Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara seluas 7.133,51 Ha, terdiri dari luas lautan
6.979,4 Ha dan luas daratan 154,11 Ha. Daratan Jakarta Utara membentang dari barat ke
timur sepanjang kurang lebih 35 Km, menjorok ke darat antara 4-10 Km, dengan kurang
lebih 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Ketinggian dari permukaan laut antara 0-20
meter dari tempat tertentu ada yang dibawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri
dari rawa-rawa atau empang air payau. Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan
pantai beriklim panas, dengan suhu rata-rata 270C, curah hujan setiap tahun rata-rata 142,54
mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Daerah ini merupakan wilayah
pantai dan tempat bermuaranya Sembilan sungai dan dua banjir kanal sehingga
menyebabkan wilayah ini rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena pasang air laut.
Kecamatan Cilincing termasuk wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan luas
wilayah 39,6996 Km2 (sesuai dengan BPS 2004) dan dibagi menjadi tujuh kelurahan yaitu
Semper Timur, Semper Barat, Kalibaru, Sukapura, Rorotan, Marunda dan Cilincing.
Dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 84 RW dan Rukun Tetangga (RT) 1.742
RT.
1
Batas-batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut:
II
III
II
I
: Puskesmas Kelurahan
2
1.1.1.2 Keadaan Demografi
3
Tabel 1.2 Distribusi luas wilayah, KK, jumlah RW dan jumlah RT
Di Kecamatan Cilincing Tahun 2011
Luas
No Kelurahan Wilayah KK RW RT
(Km2)
1 Semper Timur 31,615 9.826 10 97
2 Semper Barat 15,907 13.706 17 245
3 Kalibaru 24,670 16.117 14 172
4 Sukapura 56,140 19.767 10 99
5 Rorotan 106,370 8.053 12 136
6 Marunda 79,169 5.519 9 76
7 Cilincing 83,125 12.155 10 136
Jumlah 396,996 85.102 82 958
Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Cilincing Tahun 2011
4
A. Data penduduk menurut umur
1. 0-4 31.796
2. 5-9 30.964
3. 10-14 30.109
4. 15-19 25.237
5. 20-24 24.344
6. 25-29 24.428
7. 30-34 17.558
8. 35-39 18.347
9. 40-44 10.124
Jumlah 257.801
5
B. Data Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan
1. Islam 181.537
2. Kristen 64.888
3. Budha 6.120
4. Hindu 5.256
Jumlah 257.801
Jumlah Kelurahan 7
Jumlah Puskesmas 10
Jumlah RW 82
Jumlah RT 958
Jumlah KK 85.102
Posyandu 179
6
Data Dasar Jumlah
A. Sosio Ekonomi
Wilayah Kecamatan Cilincing yang terletak disebelah Utara Kota Jakarta terdapat
wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN), diwilayah tersebut banyak terdapat industri
besar, sedang, dan kecil sebagai penompang dalam menambah Pendapatan Asli Daerah
khususnya Kota Jakarta dan sebagai penambah pendapatan devisa Indonesia, karena
kawasan tersebut adalah salah satu sentral produksi andalan dalam memacu perekonomian
Indonesia.
Sarana dan prasaran kesehatan yang yang ada saat ini banyak diminati oleh
masyarakat luas yang ada di wilayah Cilincing dan sekitarnya, hal ini terkait dengan lokasi
dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah Cilincing tetapi tidak berdomisili di
daerah tersebut. Agar semua dapat memperoleh kesempatan mendapat pelayanan
kesehatan yang merata dengan biaya terjangkau, maka pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
7
berkualitas, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, dan dapat
mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
C. Fasilitas Kesehatan
Juga terdapat fasilitas kesehatan yang didanai oleh perseorangan maupun Puskesmas
yang perduli terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Cilincing,
antara lain terdapat Rumah Sakit Islam Sukapura di Kelurahan Sukapura.
1. Semper Timur 0 1 8 24
2. Cilincing 0 2 2 23
3. Kalibaru 0 1 2 27
4. Semper barat 0 3 9 41
5. Sukapura 1 1 2 19
6. Rorotan 0 1 1 21
7. Marunda 0 1 1 24
Jumlah 1 10 25 179
8
1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dunia kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian wilayah
kecamatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi pembiayaannya
tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang
dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah
kesehatan di wilayahnya, kewenangan menetukan kegiatan yang termasuk public goods
atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
puskesmas.Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komphrensif yang meliputi promtif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitative (pemulihan kesehatan).Tidak sebatas
pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah sakit.Puskesmas merupakan salah
satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum.Seiring dengan
semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar
dalam sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan
menjadi paradigma sehat.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat
mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
9
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi
investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi
otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan
era desentralisasi.
10
I.1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
3. Kuratif ( pengobatan )
11
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosisal budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
12
Fungsi puskesmas terdiri dari 3 fungsi, yaitu sebagai pusat pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dan sebagai pusat pelayanan
keseharatan (Yankes) yang terdiri dari yankes perorangan dan masyarakat.
13
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah:
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang vital
sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan managerial dan wawasan
jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.Peran tersebut
ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui system
perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi serta system evaluasi
dan pemantauan yang akurat.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
14
puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan
kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing – masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku penduduk yang sehat
3. Cakupan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan
15
I.1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak )
4. KB ( Keluarga Berencana )
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
7. Pengobatan Dasar
16
No. Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
Pelayanan
4. Keluarga Berencana Cakupan MKET
Keluarga Berencana
5. Diare Cakupan kasus diare
ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus
malaria
Pemberantasan penyakit menular Cakupan
kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan
kasus
Angka penyembuhan
Distribusi vit A / Fe / Cakupan vit A / Fe /
cap yodium cap yodium
6. Gizi PSG % gizi kurang /
buruk, SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
7. Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.
17
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Mata
7. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
8. Upaya Pengobatan Akupuntur
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yaitu
upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama
dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari
Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan
wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta
peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan
pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan
tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai
penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan
kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di puskesmas
kecamatan Cilincing periode Januari - Desember 2011 adalah :
a. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
7. Upaya Pengobatan
18
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Akupuntur
19
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi :Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan :Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Jiwa :Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu.
20
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari
sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :
1) UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4) Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi
kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah,
kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh
azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas :
21
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis
(contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas
tidak mampu.
22
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan evaluasi
untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
23
1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cilincing
1.1.3.1 Sejarah
24
15 orang, dokter gigi 10 orang, spesialis mata satu orang, bidan 29 orang, paramedik 40
orang dan tenaga non paramedik 60 orang.
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cilincing tahun
2011 berjumlah 133 orang dengan perincian pada tabel 1.8.
25
Tabel 1.9 Alokasi Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan Cilincing Tahun 2011
Jumlah Tenaga
No. Puskesmas
Dokter Dokter Dokter Perawat Tenaga
Apoteker Bidan Perawat Jumlah
Spesialis Umum Gigi Gigi Umum
1. Kecamatan
2 5 3 2 6 9 1 20 48
Cilincing
2. Cilincing I 0 2 1 1 3 2 1 2 12
3. Cilincing II 0 1 0 0 2 3 1 0 7
4. Kalibaru 0 1 1 1 5 2 1 4 15
5. Semper
0 1 1 0 2 4 0 3 11
Barat I
6. Semper
0 1 0 0 0 3 2 0 6
Barat II
7. Semper
0 2 1 0 2 1 0 3 9
Barat III
8. Sukapura 0 1 1 0 3 2 1 2 10
9. Marunda 0 0 1 0 2 2 1 1 7
10. Rorotan 0 1 1 0 2 3 1 1 9
Jumlah 2 15 10 4 27 31 9 35 133
26
1.1.3.3 Sarana dan Prasarana
Puskesmas Kecamatan Cilincing memiliki fasilitas gedung terdiri dari :
1. Luas bangunan : 1500 m2
2. Luas tanah : 2915 m2
3. Daya listrik : 27.000 W
4. Air : PAM
5. Telepon : 2 unit
6. Fax : 1 unit
7. Komputer : 20 unit
8. Laptop : 4 unit
9. Printer : 13 unit
10. AC : 26 unit
11. Mobil Puskesmas keliling : 1
12. Mobil dinas :1
13. Motor : 10
14. Swing fog :4
15. Dental unit :3
16. Rontgen unit :1
17. Unit mata :2
27
3. Ruang UGD
4. Ruang USG
28
14. Gudang Arsip.
15. Gudang Promosi Kesehatan (Promkes).
16. Gudang KIA-KB.
17. Mushola.
18. Toilet.
29
1.1.4 Program Kesehatan Dasar Puskesmas Kecamatan CIlincing
1.1.4.1 Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Cilincing
Kesehatan lingkungan merupakan program dasar puskesmas atau yang di kenal
sebagai basic seven karena merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan
derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan mempunyai daya ungkit yang
tinggi terhadap penyelesaian masalah masalah kesehatan masyarakat dan masih juga
terdapat penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan, dengan demikian pengendalian
faktor lingkungan yang baik akan sangat berguna dalam upaya penurunan angka
kesakitan (morbidity rate) maupun menurunkan angka kematian (mortality rate) yang
berhubungan dengan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.
Tujuan kegiatan kesehatan lingkungan adalah menanggulangi dan menghilangkan
unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak
menjadi faktor penyakit yang menular di masyarakat. Untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan
Sasaran program kesehatan lingkungan antara lain :
1. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
Selain lingkungan fisiknya yang diperiksa, para pengelola makanan juga ikut
diperiksa kotorannya melalui rectal swab untk mengetahui adanya carrier
penyakit menular seperti kolera, thypus abdominalis, E. coli dan sebagainya
2. Penyehatan Makanan dan Minuman
3. Pemantauan air bersih dan air minum
4. Tempat-tempat umum
5. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
6. Pengendalian vektor dan binatang penganggu (PVBP) seperti kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
7. Pengelolaan limbah (limbah cair dan limbah padat)
30
Ruang lingkup kegiatan program kesehatan lingkungan adalah :
a. Memperbaiki sistem pembuangan kotoran manusia/ tinja
1. Penyuluhan kesehatan lingkungan tentang bagaimana memakai jamban
secara baik dan benar
2. Penyuluhan melalui demonstrasi perawatan jamban keluarga
b. Menyediakan air bersih
1. Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang air minum sehat
2. Menghindari pencemaran air melalui inspeksi terhadap sarana air bersih
c. Pembuangan sampah
1. Pembentukan jumilah (juru pemantau sampah)
2. Penyuluhan tentang pengelompokkan sampah yang tidak dapat didaur
ulang dan dapat didaur ulang
d. Pengawasan terhadap tempat-tempat umum
Dilakukan di perusahaan-perusahaan penghasil limbah cair, tempat pengolahan
dan penjualan makanan, tempat-tempat umum dan sanitasi perumahan.
31
1.1.4.2 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan
Cilincing Periode Januari – Desember 2011
1. Tempat Ibadah 70 62 88 8 12
2. Sekolah 61 51 83 10 17
3. Hotel 2 2 100 0 0
4. Pasar 1 1 100 0 0
5. Kaki Lima 24 20 83 4 17
6. Warteg / Rumah Makan 90 74 82 16 18
7. Fasilitas Olahraga 4 4 100 0 0
8. Salon Kecantikan 29 24 82 5 18
9. Industri Kecil 20 20 100 0 0
32
Dari Tabel 1.10 dapat diketahui Jumlah sarana TTU ( Tempat – Tempat Umum ) yang
memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai prosentase tertinggi adalah hotel dan pasar,
sebesar 100 %, tetapi hasil ini belum mewakili dikarenakan belum seluruh sarana terutama
pasar yang diperiksa dan dibina.
Tabel 1.11 :
Hasil Pembinaan TTU ( Tempat – Tempat Umum ) per Kelurahan
Puskesmas Kecamatan Cilincing
Tahun 2011
Jml.
NO. KELURAHAN MS % TMS %
Sarana
1. Semper Timur 40 36 90 4 10
2. Semper Barat 102 84 82.35 18 17.65
3. Cilincing 74 59 79.73 15 20.27
4. Kalibaru 40 34 85 6 15
5. Marunda 31 26 83.87 5 17.13
6. Sukapura 29 24 82.75 5 17.25
7. Rorotan 40 36 90 4 10
Dari Tabel 1.11 dapat diketahui Hasil pembinaan sarana TTU ( Tempat –
Tempat Umum ) yang memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai prosentase tertinggi
adalah sarana TTU yang berada di Kelurahan Semper Timur dan Rorotan sebesar 90 %,
Sementara prosentase terendah yang memenuhi syarat kesehatan berada di Kelurahan
Cilincing yaitu sebesar 79.73 %.
33
Grafik 1.
Hasil Pembinaan TTU ( Tempat – Tempat Umum )per Kelurahan
Puskesmas Kecamatan Cilincing
Tahun 2011
100 90 90
90 82.35 79.73 85 83.87 82.75
80
PROSENTASE
70
60 MS ( % )
50
40 TMS ( % )
30 17.65 20.27 17.13 17.25
15
20 10 10
10
0
ur ra
t
ng ar
u da ur
a
ta
n
Ti
m a ci l ib run p ro
r r B i lin Ka a ka Ro
m
pe
m
pe C M Su
Se Se
KELURAHAN
34
kebersihan dan penataan alat pengolah makanan, penyimpana makanan, dan
fasilitas sanitasi TPM.
d. Hasil
1. Jumlah TPM yang dikunjungi pada pembinaan TTU se-kecamatan
Cilincing sebesar 25,92% diatas target yaitu sebesar 20% dari jumlah
seluruh TTU se-kecamatan Cilincing
2. Jumlah sekolah yang dikunjungi petugas kesehatan dalam rangka
pembinaan TPM se-kecamatan Cilincing sebanyak 50 sekolah dimana lebih
dari target yaitu sebanyak 23 sekolah.
3. Jumlah hotel yang dikunjungi petugas kesehatan dalam rangka pembinaan
TPM se-kecamatan Cilincing sebanyak 0.
4. Jumlah restoran yang dikunjungi petugas kesehatan dalam rangka
pembinaan TPM se-kecamatan Cilincing sebanyak 20 restoran dimana lebih
dari target yaitu sebanyak 19 restoran.
5. Jumlah pasar yang dikunjungi petugas kesehatan dalam rangka pembinaan
TPM se-kecamatan Cilincing sebanyak 1 pasar dimana memenuhi target
100%.
35
Tabel 1.12 Pembinaan Tempat Pengolahan Makanan Se-Kecamatan Cilincing Periode Januari - Desember 2011
Jml Jumlah Target Jml Jumlah Target Jml Jumlah Target Jml Jumlah Target
Sukapura 26 10 4,2 5 0 4 2 4 0 0 0
166 36 59 1
Sumber : Laporan Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Cilincing Januari - Desember 2011
36
Kesimpulan :
37
Tabel 1.13 Hasil Pemeliharaan IPAL Puskesmas Kecamatan Cilincing Periode
Januari - Desember 2011
Semper
Timur 9 9 0 100% 7 5 2 71,4%
Kegiatan pemeliharaan IPAL kecamatan Cilincing tahun 2011 telah dilakukan dua kali
yaitu pada bulan April dan Agustus 2011. Pemeriksaan ketiga berlangsung pada bulan
November 2011.
e. Kesimpulan
38
4. Pengolahan limbah medis padat
a. Sasaran
b. Target kegiatan
c. Hasil Kegiatan
Pada tahun 2011, kegiatan pengolahan sampah medis padat sudah dilakukan
pada bulan Maret, Mei dan Agustus
Tabel 1.14 Hasil Kegiatan Pengolahan Sampah Medis Puskesmas Tahun 2011
d. Kegiatan
Dilakukan pemusnahan sampah medis padat dengan cara pembakaran
sampah dengan api sekali setiap 3 bulan.
39
e. Kesimpulan
Seluruh sampah medis padat di Puskesmas Kecamatan Cilincing berhasil
diolah pada kegiatan pengolahan sampah medis padat
40
3. Air yang ada tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.
4. Tidak terdapat endapan kotoran pada bak mandi
5. Lantai semen yang mengitari saranan dalam radius kurang dari 1 meter
6. Tidak ditemukan jentik di dalam bak mandi
7. Jamban terdapat dalam jarak 10 meter disekitarnya
8. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak kurang dari 10 meter di
sekitar sarana
d. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pengawasan hidran umum atau hidran perumahan dapat
disimpulkan bahwa 59 % keadaan hidran di wilayah kecamatan Cilincing
memiliki risiko pencemaran air yang rendah, 48% dengan risiko pencemaran
sedang, 8% dengan risiko pencemaran tinggi dan 2 % dengan risiko amat tinggi.
41
B. Pengawasan Depo Isi Ulang
Sehubungan dengan meningkatnya penyediaan depo Isi Ulang di kalangan
masyarakat, maka perlu dilaksanakan pemantauan dan pemeriksaan laboratorium
depo Isi Ulang yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan. Hal ini
bertujuan agar air yang digunakan oleh masyarakat dari air minum isi ulang tersebut
dapat terjamin kualitasnya sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang
memenuhi syarat.
a. Sasaran kegiatan
Depo Isi Ulang di wilayah kecamatan Cilincing.
b. Target
1. Pengawasan Depo Isi Ulang dengan dua kali survei lapangan per tahun.
2. Persentase Depo Air Isi Ulang memenuhi syarat 100%
c. Kegiatan:
Pengawasan Depo Isi Ulang pada delapan belas dan dua puluh lokasi Depo Isi
Ulang dengan dua kali survei lapangan. Parameter yang digunakan untuk memenuhi
syarat-syarat kualitas air minum yang diperiksa mengacu pada Keputusan mentri
kesehaatan RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 dan terakreditasi ISO/IEC 17025 :
2005 antara lain:
42
Tabel 1.16 Parameter Kualitas Air Minum di Kecamatan Cilincing
Jenis penguji Satuan Hasil penguji Standar yang Metode
dipersyaratkan
Coliform APM/100 ml <2 <2 SNI 19-2897-1992
Eschericia coli APM/100 ml <2 <2 SNI19-2897-1992
Sumber : Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Cilincing 2011
Tabel 1.17 Hasil dan Jumlah Daftar Pengusaha Depo Air Minum Isi Ulang
7 Rorotan 4 3 1 2
JUMLAH 50 39 5 34
a. Kesimpulan :
Dari hasil kegiatan pengawasan depo air minum isi ulang tahun 2011 depo air
minum isi ulang yang memenuhi syarat 87,2 % dari target 100%.
43
6. Pengendalian vektor penyakit
a. Kegiatan :
Pengendalian vektor Penyakit yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan
Cilincing adalah berupa kegiatan yang diarahkan kepada upaya :
a) Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD), dengan kegiatan berupa Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) di 7 tatanan.
b) Pelaksanaan program Non DPA-SKPD, dengan kegiatan berupa :
PSN-30 Menit (Pemeriksaan Jentik Berkala – 30 Menit) di tatanan
Pemukiman bersama Pihak Kelurahan setiap hari Jum’at.
b. Sasaran
Sasaran kegiatan diarahkan untuk Meningkatkan jumlah rumah / bangunan yang
bebas jentik aedes aegepty.
c. Indikator
Indikator pada kegiatan Pengendalian Vektor Penyakit ini adalah dengan Nilai
Persentasi angka bebas jentik (ABJ) di 7 tatanan ≥ 95 %.
d. Hasil kegiatan :
1. Hasil kegiatan pemantauan jentik berkala pada 7 tatanan di 7 Kelurahan sesuai
dengan DPA-SKPD tahun 2011 adalah berupa Data Angka Bebas Jentik (ABJ)
seperti tercantum dalam tabel dibawah ini :
44
Tabel 1.18 :
Tahun 2011
JENTIK
NO. TATANAN ABJ ( % )
+ -
1. PEMUKIMAN 375 1833 83.01
2. INSTITUSI PENDIDIKAN 20 52 72.20
3. INDUSTRI & 0 0 0
PERKANTORAN
4. TTU 47 168 78.13
5. TPM 7 50 87.71
6. FASILITAS OLAHRAGA 0 0 0
7. FASILITAS KESEHATAN 9 40 81.63
TOTAL 458 2143 81.63
Dari Tabel 1.18 dapat diketahui ABJ ( Angka Bebas Jentik ) tertinggi ada di tatanan
TPM ( Tempat Pengelolaan Makanan ), yaitu sebesar 87.71 %, dan ABJ terendah
ada di tatanan Institusi Pendidikan yaitu sebesar 72.20 %.Hasil ini masih belum
mencapai target yang diharapkan yakni sebesar ≥ 95 %, hal ini disebabkan karena
masih rendahnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjalankan PSN
dengan cara 3 M untuk memberantas jentik nyamuk Demam Berdarah.
45
Tabel 1.19 :
Tahun 2011
JENTIK
NO. KELURAHAN ABJ ( % )
+ -
1. Semper Timur 98 259 72.55
2. Cilincing 48 329 87.27
3. Semper Barat 66 579 89.77
4. Marunda 89 224 71.57
5. Kalibaru 80 238 74.84
6. Sukapura 46 233 83.51
7. Rorotan 31 281 90.06
TOTAL 458 2143 82.39
Dari Tabel 1.19 dapat diketahui ABJ ( Angka Bebas Jentik ) tertinggi ada di
kelurahan Rorotan yaitu sebesar 90.06 %, dan ABJ terendah ada di kelurahan
Marunda yaitu sebesar 71.57 %. Hasil ini masih belum mencapai target yang
diharapkan yakni sebesar ≥ 95 %, hal ini disebabkan karena masih rendahnya
kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjalankan PSN dengan cara 3 M
untuk memberantas jentik nyamuk Demam Berdarah.
46
Tabel 1.20 :
Tahun 2011
JENTIK
NO. BULAN ABJ ( % )
+ -
1. JANUARI 84 454 84,39
2. FEBRUARI 142 1.209 89,49
3. MARET 184 1.559 89,44
4. APRIL 537 11.463 95,53
5. MEI 323 7.333 95,78
6. JUNI 557 12.340 95,68
7. JULI 558 10.901 95,13
8. AGUSTUS 306 4.319 93,38
9. SEPTEMBER 252 2.403 90,51
10. OKTOBER 780 13.764 94,64
11. NOPEMBER 740 16.005 95,58
12. DESEMBER 212 1.732 89,09
TOTAL 4.675 83.482 94,70
Dari Tabel 1.20 dapat diketahui ABJ ( Angka Bebas Jentik ) tertinggi ada di
Bulan Mei yaitu sebesar 95,78 %, dan ABJ terendah ada di bulan Januari yaitu
sebesar 84,39 %. Hasil PSN setiap Jum’at ini sebenarnya dapat mewakili kondisi
wilayah tertentu, dilihat dari angka kasus DBD, walaupun pada kenyataannya di
lapangan, masih banyak jumantik yang tidak turun memeriksa jentik setiap jum’at.
47
1.1.4.3 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan
Cilincing Periode Januari - Februari 2012.
a. Kegiatan :
Pengendalian vektor Penyakit yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan
Cilincing adalah berupa kegiatan yang diarahkan kepada upaya :
c) Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD), dengan kegiatan berupa Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) di 7 tatanan.
d) Pelaksanaan program Non DPA-SKPD, dengan kegiatan berupa :
PSN-30 Menit (Pemeriksaan Jentik Berkala – 30 Menit) di tatanan
Pemukiman bersama Pihak Kelurahan setiap hari Jum’at.
b. Sasaran
Sasaran kegiatan diarahkan untuk Meningkatkan jumlah rumah / bangunan yang
bebas jentik aedes aegepty.
c. Indikator
Indikator pada kegiatan Pengendalian Vektor Penyakit ini adalah dengan Nilai
Persentasi angka bebas jentik (ABJ) di 7 tatanan ≥ 95 %.
d. Hasil kegiatan :
1. Hasil kegiatan pemantauan jentik berkala pada 7 tatanan di 7 Kelurahan periode
Januari – Februari tahun 2012 adalah berupa Data Angka Bebas Jentik (ABJ)
seperti tercantum dalam tabel dibawah ini :
48
49
50
1.2 Identifikasi Masalah
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan kesehatan lingkungan yang dievaluasi di
Puskesmas Kecamatan Cilincing Periode Januari – Februari 2012, maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Semper Timur sebesar 95,4 % .
2. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Cilincing 1 sebesar 85,6 %.
3. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan cilincing 2 sebesar 77,45 %.
4. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Semper Barat 1 sebesar 96,1 %.
5. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Semper Barat 2 sebesar 94,15 %.
6. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Semper Barat 3 sebesar 79,25 %.
7. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Marunda sebesar 81,95 %.
8. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Kalibaru sebesar 92,8 %.
9. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Sukapura sebesar 95,25 %.
10. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di puskesmas
kelurahan Rorotan sebesar 88,7 %.
51
1.3 Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program kesehatan lingkungan di
Puskesmas Kecamatan Cilincing maka terdapat satu program yang belum mencapai target
,kemudian dilakukan penghitungan dan pembandingan nilai kesenjangan antara apa yang
diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada
dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program kesehatan lingkungan di Puskesmas
Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut :
52
7. Cakupan Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di
puskesmas kelurahan Rorotan periode Januari – Februari 2012 sebesar 88,7
% di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 % dari jumlah bangunan rumah yang di
kunjungi pertatanan di puskesmas kelurahan Rorotan.
53