Você está na página 1de 29

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD

DISUSUN OLEH
NAMA : FITA PRAMESTI WALUYANI
NIM : P1337420216077
3B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas, Meguid El & Adeera Levin)
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic tubuh
atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal
merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai
penyakit traktus urinarius dan ginjal (Saifudin, 2010).
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai
dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan
kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk
keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta
terjadinya azotemia.
Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahan-bahan racun yang menyebabkan penimbunan limbah
metabolik di dalam darah (misalnya urea).
B. Etiologi
Beberapa individu tanpa kerusakan ginjal dan dengan GFR normal atau meningkat
dapat beresiko menjadi CKD, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan apakah individu-individu ini menderita CKD atau tidak.
Kondisi-kondisi yang meningkatkan resiko terjadinya CKD:
1. Riwayat penyakit ginjal polikistik atau penyakit ginjal genetik lainnya di keluarga
2. Bayi dengan berat badan lahir rendah
3. Anak-anak dengan riwayat gagal ginjal akut akibat hipoksia perinatal atau serangan
akut lainnya pada ginjal
4. Hipoplasia atau displasia ginjal
5. Gangguan urologis, terutama uropati obstruktif
6. Refluks vesikoureter yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih berulang dan
parut di ginjal
7. Riwayat menderita sindrom nefrotik dan nefritis akut
8. Riwayat menderita sindrom uremik dan nefritis akut
9. Riwayat menderita purpura Henoch-Schonlein
10. Diabetes Melitus
11. Lupus Eritermatosus Sistemik
12. Riwayat menderita hipertensi
13. Penggunaan jangka panjang obat anti inflamasi non steroid

C. Klasifikasi
Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat GFR (Glomerulus Filtrat Rate)1:
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dengan GFR masih
normal > 90 ml/menit/1,73 m2.
2. Stadium 2
Kerusakan ginjal ringan dengen penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang
mengganggu.
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persistan dengan GFR 60-89
ml/menit/1,73 m2.
3. Stadium 3
Kerusakan ginjal masih bisa dipertahankan.
Kelainan ginjal dengan GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.
4. Stadium 5
Kerusakan parah harus cuci ginjal.
Kelainan ginjal dengan GFR < 15 ml/menit/1,73m2.

Progresi CRF melewati empat tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufiensi
ginjal, gagal ginjal, dan end-stage renal disease. Tahap perkembangan gagal ginjal
menurut Baradero yaitu:
1. Penurunan cadangan ginjal
- Sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi
- Lajut filtrasi glomerulus 50-50% normal
- BUN dan kreatinin serum masih normal
- Pasien asimtomatik
2. Gagal ginjal (insufisiensi ginjal)
- 75-80% nefron tidak berfungsi
- Laju filtrasi glomerulus 20-40% normal
- BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
- Anemia ringan dan azotemia ringan
- Nokturia dan poliuria
3. Gagal ginjal
- Laju filtrasi glomerulus 10-20% normal
- BUN dan kreatinin serum meningkat
- Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
- Berat jenis urine 1,010
- Poliuria dan nokturia
4. End stage renal disease (ESRD)
- Lebih dari 80% nefron tidak berfungsi
- Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal
- BUN dan kreatinin tinggi
- Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
- Berat jenis urine tetap 1,010
- Oliguria
Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearance rate untuk menilai
fungsi ginjal.
GFR Kreatinin (ml/ menit/ Clearance Rate (ml/
(mg/dL) 1,73 m2) menit)

Normal >90 Pria <1,3 Pria 90-145


Wanita <1,0 Wanita 75-115

Gangguan ginjal 60-89 Pria 1,3-1,9 56-100


ringan Wanita 1-1,9
Gangguan ginjal 30-59 2-4 35-55
sedang
Gangguan ginjal 15-29 >4 <35
berat
D. Patofisiologis/Pathway

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.

 Gangguan Klirens Ginjal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
sebenarnya dibersihkan oleh ginjal

Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin
24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara
konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti
steroid.

 Retensi Cairan dan Ureum

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan
cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
 Asidosis

Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring


dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi
ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat
dan asam organic lain juga terjadi

 Anemia

Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.

 Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat

Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan
kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit
tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara
normal dibuat di ginjal menurun.

 Penyakit Tulang Uremik

Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin, 2009 gambaran klinis pada gagal ginjal yaitu:
- Pada gagal ginjal stadium 1, tidak tampak gejala-gekala klinis.
- Seiring dengan perburukan penyakit, penurunan pembentukan eritropoietin
menyebabkan keletihan kronis dan muncul tanda-tanda awal hipoksia jaringan dan
gangguan kardiovaskular.
- Dapat timbul poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena ginjal tidak mampu
memekatkan urin seiring dengan perburukan penyakit.
- Pada gagal ginjal stadium akhir, pengeluaran urin turut akibat GFR rendah.
Menurut Baradero, 2008:

Penyebab Tanda/ gejala Parameter pengkajian

Sistem hematopoietic
Eritropoietin menurun Anemia, cepat lelah Hematokrit
Perdarahan Trombositopenia Hemoglobin
Trombositopenia ringan Ekimosis Hitung trombosit
Kegiatan trombosit Perdarahan Petekie dan hematoma
menurun Hematemesis dan melena

Sistem kardiovaskular
Kelebihan beban cairan Hipervolemia Tanda vital
Mekanisme renin- Hipertensi Berat badan
angiotensin Takikardi Elektrocardiogram
Anemia Disritmia Auskultasi jantung
Hipertensi kronik Gagal jantung kongestif Pemantauan elektrolit
Toksin uremik dalam Pericarditis Kaji keluhan nyeri
cairan pericardium
Sistem pernapasan
Mekanisme kompensasi Takipnea Pengkajian pernapasan
untuk asidosis metabolic Pernapasan kussmaul Hasil pemeriksaan gas
Toksin uremik Halitosis uremik atau darah arteri
Paru uremik fetor Inspeksi mukosa oral
Kelebihan beban cairan Sputum yang lengket Tanda vital
Batuk disertai nyeri
Suhu tubuh meningkat
Hilar pneumonitis
Pleularr friction rub
Edema paru
Sistem gastrointestinal
Perubahan kegiatan Anoreksia Asupan dan haluaran
trombosit Mual dan muntah Hematokrit
Toksin uremik serum Perdarahan Hemoglobin
Ketidakseimbangan gastrointestinal Uji guaiak untuk feses
elektrolit Distensi abdomen Kaji feses
Urea diubah menjadi Diare dan konstipasi Kaji nyeri abdomen
amonia oleh saliva
Sistem neurologi
Toksin uremik Perubahan tingkat Tingkat kesadaran
Ketidakseimbangan kesadaran; letargi, Refleks
elektrolit bingung, stupor, dan Elektroensefalogram
Edema serebral karena koma Keseimbangan elektrolit
perpidahan cairan Kejang
Tidur terganggu
Asteriksis
Sistem skeletal
Absorbsi kalsium Osteodistrofi ginjal Faktor serum
menurun Rickets ginjal Kalsium serum
Ekskresi fosfat menurun Nyeri sendi Kaji nyeri sendi
Pertumbuhan lambat
pada anak
Kulit
Anemia Pucat Lecet, lebam, dan luka
Pigmentasi Pigmentasi Kaji warna kulit
Kelenjar keringat Pruritus Perhatikan garukan pada
mengecil Ekimosis kulit
Kegiatan kelenjar lemak Lecet
menurun Uremic frosts
Ekskresi sisa metabolism
melalui kulit
Sistem perkemihan
Kerusakan nefron Haluaran urin berkurang Asupan dan haluaran
Berat jenis urin menurun BUN dan kreatinin serum
Proteinuria Elektrolit serum
Fragmen dan sel dalam Berat jenis urin
urin
Natrium dalam urin
berkurang
Sistem reproduksi
Abnormalitas hormonal Infertilitas Menstruasi
Anemia Libido menurun Hamatokrit
Hipertensi Disfungsi ereksi Hemoglobin
Malnutrisi Anemorea
Lambat pubertas

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Ditunjukkan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat kompliksi ginjal.
2. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
3. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologist.
4. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
5. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
6. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta ada batu atau obstruksi lain.
7. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
8. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
9. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler, parenkim) serta sisa
fungsi ginjal
10. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Melihat adanya kardiomegali, efusi perkarditis
11. Pemeriksaan Radiologi Paru
Melihat uremik lung yang disebabkan karena bendungan
12. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalimia)
13. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostic gagal ginjal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologi
14. Pemeriksaan Laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urine
- Volume
Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
- Warna
Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus/nanah, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan
adanya darah, miglobin, dan porfirin.
- Berat Jenis
Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
- Osmolalitas
Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine/ureum sering 1:1.

c. Kreatinin
Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
g. Gula darah tinggi
h. Hipertrigliserida
i. Asidosis metabolic

G. Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan gagal ginjal kronik menurut dr. Imam Rasjidi
dalam bukunya yang berjudul Panduan Pelayanan Medik Model Interdisiplin
Penatalaksaan Kanker Serviks dengan Gangguan ginjal meliputi:
1. Pengobatan penyakit dasar atas diagnosis yang ada
2. Pengobatan terhadap penyakit penyerta
3. Penghambatan progresivitas penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyait kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap komplikasi
6. Persiapan dan pemilihan terapi pengganti ginjal, khususnya apabila sudah didapatkan
gejala dan tanda-tanda uremia.

Terapi non farmakologis:


1. Pengaturan asupan protein:
- Pasien non dialysis 0,6-0,75 g/ kg BB ideal/ hari sesuai dengan CCT dan toleransi
pasien
- Pasien hemodialisis 1-1,2 g/ kg BB ideal/ hari
- Pasien peritoneal dialysis 1,3 g/ kg BB/ hari
2. Pengaturan asupan kalori: 35 kal/ kg BB ideal/ hari
3. Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang
sama antara lemak bebas jenuh dan tidak jenuh.
4. Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
5. Pengaturan asupan garam dan mineral
- Garam (NaCl): 2-3 g/ hari
- Kalium 40-70 mEq/ kg BB/ hari
- Fosfor: 5-10 mg/ kg BB/ hari
- Pasien HD 17 mg/ hari
- Kalsium: 1400-1600 mg/ hari
- Besi: 10-18 mg/ hari
- Magnesium: 200-300 mg/ hari
- Asam folat pasien hemodialisa: 5 mg
- Air: jumlah urine 24 jam + 500 ml (IWL)
Pada CAPD air disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan berat badan
diantara waktu HD <5% BB kering.
1. Terapi farmakologis:
- Kontrol tekanan darah
Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi kratinin dan
kalium serum. Bila kreatini serum >35% atau timbul hiperkalemi, hentikan terapi
ini.
- Penghambat kalsium
- Diuretik
- Pada pasien DM, gula darah dikontrol. Hindari memaka metforminin dan obat-
obatan sulfonylurea dengan masa kerja yang panjang. Target HbA1C untuk DM
Tipe I 0,2 di ats normal tertinggi. Untuk DM Tipe II adalah 6%.
- Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/ dL
- Kontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat atau kalsium asetat
- Kontrol osteodistrol renal: kalsitriol
- Koreksi asidosis metabolic dengan target HCO3 20-22 mEq/L
- Koreksi hiperkalemia
- Kontrol dislipidemia dengan target LDL <100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
- Terapi ginjal pengganti
H. Pengkajian Primer
1. Airway
a. Lidah jatuh kebelakang
b. Benda asing/darah pada rongga mulut
c. Adanya secret
2. Breathing
a. Pasien sesak nafas dan cepat letih
b. Pernafasan kusmaul
c. Dipsnea
d. Nafas berbau amoniak
3. Circulation
a. TD meningkat
b. Nadi kuat
c. Disritmia
d. Adanya peningkatan JVP
e. Terdapat edema pada ekstremitas
f. Capillary refill > 3 detik
g. Akral dingin
h. Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
4. Disability
Pemeriksaan neurologis : GCS menurun bahkan terjadi koma, kelemahan dan
keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
pada tungkai
A (Allert) : sadar penuh, respon bagus
V (Voice Respon) : kesadaran menurun, berespon terhadap suara
P (Pain Respon) : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara,
tidak berespon terhadap rangsang nyeri
U (Unresponsive) : kesadaran menurun. Tidak berespon terhadap suara,
tidak berespon terhadap nyeri
I. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan
ROM
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, takikardia,
hipotensi ortostatik, friction rub
3. Psikologis
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada kekuatan, cemas, takut.
4. Nutrisi dan Cairan
Peningkatan berat badan karena oedema, penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan
lemak subkutan.
5. Eliminisi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, perubahan warna urine, urine pekat, diare,
konstipasi, abdomen kembung.
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan status
mental, penurunan lapang penglihatan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma.
7. Aman dan Nyaman
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, gelisah, kulit gatal, infeksi
berulang, pruritus, ekimosis.
8. Pernafasan
Pernafasan cepat dan dangkal, paroksismal nocturnal, dipsneau, batuk produktif
dengan frotty sputum bila terjadi oedema pulmonal.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d edema pulmonal, kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung

2. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium
oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
4. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu
dan status nutrisi yang buruk selama sakit, fatigue
5. Kerusakan integritas kulit
6. Resiko infeksi
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
K. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b/d edema NOC : NIC :


pulmonal, kongesti paru, hipertensi Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
pulmonal, penurunan perifer yang Respiratory Status : ventilation - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
mengakibatkan asidosis laktat dan Vital Sign Status jaw thrust bila perlu
penurunan curah jantung Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Setelah dilakukan tindakan ventilasi
Definisi : Kelebihan atau kekurangan keperawatan selama 3x24 jam, - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran diharapkan gangguan pertukaran gas jalan nafas buatan
karbondioksida di dalam membran teratasi dengan kriteria hasil: - Pasang mayo bila perlu
kapiler alveoli - Mendemonstrasikan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
peningkatan ventilasi dan - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Batasan karakteristik : oksigenasi yang adekuat - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Gangguan penglihatan - Memelihara kebersihan paru tambahan
Penurunan CO2 paru dan bebas dari tanda tanda - Lakukan suction pada mayo
Takikardi distress pernafasan - Berikan bronkodilator bila perlu
Hiperkapnia Mendemonstrasikan batuk efektif - Berikan pelembab udara
Keletihan dan suara nafas yang bersih, tidak - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Somnolen ada sianosis dan dyspneu (mampu keseimbangan
Iritabilitas mengeluarkan sputum, mampu - Monitor respirasi dan status O2
Hypoxia bernafas dengan mudah, tidak ada Respiratory Monitoring
Kebingungan pursed lips) - Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
Dyspnoe Tanda tanda vital dalam rentang respirasi
Nasal faring normal - Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
AGD Normal penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Sianosis supraclavicular dan intercostal
Warna kulit abnormal (pucat, - Monitor suara nafas, seperti dengkur
kehitaman) - Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
Hipoksemia kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Hiperkarbia - Catat lokasi trakea
Sakit kepala ketika bangun - Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
Frekuensi dan kedalaman nafas paradoksis )
abnormal - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Faktor faktor yang berhubungan : - Tentukan kebutuhan suction dengan
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
Perubahan membran kapiler-alveolar napas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen
- Monitor IV line
- Pertahankanjalan nafas paten
- Monitor AGD, tingkat elektrolit
- Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
- Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
- Monitor pola respirasi
- Lakukan terapi oksigen
- Monitor status neurologi
- Tingkatkan oral hygiene
2. Kelebihan volume cairan b/d NOC : NIC :
berkurangnya curah jantung, retensi Electrolit and acid base balance Fluid management
cairan dan natrium oleh ginjal, Fluid balance - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
hipoperfusi ke jaringan perifer dan - Pertahankan catatan intake dan output yang
hipertensi pulmonal Kriteria Hasil: akurat
Setelah dilakukan tindakan - Pasang urin kateter jika diperlukan
Definisi : Retensi cairan isotomik keperawatan selama 3x24 jam, - Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
meningkat diharapkan kebutuhan cairan cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Batasan karakteristik : terpenuhi dengan kriteria hasil: - Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
Berat badan meningkat pada waktu - Terbebas dari edema, efusi, MAP, PAP, dan PCWP
yang singkat anaskara - Monitor vital sign
Asupan berlebihan dibanding output - Bunyi nafas bersih, tidak ada - Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
Tekanan darah berubah, tekanan arteri dyspneu/ortopneu (cracles, CVP, edema, distensi vena leher,
pulmonalis berubah, peningkatan CVP - Terbebas dari distensi vena asites)
Distensi vena jugularis jugularis, reflek hepatojugular - Kaji lokasi dan luas edema
Perubahan pada pola nafas, (+) - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara - Memelihara tekanan vena intake kalori harian
nafas abnormal (Rales atau crakles), sentral, tekanan kapiler paru, - Monitor status nutrisi
kongestikemacetan paru, pleural output jantung dan vital sign - Berikan diuretik sesuai interuksi
effusion dalam batas normal - Batasi masukan cairan pada keadaan
Hb dan hematokrit menurun, perubahan - Terbebas dari kelelahan, hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
elektrolit, khususnya perubahan berat kecemasan atau kebingungan mEq/l
jenis - Menjelaskan indikator - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
Suara jantung SIII kelebihan cairan muncul memburuk
Reflek hepatojugular positif
Oliguria, azotemia Fluid Monitoring
Perubahan status mental, kegelisahan, - Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
kecemasan dan eliminasi
- Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
Faktor-faktor yang berhubungan : ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
Mekanisme pengaturan melemah diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
Asupan cairan berlebihan diaporesis, disfungsi hati, dll)
Asupan natrium berlebihan - Monitor berat badan
- Monitor serum dan elektrolit urine
- Monitor serum dan osmilalitas urine
- Monitor BP, HR, dan RR
- Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
- Monitor parameter hemodinamik infasif
- Catat secara akutar intake dan output
- Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala dari odema
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
intake yang tidak adekuat Intake - Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
untuk keperluan metabolisme tubuh. Setelah dilakukan tindakan pasien.
keperawatan selama 3x24 jam, - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : diharapkan kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
Berat badan 20 % atau lebih di bawah terpenuhi dengan kriteria hasil: dan vitamin C
ideal - Adanya peningkatan berat - Berikan substansi gula
Dilaporkan adanya intake makanan badan sesuai dengan tujuan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
yang kurang dari RDA (Recomended - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Daily Allowance) tinggi badan - Berikan makanan yang terpilih (sudah
Membran mukosa dan konjungtiva - Mampu mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
pucat kebutuhan nutrisi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
Kelemahan otot yang digunakan untuk - Tidak ada tanda tanda makanan harian.
menelan/mengunyah malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Luka, inflamasi pada rongga mulut - Tidak terjadi penurunan berat - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah badan yang berarti - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
mengunyah makanan nutrisi yang dibutuhkan
Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan Nutrition Monitoring
Dilaporkan adanya perubahan sensasi - BB pasien dalam batas normal
rasa - Monitor adanya penurunan berat badan
Perasaan ketidakmampuan untuk - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
mengunyah makanan dilakukan
Miskonsepsi - Monitor interaksi anak atau orangtua selama
Kehilangan BB dengan makanan makan
cukup - Monitor lingkungan selama makan
Keengganan untuk makan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
Kram pada abdomen selama jam makan
Tonus otot jelek - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Nyeri abdominal dengan atau tanpa - Monitor turgor kulit
patologi - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
Kurang berminat terhadap makanan patah
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Monitor mual dan muntah
Diare dan atau steatorrhea - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
Kehilangan rambut yang cukup banyak kadar Ht
(rontok) - Monitor makanan kesukaan
Suara usus hiperaktif - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Kurangnya informasi, misinformasi - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Faktor-faktor yang berhubungan : - Monitor kalori dan intake nuntrisi
Ketidakmampuan pemasukan atau - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
mencerna makanan atau mengabsorpsi papila lidah dan cavitas oral
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
biologis, psikologis atau ekonomi.
4. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung NOC : NIC :
yang rendah, ketidakmampuan Energy conservation Energy Management
memenuhi metabolisme otot rangka, Self Care : ADLs - Observasi adanya pembatasan klien dalam
kongesti pulmonal yang menimbulkan melakukan aktivitas
hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi Kriteria Hasil : - Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
yang buruk selama sakit Setelah dilakukan tindakan terhadap keterbatasan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue keperawatan selama 3x24 jam, - Kaji adanya factor yang menyebabkan
diharapkan klien dapat beraktivitas kelelahan
Definisi : Ketidakcukupan energi secara dengan kriteria hasil: - Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
fisiologis maupun psikologis untuk - Berpartisipasi dalam aktivitas - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
meneruskan atau menyelesaikan fisik tanpa disertai peningkatan emosi secara berlebihan
aktifitas yang diminta atau aktifitas tekanan darah, nadi dan RR - Monitor respon kardivaskuler terhadap
sehari hari. - Mampu melakukan aktivitas aktivitas
sehari hari (ADLs) secara - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
Batasan karakteristik : mandiri pasien
Melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan. Activity Therapy
Respon abnormal dari tekanan darah - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
atau nadi terhadap aktifitas Medik dalammerencanakan progran terapi yang
Perubahan EKG yang menunjukkan tepat
aritmia atau iskemia - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan yang mampu dilakukan
saat beraktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi
Faktor-factor yang berhubungan : dan social
Tirah Baring atau imobilisasi - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
Kelemahan menyeluruh sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
Ketidakseimbangan antara suplei diinginkan
oksigen dengan kebutuhan - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
Gaya hidup yang dipertahankan. seperti kursi roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
5. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
Definisi: Tissue integrity: skin and mucous Pressure Management
Perubahan/ gangguan epidermis dan/ membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
atau dermis Hemodyalis akses yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Kerusakan lapisan kulit (dermis) Setelah dilakukan tindakan kering
Gangguan permukaan kulit (epidermis) keperawatan selama 3x24 jam, - Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
Invasi struktur tubuh diharapkan kerusakan integritas kulit - Monitor kulit adanya kemerahan
teratasi dengan kriteria hasil: - Oleskan lotion pada daerah yang tertekan
Faktor yang berhubungan: - Integritas kulit yang baik bisa - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Eksternal dipertahankan (sensai, - Monitor status nutrisi pasien
- Internal elastisitas, temperature, hidrasi, - Memandikan pasien dengan sabun dan air
pigmentasi) hangat
- Tidak ada luka/ lesi pada kulit Insition care
- Perfusi jaringan baik Dialysis Acces Maintenance
- Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
6. Resiko infeksi NOC : NIC:
Definisi: Mengalami peningkatan Immune status Infection control
resiko terserang organism patogenik Knowledge: infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Risk control - Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko: - Batasi pengunjung bila perlu
- Penyakit kronis Kriteria Hasil : - Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan
- Pengetahuan yang tidak cukup Setelah dilakukan tindakan saat berkunjung dan setelah berkunjung
untuk menghindari pemajanan keperawatan selama 3x24 jam, - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
patogen diharapkan resiko infeksi tidak - Tingkatkan intake nutrisi
- Pertahanan tubuh primer yang terjadi dengan kriteria hasil: - Berikan terapi antibiotic bila perlu
tidak adekuat - Klien bebas dari tanda dan Infection protection
- Ketidakadekuatan pertahanan gejala infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
sekunder - Mendiskripsikan proses lokal
- Vaksinasi tidak adekuat penularan penyakit, factor yang - Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Pemajanan terhadap patogen mempengaruhi penularan serta - Batasi pengunjung
lingkungan meningkat penatalaksanaannya - Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur invasive - Menunjukkan kemampuan - Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
- Malnutrisi untuk mencegah timbulnya kemerahan, panas, drainase
infeksi - Inspeksi kondisi lika/ insisi bedah
- Jumlah leukosit dalam batas - Dorong masukan nutrisi dan cairan
normal - Dorong istirahat
- Menunjukkan perilaku hidup - Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
sehat infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :
perifer Circulation status Peripheral Sensation Management
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke Kriteria Hasil : peka terhadap panas/ dingin/ tajam/ tumpul
perifer yang dapat mengganggu Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya paretese
kesehatan keperawatan selama 3x24 jam, - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
diharapkan perfusi jaringan perifer kulit jika ada lesi atau laserasi
Batasan karakteristik: efektif dengan kriteria hasil: - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Tidak ada nadi - Mendemostrasikan status - Batasi gerakan pada kepala, leher, dan
Perubahan fungsi motorik sirkulasi yang ditandai dengan: punggung
Perubahan karakteristik kulit Tekanan systole dan diastole - Monitor kemampuan BAB
Perubahan tekanan darah di ekstremitas dalam rentang yang diharapkan - Kolaborasi pemberian analgesic
Waktu pengisian kapiler >3 detik Tidak ada ortostatik hipertensi - Monitor adanya tromboplebitis
Warna kembali ke tungkai saat tungkai - Mendemonstrasikan - Diskusikan mengenai penyebab perubahan
diturunkan kemampuan kognitif sensasi
Kelambatan penyembuhan luka perifer - Menunjukkan fungsi sensori
Penurunan nadi motori cranial yang utuh
Edema
Nyeri ekstremitas
Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor yang berhubungan:
- Kurang pengetahuan tetang factor
pemberat
- Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit
- Diabetes mellitus
- Hipertensi
- Gaya hidup monoton
- Merokok
DAFTAR PUSTAKA

1. Alam, Syamsir dan Iwan Hadibroto. 2008. Gagal ginjal: Panduan Lengkap untuk
Penderita dan keluarganya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Baradero, Mary. 2008. Klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC.
3. Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.
4. Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
5. Rasjidi, Imam dkk. 2008. Panduan pelayanan medik: model interdisiplin
penatalaksanaan kanker serviks dengan gangguan ginjal. Jakarta: EGC
6. Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
7. NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
8. Sinto R, Nainggolan G. 2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata
Laksana. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Você também pode gostar