Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui cara perpindahan cairan tubuh
4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
5. Untuk mengetahui pengaturan volume cairan tubuh
6. Untuk mengetahui jenis cairan
7. Untuk mengetahui pengaturan elektrolit
8. Untuk mengetahui jenis cairan elektrolit
9. Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa
10. Untuk mengetahui masalah keseimbangan asam-basa
11. Untuk mengetahui kaktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
12. Untuk mengetahui masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit
13. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
BAB II
PEMBAHASAN
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap
satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya
disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
a. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 4
|5
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan
Cairan Ektraselular (CES).
1. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan
ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3
dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak
adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-
protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-.
2. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3
dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil
metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
D. Fungsi Cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transpor nutrisi ke sel
3. Transpor hasil sisa metabolisme
4. Transpor Hormon
5. Pelumas antar – organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga
membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.
Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
5. Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh
tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 9
| 10
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
H. Jenis Cairan
Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam
cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
1. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose)
2. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin
3. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn
I. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan
volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan
konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh
kosteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium
dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang
diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur
keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya
bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 10
| 11
Eksresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses,
keringat, urine, dan air mata.
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan
konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi
ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
L. Masalah Keseimbangan Asam-Basa
1. Asidosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernapasan,
peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat
disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.
2. Asidosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang
ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22
mEq/lt.
3. Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat menimbulkan terjadinya
pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli
paru dan lain-lain.
4. Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45
atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat dari :
a. HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa
b. Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik
c. Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik
d. Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik
e. Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel
yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti
ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
c. Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada
air
d. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual,
hiperaktivitas system pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan
diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma
mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
e. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang
dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan
sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada
pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu
ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3
mEq/lt.
g. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3
mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5
mEq/lt.
parenteral atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi
urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan
perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
b. Faktor yang Berhubungan
Meliputi faktor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan seperti
sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
c. Pengkajian Fisik
Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti
system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya
distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi
dan cairan mata), system neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan
adanya refleksi) dan system gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising
usus).
d. Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya
Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, berat jenis
urine, analisis gas darah dan lain-lain).
2. Diganosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau
lainnya; peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka
bakar atau meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara
berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah
jantung akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular
perifer atau thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta
tekanan osmotic koloid yang rendah.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1) Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status
keseimbangan cairan.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit| 17
| 18
4. Implementasi Keperawatan
1) Pemberian cairan melalui infuse
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan
keseterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian
cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien)
diantaranya vena lengan (vena sefalika basilica dan mediana kubiti), pada tungkai
(vena safena), atau vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus
untuk anak-anak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran
cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga
dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra- dan pascabedah, sebelum
transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hbungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses
slang ke botol infus
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian
dan buka klem slang sehingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar
5. Letakka pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm diatas
tempat penusukan dan anjurkan pasien menggenggam dengan gerakan sirkular
(bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
9. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena
dan posisi jarum (abocath) mengarah keatas
2) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui
vena dengan menggunakan set transfuse. Pemberian transfusi darah digunakan untuk
memenuhi volume sirkulasi darah memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada operasi
besar, perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan
Hb atau kelainan darah. Tindakan transfusi darah juga dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan
darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah
(terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Tujuan
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
hemoragi)
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada pasien anemia berat
3. Memberikan komponen selular tetentu sebagai terapi sulih (misalnya, factor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemophilia).
2. Set transfusi
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai dengan program medis
5. Set transfusi
6. Pengalas
7. Torniket
8. Kapas alcohol
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadin
13. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfuse
darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang Y atau tunggal)
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (lihat prosedur pemasangan infus) terlebih
dahulu sebelum pemberian transfuse darah
6. Lakukan lebih dahulu transfuse darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran
produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan.
7. Buka set pemberian darah
Untuk slang Y, atur ketiga klem
Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfuse darah dengan slang Y:
Tusuk kantong NaCl 0,9%
Isi slang dengan NaCl
Buka klem pengatur pada slang Y dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
Tutup/klem pada selang yang tidak digunakan
Tekan sisi balik menggunakan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter
terisi sebagian)
Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
Kantong darah perlahan dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya tercampur.
Kemudian tusuk kantung darah dan buka klem pada slang dan filter terisi
darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal:
Tusuk kantung darah
Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi
sebagian.
Buka klem pengatur biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya.
12. Setelah darah diinfuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan
pengeluaran, nilai elektrolit dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan
atau tidak ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal
juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion
hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami kebutuhan cairan dan elektrolit terutama cara
memasangkan infuse, menghitung tetesan infuse dan tranfusi darah, serta mampu melakukan
tindakan yang benar kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA