Você está na página 1de 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

Minggu Ke – 11

“MEMBUAT MATRIKS KONFUSI DARI HASIL INTERPRETASI CITRA DAN MENGHITUNG RMS
PADA TITIK GCP PADA DAERAH KLEBENGAN, YOGYAKARTA”

Disusun Oleh :

Mega Andina 17/413609/TK/46049


Yustina Novi A 17/413623/TK/46063
M.Arif Mumtaz 17/415142/TK/46431
Rakhadito Edra Fadhil 17/415148/TK/46437

Kelas A

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
A. Mata Acara Praktikum
Membuat matriks konfusi dari hasil interpretasi citra dan menghitung RMS pada titik GCP
(Ground Control Point) dan penghitungan akurasi menggunakan citra High Resolution
pada daerah Klebengan, Yogyakarta.
B. Tujuan Praktikum
- Mahasiswa mengetahui cara mendigitasi peta menggunakan ArcGIS.
- Mahasiswa dapat menambah kemampuan dalam interpretasi objek dari citra satelit
- Mahasiswa mengetahui cara menghitung matriks konfusi dan penghitungan akurasi
C. Alat dan Bahan
- Laptop / Komputer
- Software ArcMap 10.5 (Versi Opsional)
- Aplikasi Mobile Topographer PRO
- Smartphone
- Software Geotagging + (Opsional)
D. Dasar Teori
1. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.
(Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7)

Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian
kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra,
yaitu:

(1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada gambaran
sungai terdapat obyek yang bukan air.
(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran,
dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai
perahu motor.
(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan
mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu
tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.

Seperti halnya dengan beberapa analisa spasial lainnya, sebelum hasil klasifikasi
dapat benar-benar digunakan perhitungan tingkat akurasi merupakan prasyarat
mutlak yang harus dilakukan setelah kegiatan klasifikasi. Akurasi merupakan
perbandingan antara data hasil klasifikasi dengan kondisi lapangan. Dengan kata lain,
dalam prosesnya, pengguna harus melakukan pengecekan dan pengambilan beberapa
sampel dilapangan sebagai pembanding. Perhitungan akurasi dapat dilakukan dengan
berbagai metode, salah satu metodenya adalah confusion matrix. Pada prinsipnya,
confusion matrix menyusun data hasil klasifikasi dan hasil pengamatan di lapangan
dalam sebuah tabel perbandingan persentase. Berikut adalah perhitungan akurasi
yang biasa digunakan.

1) Overall accuracy, total akurasi dari pengklarifikasian objek. Akurasi klasifikasi


keseluruhan dihitung dengan membagi jumlah titik sampel di klasifikasikan dengan
benar (jumlah dari semua sel diagonal dalam matriks konfusi) dengan jumlah total
titik sampel.
2) Producer’s accuracy, menginformasikan analis gambar dari jumlah objek yang
diklasifikasikan dengan benar dalam kategori tertentu sebagai presentasi dari jumlah
total objek yang benar-benar termasuk dalam kategori tersebut pada citra.
3) User’s accuracy, probabilitas pixel yang diklasifikasikan ke kategori tertentu benar-
benar mempresentasikan kategori tersebut di lapangan.
4) Omission error, Probabilitas bahwa satuan spasial dikelompokkan menjadi suatu
kategori dalam data referensi mewakili kategori data di peta. Kesalahan kelalaian
dapat diukur dari producer’s accuracy.
5) Commission error, probabilitas bahwa unit spasial yang dikelompokkan menjadi
kategori yang diberikan pada peta benar mewakili kategori itu dalam data referensi.
dapat dihitung dari user’s accuracy.
6) Map accuracy, keakuratan peta dapat dihitung dengan membuat matriks konfusi
yang membandingkan klasifikasi peta dan klasifikasi referensi.
2. Peta Digital
Peta digital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan dan dianalisis
oleh komputer digital (Nuryadin, 2005:19). Setiap objek yang ada pada peta digital
disimpan sebagai sekumpulan koordinat, contohnya objek berupa lokasi sebuah
titik akan disimpan sebagai sebuah koordinat sedangkan objek berupa wilayah akan
disimpan sebagai sekumpulan koordinat.

E. Langkah Kerja

I. Tahap Persiapan

1. Wilayah yang akan didigitasi yaitu kelurahan Caturtunggal. Setelah pembagian


wilayah, kelompok kami mendapatkan daerah di sekitar Klebengan

2. Membuka aplikasi Arcgis lalu membuka file Citra High Resolution yang telah tersedia
dengan klik Add Data  Connect to Folder  Pilih file yang akan dibuka
II. Tahap Pelaksanaan

3. Lalu melakukan digitasi pada daerah yang telah ditentukan dengan sebelumnya klik
kanan pada mouse dan mengaktifkan editor serta georeferencing

4. Mengklik Catalog  klik file yang akan diproses  New  Shapefile


5. Memberi nama pada bagian yang akan didigitasi seperti “Jalan” lalu Feature Type :
Point

6. Untuk memulai digitasi, dapat dilakukan dengan mengklik Edit  lalu ketik “32749”
untuk mengubah sistem korordinat yang seusai dengan wilayah Yogyakarta  OK

7. Lalu pada menu editor  start editing  continue  Create Feature  Pilih template
yang akan didigitasi
8. Melakukan digitasi sebanyak 15 kali pada bangunan, 15 kali pada ruang terbuka hijau,
15 kali pada jalan, dan 15 kali pada lapangan pada masing-masing tempat yang
berbeda. Pada titik digitasi, klik kanan mouse  identify  koordinat titik digitasi
akan muncul

9. Setelah melakukan digitasi pada peta, maka sebelum ke lapangan menyiapkan aplikasi
Mobile Topographer Pro

10. Lalu pada halaman pertama Mobile Topographer Pro klik Survey
11. Lalu menunggu aplikasi ini menagkap sinyal dari satelit yang ada setelah sampai di
daerah yang sesuai dengan hasil didigitasi dari peta

12. Setelah titik koordinat latitude dan longitude muncul maka letakkan handphone di titik
yang sesuai dengan daerah yang didigitas dari peta. Lalu setelah itu menyimpan file di
Mobile Topograher Pro

III. Tahap Penyelesaian

13. Melakukan interpretasi visual dengan membuat matriks konfusi dan melakukan uji
ketelitian hasil interpretasi citra dan uji akurasi peta
F. Hasil dan Pembahasan

Dari perhitungan diatas, didapatkan informasi mengenai akurasi horizontal CE90 =


10,84922671 m dan RMSEr = 7,149408048 m

Toleransi kesalahan geometrik pada peta yang menggunakan skala 1 : 25000 dan ketelitian
horizontal CE90 yang didapatkan yaitu dibawah 12,5 m sehingga ketelitian peta termasuk
pada Kelas 3

Hasil interpretasi visual yang telah dilakukan menghasilkan matriks konfusi yang berisi :

Pada saat melakukan survey lapangan, maka titik yang telah didigitasi dari peta dicocokan
dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari data tersebut, dapat diketahui kulitas
dari peta tersebut apakah masih layak untuk dijadikan referensi atau tidak.

G. Kesimpulan

 Interpretasi citra dilakukan oleh user dengan menggunakan kemampuan


visualnya(mata). Perhitungan akurasi berguna untuk menghitung keakuratan hasil
interpretasi visual citra satelit dengan data dilapangannya yang disajikan dalam
bentuk Matriks Konfusi. Suatu peta/citra dapat digunakan apabila nilai akurasinya
masih dalam daerah toleransi.
 Dari perhitungan data, didapat informasi akurasi horizontal CE90 = 10,84922671 m dan
RMSEr = 7,149408048 m
 Matriks konfusi berfungsi untuk melihat kesamaan data yang ada di peta dengan
keadaan asli di lapangan dan menjadi parameter apakah peta tersebut masih layak
djadikan referensi atau tidak

H. Daftar Pustaka

 Ananda Evar (2014) BAB III LANDASAN TEORI [Online] Tersedia dari :
http://e-journal.uajy.ac.id/6342/4/TF306225.pdf [Diakses : 20/11/2018]
 BIG (2018) Peta Rupa Bumi [Online] Tersedia dari :
http://www.big.go.id/petarupabumi/ [Diakses : 20/11/2018]

Você também pode gostar