1 Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi
Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan untuk menjadi dasar dalam memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk menyadari bahwa tujuan akhir jasa akuntansi organisasi bukan sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari pelaksanaan segala prosedur akuntansi, tetapi juga bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di dalam perusahaan, baik sebagai pemakai maupun pelaksana, dipengaruhi oleh informasi yang dihasilkannya.
1. Akuntansi adalah Tentang Manusia
Dari pengalaman dan praktik, banyak manajer dan akuntansi telah memperoleh suatu pemahaman yang lebih dari sekedar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun juga, harus diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan terkadang sampai menyebabkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi menjadi meragukan. Para manajer terbiasa bebas memanupulasi laporan informasi sistem akuntansi karena pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan hanya berdasarkan hasil yang mereka laporkan dan bukan berdasarkan kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas organisasi. Dengan menganalisis secara sistematis hubungan antara sistem akuntansi, bentuk pengendalian, sikap manusia dalam pengambilan keputusan, serta tingkatan sosial dan perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya keluar. Dengan demikian, hal tersebut tidak menjadi dasar bagi munculnya konflik dan pertentangan dari banyaknya permasalahan akuntansi, serta tidak menyebabkan potensi organisasi dan akuntansi sosial itu sendiri diragukan.
2. Akuntansi adalah Tindakan
Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan guna mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada besarnya porsi tanggung jawab dan rasa tanggung jawab anggota tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Untuk itu, keselarasan tujuan (good congruence) antara individu dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan terjadinya sinergi antara individu dan organisasi. Keselarasan tersebut dapat diwujudkan dengan lebih baik ketika individu memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran. Lewat akuntansi, berbagai realisasi dalam anggaran dapat diwujudkan dan informasi yang dihasilkannya terus berdampak pada pola tindakan individu yang ada dalam organisasi tersebut. Akuntansi Tentang Ekonomi Dan Politik (Political Economy Of Accounting-Pea) Cooper dan Sherer (1994)21 mengatakan bahwa studi akuntansi harus mengenali kekuatan yang ada dalam masyarkat sehingga dampak pelaporan akuntansi atas disribusi pendapatan, kekayaan, dan kekuasaan di masyarakat harus menjadi focus penyelidikan. Sementara, Hoogvelt dan Tinker (1978)22 melakukan penelitian yang mengawali pemikiran tentang Political Economy of Accounting (PEA) menemukan bahwa kinerja keuangan perusahaan multinasional itu pada setiap periodisasi di Afrika yang notabene sebuah Negara miskin sangat dipengaruhi oleh pengaturan politik dan aturan lain negara tersebut. Penelitian tentang PEA juga dilakukan Muhamad Yamin Noch, (2013)25 dengan mengambil topic analisis Political Economy of Accounting atas Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua menyimpulkan: Pertama, bahwa regulasi terkait DOK belum memadai untuk menyejahterakan rakyat Papua. Kedua, potensi penerimaan dari SDA dan penerimaan/pendapatan DOK dipandang masih bermasalah. McLeod dan Harun (2009) meyakini kalau masyarakat sebagai stakeholder memiliki keterbatasan untuk memahami informasi akuntansi. Melalui keterbatasan tersebut elit berusaha memanfaatkan peluang untuk menciptakan laporan akuntansi yang sulit untuk dipahami dan diakses oleh publik. Disisi lain ketidakpahaman public justru menjadi konflik karena elit dianggap dengan sengaja menyembunyikan informasi yang harus diketahui dan bahkan terjadi karena ketidakjelasan regulasi.