguruan Tinggi 5 5,7
Pekerjaan
PNS 1 1,1
Pegawai Swasta 2 2,3
Wiraswasta 13 14,8
Buruh 13 14,8
Ibu Rumah Tangga 57 64,8
Lainnya 2 2,3
Umur Pertama kali menikah
<18 tahun 22 25
18-25 tahun 45 73,9
26-30 tahun 1 1,1
Riwayat Jumlah Kehamilan
<3 61 69,3
3 21 23,9
>3 6 6,8
Mendapat Informasi Tentang Kanker Serviks
Ya 20 22,7
Tidak 68 77,3
Partisipasi pemeriksaan pap smear
Ya 2 2,3
Tidak 86 97,7
Partisipasi melakukan vaksin HPV
Ya 0 0
Tidak 88 100
Tabel1 menunjukkan bahwa sebesar 86,4 % (76 responden) berada pada
rentang usia dewasa muda (20-40 tahun), 38,6 % (34 responden) pendidikan
SD, 64,8 % (57 responden) sebagai ibu rumah tangga, 73,9 % (65 responden)
menikah pada rentang usia 18-25 tahun, 69,3% (61 responden) mempunyai
riwayat hamil <3 kali, 77,3% ( 68 responden) belum pernah mendapat informasi
tentang kanker serviks, 97,7% ( 86 responden) belum pernah berpartisipasi
dalam pemeriksaan pap smear, 100% (88 responden) belum pernah
berpartisipasi melakukan vaksin HPV.

Tabel 2. Distribusi frekuensi Pengetahuan (n=88)


No Pengetahuan Jumlah Prosentase
1 Baik 52 59,1%
2 Kurang 36 40,9%
Total 88 100 %
Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan
baik adalah sebesar 59,1% (52 responden).
Tabel 3.Distribusi frekuensi Sikap (n=88)
No Sikap Jumlah Prosentase
1 Mendukung 49 55,7
2 Tidak mendukung 39 44,3
Tabel 3.menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap
mendukung adalah sebesar 55,7% (49 responden).
Tabel 4. Distribusi frekuensi Perilaku (n=88)
No Perilaku Jumlah Prosentase
1 Positif 43 48,9
2 Negatif 45 51,1
Tabel 4.menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki perilaku positif
sebesar 48,9% (43 responden).
Tabel 5. Tabel silang pengetahuan dengan perilaku (n=88)
Variabel Variabel Perilaku Total χ2 P Value
Positif Negatif
Kategori Baik 31 21 52 5,881 0,015
Pengatahuan 72,1% 46,7% 59,1%
Kurang 12 24 36
27,9% 53,3% 40,9%
Total 43 45 88
48,9% 51,1% 100%
Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 88 responden, responden yang
mempunyai pengetahuan baik dan berperilaku positif sebesar 72,1% (31
responden), sedangkan hasil dengan pengetahuan kurang dan berperilaku
negatif yaitu sebesar 53,3% (24 responden). Hasil bahwa P value sebesar 0,015,
nilai tersebut lebih kecil jika dibanding dengan nilai α yaitu 0,05 (0,015<0,05).
Oleh karena itu, pada penelitian ini hipotesa diterima yang artinya ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku perempuan dalam pencegahan kanker
serviks.
Tabel 6. Tabel silang sikap dengan perilaku (n=88)
Variabel Variabel Perilaku Total χ2 P Value
Positif Negatif
Kategori Mendukung 33 16 49 15,117 0,000
Sikap 76,7% 35,6% 55,7%
Tidak 10 29 39
mendukung 23,3% 64,4% 44,3%
Total 43 45 88
48,9% 51,1% 100%
Tabel 6. menunjukkan bahwa dari 88 responden, responden yang
mempunyai sikap mendukung dan berperilaku positif sebesar 76,7% (33
responden), sedangkan hasil dengan sikap tidak mendukung dan berperilaku
negatif yaitu sebesar 64,4% (29 responden). Hasil bahwa P value sebesar0,000,
nilai tersebut lebih kecil jika dibanding dengan nilai α yaitu 0,05 (0,000<0,05).
Oleh karena itu, pada penelitian ini hipotesa diterima yang artinya ada hubungan
antara sikap dengan perilaku perempuan dalam pencegahan kanker serviks.
Tabel 7. Tabel silang sumber informasi dengan perilaku
Variabel Variabel Perilaku Total χ2 P Value
Positif Negatif
Kategori Ya 11 9 52 0,390 0,532
Sumber informasi 25,6% 20,0% 59,1%
Tidak 32 36 36
74,4% 80,0% 40,9%
Total 43 45 88
48,9% 51,1% 100%
Tabel 7. menunjukkan bahwa dari 88 responden, responden yang pernah
mendapatkan informasi dan berperilaku positif sebesar 25,6% (11 responden),
sedangkan hasil dengan responden yang tidak pernah mendapatkan informasi
dan berperilaku positif sebesar 74,4% (32 responden). Hasil bahwa P value
sebesar 0,532, nilai tersebut lebih besar jika dibanding dengan nilai α yaitu 0,05
(0,532>0,05). Oleh karena itu, pada penelitian ini hipotesa ditolak yang artinya
tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku perempuan dalam
pencegahan kanker serviks.

Pembahasan
Dalam penelitian ini sebagian besar responden berusia pada masa dewasa
muda (20-40 tahun) dimana menurut teori the health belief modelusia merupakan
salah satu faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi seseorang merasa dirinya
terancam terhadap suatu penyakit. Beberapa masalah kesehatan reproduksi
yang rentan terjadi pada masa dewasa muda adalah nyeri haid, kram haid, nyeri
pinggul saat berhubungan seks, hingga muncul gejala penyakit serius seperti
kanker serviks.Perjalanan penyakit kanker serviks membutuhkan waktu kurang
lebih 15 tahun dengan rata-rata rentang usiaperempuan yang menderita kanker
serviks adalah diatas 40 tahun (Satya, 2012). Oleh karena itu pencegahan
penyakit termasuk kanker serviks perlu dipromosikan termasuk pada perempuan
dewasa muda sesuai dengan salah satu hak reproduksi wanita dewasa yaitu
mendapatkan pelayanan dan penyuluhan tentang kanker serviks serta deteksi
dini kanker serviks (Marmi, 2013).
Sebagian besar responden berpendidikan terakhir sekolah dasar (SD)
sebesar 38,6% (34 responden). Sebuah penelitian menyampaikan sebagian
besar penderita kanker serviks didominasi oleh perempuan dengan tingkat
pendidikan terakhir sekolah dasar (Alvian, 2009).Perempuan dengan pendidikan
rendah memungkinkan mereka kurang peduli terhadap kesehatan, kurang
mengenal bahaya dan ancaman kesehatan yang mungkin terjadi, sehingga
meningkatkan resiko perempuan terpapar penyakit termasuk kanker serviks.
Sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga yaitu sebesar
64,8% (57 responden). Meskipun demikian responden yang pernah melakukan
pemeriksaan pap smear seluruhnya merupakan ibu rumah tangga. Menjadi ibu
rumah tangga ternyata tidak menurunkan keaktifan dalam mencari informasi
tentang kesehatan.Beberapa responden yang pernah mendapatkan informasi
tentang kanker serviks mengatakan mendapat informasi melalui televisi.
Responden yang mempunyai riwayat menikah pertama kali pada usia
dibawah 18 tahun sebesar 25% (22 responden).Menurut teoriperempuan yang
berhubungan seksual kurang dari 17 tahun mempunyai resiko kanker serviks
sebesar 3-4 kali lebih tinggi (Rajidi,2007; Taruli, 2009).Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa rata-rata usia ideal perempuan untuk menikah adalah
berkisar 19,9 tahun karena melihat usia tersebut ideal dalam kesiapan fisik,
ekonomi, sosial, mental, kejiwaan, agama, dan budaya (Irianto,2008).
Responden yang mempunyai riwayat kehamilan >3 kali sebesar 6,8% (6
responden). Jumlah kehamilan >3 kali menjadi salah satu resiko perempuan
terserang kanker serviks (Rasjidi, 2010).
Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks
sebesar 22,7% (20 responden). Media massa, peringatan dari dokter, tulisan
dalam surat kabar atau majalah, informasi dari orang lain merupakan bentuk
sumber informasi, dimana berdasarkan teori the health belief model sumber
informasi merupakan salah satu faktor cues to action dalam pencegahan
penyakit.
Responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebesar
97,7% (86 responden). Prediktor norma subjektif (keyakinan seseorang
mengenai apa yang orang lain inginkan agar diperbuat olehnya) mempengaruhi
intense perempuan dalam pemeriksaan pap smear (Adi, 2010). Selain itu
Seluruh responden 100% (88 responden) belum pernah melakukan imunisasi
vaksin HPV.
Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebesar 59,1%
(52 responden), mempunyai sikap mendukung sebesar 55,7% (49 responden),
serta sebagian besar berperilaku negatif sebesar 51,1% (45 responden).
Uji statistik hubungan antara pengetahuan dengan perilaku menghasilkan
nilai p value 0,015 (p value<0,05), sehingga ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku. Hasil ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa
pengetahuan mempunyai peran dalam membentuk sebuah perilaku, termasuk
berperilaku dalam pencegahan suatu penyakit (Marmi, 2013). Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 88 responden yang berpengetahuan baik dan berperilaku
positif dalam pencegahan kanker serviks sebesar 72,1% lebih besar
dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang dan berperilaku
negatif yaitu sebesar 53,3% (24 responden). Beberapa penelitian lain
mendukung hasil penelitian ini yang menunjukan ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku kesehatan (Lisza,2013; Emi, 2012; Yonatan,Tri,
2013).
Uji statistik hubungan antara sikap dengan perilaku menghasilkan nilai p
value 0,000 (p value<0,05), sehingga ada hubungan antara sikap dengan
perilaku. Hasil ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu
fungsi dari sikap adalah sebagai alat pengatur tingkah laku atau perilaku
(Rahayu, 2010).Sikap dapat bersifat positif dengan kecenderungan menyetujui
serta negatif dengan kecenderungan tidak setuju terhadap suatu objek tertentu
(Emi, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 76,7%
(33responden mempunyai sikap mendukung dan berperilaku positif terhadap
pencegahan kanker serviks serta 64,4% (29 responden) mempunyai sikap tidak
mendukung dan berperilaku negatif. Sebagian besar responden setuju terhadap
sikap positif dalam pencegahan kanker serviks dan tidak setuju terhadap sikap
negatif dalam pencegahan kanker serviks.
Hasil uji statistik hubungan antara sumber informasi dengan perilaku
menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya dengan nilai p value 0,532 (p
value>0,05). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sebagian besar responden
tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks namun berperilaku
positif sebesar 74,4% (32 responden) lebih besar daripada responden ayng
pernah mendapatkan informasi dan berperilaku positif terhadap pencegahan
kanker serviks yaitu sebesar 25,6% (11 responden). Hal tersebut terjadi
dikarenakan bahwa sumber informasi bukanlah faktor yang dominan dalam
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku, karena terdapat beberapa faktor
lain seperti norma sosial, agama, budaya, dan sosial ekonomi. Beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keterpaparan
informasi dengan perilaku kesehatan (Evarina, Rinawati, 2012; Hafni, 2006)

Kesimpulan dan Saran


Karakteristik berdasarkan rentang usia yaitu sebesar 86,4%berusia 20-40
tahun, 38,6% tingkat pendidikan SD, 64,8% sebagai ibu rumah tangga, 73,9%
pertama kali menikah pada usia 18-25 tahun, 69,3% mempunyai riwayat
kehamilan kurang dari tiga kali, 77,3% belum pernah mendapatkan informasi
tentang kanker serviks, 97,7% belum pernah melakukan pemeriksaan pap
smear, serta seluruh responden (100%) belum pernah melakukan vaksinasi
HPV. Hasil penelitian didapatkan responden mempunyai pengetahuan baik
sebesar 59,1% (52 responden), mempunyai sikap mendukung sebesar 55,7%
(49 responden) dan tidak pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks
sebesar 77,3% (68 responden) dengan perilaku positif sebesar 48,9% (43
responden). Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (p value =
0,015) dan sikap dengan perilaku (p value = 0,000) serta tidak ada hubungan
antara sumber informasi dengan perilaku(p value = 0,532).
Pelayanan kesehatan termasuk puskesmas diharapkan dapat meningkatkan
kegiatan pendidikan kesehatan baik kepada setiap perempuan maupun laki-laki
sebagai suami dan ayah mengenai kanker serviks, perilaku pencegahan kanker
serviks, serta deteksi dini kanker serviks. Pendidikan kesehatan yang diberikan
baik melalui pelayanan kesehatan, media elektronik maupun media massa akan
efektif untuk meningkatkan sikap positif dan membantu membentuk perilaku
positif perempuan dalam pencegahan kanker serviks.

Ucapan Terimakasih Kepada


Agus Santoso, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing.
Ns.Fatikhu YatuniAsmara, S.Kep.MSc selaku dosen penguji.
Ns. Sri Padma Sari, S.Kep. MNS selaku dosen penguji.
Ibu Cahyati dan Bapak Sukirman selaku orang tua.
Seluruh Staf Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Rowosari,Semarang.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Daftar Pustaka
Nurwijaya, H, Andrijono H.K, Suheimi. (2010).Cegah dan Deteksi Kanker
Serviks.Jakarta: Elex Media Komputindo.
Noviana, H. (2012). book: Human Papillomavirus dan Kanker Serviks. CDK-
189/vol.39 no.1, th. 2012, hal: 65-66.
Gerakan Anti Kanker Serviks Indonesia (GAKSI).(2013). Kanker Serviks
Mengancam Anda dan Keluarga Anda. Materi dalam Seminar Nasional
“Manajemen Pencegahan & Penatalaksanaan Kanker Serviks dari
Berbagai Perspektif”. Purwokerto: Unsoed
Dunleavey, Ruth. Cervical Cancer: 2009.A Guide for Nurses.Singapore: Markono
Print Media Pte Ltd.
Thiangtham, Weena, Trude Bennett, Khanitta Nuntaboot. (2010) Sexual Health
and Cervical Cancer Primary Prevention Among Thai Couples. Asia
Journal of Public Health, Vol.1. No.2.. 22-29.
Anggraeni, T. Dewi.(2013).Kanker Serviks&Vaksinasi HPV. Dalam Seminar
Nasional “Manajemen Pencegahan &Penatalaksanaan Kanker Serviks
dari Berbagai Perspektif”. Purwokerto: Unsoed.
Sogukpinar, Neriman, Birsen Karaca Saydam, Hafize Ozturk Can, et. al. (2013).
Assessment of Cervical Cancer Risk in Women Between 15 and 49 Years
of Age: Case of Izmir. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention.14.
2119-2125.
Marmi. (2013).Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;
Ni Ketut Martini. (2013). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Wanita
Pasangan Usia Subur Dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear Di
Puskesmas Sukawati Ii.
Rasjidi, Imam. (2008).Panduan Pelayanan Medik Model Interdisiplin
Penatalaksanaan. Jakarta: EGC;
Sinaga, Taruli Rohana. (2009).Determinan Kejadian Karsinoma Serviks Pada
Peserta Program Pencegahan Kanker Serviks “See And Treat” Metode
Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva): (Analisis Data Sekunder
Program Pencegahan Kanker Serviks “See And Treat” Indonesia Lokasi
Regional Medan Propinsi Sumatera Utara Periode Desember 2007-Juli
2008). Universitas Indonesia.
Adi, T. N. (2010). Wanita Dan Deteksi Dini Kanker Serviks (Studi Korelasi Antara
Sikap Dan Norma Subjektif Dengan Intense Wanita Dewasa Dalam
Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks). FISIP UNSOED.
Kurniasari, Lisza. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat
Pendidikan Dan Status Pekerjaan Dengan Motivasi Lansia Berkunjung Ke
Posyandu Lansia Di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten
Pekalongan. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Pekajangan
Badaryati,Emi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan
Dan Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi Slta Atau Sederajat Di
Kota Banjarbaru Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Diakses Pada 15 Juni 2014 Jam 14.30 Wib
Http://Lontar.Ui.Ac.Id/File?File=Digital/20319765-S-Pdf-
Emi%20badaryati.Pdf
Kristianto,Y, Tri S. (2013).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam
Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Umur 6-36 Bulan. Jurnal
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI. 6 No.1.
G,Rahayu.(2010).
Sikap.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/19500901198103
2-RAHAYU_GININTASASI/Sikap_[Compatibility_Mode].pdf.Diakses Pada
15 Juni 2014 Jam 17.01 Wib.
Sembiring, E. Rinawati. (2012). The Influence Of Predisposing, Enabling And
Reinforcing Factors Related To Sexually Transmitted DeseasePrevention
Efforts In Localization Warung Bebek Berdagai Serdang. Universitas Sari
Mutiara Indonesia.

Você também pode gostar