Você está na página 1de 32

Referat

Ligament Knee Injury

Disusun oleh :
Yudwari Adhicha Nuredis
J510170008

HALAMAN JUDUL
Pembimbing :
dr. Tresna Angga B., Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
Referat
Ligament Knee Injury

Disusun oleh :

Yudwari Adhicha Nuredis


J510170008

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
dr. Tresna Angga B., Sp.OT (…………………….)

Dipresentasikan dihadapan
dr. Tresna Angga B., Sp.OT (…………………….)

Disahkan Ketua Program Profesi


dr. Iin Novita N. M., M.Sc, Sp.PD (…………………….)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun,


aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas-
aktivitas lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan
keluarga. Belum lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga.
Pada usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi),
aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang
demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan sendi.
Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah
sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat
berupa nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-
orang dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang berat
dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga. Pada
usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan
degenerasi sendi dan naiknya berat badan.
Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk
menjaga gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat
fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen
tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe
1), sehingga dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa.
Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas
kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau
robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk
melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan
pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan
otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen dilakukan
tergantung dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi keseleo,
bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika terjadi

4
robekan yang parah, tindakan operasi harus dilakukan untuk mempertahankan
kestabilan sendi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Ligamen dan Sendi Lutut


1. Definisi Ligamen
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar
tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat
padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga dikenal
sebagai jaringan ikat fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan arah
kontraksi, sehingga ideal untuk ligament yang menahan gaya dari satu tulang
ke tulang lain pada sebuah sendi. Sehingga ligament memiliki kekuatan
tahanan yang luar biasa.
Gambaran histologi ligament didominasi oleh bundle parallel padat
dengan deretan fibroblast yang tersebar merata.
Pada orang dewasa, perubahan fibroblast menjadi fibrosit relative tidak
aktif, dan karena substansi intrasel tidak membutuhkan nutrisi, maka suplai
darah menjadi sedikit. Ligamen mempunyai ikatan yang sangat kuat ke tulang
pada daerah insersi oleh terusan dari serat kolagennya, yang menembus dalam
ke substansi padat tulang kortikal dan menyebar di dalamnya dan dikenal
sebagai serat Sharpey. Begitu kuatnya ikatan ini bahkan cedera tarikan yang
kuat, ligament tidak tertarik keluar dari tulang; sebaliknya ligament tersebut
robek atau tempat pelekatan ligament dan tendon tersebut mengalami avulsi.
Kurangnya penekanan yang diakibatkan oleh pembatasan gerak yang
terlalu lama pada sendi, dan pada ligament, dapat menyebabkan kelemahan
yang progresif pada ligament dan kelemahan yang lebih parah pada
sambungan antara ligament dan tulang. Bahkan, mungkin diperlukan waktu
6-12 bulan setelah dapat dilakukan gerakan hingga kekuatannya kembali
normal.
2. Anatomi Sendi Lutut
Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang
menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi
lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk
menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain :

6
a. Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
b. Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang
bersendi supaya jangan lepas bila bergerak
c. Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang
mengatur luasnya gerakan.
d. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi.
e. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang
merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga
tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh.
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua
condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh
sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan
yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang
antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar sendi.

a. Jenis Sendi Pada Lutut


Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial
(synovial joint ), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang
berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang
bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih
kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.
Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh
lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang
merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat
rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi
merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada
pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan.
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :
1) Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang
kuat yang tidak teratur dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari

7
periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan
menebal dan membentuk ligamentum.
2) Lapisan dalam
Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum
sendi dan bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage..
Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective.
Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum
darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini
merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein , lemak
dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang
merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi
sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah
digerakkan
Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada
femur dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas
artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid
terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi
dengan femur, dimana patella ini terletak diantara 2 condylus
femoralis pada permukaan anteroinferior.
Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel (
mono axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada
satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada
tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk
yang concave pada tulang lainnya.

Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris
diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang
terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris
femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel,
tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :
1) Condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan
meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae

8
2) Satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan
dorsal dari patella dan femur.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk
bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris.
Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan
patella.
Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago
hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik
sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.

b. Ligamentum Pada Sendi Lutut


1) Ligamentum Extracapsular
a) Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian
bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini
sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon
bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran
synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan
dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.
b) Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas
pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada
capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi
melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga
dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
c) Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar
dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan
pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae.
Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo

9
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m.
semimembranosus dan a. inferior medialis genu .
d) Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian
posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique
ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan
menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan
sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m.
semimembranosus.
e) Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua
meniscus , terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang
ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga
sering tidak dijumpai pada sebagian orang.
2) Ligamentum Intra Capsular
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang
sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini
terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan
perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena
merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.
a) Ligamentum Cruciatum Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior
tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk
melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus
lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut
ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna.
Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah
femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior
akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

b) Ligamentum Cruciatum Posterior

10
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area
intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas , depan dan
medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral
condylus medialis femoris. Serat- serat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi
lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi
tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum
posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap
tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum
cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

Gambar 1. Anatomi Ligmane di lutut

c. Cartilago Semilunaris (Meniscus )


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C ,
yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal
dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan
membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis
condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.
1) Cartilago Semilunaris Medialis

11
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih
lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area
intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago
semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area
intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat
pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena
perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2) Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu
anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan
eminentia intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior,
tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan
fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti
ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.
Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale
laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat
pada cartilago ini.
Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis
kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan
cartilago semilunaris medialis.

d. Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m.
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan
anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut
sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal
dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae
menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada
ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula articularis ini
menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior.

12
Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua
tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian
bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada
bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini
merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan
dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae.
Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir
tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi
kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior
dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo
infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing- masing meniscus.

e. Bursa Pada Sendi Lutut


Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di
bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon
origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang
sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus.
Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan
enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya
gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.
1) Bursa Anterior
a) Bursa Supra Patellaris
Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat
dengan rongga sendi.
b) Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.
c) Bursa Infrapatellaris Superficialis

13
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan
belahan bawah ligamentum patellae
d) Bursa Infapatellaris Profunda
Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum
patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara
keduanya ini jarang terjadi.
2) Bursa Posterior
a) Recessus Subpopliteus
Ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus dan
berhubungan dengan rongga sendi.
b) Bursa M. Semimembranosus
Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus
dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :
a) Tendon insertio m. biceps femoris
b) Tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus
sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia.
c) Di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius
d) Di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

f. Persarafan Sendi Lutut


Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus
yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk
mengatur pergerakan pada sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :
1) N. Femoralis
2) N. Obturatorius
3) N. Peroneus communis
4) N. Tibialis

g. Vaskularisasi
Vaskularisasi pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari

14
descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri
popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang
ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk
kemudian akan memasuki vena femoralis.

h. Pergerakan Sendi Lutut


Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan
sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris ,
semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis ,
m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya
tungkai bawah bagian belakang dengan paha.

Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-


mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi
sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta
ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum
obliquum menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum
posterior juga di eratkan.
Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun
sedikit hiper- ekstensi , rotasi medial dari femur mengakibatkan
pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut
berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku.
Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan
cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus
femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi
dikatakan dalam keadaan terkunci.
Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat
menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan
cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan
ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak
menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar.
Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus femoris

15
bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan
bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.
Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial,
condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago
semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.
Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-
ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk
memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa
mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m.
popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus
lateralis femoris bergerak mundur , perlekatan m. popliteus pada cartilago
semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago
semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus
yang berubah.
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan
rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan
m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris.
Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di
gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan
karena ligamentum utama , terutama ligamentum cruciatum sedang dalam
keadaan kendur.
Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada
kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan
kigamentum. Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan sangat penting,
dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini
, terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.
B. Cedera Ligamen
1. Mekanisme Terjadinya Cedera Ligamen
Sebuah benturan langsung pada sendi biasanya menghasilkan memar
tetapi, benturan yang cukup parah, dapat menghasilkan fraktur intra articular.
Cedera tidak langsung menghasilkan ketegangan mendadak pada ligamen
yang mungkin dapat menyebabkan peregangan ligamen yang parah, sehingga

16
terjadi robekan kecil dan beberapa perdarahan (keseleo pada ligamen) tanpa
kehilangan stabilitas sendi. Sebuah cedera yang lebih parah menghasilkan
robekan ligamen besar baik sebagian atau lengkap dengan mengakibatkan
hilangnya stabilitas sendi. Jika ligamen itu sendiri tidak robek, mungkin
terjadi retakan pada tulang di tiap ujung ligamen. Sebuah regangan ligamen,
sebaliknya, mengacu pada pemanjangan bertahap ligamen yang dihasilkan
dari peregangan ringan yang berulang secara terus-menerus.
a. Keseleo pada Ligamen (Strain)
Keseleo akut disebabkan oleh peregangan mendadak ligamen
yang ringan, robek sebagian dan perdarahan lokal tanpa kehilangan
kestabilan. Terkilir akan terlihat dengan pembengkakan lokal, nyeri,
dan rasa sakit yang diperburuk oleh gerakan sendi yang
meregangkan ligamen yang terkilir. Karena ligamentum belum
terlalu meregang, tidak ada ketidakstabilan sendi. Pemeriksaan
radiografi diperlukan untuk menyingkirkan dislokasi, subluksasi,
atau patah. Radiografi tambahan diambil saat sendi sedang ditekan
sangat penting untuk menyingkirkan ketidakstabilan sendi yang
tersembunyi.
Pengobatan keseleo ligamen yang sederhana bertujuan untuk
melindungi ligamentum terluka dari peregangan yang tidak
diinginkan selama proses penyembuhan. Imobilisasi lengkap jarang
diperlukan kecuali terjadi nyeri hebat, untuk mebatasi pergerakan
sendi yang tidak diinginkan dapat menggunakan perban yang sangat
rekat (adhesive strapping) yang berfungsi sebagai ligament
sementara untuk mengurangi rasa sakit. Latihan aktif penting untuk
mempertahankan gerakan sendi dan meningkatkan kekuatan otot
yang mengontrol gerakan yang melibatkan sendi.
b. Robekan pada Ligamen
Robekan lengkap pada ligamen besar tertentu, seperti ligamen
kolateral lutut, harus diperbaiki melalui pembedahan sesegera
mungkin setelah cedera, karena apabila perbaikan yang tertunda
hasilnya akan kurang memuaskan dibandingkan dengan perbaikan

17
yang langsung dilakukan. Pada ligamen lain, seperti ligamen lateral
pergelangan kaki atau ligamentum kolateral dari jari-jari,
imobilisasi sendi diperlukan untuk melindungi cidera ligament dan
capsulnya dari peregangan berlebih selama proses penyembuhan.
Imobilisasi sendi setelah pengurangan dislokasi diperlukan untuk
memperoleh stabilitas.
Tidak seperti tulang, yang sembuh tanpa bekas luka, ligamen
yang robek sembuh dengan jaringan parut fibrosa yang tidak sekuat
ligamen normal. Sebagian robekan dalam ligamen sembuh dengan
cukup baik asalkan ligamen tetap dilindungi selama proses
penyembuhan. Pada robekan lengkap, biasanya terdapat celah yang
cukup besar antara robekan ligamen - celah yang hanya dapat
diperbaiki dengan jaringan parut fibrosa. Dalam keadaan ini,
walaupun robekan telah sembuh, keduanya memanjang dan relatif
lemah.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan normal robekan
ligamen bervariasi sesuai dengan ukuran dan gaya yang biasanya
dikenai. Sehingga, ligamen sendi jari dapat sembuh dalam waktu 3
minggu, sedangkan ligamen utama lutut mungkin memerlukan
waktu 3 bulan. Waktu penyembuhan pada anak relatif lebih cepat
dibandingkan pada orang dewasa, tetapi pengaruh usia tidak terlalu
signifikan dalam penyembuhan ligamen daripada penyembuhan
patah tulang.

2. Cedera Ligamen pada Sendi Lutut


.Lutut pada dasarnya adalah sendi engsel yang dapat bergerak secara
fleksi, ekstensi, dan rotasi derajat kecil. Stabilitas pada bagian medial dan
lateralnya dijaga oleh ligamen kolateral medial dan lateral yang kuat, dan
stabilitas anterior dan posteriornya oleh ligamen krusiat anterior dan
posterior. Sehingga, ligamen-ligamen tersebut rentan terhadap cedera parah
akibat gaya yang memaksa lutut bergerak pada posisi yang abnormal atau di
luar rentang gerak normalnya. Cedera seperti ini biasanya terjadi pada

18
olahraga, contohnya sepak bola dan hoki. Ligamen mungkin hanya keseleo
(tertarik dengan robekan pada beberapa serat) atau bisa saja terjadi robekan
sebagian atau robekan penuh.
a. Ligamen-Ligamen pada Lutut yang Sering Mengalami Cedera
1) Ligamen cruciatum anterior
Berjalan di depan eminentia intercondylare tibia ke permukaan
medial condylus lateralis femur yang berfungsi menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamen cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju
ke fossa intercondylare tibia yang berfungsi menahan
bergesernya tibia ke belakang.
3) Ligamen collateral medial (tibiae)
Berjalan dari epicondylus medialis menuju ke permukaan
medial tibia yang berfungsi menahan gerakan valgus atau
samping luar.
4) Ligamen collateral lateral (fibulae)
Berjalan dari epicondylus lateralis ke caput fibula, yang
berfungsi menahan gerakan varus atau samping dalam.

Gambar 2. Ligamen di lutut yang sering terkena cedera


b. Mekanisme Cedera
Sebagian besar cedera ligamen terjadi di saat lutut menekuk,
sehingga merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan
terjadinya rotasi. Daya perusak dapat berupa dorongan lurus

19
(misalnya : cedera dashboard yang mendesak tiba ke belakang) atau,
lebih sering, kombinasi cedera rotasi dan tumbukan pada lutut
penahan beban yang sedang tertekuk seperti pada cedera pesepak
bola. Berbagai jenis cedera kompleks dapat timbul.
Ligamen medial adalah yang paling sering terkena;
penyebabnya biasanya adalah cedera pemuntiran dengan lutut yang
berotasi dan terdorong ke dalam valgus. Jaringan mengalami ruptur
dari lapisan ke lapisan; pertama ligamen kapsul dangkal, kemudian
ligamen kolateral medial, dan kemudian – karena tibia berotasi luar
– ligamen krusiatum anterior. Cedera yang sama terjadi (meskipun
jauh lebih jarang) pada sisi lateral bila lutut dipaksa ke dalam varus,
dan cedera ligamen krusiatum posterior bila tiba terdorong ke
belakang dalam hubungannya dengan femur.
c. Pengelompokan Cedera Ligamen pada Lutut
1) Robekan pada ligamen kolateral medial
Mekanisme trauma
Robekan pada ligamen medial lebih sering ditemukan.
Robekan terjadi sewaktu tibia mengalami abduksi pada femur
disertai trauma rotasi. Urutan robekan ligamen tergantung
beratnya trauma :
a) Robekan pada selaput sendi bagian superfisial
b) Robekan pada ligamen kolateral medial
c) Robekan ligamen krusiatum anterior; terjadi bila trauma
berlanjut dengan tibia rotasi ke arah ekstern
Robekan ligamen kolateral medial dan krusiatum anterior
dapat disertai dengan robekan meniskus medialis dan disebut
dengan Trias O’Donoghue.
Gambaran klinis
Pembengkakan pada sendi lutut disertai dengan efusi pada
sendi lutut. Nyeri tekan bagian medial pada daerah ligamen
medial terutama bagian proksimal yang melekat pada femur.
Pemeriksaan Radiologis

20
Pemerikasaan radiologis dilakukan dibawah pembiusan
dengan foto AP dan foto stres AP. Pada foto AP mungkin
ditemukan avulsi disertai fragmen kecil tulang. Bergesernya
bagian proksimal medial dari tibia terhadap femur menunjukkan
robekan pada ligamen medial saja, apabila pergeseran lebih
hebat maka mungkin terjadi juga robekan pada ligamen
krusiatum. Untuk menentukan stabilitas sendi dapat dilakukan
tes drawer dan tes menurut Lachman. Pemeriksaan artroskopi
dapat menentukan kelainan-kelainan yang terjadi.
Pengobatan
i. Konservatif, bila robekan tidak hebat (tidak total) dapat
dilakukan aspirasi lutut dan pemasangan gips silinder.
ii. Operatif, bila terdapat robekan yang besar dengan penjahitan
pada ligamen yang robek.
2) Robekan pada ligamen kolateral lateral
Robekan ligamen lateral lebih jarang ditemukan dan terjadi
akibat adduksi tibia terhadap femur (strain arus).
3) Robekan pada ligamen krusiatum anterior
Robekan ligamentum krusiatum anterior dapat bersama-
sama dengan robekan ligamen kolateral medial. Hal ini terjadi
karena pergerakan bagian proksimal tibia terhadap femur ke
depan secara keras atau terjadi karena lutut dalam keadaan
hiperekstensi. Robekan ligamen krusiatum posterior terjadi
akibat pergerakan hebat bagian proksimal tibia ke belakang
terhadap femur.
Pengobatan
Pengobatan pada robekan ligamen krusiatum anterior
dengan cara operasi dan rekonstruksi kembali biasanya kurang
memuaskan. Pengobatan pada robekan ligamen krusiatum
posterior dapat dilakukan rekonstruksi dari ligamen sendiri atau
dengan operasi lain yang memberikan stabilitas pada sendi.

21
Operasi dapat secara terbuka atau dengan mempergunakan alat
artroskop.
4) Strain ligamen medial dan lateral
Strain (keseleo) terjadi bila trauma yang ada tidak cukup
kuat untuk menyebabkan suatu robekan total pada ligamen ini.
Strain pada ligamen medial lebih sering terjadi daripada ligamen
lateral.
Mekanisme trauma
Robekan pada bagian medial terjadi karena trauma abduksi
sedangkan robekan bagian lateral karena trauma adduksi.
Gambaran klinis
Pada anamnesis ditemukan adanya riwayat trauma abduksi
atau adduksi disertai nyeri pada daerah ligamen. Terdapat
pembengkakan pada daerah lutut serta nyeri tekan pada daerah
ligamen yang terkena. Dengan pemeriksaan stres, penderita
mengeluh lebih sakit tetapi sendi lutut stabil. Mungkin
ditemukan sedikit cairan dalam sendi lutut. Pemeriksaan
artroskopi dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan
Terapi dilakukan dengan pemakaian gips silinder selama 23
minggu.
d. Gambaran Klinis
Pasien memiliki riwayat cedera pemuntiran dan mungkin
bahkan menyatakan telah terdengar suatu “letupan” di saat jaringan
robek. Lutut terasa nyeri dan (biasanya) bengkak – dan, berbeda
dengan riwayat cedera meniskus, pembengkakan muncul hampir
dengan segera. Nyeri tekan yang hebat pada ligamentum yang
robek, dan menekan salah satu sisi sendi dapat menimbulkan nyeri
yang sangat hebat. Lutut mungkin terlalu nyeri untuk
memungkinkan dilakukannya palpasi dalam atau banyak gerakan.
Meski semua tampak konsisten, penemuan dapat sedikit
mengacaukan: misalnya, pada robekan lengkap, pasien dapat

22
mengalami sedikit atau tanpa nyeri, dan biasanya dapat berjalan atau
bahkan berlari; pada robekan sebagian, lutut terasa nyeri dan pasien
berjalan pincang. Pembengkakan juga lebih buruk pada robekan
sebagian, karena pendarahan tetap terbatas di dalam sendi; pada
robekan lengkap kapsul yang mengalami ruptur memungkinkan
darah keluar dari sendi dan berdifusi. Pada robekan sebagian usaha
untuk melakukan gerakan selalu menimbulkan nyeri; gerakan
abnormal pada robekan lengkap sering tidak nyeri atau terhalang
oleh spasme.
Abrasi menunjukan tempat benturan, tetapi memar lebih
penting dan menunjukkan letak kerusakan. Rasa seperti “adonan”
pada suatu hemartrosis dapat membedakan cedera ligamen dari
cedera meniskus yang disertai fluktuasi akibat efusi sinovial. Nyeri
tekan menunjukkan tempat lesi, tetapi tempat nyeri yang sangat jelas
pada robekan sebagian (biasanya di bagian medial dan 2,5 cm di atas
garis ujung) berbeda sekali dengan nyeri tekan yang difusi pada
robekan lengkap. Seluruh tungkai harus diperiksa untuk mencari ada
tidaknya cedera lain dan untuk mencari kerusakan pembuluh darah
atau saraf.
Bagian pemeriksaan yang paling penting adalah menguji
stabilitas ligamentum. Robekan sebagian tidak memungkinkan
gerakan abnormal, tetapi apabila dicoba akan menimbulkan nyeri.
Robekan lengkap memungkinkan gerakan abnormal yang kadang-
kadang tidak terasa nyeri. Keduanya sangat perlu dibedakan karena
terapinya berbeda; jadi kalau terdapat keraguan pemeriksaan di
bawah anastesia harus dilakukan.
Kemiringannya ke samping diperiksa; pertama lutut berfleksi
30 derajat dan kemudian dengan posisi lutut lurus. Gerakan
dibandingkan dengan sisi yang normal. Kalau lutut hanya
berangulasi dalam sedikit fleksi, mungkin terdapat robekan pada
ligamen kolateral; kalau lutut berangulasi dalam ekstensi penuh,

23
hampir pasti terdapat robekan pada ligamentum krusiatum di
samping pada ligamen kolateral.
Stabilitas anteroposterior dinilai pertama-tama dengan
mnempatkan lutut 90 derajat dengan kaki beristirahat di dipan dan
dari sisi dicari ada tidaknya kelonggaran posterior pada tiba
proksimal; bila ditemukan, ini merupakan tanda ketidakstabilan
krusiatum posterior yang dapat dipercaya. Berikutnya uji laci
(drawer Test) dilakukan dengan cara biasa; tanda laci positif
merupakan diagnostik adanya robekan, tetapi uji yang negatif tidak
menyingkirkan adanya robekan. Uji Lachman lebih dapat dipercaya;
pergeseran anteroposterior diuji dengan posisi lutut fleksi 15-20
derajat. Stabilisasi rotasional biasanya hanya dapat diuji di bawah
anestesi.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena
setiap kelainan pada lutut akan memberikan gangguan
pergerakan lutut. Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah
gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan
fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan
ekstensi 0 derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar
10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
a) Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat
diperiksa melalui uji abduction stress dan pada
ligamentum kolateral lateral melalui uji adduction stress.
Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi
penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan
kaki dan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan
dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial,
dan adduksi untuk menguji lgamentum lateral. Apabila

24
terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat
dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.
b) Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan
posterior
Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi
lutut karah depan dan belakang. Ligamentum krusiatum
anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke
depan femur, sedangkan ligamentum krusiatum posterior
pada arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
i. Uji Drawer
Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk
pada kaki pasien untuk mencegah gerakan kaki.
Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia
bagian proksimal dan kedua ibu jari pada kondilus
femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke
depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya robekan
pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan
yang abnormal, baik ke depan ataupun ke belakang.
ii. Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20
derajat. Satu tangan memegang tungkai atas pada
kondilus femur, sedangkan tangan lainnya
memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian
digerakkan ke depan dan belakang antara tibia
proksimal dan femur.
iii. Pemeriksaan pivot shift lateral
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan
untuk mengetahui defisiensi pada ligamentum
krusiatum anterior. Caranya kaki yang mengalami
kelainan diangkat, Dimana kaki kanan diangkat
tangan kanan dan kaki kiri diangkat dengan tangan

25
kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi maksimal.
Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah
luar tungkai bawah persis di sebelah bawah lutut
sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang
bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut
difleksi secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi.
Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis
tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus
femur ketika fleksi mencapai 30-35 derajat.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah
mengavulsikan sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya
dari femur, ligamen lateral dari fibula, ligamen krusiatum anterior
dari spina tibia dan krusiatum posterior dari bagian belakang tibia
atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat
menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.
2) Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul,
artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan
menghambat diagnosis dan menyulitkan prosedur selanjutnya.
Indikasi utama untuk melakukan artroskopi adalah pada robekan
ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada sprain
yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain
misalnya robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani
seketika itu juga.

26
Gambar 3. Pemeriksaan Artroskopi
g. Terapi
1) Robekan Sebagian
Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi
penyembuhan spontan. Perlekatan akan membahayakan, maka
latihan aktif akan dilakukan sejak awal, dibantu dengan aspirasi
efusi yang tegang, aplikasi kompres es pada lutut dan, kadang-
kadang, injeksi anestesi lokal ke daerah yang nyeri. Pembebanan
diperbolehkan tetapi lutut dilindungi dari rotasi atas strain angulasi

27
dengan pembalutan berbantalan atau bebat posterior. Gips yang
lengkap tidak diperlukan dan merugikan; ini menghambat gerakan
dan mencegah penilaian ulang setiap minggu – suatu peringatan
penting kalau kesalahan ingin dihindari. Dengan program latihan itu,
pasien biasanya dapat kembali berlatih olah raga setelah 6-8 minggu.
2) Robekan Lengkap
Dalam teori, penyembuhan dapat terjadi asalkan ujung yang
robek disposisi dengan teliti dan dipertahankan tanpa gerakan dalam
gips. Tetapi hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila dilakukan
operasi dan merupakan kesempatan terbaik untuk menghindari
ketidakstabilan di masa mendatang. Prinsip pedomannya adalah :
a) Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam
14 hari)
b) Menggunakan insisi yang cukup lebar (kalau struktur posterior
juga robek dan akses tidak adekuat, insisi posterior yang kedua
akan membantu)
c) Memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat dan, kalau
mungkin, dengan penempelan ulang pada tulang (staples, atau
penjahitan lewat lubang bor, diperlukan)
d) Mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan autograf atau
implan
e) Melindungi perbaikan selama 6 minggu dalam gips di atas lutut.
Pada robekan yang luas sendi harus di eksplorasi, dan bagian
meniskus yang robek atau lepas dibuang. Kalau ligamen krusiatum
terobek,ligamen itu juga harus diperbaiki.
Kapsul posteromedial mungkin terpakasa ditempel ulang
dengan menjahitnya lewat lubang bor pada tulang. Ligamen yang
berjumbai dapat diperkuat dengan salah satu dari struktur tendinosa
di sekitarnya (misalnya, pas anserinus atau semimembranosa).
Ligamentum krusiatum anterior dapat terevaluasi pada kedua
ujungnya. Ini dapat ditempel ulang dengan fiksasi sekrup atau
dengan penjahitan yang melewati lubang bor yang ditempatkan

28
dengan sesuai pada tibia atau femur. Robekan di dalam bahan
ligamen sulit dijahit; perbaikan dapat diperkuat dengan
menggunakan salah satu dari tendon yang berdekatan atau implan
yang bebas. Pada ligamentum krusiatum posterior perbaikan atau
penguatan dapat lebih mudah dilakukan melalui pendekatan
posterior.
Pasca operasi tungkai diimobilisasi dalam gips panjang dengan
posisi lutut fleksi 40 derajat (kaki harus berotasi ke medial terutama
kalau struktur medial terlibat, berotasi ke lateral bila terjadi
kerusakan lateral). Gips ini biasanya dapat diganti dengan gips
penyangga berengsel setelah 3-4 minggu. Pembebanan bebas tidak
diperbolehkan hingga 8 minggu setelah perbaikan ligamen. Latihan
penguatan otot secara aktif diperlukan dan harus dilanjutkan
sekurang-kurangnya 6 bulan.
3) Terapi Non-Operasi
Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika
diagnosa meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu
saja, robekan ligamentum kolateral medial (yakni, bila lutut stabil
dalam ekstensi penuh) dapat diterapi secara efektif tanpa operasi.
Tungkai demobilisasi dalam gips selama 6-8 minggu; selama waktu
itu pasien diperbolehkan menahan beban dengan keruk penopang.
Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik hasil setelah operasi
dengan keahlian dan teknik yang modern, namun dapat diterima.
Ketidakstabilan yang tersisa dapat ditangani kemudian, kalau perlu
dengan pembedahan rekonstruksi.
h. Komplikasi
Perlekatan terjadi apabila lutut dengan robekan ligamen
sebagian tidak digunakan secara aktif, serat yang putus menempel
pada serat yang utuh dan tulang. Lutut dapat “lepas” dengan disertai
rasa nyeri; terdapat nyeri tekan lokal, dan rasa nyeri pada rotasi
medial atau lateral. Kekacauan dengan meniskus yang robek dapat
diatasi dengan uji penggerusan, atau dengan manipulasi dan injeksi

29
di bawah anestesi, yang biasanya kuratif. Kalau masih terdapat
keraguan mengenai kemungkinan robeknya meniskus, artroskopi
diindikasikan. Kadang-kadang cedera abduksi diikuti dengan
perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada ligamen medial
(penyakit Pallegrini-Stieda). Perkapuran pada sendi lutut biasanya
akan timbul pada usia lebih dari 60 tahun, tetapi gejala perkapuran
sudah sangat nyata pada kasus-kasus cedera lutut yang tidak
ditangani dengan baik, sering kali pada usia 40 tahun.

30
BAB III
PENUTUP

Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang
yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang
mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1). Cedera pada ligamen dapat terjadi
akibat benturan atau gerakan yang dapat mengakibatkan ligamen meregang
melebihi kemampuan normalnya.
Cedera pada ligamen sering terjadi pada ligamen di bagian lutut.
Penatalaksanaannya tergantung dari tingkat keparahan cedera. Untuk keseleo,
terapi bisa dilakukan dengan pemasangan gips selama beberapa minggu, sedangkan
untuk robekan ligamen ditangani dengan operasi untuk menjaga kestabilan sendi.

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Becker, E., Watson, J., Dreese., J. Investigation of multiligamentous knee injury
pattern with associated injuries presenting at a level I trauma center. J Orthop
Trauma 2013;27, 226-231.
2. Buyukdogan K, Laidlaw M, Miller MD. Surgical management of the multiple-
ligament knee injury. Arthroscopy Techniques. 2017; 7(2): e147-e164.
3. Cox C, Spindler K. Multi-ligamentous knee injuries – Surgical treatment algorithm.
N Am J Sports Phys Ther. 2008;3:198–203.
4. Frank, H , Netter , M.D. Atlas of Human Anatomy 7th Edition. Philadelphia :
Elsevier.2018
5. Louis, Solomon, Apley, A., Graham. System of Orthopaedics and Trauma. London
: CRC Press.2018
6. Rasjad, Chairuddin Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone.2009
7. Phisitkul, P., James, S., Wolf, B., & Amendola, A. . MCL Injuries of The Knee :
Current Concepts Review. The Lowa Orthopaedic Journal, 2009:77-90.
8. Skendzel, J. G., Sekiya, J., & Wojtys, E. Diagnosis and Management of the
Multiligament-Injured Knee. Journal of Orthopaedic & Sports Physical
Therapy,2012 : 234-242.

32

Você também pode gostar