Você está na página 1de 30

PROPOSAL SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Kuantutatif Pada Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Program Studi Ekonomi Syariah Kelompok 11 Semester 6

Oleh

ANDI YULIANA MALIK


01. 15. 3250

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

WATAMPONE

2017
PENGARUH PROGRAM WAKAF TUNAI PERBANKAN SYARIAH
TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN ( STUDI PADA
BANK BNI SYARIAH CABANG BONE)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Jurusan Syariah

STAIN Watampone

Oleh:

ANDI YULIANA MALIK

NIM: 01153250

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

WATAMPONE

2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. ..............................................................................1

B. Rumusan Masalah dan Sub Masalah. ...........................................................3

C. Definisi Operasionl. .....................................................................................4

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian.................................................5

E. Tinjauan Pustaka. .........................................................................................5

F. Kerangka Pikir..............................................................................................7

G. Hipotesis. ......................................................................................................7

H. Metode Penelitian. ........................................................................................8

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Wakaf. ......................................................................................15

B. Pengertian Wakaf Tunai. ............................................................................16

C. Dasar Hukum Wakaf Tunai. ......................................................................17

D. Jenis Uang dalam Wakaf Tunai. ................................................................18

E. Wakaf Tunai sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan. ............................21

DAFTAR RUJUKAN. .........................................................................................26

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik wakaf di Indonesia sudah berlangsung sejak dahulu. Secara

historis, perkembangan wakaf di Indonesia sejalan dengan penyebaran Islam

ke berbagai pelosok nusantara, sehingga para ahli hukum memandang bahwa

tanah wakaf merupakan tanah adat karena manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat berlangsung secara turun temurun. Pada umumnya tanah wakaf

diperuntukkan untuk pembangunan masjid, jalan raya, pondok pesantren,

kuburan, bangunan sekolah, rumah sakit, rumah yatim piatu, pasar, dan lain-

lain. Walaupun secara empiris peran wakaf di Indonesia telah memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat, namun esksistensi wakaf

dewasa ini seringkali terhambat oleh minimnya dana untuk pemeliharaan dan

pengelolaan.1

Wakaf dikenal sebagai aset umat yang pemanfaatannya dapat dilakukan

sepanjang masa. Namun pengelolaan dan pendayagunaan harta wakaf secara

produktif di Indonesia masih ketinggalan jika dibandingkan dengan negara

Islam lainnya. Beberapa hasil penelitian tentang wakaf menunjukkan bahwa

banyak negara yang semula wakafnya kurang berfungsi bagi perekonomian

umat karena tidak dikelola dengan manajemen yang baik. Namun dengan

adanya regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah, barulah aset wakaf tersebut

mampu dikelola secara produktif dan berkelanjutan.2

1
Mukhtar Lutfi, Manajemen Wakaf: Upaya Progresif dan Inovatif bagi Kesejahteraan
Umat (Cet.I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h.88-99.
2
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif (Cet.I; Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2015),
h. 3.

1
2

Tertinggalnya Indonesia dari negara-negara Islam lainnya dalam

pengembangan wakaf produktif terjadi karena studi perwakafan di Indonesia

masih terbatas pada pemahaman fikih semata dan belum menyentuh pada

ranah wakaf produktif. Selama ini distribusi aset wakaf di Indonesia

cenderung lebih mengarah pada kegiatan ibadah dan kurang mengarah pada

pemberdayaan ekonomi umat.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Direktorat Pemberdayaan

Wakaf Kementerian Agama RI tahun 2016 terhadap pemanfaatan tanah

wakaf yang ada di Indonesia, bahwa mayoritas tanah wakaf sebesar 74%

dalam bentuk masjid dan musala, 13% untuk lembaga pendidikan, 5% untuk

tanah pekuburan, dan 8%untuk sosial dan lainnya.3Dilihat dari luas lahan

yang digunakan pada bangunan masjid ternyata pemanfaatannya tidak

menghabiskan seluruh lahan, sebab tanah kosong yang berada di pekarangan

masjid masih bisa di manfaatkan untuk model wakaf produktif berbasis

masjid.4

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI mengungkap

data, bahwa luas tanah wakaf di tanah air pada tahun 2016 sebesar 44.437,61

Ha yang tersebar di 283.161 lokasi di seluruh wilayah Indonesia.5Semestinya

lahan wakaf tersebut telah digarap dan menghasilkan produk yang bernilai

ekonomis, namun kenyataannya lahan tersebut belum dapat dimanfaatkan

secara optimal, bahkan banyak lahan yang terbengkalai dan tidak berdampak

pada kesejahteraan masyarakat. Tidak seperti yang dilakukan di Mesir sejak

tahun 1971, pengelolaan wakaf di negeri Pyramid tersebut sudah mengalami

3
Badan Wakaf Indonesia, Data Tanah Wakaf Seluruh Indonesia, Situs Resmi BWI.
http://siwak.kemenag.go.id/index.php (10Juni 2017).
4
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, h .4.
5
Badan Wakaf Indonesia, Data Tanah Wakaf Seluruh Indonesia, Situs Resmi BWI.
http://siwak.kemenag.go.id/index.php (10 Juni 2017).
3

kemajuan dan mengarah kepada pemberdayaan ekonomi. Pihak Naẓir

melakukan kerja sama dengan Bank Islam, pengusaha, dan developer untuk

mendirikan lembaga-lembaga perekonomian yang bersifat produktif.6

Indonesia telah menerapkan wakaf tunai dengan payung hukum tentang

wakaf benda bergerak yaitu, UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan

Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Pelaksanaan UU No. 41 Tahun

2004. Di dalam UU tersebut wakif (orang yang mewakafkan) dapat

mewakafkan uang yang dibayarkan melalui lembaga keuangan syariah yang

sudah ditunjuk oleh Menteri.

Pembayaran wakaf tunai bersifat fleksibel, karena tidak menunggu kaya

dan memiliki tanah yang luas untuk bisa membayar wakaf. Wakaf tunai juga

memiliki keunggulan lain yang menjadikan wakaf tunai sebagai alternatif

pemabayaran wakaf yaitu asset wakaf yang berupa tanah kosong bisa

dimanfaatkan untuk pembangunan gedung atau dijadikan lahan pertanian.

Dalam bidang pendidikan wakaf tunai juga dapat disalurkan untuk gaji

pegawai dan untuk perbaikan infrastruktur. (Hasan,2009).

Oleh karena itu berdasarkan uraian sebelumnya, penulis ingin meneliti

lebih lanjut tentang pengaruh program wakaf tunai terhadap pengentasan

kemiskinan dengan studi pada BNI Syariah Cabang Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan wakaf tunai di perbankan syariah?

2. Bagaimana pengaruh program wakaf tunai perbankan syariah terhadap

pengentasan kemiskinan?

6
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, h. 238.
4

C. Definisi Operasional

Sebelum membahas lebih lanjut, untuk menghindari kekeliruan dalam

memahami makna yang terkandung dalam skripsi ini, penulis merasa perlu

untuk memberikan pengertian kata yang terdapat pada judul skripsi.

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Wakaf tunai adalah wakaf berupa uang tunai yang diinvestasikan ke

dalam sektor-sektor ekonomi yang menguntungkan dengan ketentuan

prosentase tertentu digunakan untuk pelayanan sosial.7

Menurut KBBI, pengentasan adalah proses atau cara memperbaiki

(menjadikan, mengangkat) nasib atau keadaan yang kurang baik kepada yang

(lebih) baik.

Menurut Esmara, kemiskinan adalah keterbatasan yang disandang oleh

seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara

yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya

penegakan hukum dan keadilan, terancamnya bargaining (posisi tawar)

dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi serta suramnya masa depan

bangsa dan negara. Kemiskinan terkait dengan ketidaknyamanan dalam

hidup, artinya bahwa orang yang miskin itu hidupnya hampir selalu dan

sering tidak nyaman. Dalam segala bidang mereka selalu menjadi kaum

tersingkir karena mereka tidak dapat menyamakan kondisi mereka dengan

kondisi masyarakat sekelilingnya.8

7
Abu bakar dan Bamualim, Chaider S., Filantropi Islam & Keadilan Sosial (Jakarta: CSRC
UIN Jakarta, 2006), h. 78.
8
Suwandi, Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya terhadap Pertumbuhn Ekonomi,
Penyerapan Tenaga Kerja, Kemiskinan, dan Kesejahteraan di Kabupaten/Kota Induk Provinsi
Papua (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.81.
5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok masalah yang diangkat

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pengelolaan wakaf tunai di perbankan syariah

2. Untuk mengetahui pengaruh program wakaf tunai perbankan syariah

terhadap pengentasan kemiskinan.

Kegunaan penelitian ini ada secara teori dan praktis. Adapun kegunaan

tersebut yakni sebagai berikut:

1. Secara teoritis yaitu sebagai pengembangan keilmuan dan sebagai

panduan bagi nasabah ntuk mngetahui cara pengelolaan wakaf tunai di

perbanka syariah.

2. Secara praktisi yaitu sebagai bahan kebijakan perbankan syariah

melaksanakan program wakaf tunai menurut syara’ untuk mengentaskan

kemiskinan.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu adalah sebuah acuan mengenai yang pernah

dilakukan, dan memberikan informasi hasil penelitian yang telah diamati.

Pentingnya penelitian terdahulu dimaksudkan sebagai hasil perbandingan

dengan penelitian terdahulu dimkasudkan sebagai hasil perbandingan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian-penelitian

terdahulu.

a. Dr. Uswatun Hasanah, dalam disrtasinya yang berjudul Peranan Wakaf

dalam Mewujudkan Ksejahteraan Sosial ( StudyKasus Pengelolaan

Wakaf di Jakarta Selatan). Dalam disertsinya, ia membahas tentang

pengelolaan wakaf yang ada di Jakarta Selatan dan keberhasilan wakaf

dalam mewujudkan kesejahteraan sosial ditinjau dari hukum Islam.


6

b. Donny Afandi Firdaus, dalam tesisnya yang berjudul Pemanfaatan

Wakaf Tunai Untuk Kebutuhan Hidup Keluarga Miskin di Dompet

Dhuafa Bandung. Dalam tesisnya, ia membahas tentang pemanfaatan

wakaf tunai di Dompet Dhuafa Bandung dan penyeleksianya terhadap

orang yang berhak menerima manfaat wakaf tunai tersebut.9

c. Buku karya Edwin Nasution and Uswatun Hasanah (2005), Wakaf Tunai,

Inovasi Finansial Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan

Kesejahteraan Ummat telah menelaah wakaf tunai dalam perspektif

ekonomi Islam.10 Buku ini telah memberikan gambaran umum mengenai

kemungkinan-kemungkinan melakukan inovasi di bidang lembaga

keuangan Islam yang dapat mendorong peningkatan kapasitas lembaga

filantropi dalam memperluas cakupan kegiatan sosial dan ekonominya.

d. Rozalinda dalam penelitiannya yang berjudul Filantropi Islam di

Indonesia : Studi tentang Prospek Wakaf Uang dan Pemberdayaan

Ekonomi Umat Penelitian ini difokuskan pada upaya pengembangan

wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa

Republika.

Berdasarkan uraian di atas bahwa penelitian yang akan dilakukan

berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini lebih mengarah kepada

pengaruh pogram wakaf tunai perbankan syariah terhadap pengentasan

kemiskinan. Adapun lokasi penelitian yaitu pada Bank BRI Syariah Cabang

Bone.

9
Donny Afandi Firdaus, Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk Kebutuhan Hidup Keluarga
Miskin di Dompet Dhuafa Bandung, Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
10
Mustafa Edwin Nasution and Uswatun Hasanah (eds.), Wakaf Tunai, Inovasi Finansial
Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Ummat (Jakarta: PKTTI-UI,
2005), 51-78.
7

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada uraian terdahulu,

maka pada bagian ini diuraikan kerangka berpikir yang dijadikan penulis

sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun kerangka

berpikir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Waqif Bank Nadzir


Syariah

Mengelola Mendistribusikan

Pengentasan
Kemiskinan

Berdasarkan bagan kerangka pikir diatas, maka dapat di gambarkan

bahwa program wakaf tunai yang dilakukan oleh perbankan syariah

berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan.

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat dihipotesiskan sebagai

berikut:

1. Ho= Program wakaf tunai perbankan syariah berpengaruh secara

signifikan terhadap pengentasan kemiskinan.

2. Ha= Program wakaf tunai perbankan syariah tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pengentasan kemiskinan.


8

H. Metode Peneliitian

1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research)

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan metode statistik. Sedangkan, desain penelitian yang akan

diterapkan adalah desain penelitian regresi sederhana, yaitu hubungan

linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan.11 Desain penelitian ini

berfungsi sebagai arah dan pedoman bagi peneliti mengenai apa yang

harus dilakukan dilapangan, data apa yang harus dikumpulkan,

bagaimana cara menganalisis data dan terakhir, desain penelitian akan

menentukan hasil apa yang harus dicapai setelah menyelesaikan proses

penelitian.12

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.13

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang memiliki karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan

11
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Cet. 1,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 104
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Skunder
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.132
13
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011), h. 61.
9

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.14 Berdasarkan uraian

di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi pada penelitian ini

adalah seluruh nasabah Bank BRI Syariah Cabang Bone.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulan akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representatif (mewakili).15

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel dalam penelitian, terdapat teknik sampling yang

digunakan adalah probability sampling.16

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple

random sampling.17

Adapun metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling, dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. 18

14
Husein Umar, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Skunder
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 95.
15
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011),, h. 62.
16
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011),, h. 62.
17
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011), h. 63.
18
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011), h. 64.
10

3. Data dan Instrumen Penelitian

Sumber data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode

kuesioner, observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur langkah

demi langkah. Metode ini digunakan untuk menggali data primer dan

data sekunder penelitian. Data primer dikumpulkan dengan pengambilan

data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari lapangan, misalnya

lewat orang lain, atau lewat dokumen. Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode observasi dan dokumentasi. Metode

ini diterapkan untuk mengungkap informasi secara mendalam mengenai

pengaruh proam wakaf tunai perbankan syariah terhadap

pengentasankemiskinan yang diperoleh dari data yang telah diolah oleh

pihak lain atau dari kepustakaan.

Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, instumen yang

digunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh seorang

peneliti baik secara lansung maupun tidak langsung terhadap suatu

objek yang diteliti dengan menggunakan instrument yang berupa

pedoman penelitian dalam bentuk lembaran pengamatan atau

lainnya.19 Observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan

mengenai pengaruh/variabel gaya hidup tehadap inflasi.

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan atau menyebarkan seperangkat daftar pernyataan atau

19
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatf, (Cet. 1, Jakarta:
Rajawali Pers, 2008), h. 150
11

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. 20 Instrument

ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa

pernyataan atau pernyataan yang diberikan kepada responden

dengan skala likert. Skala likert disini diartikan sebagai skala ynang

dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

tentang fenomena sosial terhadap sesuatu.21 Adapun angket yang

digunakan adalah angket tertutup dengan menyediakan dua

jawaban yaitu ya dan tidak.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Irawan, sebagaimana yang dikutip

oleh Sukandarrumidi dalam bukunya, ialah teknik pengumpulan

data yang ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat

berupa catatan, buku, laporan kerja, arsip-arsip laporan keuangan,

gambar, foto, video dan lain sebagainya.22

4. Variabel Penelitian

Variabel didefinisikan sebagai “something that may vary or differ.”

Definisi lain yang lebih detail mengatakan bahwa variabel “is simply

symbol or a coceppt that can assume any one of a set of values”.23

Sedangkan menurut Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah

konstruk (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh

misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis

kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain.24

20
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Cet. 10, Bandung: CV. Alfabeta, 2007), h. 135
21
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Cet. 10, Bandung: CV. Alfabeta, 2007),h. 86-87
22
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Cet. 4 ; Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2012), h. 100-101.
23
Umi Narimawati, Teknik-Teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi, (Cet. I;
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 40.
24
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011), h. 3.
12

Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yaitu:25

a. Variabel independen, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya

atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dari

penelitian ini adalah Program Wakaf Tunai Perbankan Syariah(X)

b. Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dependen dari penelitian ini adalah

Pengentasan Kemiskinan (Y)

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang akan digunakan adalah deskripsi persentase,

uji validitas dan reabilitas, uji prasyarat analisis regresi dan regresi liner

sederhana, Selengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi Persentase

Alat analisis ini berfungsi untuk mendiskriptifkan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.26

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan alat

analisis ini:

1) Mengumpulkan angket dan memeriksa kelengkapannya.

2) Memasukkan skor

3) Membuat tabulasi data

4) Masukkan data ke dalam rumus, yaitu :

𝑛
% = x 100 %
𝑁
25
Husein Umar., Teknik-Teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi, (Cet. I;
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 81-82.
26
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Ed. 1.
Cet. II; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), h. 208-215.
13

Keterangan :

P : Persentase

n : Jumlah skor yang diperoleh dari data

N : Jumlah responden

100 % : Bilangan tetap

b. Uji Prasyarat Analisis Regresi

Dalam analisis regresi terdapat uji prasyarat yang harus

dipenuhi agar analisis tersebut merupakan yang terbaik dan tidak

biasa. Uji prasyarat tersebut, yaitu:27 (1) Uji Normalitas digunakan

untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau

tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala

ordinal, interval, ataupun rasio. (2) Uji Linearitas garis regresi

bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. (3) Uji

Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya

hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.

c. Regresi Linear Sederhana

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

ataupun kausal satu variabel independen dengan satu varibel

dependen.28

Analisis regresi yang akan digunakan adalah analisis regresi

linear sederhana dan dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh

proram wakaf tunai terhadap pengentasan kemiskinan.

27
Duwi Priyanto, Mandiri Belajar SPSS, (Cet. II; Yogyakarta: Mediakom, 2008), h. 28-39.
28
Sugiyono, Statiska untuk Penelitian, (Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta. 2011), h. 261.
14

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (X)

adalah program wakaf tunai perbankan syariah. Dan yang menjadi

variabel dependen (Y) adalah pengentasan kemiskinan. Oleh karena

itu, maka persamaan regresi linear sederhana yang akan digunakan

untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap inflasi tersebut

adalah sebagai berikut:

Y’ = a + bX

Dimana:

Y’= Pengentasan kemiskinan

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Program wakaf tunai


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Wakaf

Dalam peristilahan shara’ secara umum, wakaf adalah sejenis

pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan)

asal (tahbis al asli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Maksud dari

tahbis al asli ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak

diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya,

sedangkan cara pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai dengan

kehendak waqif tanpa imbalan.29 Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad bin

Hambal bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari

kepemilikian waqif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Waqif tidak

boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti perlakuan

pemilik dengan cara memindahkan kepemilikannya kepada yang lain, baik

dengan tukar menukar atau tidak. Jika waqif wafat, harta yang diwakafkan

tersebut tidak dapat diwariskan.30

Wakaf didefinisikan sebagai perbuatan hukum waqif untuk memisahkan

dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya

guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.31

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam putusan fatwanya

tentang wakaf tunai memberikan pengertian bahwa wakaf adalah perbuatan

29
M. Cholil Nafis, Wakaf Uang Untuk Jaminan Sosial‛, Jurnal Al-Awqaf, Vol. II, No. 2,
April 2009.
30
M. Syakir Sula, Implementasi Wakaf dalam Instrumen Asuransi Syariah‛. Jurnal Al-
Awqaf, Vol. II, No. 2, April 2009.
31
Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah no. 42 tahun
2006.

15
16

hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan

sebagian dari benda miliknya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum

lainnya sesuai dengan ajaran Islam dan benda wakaf adalah segala benda,

baik bergerak atau tidak bergerak, yang memiliki daya tahan yang tidak

hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.32

Wakaf telah menjadi salah satu instrument fiskal Islam yang telah ada

semenjak awal kedatangan Islam. Fakta sejarah memperlihatkan bahwa wakaf

telah menunjukkan berbagai peran penting dalam mengembangkan berbagai

kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Wakaf harus mampu

berperan efektif dalam membangun umat, agar mampu mengurangi

ketergantungan pendanaan dari pemerintah. Wakaf terbukti mampu menjadi

instrumen jaminan sosial dalam pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan definisi wakaf yang terdapat dalam Undang-undang, wakaf

pada masa sekarang ini mengakomodir berbagai macam harta benda wakaf

termasuk adalah wakaf uang. Secara spesifik, undang-undang tersebut

memuat bagian tentang wakaf uang, dimana dalam pasal 28 sampai pasal 31

ialah wakaf uang harus disetor melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

yang telah ditetapkan oleh Menteri Agama RI. Wakaf uang harus dibuktikan

dengan sertifikat.

B. Pengertian Wakaf Tunai

Pengertian wakaf Tunai dalam konteks regulasi di Indonesia adalah

wakaf berupa harta benda bergerak uang33dengan mata uang rupiah34 melalui

lembaga keuangan syariah yang ditunjuk pemerintah35 yang mengeluarkan

32
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Buku II, Bab I, Pasal 215, (1) dan (4).
33
UU No. 41/2004 tentang wakaf pasal 16 ayat 3
34
PP no 42/2006 tetang wakaf pasal 22 ayat 1
35
UU No. 41/2004 tentang wakaf pasal 28
17

sertifikat Wakaf Uang.36 Dengan pengelolaan dan pengembangan harta wakaf

uang hanya dapat melalui investasi pada produk-produk LKS dan atau

instrumen keuangan syariah yang mendapat jaminan keutuhan nya oleh

lembaga Penjamin Simpanan atau Lembaga Asuransi Syariah.

Secara historis, wakaf uang telah ada pada abad 16 M, pada masa

kekuasaan Turki Usmani. Pada masa ini asset atau uang tunai yang berasal

dari wakaf dikumpulkan dalam pooling fund kemudian oleh nazhir yang

ditunjuk oleh pemerintah disalurkan ke sektor bisnis dalam bentuk pinjaman

dimana biasanya setelah satu tahun si peminjam tersebut mengembalikan

pinjaman pokok plus extra return. Kemudian extra return yang telah

diperoleh dan telah terakumulasi digunakan untuk membiayai kebutuhan

sosial.37 Istilah Wakaf Uang era modern ini secara teknis diperkenalkan

pertama kali oleh Prof. MA Mannan seorang ekonom yang berasal dari

Bangladesh. Ia mendirikan suatu badan yang bernama SIBL (Sosial

Investment Bank Limited) di Banglades. SIBL memperkenalkan produk

sertifikat Wakaf Tunai (Cash Waqf Certificate) yang pertama kali dalam

sejarah perbankan. SIBL menggalang dana dari orang kaya untuk dikelola

dan keuntungan pengelolaan disalurkan kepada rakyat miskin.38

C. Dasar Hukum Wakaf Tunai

Allah berfirman dalam QS Al-Qashash/3:92.

   


   

36
UU No. 41/2004 tentang wakaf pasal 29
37
Wadjdy, Farid dan Mursydi, Wakaf dan Kesejahteraan Umat: Filantropi Islam yang
Hampir Dilupakan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 78.
38
Djunaidi dkk, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia (Jakarta: Depag RI,
2007), h. 12.
18

   


    
Terjemahan:

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa

saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Allah berfirman dalam QS Al-Baqharah/2:267.

 
  
  
   
 
Terjemahan:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang

Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.”

Kata-kata tunfiqu pada kedua ayat ini mengandung makna umum, yakni

menafkahkan harta pada jalan kebaikan, sedangkan wakaf adalah

menafkahkan harta pada jalan kebaikan sehingga ayat ini dijadikan sebagai

dalil wakaf.

D. Jenis Uang dalam Wakaf Tunai

Jenis uang dalam wakaf tunai, yaitu:

a. Uang Logam

Wakaf tunai sudah dipraktekan sejak awal abad kedua Hijriah. Hal

ini berdasarkan beberapa ulama, di antaranya Imam al- Zuhri (wafat 124

H) membolehkan berwakaf dengan menggunakan dinar (uang logam)


19

yaitu uang emas murni. Dinar emas adalah uang emas murni yang

memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce. Dinar versi

Islamic Mint Nusantara (IMN) memiliki berat 4,44 gram. World Islamic

Mint (WIM), mengikuti pendapat Syaikh Yusuf Qardhawi, menetapkan 1

dinar adalah koin emas 22 karat (91,7%) dengan berat 4,25 gram.

b. Uang Kertas

Uang kertas pertama kali muncul di Cina tahun 910 M. Pada

dasarnya merek menggunakan kertas uang atas dasar penopang logam

emas dan perak 100 %. Sekitar abad 10 M, pemerintah Cina menerbitkan

uang kertas yang tidak ditopang total, dan pada abad 12 M, Cina sudah

mengenal uang kertas yang tidak bisa ditukarkan dengan emas dan perak.

Sementara di Swedia mengenal uang kertas pada tahun 1661 yang

diterbitkan oleh Bank Stockholm. Adapun jenis-jenis uang kertas, yaitu:

a) Uang Kertas Penganti, yaitu akta-akta yang mewakili jumlah uang

logam atau emas-emas batangan yang dititipkan di bank. Kertas-

kertas ini sebagai pengganti uang-uang logam.

b) Uang Kertas Bukti: Yaitu kertas yang penopangnya bersifat tidak

total. Emas dan Perak adalah sebagian dari penopangnya.

c) Uang Kertas Wajib: Uang kertas jenis ini adalah uang kertas yang

beredar sekarang. Peredaran pertama dimulai pada saat Perang Dunia

I tahun 1914 saat diumumkan bahwa uang-uang kertas tidak bisa

ditukarkan dengan emas.

c. Uang Bank

Uang berkembang dari fase uang kertas ke uang bank dalam bentuk

lain yang sama seperti perkembangan uang dari fase uang logam ke fase
20

uang kertas. Seperti halnya orang-orang melakukan penitipan uang-uang

emas di tempat tukang emas dan tempat penukaran emas pada awalnya,

kemudian di bank-bank setelah kemunculannya, mendorong lembaga-

lembaga untuk membuat uang kertas. Hal itu juga, bahwa orang orang

terus melakukan penyimpanan uang-uang kertas ini di bank-bank yang

mendorong kemunculan uang bank tapi dalam cara baru, yakni transfer

simpanan dari satu rekening ke rekening lain dengan pengendalian

catatan.39

Uang bank terdiri dari rekening sekarang dan deposit-deposit di

bank-bank dagang, atau ketika bank membuka rekening untuk nasabah

dengan cara membermodal dan kepemilikan deposit-deposit ini

berpindah dari satu orang ke orang lain menggunakan cek. Cek adalah

perintah yang ditujukan oleh pemilik deposit sebagai kreditor kepada

bank sebagai pihak debitor untuk membayarkan kepadanya, atau kepada

orang lain, atau pemegangnya sejumlah uang.40 Uang jenis ini

berkembang luas di negara-negara maju di mana kesadaran perbankan

atau tradisi perbankan semakin bertambah.41 Cek-cek itu sendiri bukan

uang, melainkan sebagai media peredaran, sedangkan uang bank adalah

deposit-deposit atau rekening-rekening, itu tidak lain kecuali berupa

tanda bukti yang tertulis dalam daftar-daftar bank.

d. Surat Berharga

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja

diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa

39
Abdul Mun‟im Mubarak dan Ahmad al-Naqah, al Nuqud wa al-Bunuk, h. 26-27.
40
Subhi Tadris Qarishah dan Medhat Muhammad al-Aqqad, al-Nuqud wa al-Bunuk, h. 28.
41
Maksud kesadaran perbankan atau tradisi perbankan adalah kemauan individu-individu
untuk menyimpan saldo uang kertas mereka di bank-bank dan (mengkukuhkan) menggunakan
cek-cek untuk melakukan proses pembayaran-pembayaran mereka. Muhammad Zaki syafi‟i,
Muqaddimah fi al- Nuqud, h. 68.
21

pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak dilakukan

dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat

bayar lain.

E. Wakaf Tunai sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan

Sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik untuk

pemberdayaan secara professional-produktif. Keprofesionalan yang dilakukan

meliputi aspek: manajemen, SDM ke-Nazhir-an, pola kemitraan usaha,

bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa harta tidak bergerak seperti

uang, saham, dan surat berharga lainnya, dukungan political will secara penuh

seperti lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Cast waqf yang

diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik objek wakafnya,

yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cast waqf diterjemahkan sebagai wakaf

uang. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan sesorang, kelompok orang,

dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.42 Kebolehan wakaf

tunai sudah diatur dalam UU No 41 tahun 2004 yang disahkan oleh DPR RI

serta berdasarkan fatwa MUI Indonesia tanggal 11 Mei 2002 yang berbunyi :

(1) Wakaf uang (cash wakaf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,

kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai; (2)

Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga; (3) Waqaf

uang hukumnya jawaz (boleh); (4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan

digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i. Nilai pokok wakaf

42
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, hlm. 3
22

uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau

diwariskan.43

Dengan diundangkannya UU No. 41 Tahun 2004, maka kedudukan

wakaf menjadi sangat jelas dalam tatanan hukum nasional, tidak saja dari sisi

hukum Islam (fiqh). Dengan krisis yang dialami oleh Indonesia, maka wakaf

tunai ini dapat menjadi salah satu instrumen dalam program pengentasan

kemiskinan. Karena dengan wakaf tunai arahnya adalah wakaf menjadi

produktif dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat yang

membutuhkan dan di bawah garis kemiskinan. Seseorang yang memiliki uang

atau dana yang terbatas pun dapat melaksanakan wakaf tunai ini dengan

kemampuannya.

Landasan hukum wakaf tunai di Indonesia antara lain Surat Direktur

Pengembangan Zakat dan Wakaf Depag, (terakhir) nomor Dt.1.II

U5/BA.03.2/2772/2002, tanggal 26 April 2002. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa benda apa saja sepanjang ia tidak dapat musnah setelah diambil

manfaatnya, dapat diwakafkan. Uang pun termasuk benda yang dapat

diwakafkan (wakaftunai), sepanjang uang tersebut dimanfaatkan sesuai

dengan tujuan akad wakaf dan tidak habis atau musnah. Jadi uang dapat saja

diwakafkan dengan mekanisme membelanjakan uang tersebut pada benda-

benda yang memiliki sifat tidak musnah.44

Urgensi wakaf tunai (cash waqf ) adalah dengan cara menjadikan uang

tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai

wakaf. Adapun manfaat utama wakaf tunai adalah: (a) Seseorang yang

memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa

harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu; (b) Melalui wakaf uang,

43
Sari, Wakaf Tunai.
44
Sari, Wakaf Tunai.
23

aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan

dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian; (c) Dana

wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan

Islam; (d) Umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia

pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan negara

yang memang semakin lama semakin terbatas.

Sasaran Wakaf Tunai, para praktisi pengelola wakaf masih menjadikan

pendapat M. Abdul Manan, pakar ekonomi Islam dari Bangladesh ini, sebagai

rujukan penting. Pertama, kemanfaatan bagi kesejahteraan pribadi (dunia-

akhirat). Renungannya, saat lahir seseorang miskin, mati pun kembali miskin

dan semua berakhir kecuali tiga perkara yang salah satunya amal jariyah.

Maka wakaf tunai dapat menjadi sedekah jariyah yang berperan mengantar

kesejahteraan dunia-akhirat seseorang. Kedua, kemanfaatan bagi

kesejahteraan keluarga (dunia akhirat). Ini bisa menjadi wujud

tanggungjawab sosial kita kepada orangtua, istri, anak-anak atau anggota

keluarga yang lain. Ketiga, pembangunan sosial. Wakaf tunai bisa membuka

banyak peluang untuk membantu masyarakat. Dari profit wakaf tunai,

seseorang dapat membantu memberikan bantuan yang berharga bagi

pendirian atau pun operasionalisasi lembaga-lembaga pendidikan maupun

masjid. Wakaf tunai dapat pula membantu terlaksananya proyek-proyek

pendidikan, riset, keagamaan, kesejahteraan sosial, pengobatan dan perawatan

kesehatan bagi kaum dhuafa, dan penghapusan kemiskinan. Wakaf tunai juga

bisa dimanfaatkan untuk beasiswa pelajar dan atau mahasiswa. Bisa

disimpulkan, kemanfaatan wakaf tunai bersifat abadi, berbeda dengan derma

temporer, wakaf tunai bisa direncanakan secara baik dan bersifat abadi

sehingga banyak kelompok masyarakat dapat menikmati hasilnya secara


24

terusmenerus. Keempat, membangun masyarakat sejahtera: jaminan sosial

bagi si miskin dan jaminan keamanan sosial bagi si kaya. Wakaf tunai dalam

tahap yang makin baik, menjadi wahana terciptanya kepedulian dan kasih

sayang si kaya terhadap si miskin, sehingga tercipta hubungan harmonis dan

kerjasama yang baik. Wakaf tunai bisa diandalkan menebar manfaat di bidang

ekonomi dan sosial bagi masyarakat secara keseluruhan.45

Dalam hal pengelolaan wakaf, perlu ada standar pengelolaan yang yang

dibakukan agar dana yang dkumpulkan dapat diberdayakan secara maksimal.

Dalam hal ini peran perbankan atau Lembaga keuangan Syarî’ah sangat di

perlukan. LKS dapat berperan sebagi nazhir yang mengumpulkan,

meyalurkan dan mengelola dana wakaf. Dalam rangka mendukung

keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai, perlu

diarahkan model pengelolaan dana tersebut kepada sector usaha yang

produktif dengan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Seperti

menjalin kerjasama (networking) dengan perusahan modal ventura.

Kerjasama ini juga dimaksudkan untuk mengaplikasikan model pembiayaan

mudlarabah maupun musyarakah.

Difungsikanya perbankan Syari’ah sebagai nazhir setidaknya memiliki

beberapa keunggulan yang diharapkan dapat mengoptimalkan

operasionalisasi harta (dana) wakaf, yaitu: (1) Memililki jaringan kantor; (2)

Kemampuan sebagai fund manager; (3) Pengalaman, jaringan-jaringan

informasi dan peta distribusi; dan (4) Memiliki citra positif.46 Dengan

melibatkan lembaga keuangan Syari’ah dalam pengelolaan wakaf tunai, maka

selain produktif, wakaf akan bias diinvestasikan ke dalam berbagai jenis

45
M. Abdul Manan, Sertifikat Wakaf Tunai, Sebuah Inovasi Keuangan Islam, (Jakarta:
CIBER dan PKTTI UI, 2002).
46
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, hlm. 46
25

investasi yang menuntungkan. Dengan demikian, masyarakat yang akan

merasakan manfaat dari hasil dana wakaf semakin banyak.47

Hasil pengelolaan dana wakaf tunai dapat dimanfaatkan secara lebih

luas dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak. Adapun variable

kesejahteraan masyarakat itu sendiri sangat luas. Variable-variabel tersebut

meliputi pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pengembangan

ekonomi melalui pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

47
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, hlm. 48
DAFTAR RUJUKAN

Badan Wakaf Indonesia. Data Tanah Wakaf Seluruh Indonesia. Situs Resmi BWI.
http://siwak.kemenag.go.id/index.php (10Juni 2017).

Bakar, Abu dan Bamualim, Chaider S., Filantropi Islam & Keadilan Sosial.
Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006.

Departemen Agama RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai.

Djunaidi dkk. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta: Depag


RI, 2007.

Firdaus, Donny Afandi. Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk Kebutuhan Hidup


Keluarga Miskin di Dompet Dhuafa Bandung. Tesis UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2011.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.


Cet. 1; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Buku II, Bab I, Pasal 215, (1) dan (4). UU
No. 41/2004 tentang wakaf pasal 16 ayat 3

Lutfi, Mukhtar. Manajemen Wakaf: Upaya Progresif dan Inovatif bagi


Kesejahteraan Umat. Cet.I. Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Manan, M. Abdul. Sertifikat Wakaf Tunai, Sebuah Inovasi Keuangan Islam.


Jakarta: CIBER dan PKTTI UI, 2002.

Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Skunder. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Mubarak, Abdul Mun‟im dan Ahmad al-Naqah. Al Nuqud wa al-Bunuk.

Muhammad. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatf. Cet. 1;


Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Nafis, M. Cholil. Wakaf Uang Untuk Jaminan Sosial‛. Jurnal Al-Awqaf, Vol. II,
No. 2, April 2009.

Narimawati, Umi. Teknik-Teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. Cet. I;


Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Nasution, Mustafa Edwin and Uswatun Hasanah (eds.). Wakaf Tunai, Inovasi
Finansial Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Ummat. Jakarta: PKTTI-UI, 2005.

PP no 42/2006 tetang wakaf pasal 22 ayat 1


Priyanto, Duwi. Mandiri Belajar SPSS. Cet. II; Yogyakarta: Mediakom, 2008.

26
27

Qarishah, Subhi Tadris dan Medhat Muhammad al-Aqqad. Al-Nuqud wa al-


Bunuk.

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif. Cet.I; Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,


2015).

Sula, M. Syakir. Implementasi Wakaf dalam Instrumen Asuransi Syariah‛. Jurnal


Al-Awqaf, Vol. II, No. 2, April 2009.

Sari, Wakaf Tunai.

Sugiyono. Statiska untuk Penelitian. Cet. 18; Bandung: Cv. Alfabeta, 2011.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian. Cet. 4; Yogyakarta : Gajah Mada


University Press, 2012.
Suwandi. Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya terhadap Pertumbuhn Ekonomi,
Penyerapan Tenaga Kerja, Kemiskinan, dan Kesejahteraan di
Kabupaten/Kota Induk Provinsi Papua. Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Umar, Husein. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Skunder. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah no.
42 tahun 2006.

Wadjdy, Farid dan Mursydi. Wakaf dan Kesejahteraan Umat: Filantropi Islam
yang Hampir Dilupakan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Você também pode gostar