Você está na página 1de 6

APLIKASI NUMERIK DALAM GEOTEKNIK

OLEH :
EKO BUDIANTO
P2305216401

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL GEOTEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
PENDAHULUAN

Dalam bidang teknik sipil, banyak dijumpai permasalahan-permasalahan lapangan yang


diselesaikan dengan menggunakan persamaan matematika. Penyelesaian persamaan
matematis untuk mendapatkan solusi permasalahan teknik sipil tersebut, sering terkendala
oleh rumitnya bentuk persamaan matematis serta aplikasinya untuk permasalahan lapangan
yang kompleks. Untuk itu diperlukan penyelesaian aproksimasi dengan cara numerik. Metode
numerik merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan
matematik sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan/arithmetik biasa. Dan
solusi yang diperoleh selalu mendekati solusi sesungguhnya, sehingga dinamakan dengan
solusi pendekatan, namun solusi ini dapat dibuat seteliti yang diharapkan. Solusi pendekatan
tidak tepat sama dengan solusi sesungguhnya, sehingga adaselisih yang biasa disebut galat (
error).

Berikut ini merupakan tahapan pemecahan masalah secara numerik :


1. Pemodelan
masalah dimodelkan dalam persamaan matematika
2. Penyederhanaan Model
model rumit di buat sederhana
3. Formulasi Numerik
setelah model matematik sederhana diperoleh selanjutnya memformulasi secara numerik
4. Pemrograman
menerjemahkan algoritma ke program komputer
5. Operasional
program computer di jalankan dengan data uji coba
6. Evaluasi
analisis hasil run dibandingkan dengan prinsip dasar dan hasil empiris

Salah satu bagian dari metode numerik yang berkaitan dengan aplikasi pemograman
yang digunakan dalam perhitungan dan pemodelan geoteknik yaitu Metode Elemen Hingga
(Finite Element Methode) digunakan untuk menentukan nilai pendekatan (approximate
solution) dari Persamaan Differensial Parsial (Partial Differential Equation/PDE) dan juga
persamaan integral contohnya pada persamaan transport panas (heat transport equation)
secara matematis.Pada penyelesaian PDE, tantangan utamanya adalah untuk membuat sebuah
persamaan yang mendekati bentuk yang uji, namun stabil secara numerik. Artinya kesalahan-
kesalahan pada input data dan perhitungan lanjutan tidak berakumulasi dan menghasilkan
output yang tidak berarti. Ada banyak cara untuk melakukan ini, dan tentu saja dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. FEM merupakan pilihan yang baik untuk menyelesaikan PDE
pada bidang yang kompleks (seperti pada mobil dan pipa saluran minyak), atau pada benda
yang domain / bidang pengaruhnya berubah (contohnya seperti benda padat yang tergesek
benda yang terus bergerak), ataupun juga jika presisi yang diinginkan bervariasi. Sebagai
contoh, pada simulasi cuaca di bumi, tentunya lebih baik jika akurasi prediksi di atas daratan
lebih teliti dibandingkan prediksi di atas lautan, sebuah tuntutan yang dapat dipenuhi dengan
baik dengan menggunakan FEM.
FEM berawal pada kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks dibidang
Teknik Sipil dan Teknik Aeronautika terutama pada permasalahan elastisitas dan analisa
struktur. Perkembangan FEM diawali atas jerih payah Alexander Hrennikoff (1941) dan
Richard Courant (1942). Pendekatan yang dilakukan oleh para pioneer ini benar-benar
berbeda, namun mereka mempopulerkan satu nilai yang esensial, yaitu: Diskretisasi Jaringan
/ Pembagian Jaringan pada sebuah bidang pengaruh (domain) yang menerus menjadi
kumpulan sub-domain yang berbeda. Hrennikoff menbagi-bagi domain dengan menggunakan
analogi kisi-kisi, sedangkan pendekatan yang dilakukan Courant adalah mengubah domain
menjadi sub-region dengan bentuk segitiga-segitiga terbatas (finite triangular subregions)
sebagai solusi untuk permasalahan lanjutan yaitu Persamaan Differensial Parsial Elips
(Elliptic Partial Differential Equations / PDEs) yang muncul pada permasalahan dibidang
torsi pada sebuah silinder. Kontribusi Courant berevolusi, penggambaran hasil awal PDEs
dibuat oleh Rayleigh, Ritz dan Galerkin.
Perkembangan FEM secara sungguh-sungguh diawali pada pertengahan sampai dengan
akhir dekade 1950an untuk bidang airframe dan analisa struktur dan meraih banyak energi
tambahan untuk berkembang pada University of California, Berkeley pada dekade 1960an
dibidang teknik sipil. Di tahun 1973, Strang dan Fix melalui tulisannya „An Analysis of The
Finite Element Methode“ mengatakan bahwa FEM menawarkan solusi matematis yang
setepat-tepatnya. Dan pada kelanjutannya FEM digunakan pula pada bidang aplikasi
matematika untuk bidang modeling numerik pada sistem fisik (physical system) untuk
berbagai bidang engineering, seperti pada elektro magnetik dan mekanika fluida.
Perkembangan FEM di mekanika struktur sering didasari pada prinsip energi, seperti pada
prinsip pekerjaan virtual (virtual work principle) atau prinsip energi potensial total minimum
(minimum total potential energy), dimana FEM menyediakan secara keseluruhan intuisi dan
basis fisik yang dapat menjadi bahan pertimbangan yang baik bagi para insinyur struktur.
PEMBAHASAN
Kemajuan yang sangat pesat di bidang komputer baik piranti lunak maupun hardware
dalam dua dekade terakhir telah menyebabkan FEM diterapkan secara massif pada level yang
belum pernah dibayangkan sebelumnya. Dengan kecanggihan piranti lunak-keras komputer
sekarang, masalah rekayasa yang rumit dapat dimodelkan dengan relatif mudah. Waktu yang
diperlukan untuk memecahkan problem pun semakin singkat. Sebagai ilustrasi, simulasi
tabrakan mobil dua puluh tahun lalu memerlukan waktu berminggu-minggu dengan
manggunakan superkomputer. Tetapi pada hari ini simulasi serupa hanya memerlukan waktu
belasan jam dengan menggunakan personal komputer secara garis besar ada dua pendekatan
metode numerik yaitu finite element method (FEM) dan boundary element (BEM). Masing-
masing berbeda pendekatanya dimana pada FEM, governing equation harus memenuhi
prasyarat boundary terlebih dahulu sementara pada BEM harus memenuhi prasyarat domain.
Bila membandingkan kedua metode ini secara apple to apple, dari segi komputasi
metodeFEM tidak efisien dibandingkan metode BEM karena untuk mengetahui potensial
(nilai pada suatu titik) kita melakukan komputasi terhadap seluruh domain yang didescritize
dimana umumnya kita hanya ingin mengatahui nilai boundarynya saja dan bukan nilai
domainnya. Sementara dari segi kemudahan approaching governing equation, metode FEM
lebih mudah karena hanya menggunakan polynomial function sementara pada BEM kita
bergerak menggunakan fundamental function dengan derajat singularity yang tinggi seperti
Green function atau Henkel function.
Finite element method (metode elemen hingga) atau FEM adalah salah satu metode
numerik yang paling banyak dipakai di dunia engineering (sipil, mesin, penerbangan,
mikroelektronik, bioengineering, material) dan diajarkan di dunia (baik akademia maupun
industri). Usianya lebih dari 40 tahun, dan hingga kini masih tetap dipakai, bahkan makin
berdiri.
Salah satu aplikasi numerik dalam hal ini Metode Elemen Hingga (Finite Element
Methode) yaitu dalam Program Plaxis 3D Tunnel. Aplikasi dalam geoteknik umumnya
membutuhkan permodelan struktur tanah untuk kemudian disimulasikan perilaku tanah
secara non linear dan time-dependent. Sebagai tambahan, dikarenakan tanah adalah material
berfasa banyak, prosedur tertentu dibutuhkan dalam mengatasi tekanan air pori (hydrostatic
dan non hydrostatic). Walaupun permodelan tanah itu sendiri merupakan salah satu faktor
terpenting, namun sejumlah permasalahan dalam geoteknik berhubungan dengan permodelan
struktur tanah dan interaksi antara tanah dengan struktur konstruksi.

Prosedur perhitungan dengan metode elemen hingga adalah sebagai berikut :


1. Membagi model fisis menjadi sejumlah elemen yang memiliki bentuk geometri
terntentu, seperti : segitiga, trapesium atau persegi.
2. Menentukan titik-titik simpul elemen sebagai titik hubung antar elemen sehingga syarat
keseimbangan dan kompatibilitas terpenuhi.
3. Menentukan fungsi perpindahan dari titik-titik dalam elemen.
4. Membentuk matriks kekakuan dan beban pada simpul untuk setiap elemen
5. Menerapkan persamaan keseimbangan untuk tiap-tiap elemen dan meggabugkannya
untuk seluruh model.
6. Melakukan perhitungan terhadap persamaan-persamaan yang telah terbentuk untuk
menghasilkan perpindaan dan gaya elemen yang terjadi berdasarkan syarat-syarat batas
yang telah ditentukan.
7. Melakukan perhitungan tegangan yang terjadi didalam elemen setelah gaya elemen
diketahui.

Berikut beberapa kelengkapan yang dimiliki program plaxis 3D tunnel :


a. Graphical input of geometry models, yaitu input program berupa lapisan tanah, struktru,
langkah konstruksi, pembebanan, dan kondisi batas yang dimasukan dalam bentuk grafis
(CAD) sehingga diharapkan permodelan yang akurat dan mendetail dari kondisi
sebenarnya dilapangan dapat tercapai, dan input permodelan geometri ini, finete element
mesh dibuat secara otomatis oleh plaxis.
b. Auomatic mesh generation, Yaitu pembuatan unstructered finete element mash secara
otomatis
c. High-order elements, yaitu elemen orde tinggi yang dibutuhkan untuk memperoleh
keakuratan distribusi tegangan tanah dan perkiraan beban runtuh.
d. Beams, yaitu struktur balok yang khusus digunakan sebagai dinding penahan tanah,
struktur terowongan dan struktur ramping lainya. Perilaku struktur tersebut didefinisikan
dengan tingkat kelenturan, kekakuan dan ultimate bending momen. Sendi plastis dapat
segera terbentuk jika momen mencapai batas ultimate. Struktur diatas dapat di gunakan
secara bersamaan untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam rekayasa geoteknik.
e. Interfaces, yaitu elemen sambugan yang diperlakukan dalam kalkulasi dimana terjadi
interaksi tanah dan struktur. Interface digunakan untuk memsimulasikan lapisan tipis
dimana terjadi geser seperti pada alas fundasi, tiang, geotkstil, dinding penahan tanah
dan lain-lain. Nilai koefisien geser dan adhesi antara tanah dan dinding dapat dimasukan
sebagai input dan tidak harus selalu sama dengan koefisien geser dan kohesi tanah.
f. Anchors, yaitu dimodelkan sebagai elemen pegas elastoplastis. Perilaku elemen ini
didefinisikan dengan tingkat kekakuan dan gaya yang dapat diterima. Analisis dapat
dilakukan untuk angkur prestressed.
g. Geotextile, yaitu elemen yang disimulasikan secara khusus oleh plaxis sebagai elemen
dengan tahanan tarik. Geotextiles dan geogrid umumnya digunakan pada konstruksi
perkuatan tanah atau pada struktru penahan tanah. Penggabungan elemen geotextile dan
interfaces ada Plaxis dapat mendekati kondisi sebenarnya.
h. Tunnel, dalam permodelan terowongan ini Plaxis memiliki pilihan parabolik dan non
parabolik. Beams dan interfaces dapat dimasukan kedalam permodelan struktur
terowongan dan interaksinya dengan tanah disekitarnya.
i. Mohr-coulomb model, yaitu model non linear sederhana yang didasari oleh data
parameter tanah. Namun tidak semua perilaku non-linear tanah termasuk kedalam model
ini. Model mohr-coulomb dapat digunakan untuk menghitung anka keamanan dengan
menggunakan pendekatan phi-creduction.
j. Advance soil model, yaitu berbagai macam model tanah sebagai tambahan dari model
mohr-coulomb. Agar dapat menanalisis perilaku pemampaan logaritmik dari tanah lunak
terkonsolidasi normal, model cam-clay dapat digunakan. Referensi pada manual yang
dapat digunakan adalah soft soil model. Pengembangan versi dari model ini adalah
permodelan secondary compression (creep). Untuk tanah keras, seperti lempung
overconsolidated dan pasir, dapat digunakan model hardening soil. Referensi pada
manual yang dapat digunakan adalah material models manual.
k. Steady state pore pressure, terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan dalam
permodelan tekanan pori rembesan tetap. Distribusi tekanan pori kompleks didasari oleh
analisis aliran air tanah dua dimensi. Sebagai alternatif penyederhanaan, distribusi
tekanan air pori multi linear yang diturunkan dari permukaan air tanah.
l. Excess pore pressure, dalam plaxis dibedakan antara tanah teralirkan (drained) dan tanah
takteralirkan (drained) dan tanah takteralirkan (undrained) didalam permodelan pasir
(permeable) dan lempung (impermeable). Kelebihan tekanan air pori diperhitungkan
dalam perhitungan plastis, jika lapisan tanah undrained diberi pembebanan.

Secara umum tahapan metodologi perhitungan menggunakan plaxis 3D Tunnel terdiri dari 3
tahap, yaitu :
1. Tahap input data (input)
2. Tahap perhitungan (calculation)
3. Hasil perhitungan (output)

Você também pode gostar