Você está na página 1de 3

Nama : Syavita Wirarti

Nim : 12103173001

Jurusan : Fasih / HTN

Raja Salman Bin Abdul Aziz dan Komitmennya Terhadap Syariat Islam

Pemimpin yang shaleh adalah idaman bagi orang-orang yang beriman. Ketika seorang pemimpin
memiliki kecakapan dalam tata negara, ditambah memiliki keshalehan, maka itu adalah karunia
yang sangat besar yang Allah berikan bagi penduduk suatu negeri. Dan karunia itu kian
bertambah, apabila sang pemimpin adalah orang yang memiliki perhatian terhadap agama,
penegakan syariat, dan dakwah tauhid.

Kerajaan Arab Saudi adalah sedikit dari negeri yang diberikan Allah karunia besar tersebut. Raja-
raja mereka begitu memiliki perhatian yang besar terhadap Islam dan kaum muslimin. Mereka
membangun percetakan Alquran kemudian menyebarkannya ke berbagai negeri kaum
muslimin, membantu pembangunan fasilitas pribadatan dan fasilitas publik, dll. Tidak heran,
rakyatnya pun meneladani prilaku pemimpin mereka. Karenanya, sering kita dengar orang-orang
di negeri kita mengajukan permintaan bantuan dana ke orang-orang Arab Saudi untuk
kepentingan dakwah, karena mereka dikenal loyal dalam hal ini.

Setelah sebelumnya membahas tentang keahlian Raja Salman bin Abdul Aziz dalam dunia
kepemimpinan dan diplomasi, berikut ini adalah sedikit kisah sisi relijius raja Arab Saudi yang
baru tersebut.
Meluruskan Istilah Wahabi

Saat menjadi Gubernur Riyadh, Raja Salman bin Abdul Aziz menantang orang-orang yang
menggelari Kerajaan Arab Saudi dengan sebutan wahabi. Beliau mengatakan, “Musuh-musuh
dakwah (Islam) menggelari dakwah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan sebutan
wahabi, padahal kami tidak mengenal yang demikian”.

Dalam sebuah press conference, Salman bin Abdul Aziz –sewaktu masih menjabat Gubernur
Riyadh- berbicara di hadapan para wartawan, “Saya berbicara kepada kalian hari ini, di sebuah
daerah yang menjadi tempat munculnya dakwah yang dipimpin oleh al-Imam Muhammad bin
Suud dan asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (Propinsi Dir’iyah). Apa yang mereka
serukan adalah dakwah Islam yang tidak ada penyimpangan maupun ketidak-jelasan di
dalamnya”. Kemudian beliau menambahkan, “Saya tantang (orang-orang yang menuduh
dakwah ini menyimpang pen.) untuk menemukan satu huruf saja dari buku-buku karya asy-
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau dalam risalahnya, yang menyelisihi Kitabullah atau
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!”

Beliau menjelaskan, “Muncul dan berdirinya Kerajaan Arab Saudi dibangun oleh al-Imam
Muhammad bin Suud dan dakwah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Dakwahnya adalah
dakwah yang bersih (dari kesesatan), yang bersumber kepada Kitabullah dan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada selain dari kedua hal itu”.

Pandangannya Terhadap Demokrasi

Pada tahun 2010, Raja Salman pernah diwawancarai oleh Karen Elliot House, penulis buku On
Saudi Arabia: Its People, Religion, Fault Lines. Raja mengatakan, “Jika Amerika bisa bersatu
karena demokrasi, Arab Saudi pada dasarnya bersatu karena keluarga kerajaan”.

Sebagaimana telah disinggung dalam tulisan Raja Salman Pemersatu Arab Saudi, pengaruh
kabilah kerajaan begitu diterima suku-suku atau kabilah-kabilah yang ada di Arab Saudi.
Kerajaan berhasil menjadi wadah bagi setiap kabilah untuk bersama-sama mewujudkan
pemerintahan yang islami.

Dalam Associated Press, House mengatakan bahwa Raja Salman juga mengatakan, “Kita tidak
bisa memiliki demokrasi di Arab Saudi, jika kita melakukannya maka setiap kesukuan akan
membentuk partai dan kemudian Arab Saudi akan bernasib seperti Irak yang kacau”. Apa yang
disampaikan oleh Raja Salman menunjukkan kepandaiannya dalam memberikan statement. Ia
berbicara sesuai dengan tingkat pemahaman lawan bicaranya.
Dilansir Al Jazeera pada tahun 2007, Raja Salman menyampaikan statementnya di Kedutaan
Amerika di Riyadh dengan mengatakan, “Kecepatan tingkat pembangunan tergantung pada
faktor-faktor sosial dan budaya, atas dasar alasan sosial –kecuali alasan agama- reformasi tidak
bisa dipaksakan oleh (pemerintah Saudi) jika tidak, akan muncul reaksi negatif,… perubahan
harus diperkenalkan dengan cara yang mengena dan tepat waktu. Demokrasi tidak boleh
dipaksakan di Arab Saudi, karena negara ini terdiri dari suku-suku dan daerah. Jika demokrasi
diberlakukan, masing-masing suku dan daerah akan memiliki partai politik”.

Você também pode gostar