Você está na página 1de 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :
1. Pengetahuan implisit.
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak
bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan
bisa tidak disadari.
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam bentuk perilaku
kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan.
2.1.3 Tahapan Pengetahuan
Tahapan pengetahuan ada enam tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Tahu (know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat pelistilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar,
dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
3. Aplikasi (application)

4
5

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


tersebut secara benar.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan diluar sekolah (baik formal maupun
nonformal), berlangsung seumur hidup.
2. Informasi/ Media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
6

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui


penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tetentu
sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan
memberikan pengetahuan dan ketrampilan professional, serta dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan social, serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
2.1.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai
materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang
tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberiakn
7

tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan


seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut.
1. Bobot I :tahap tahu dan pemahaman.
2. Bobot II :tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
3. Bobot III :tahap tahu,pemahaman,aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan
kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Budiman (2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai
berikut.
1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%
2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%
3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 55%
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
2.2.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah:
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
Sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun malalui
jalur ayah.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawinan
8

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan keluarga


dan beberapa sanak.
2.2.3 Tipe Keluarga
1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dana anak
yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri
dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja dirumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat dari perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarir dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karir dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10.Three Generation. Tiga generasi atau lebih tiggal pada satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dan anak-anak.
9

14. Unmarried Parent and child. Ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
15. Cahibing Couple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
Tipe Keluarga Tradisional
1. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak (kandung/angkat)
2. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah misalnya kakak, nenek, paman,bibi.
3. Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
4. Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
5. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.
2.2.4 Fungsi dan Tugas Keluarga
Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi biologis, yaitu fungsi meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memeberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
3. Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan menentukan
nilai-nilai budaya.
4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
5. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
10

Friedman (2011), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga


diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.
1. Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif merupakan
sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif anatara lain
a. Memelihara saling asuh (mutual nurturance).
b. Keseimbangan saling menghargai.
c. Pertalian dan idntifikasi.
d. Keterpisahan dan kepaduan.
2. Fungsi Sosialisasi (The Socialization Function)
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai
respons terhadap situasi yang terpola secara social yang mereka alami.
3. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol.
4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan
perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini
sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada dibawah garis kemiskinan,
perawat bertanggungjawab untuk mencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan
status kesehatan.
5. Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan( The Health Care
Function)
Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna
menempatkan dalam sebuah perspektif, fungsi ini merupakan salah satu
fungsi keluarga yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti
makan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Jika dilihat
dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan system dasar, dimana
perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dan diamankan. Tugas
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
11

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.


b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang didalamnya
terdapat delapan tugas pokok, anatara lain :
1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga.
3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya.
4. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban
dan kehangatan para anggota keluarga.
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.
6. Memelihara keakraban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
2.2.5 Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami
dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memiliki keluarga baru. Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-
hari. Hal lain yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat
untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Mambina hubungan saling intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
social.
d. Merencanakan anak (KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
12

oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang


penting. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggungjawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggungjawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini
sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak,
khususnya kemandirian agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatara lain :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap paling
repot).
f. Pembagian tanggungjawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (family with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
13

memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang
memiliki aktivitas berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan
semangat belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga adalah melepas anak remaja
dan memberi tanggungjawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan ( launching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki usia tua.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
14

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.


f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah
usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang
tua.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat social dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dan generasi tua.
d. Keakraban dengan pasangan.
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun denagn meningkatkan keakraban
pasangan.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya
produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan adalah tugas utama keluarga pada tahap
ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri dari pada tinggal bersama anaknya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut
:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
e. Melakukan file review.
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mepersiapkan kematian.
15

2.3 Konsep Personal Hygine


2.3.1 Pengertian Personal Hygine
Personal hygine (kebersihan diri) merupakan kebersihan diri yang
dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sendiri baik
secara fisik maupun mental (Haswita, 2017).
2.3.2 Tujuan Personal Hygine
Tujuan personal hygine adalah untuk memelihara kebersihan diri,
menciptakan keindahan serta meningkatkan derajat kesehatan individu
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun
orang lain, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan bantuan dari
orang lain, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan (Haswita, 2017).
2.3.3 Jenis-jenis Personal Hygine
Berdasarkan waktu pelaksanaan :
1. Perawatan dini hari
Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk
melakukan tindakan seperti persiapan dalam pengambilan sampel
pemeriksaan (feses dan urine), mempersiapkan pasien dalam melakukan
makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci
muka, tangan dan menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari
Perawatan yang dilakukan setelah makan pagi seperti pertolongan
dalam mencuci rambut, melakukan pijatan pada punggung,
membersihkan mulut, kuku, serta merapikan tempat tidur pasien.
3. Perawatan siang hari
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai
tindakan perawatan yang dilakukan antara lain mencuci muka,
membersihkan mulut dan merapikan tempat tidur serta memelihara
lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur
Perawatan diri yang dilakukan menjelang tidur agar pasien dapat tidur
dengan tenang seperti pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB dan
BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat
daerah punggung.
Berdasarkan tempat :
1. Perawatan kulit
16

Kulit merupakan bagian yang penting dari tubuh yang dapat melindungi
tubuh dari berbagai kuman dan trauma, sehingga diperlukan perawatan
yang baik dalam mempertahankan fungsinya.
Faktor yang mempengaruhi kulit :
a. Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang. Seperti
halnya pada bayi yang kondisi kulitnya masih relative muda maka,
sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi kulit sudah memiliki
kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
b. Jaringan kulit. Perubahan pada keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh
struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi
perubahan pada struktur kulit.
c. Kondisi/keadaan lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan yang
dapat mempengaruhi keadaan kulit secara utuh adalah keadaan
panas, adanya nyeri akibat sentuhan atau tekanan.
Prinsip personal hygine pada kulit :
Salah satu cara untuk membersihkan kulit adalah mandi. Hal-hal yang
perlu diperhatikan tentang mandi adalah :
a. Membiasakan mandi dua kali sehari atau setelah beraktivitas.
b. Menggunakan sabun yang tidak iritatif. Jangan gunakan sabun mandi
untuk mencuci muka.
c. Menyabuni seluruh tubuh, terutama daerah lipatan kulit, misalnya
sela-sela jari, ketiak, dan belakang telinga.
d. Mengeringkan tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah
mandi.
2. Perawatan kuku
Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari
invaginasi epidermis. Pertumbuhan kuku berlangsung terus menerus
seumur hidup, tetapi pada usia muda kuku tumbuh lebih cepat. Kuku
pada jari tangan umumnya tumbuh rata-rata 1 mm per minggu. Menjaga
kebersihan kuku merupakan aspek penting dalam mempertahankan
perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk dalam tubuh
melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku sudah seharusnya selalu dalam
keadaan bersih dan sehat.
Cara merawat kuku :
17

a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya


dalam bentuk oval (bujur) atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan
kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus.
b. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput
kulit dan kulit disekitar kuku.
c. Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam,
sebab akan merusak jaringan di bawah kuku.
d. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
e. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong dengan segera
setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.
f. Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku.
Gangguan pada kuku :
a. Tinea pedis : terdapat guratan kekuningan pada lempengan kuku
yang akhirnya menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal, berubah
warna dan rapuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur
epidermophyton, trichophyton, microporum dan C. Albicans dikaki.
b. Ingrown nail : kuku tangan tidak tumbuh dan terasa sakit di bagian
tersebut.
c. Paronychia : radang disekitar jaringan kuku.
d. Rom’s horn nail : pertumbuhan kuku lambat dan terdapat kerusakan
didasar kuku atau infeksi.
e. Bau tidak sedap : reaksi mikroorganisme pada kuku atau kaki yang
menyebabkan bau tidak sedap.
3. Perawatan rambut
Rambut merupakan struktur kulit. Normalnya rambut tumbuh karena
mendapat suplai darah dari pembuluh-pembuluh darah disekitar rambut.
Bebarapa hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut adalah
panas dan kondisi malnutrisi. Adapun ciri-ciri dari rambut yang sehat
adalah rambut terlihat mengkilap, tidak kering dan tidak terlalu
berminyak, tidak bercabang dan tidak mudah patah.
Cara merawat rambut :
a. Mencuci rambut 1-2 kali dalam seminggu (sesuai kebutuhan) dan
gunakan shampoo yang cocok.
b. Lakukan pemijatan pada kulit kepala pada saat mencuci rambut
untuk merangsang pertumbuhan rambut.
c. Potong rambut agar terlihat rapi.
d. Gunakan sisir rambut yang bergigi besar untuk merapikan rambut
keriting dan olesi rambut dengan minyak.
18

e. Jangan menggunakan sisir yang bergigi tajam, karena dapat melukai


kulit kepala.
f. Pada rambut ikal/keriting, sisir rambut mulai dari ujung hingga ke
pangkal dengan perlahan dan hati-hati.
Gangguan pada rambut :
a. Ketombe yaitu pelepasan kulit kepala yang disertai rasa gatal.
b. Kutu, misalnya Pediculotis Capitis. Kutu ini menghisap darah dan
menyebabkan rasa gatal.
c. Alopeia (kehilangan rambut), dapat disebabkan oleh penggunaan alat
pelurus atau pengeriting rambut, pengikatan rambut yang terlalu
kuat, dan pemakaian produk perawatan rambut yang tidak cocok.
d. Seborheic dermatitis, merupakan radang pada kulit kepala yang
ditumbuhi rambut.
4. Perawatan mata
Cara melakukan perawatan mata yaitu dengan mengusap kotoran pada
mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut mata bagian luar. Saat
mengusap mata gunakan kain yang paling lembut dan bersih. Lindungi
mata dari kemasukan debu dan kotoran.
5. Perawatan hidung
Cara melakukan perawatan hidung anatara lain :
a. Jaga lubang hidung agar tidak kemasukan air atau benda kecil.
b. Jangan membiarkan benda kecil masuk ke hidung karena dapat
menyebabkan benda kecil terhisap dan menyumbat saluran
pernafasan serta menyebabkan membrane mukosa terlika.
c. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara
perlahan-lahan dengan membiasakan kedua lubang hidung tetap
terbuka.
d. Jangan mengeluarkan kotoran hidung dengan menggunakan jari,
karena dapat mengiritasi membrane mukosa.
6. Perawatan telinga
Cara melakukan perawatan telinga antara lain :
a. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara perlahan-
lahan dengan menggunakan penyedot telinga.
b. Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati
agar tidak menyebabkan kerusakan pada telinga akibat dari tekanan
air yang berlebihan.
c. Aliran yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga dan bukan
langsung ke gendang telinga.
19

d. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan


kotoran telinga karena dapat menusuk gendang telinga.
7. Perawatan gigi dan mulut
Gigi dan mulut merupakan bagian pertama dari system pencernaan dan
merupakan bagian tambahan dari system pernafasan. Di dalam rongga
ini terdapat gigi, lidah, kelenjar ludah (sublingualis, submandibularis,
dan parotis), tonsil, dan uvula. Dalam rongga mulut gigi dan lidah
berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain itu, ada pula
saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanik. Mulut
merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri,
karenanya harus selalu dibersihkan. Adapun salah satu tujuan
perawatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit
yang ditularkan melalui mulut.
Cara merawat gigi dan mulut :
a. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.
b. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda
keras seperti membuka tutup botol.
c. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi
patah.
d. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur.
e. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga
dapat menjangkau bagian dalam gigi.
f. Meletakkan sikat pada sudut 45˚ dipertemuan antar gigi dan gusi dan
sikat menghadap ke arah yang sama dengan gusi.
g. Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya.
h. Memeriksakan gigi secara teratur setiap 6 bulan.
Gangguan pada gigi dan mulut :
a. Karies gigi (radang pada gigi) adalah lubang akibat kerusakan pada
gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.
b. Halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap bisa dikarenakan oleh
kuman atau hal lainnya.
c. Plak adalah suatu lapisan transparan yang sangat tipis terdiri atas
mucus dan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak dapat
menyebabkan karies, kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang pada
gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi).
d. Periodontal disease adalah gigi mudah berdarah dan bengkak.
20

e. Stomatitis (sariawan) adalah radang yang terjadi pada daerah


mukosa atau rongga mulut. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi
vitamin, infeksi bakteri atau virus dan kemoterapi.
f. Glositis adalah radang yang terjadi pada lidah.
g. Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah. Hal ini dapat terjadi karena
hipersalivasi, nafas mulut dan defisiensi riboflavin.
8. Perawatan alat kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin atau genetalia pada perempuan adalah
perawatan pada genetalia eksterna yang terdiri atas mons veneris.
Labiya mayora, labiya minora, klitoris, uretra, vagina, perineum dan
anus. Sedangkan, pada laki-laki dilakukan pada daerah ujung penis
untuk mencegah penumpukan sisa urine.
Cara perawatan :
a. Wanita : perawatan perineum dan area genetalia eksterna dilakukan
pada saat mandi (2x sehari).
b. Pria : perawatan dilakukan 2x sehari pada saat mandi. Pada pria
terutama yang belum disirkumsisi, karena adanya kulup pada penis
yang menyebabkan urin mudah terkumpul disekitar gland penis yang
lama kelamaan dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
seperti kanker penis.
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygine
Sikap seseorang dalam melakukan personal hygine dipengaruhi oleh
sejumlah faktor anatara lain :
1. Citra tubuh (Body Image)
Body image seseorang berpengaruh dalam pemenuhan personal hygine
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli terhadap
kebersihannya. Penampilan umum pasien dapat menggambarkan
pentingnya personal hygine pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang tubuhnya, termasuk penampilan,
struktur atau fungsi fisik. Citra tubuh dapat berubah karena operasi,
pembedahan, menderita penyakit atau perubahan status fungsional.
Personal hygine yang baik akan mempengaruhi terhadap citra tubuh
individu.
2. Praktik social
Kelompok social mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan
praktik personal hygine. Termasuk produk dan frekuensi perawatan
pribadi. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi
21

hygine, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis hygine


mulut. Pada masa remaja, hygine pribadi dipengaruhi oleh teman.
Misalnya remaja wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan
mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok
kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada
lansia beberapa praktik hygine berubah karena kondisi hidupnya
berubah dan sumber yang tersedia. Pada anak-anak selalu dimanja
dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
personal hygine.
3. Status social ekonomi
Status ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktik
hygine dilakukan. Kondisi social ekonomi seseorang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memenuhi sarana prasarana yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kebersihan diri. Contohnya kondisi
keuangan seseorang mempengaruhi kepemilikan kamar mandi di rumah
dan jenis sabun mandi, sampo atau sikat gigi yang digunakan dan
mampu membeli.
4. Pengetahuan dan motivasi kesehatan
Pengetahuan tentang pentingnya kesehatan dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik hygine. Meskipun demikian,
pengetahuan sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk
memelihara kesehatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit
mampu mendorong klien untuk meningkatkan hygine.
5. Variabel budaya
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan hygine. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktik perawatan diri yang berbeda.
6. Kebiasaan atau pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan
untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien
memiliki produk yang berbeda (misalnya sampo, sabun, dan pasta gigi)
menurut pilihan dan kebutuhan pribadi. Klien juga memiliki pilihan
mengenai bagaimana melakukan hygine.
7. Kondisi fisik seseorang
Orang yang menderita penyakit tetentu (misalnya kanker tahap lanjut)
atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energy fisik dan
22

ketangkasan untuk melakukan hygine pribadi. Seorang klien yang


menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi
membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap.
2.3.5 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygine
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan
fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social.
2.4 Konsep Stroke
2.4.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, non konfulsif yang disebabkan karena gangguan
peredaran darah otak nontraumatik. Stroke terjadi ketika aliran darah pada
lokasi tertentu di otak terganggu sehingga suplay oksigen juga terganggu.
2.4.2 Klasifikasi Stroke
1. Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis
a. Stroke iskemik
Iskemik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang,hal
ini disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah
otak. Hampir 85% pasien stroke merupakan stroke iskemik.
Mekanisme terjadinya iskemik secara umum dibagi menjadi 5
kategori yaitu :
1) Thrombosis
Thrombosis merupakan pembentukan bekuan atau gumpalan di
arteri yang menyebabkan penyumbatan sehingga mengakibatkan
terganggunya aliran darah ke otak. Hambatan aliran darah ke
otak menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen atau
hipoksia kemudian menjadi iskemik dan berakhir pada infark.
2) Emboli
Emboli merupakan benda asing yang berada pada pembuluh
darah sehingga menimbulkan konklusi atau penyumbatan pada
23

pembuluh darah otak. Sumber emboli diantaranya adalah udara,


tumor, lemak, dan bakteri.
3) Hipoperfusi sistemik
Hipoperfusi sistemik disebabkan menurunnya tekanan arteri
misalnya karena cardiac arrest, emboli pulmonal, miokardiak
infark, aritmia, syok hipovolemik.
4) Penyempitan lumen arteri, dapat terjadi karena infeksi atau
proses peradangan, spasme, atau karena kompresi massa dari
luar.
Manifestasi klinik pasien dengan stroke iskemik diantaranya :
1) Cenderung terjadi pada saat istirahat atau tidur.
2) Proses terjadinya stroke iskemik lebih lambat dari pada
hemoragik.
3) Tekanan darah tinggi atau dapat normal.
4) Keadaan menurun atau normal.
b. Stroke Hemoragik
Angka kejadian stroke hemoragik sekitar 15% dari stroke secara
keseluruhan. Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya
pembuluh darah otak baik subarachnoid, intraserebral, maupun
karena aneurisma. Angka kematian pasien dengan stroke hemoragik
sekitar 25-60%.
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral terjadi karena pecahnya arteri-arteri
kecil pada serebral. Kira-kira 2/3 pasien dengan perdarahan
serebral terjadi akibat tidak terkontrolnya tekanan darah yang
tinggi atau adanya riwayat hipertensi, penyakit diabetes mellitus
atau arterosklerosis. Penyebab lain karena perdarahan akibat
tumor otak, trauma, malvormasi arteriovena dan obat-obatan
seperti amphitamin dan cokain.
2) Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid biasanya akibat aneurisma atau
malvormasi vaskuler. Kerusakan otak terjadi karena adanya
darah yang keluar dan menggumpal sehingga mendorong ke
area otak dan pembuluh darah. Gejala klinik yang sering terjadi
adalah perubahan kesadaran, mual, muntah kerusakan
intelektual dan kejang. Gejala lain tergantung dari ukuran dan
lokasi perdarahan.
24

3) Aneurima
Merupakan dilatasi pada pembuluh darah arteri otak yang
kemudian berkembang menjadi kelemahan pada dinding
pembuluh darahnya. Penyebab aneurisma belum diketahui
namun diduga karena arterosklerosis, keturunan, hipertensi,
trauma kepala maupun karena bertambahnya umur.
Manifestasi klinik pasien dengan stroke hemoragik diantaranya :
1) Cenderung terjadi pada saat aktivitas.
2) Proses terjadinya stroke hemoragik lebih cepat terjadi.
3) Tekanan darah tinggi.
4) Kesadaran biasanya menurun atau tidak sadar.
2. Klasifikasi stroke berdasarkan perjalanan penyakit :
a. Transient Iskemik Attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secra tiba-tiba dan
menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala
yang muncul akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari 24
jam. Tanda dan gejala TIA diantaranya :
1) Kelemahan yang mendadak pada wajah, lengan, tangan di satu
sisi.
2) Kehilangan kemampuan bicara, atau bicara yang sulit
dimengerti.
3) Gangguan penglihatan pada salah satu mata.
4) Pandangan ganda.
5) Pusing dan nyeri kepala.
6) Kesulitan berjalan, tidak ada koordinasi gerak (sempoyongan),
kesulitan berjalan atau pasien dapat jatuh.
7) Perubahan kepribadian termasuk kehilangan memori.
b. Progresif (Stroke in Evolution)
Perkembangan stroke terjadi perlahan-lahan sampai akut, munculnya
gejala makin memburuk. Proses progresif beberapa jam sampai
beberapa hari.
c. Stroke Lengkap (Stroke Complete)
Gangguan neurologic yang timbul sudah menetap atau permanen,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan
perbaikan.
2.4.3 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang
terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke akut gejala klinis meliputi :
25

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau


hemilplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan. Gangguan
sensibilitas terjadi karena kerusakan syaraf otonom dan gangguan
syaraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma),
terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang
otak atau terjadinya gangguan metabolic otak akibat hipoksia.
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah deficit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam
membaca, menulis memahami bahasa.
e. Disartria (bicara cadel atau pelo)
f. Gangguan penglihatan,diplopia
g. Disfagia (Gangguan menelan)
h. Inkontinensia bowel maupun badder
i. Vertigo, mual, muntah, dan nyeri kepala

2.4.4 Komplikasi
1. Fase Akut
a. Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak.
b. Edema serebri.
c. Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK).
d. Aspirasi.
2. Komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut
a. Kejang.
b. Malnutrisi.
c. Nyeri kepala kronis.
2.4.5 Faktor Resiko Stroke
Ada beberapa faktor resiko terjadinya stroke yaitu :
1. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
2. Penyakit Jantung
3. Diabetes Melitus
4. Hiperkolesterol dan lemak
5. Obesitas dan kurang aktivitas
6. Usia
7. Ras dan keturunan
8. Jenis kelamin
9. Polisitemia
10. Perokok
11. Alcohol
12. Kontrasepsi oral dan terapi esterogen
13. Riwayat transient ischemic attacks (TIA)
14. Penyempitan pembuluh darah karotis
2.4.6 Pencegahan Stroke
26

1. Pengendalian Hipertensi.
2. Kurangi atau hentikan merokok.
3. Mengurangi kadar kolesterol.
4. Hindari penggunaan obat tertentu seperti aspirin dan obat antiplatelet.

2.4.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
a. Fase Akut
1) Terapi cairan
2) Terapi oksigen
3) Penatalaksanaan peningkatan TIK
4) Monitor fungsi pernafasan
5) Monitor jantung dan tanda-tanda vital
6) Evaluasi status cairan dan elektrolit
7) Monitor tanda-tanda neurologi
b. Fase Rehabilitasi
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat
2) Program managemen bladder dan bowel
3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi
(ROM)
4) Pertahankan intregritas kulit
5) Pertahankan komunikasi yang efektif
6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7) Persiapan pasien pulang
2. Pembedahan.
3. Terapi obat-obatan.

Você também pode gostar