Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Eva Narulita Kurnia Perdana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
HUBUNGAN DURASI TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN
KADAR HbA1C DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK PADA PASIEN
YANG MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS DI
PUSKESMAS KEDATON BANDARLAMPUNG
Oleh
Skripsi
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRACT
By
Oleh
MENYETUJUI
1.Komisi Pemimbing
PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2
1. Tim Penguji
Penguji
Bukan Pembimbing : dr. M. Yusran, S. Ked., M. Sc., Sp. M _____________
NPM : 1418011076
dari dua bersaudara, dari Bp. To’at dan Ibu Sulistyaningsih. Penulis
(BEM) sampai periode 2016-2017 dan Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina
Libatkan Allah SWT dalam setiap langkah dan nafas kita, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Segala puji bagi Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang tiada habis memberikan kepada kita kasih dan sayang-Nya, serta hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
dan Kadar HbA1C dengan Derajat Kejadian Retinopati Diabetik pada Pasien
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas
Lampung;
pengorbanan, kerja keras, nasihat, bimbingan, dan yang paling utama do’a
yang telah diberikan dalam setiap langkah putri tercintanya. Semoga Allah
8. Ibunda tercinta, Ibu Sulis Tyaningsih atas cinta, kasih sayang, kesabaran,
serta air mata dan keringat dalam membesarkanku. Semoga Allah SWT
sayang, doa, semangat dan keceriaan yang diberikan dikala lelah dan
letih.
10. Keluargaku tersayang, Kakek, Nenek, Om, Abah, Bibi, Gatra, Iftah, Friza,
Apip, Dika, Mba Ria, serta keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu
diberikan;
11. Kepala Puskesmas Kedaton, dr. Marissa Anggraini, S. Ked yang telah
12. Kepala Prolanis Puskesmas Kedaton, Ibu Mursini, Amd. Kep, atas
13. Seluruh Tim Dosen Pengajar di FK Unila, atas ilmu dan pengalaman yang
14. Seluruh Staff TU, Akademik, dan Pegawai di lingkungan FK Unila atas
15. Sahabatku tersayang, Fitri Sofiatin, Monika Rai Islamiah, Salwa Darin
Fauzia, Kak Gera, Sekar, Gusti, Jajap, Papau,Fahma, Ainun, Firdha, Nova,
Ade, Aprina, Ukhti Desti, Dhita, Dila, Diva, Fahma, Uni Firdha, Sarah,
Tiffany terimakasih atas kerjasama yang luar biasa, do’a, dan dukungan
yang diberikan
17. Tim Asisten Doses Histologi FK UNILA angkatan 2014 terimakasih atas
ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, semoga skripsi ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
xvi
2.4 Kerangka Teori ................................................................................................ 31
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................................ 32
2.6 Hipotesis .......................................................................................................... 33
ii
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus........................................................... 10
2.Klasifikasi Retinopati Diabetik menurut Early Treatment Diabetic
Retinopathy Study........................................................................................16
3.Definisi Operasional................................................................................... 30
4.Analisis Univariat....................................................................................... 44
5.Durasi terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 dengan derajat retinopati
diabetik ....................................................................................................... 45
6.Kadar HbA1C dengan derajat retinopati diabetik...................................... 45
7.Distribusi jenis kelamin responden…………….........................................46
8.Distribusi usia responden……………........................................................47
9.Distribusi klasifikasi durasi dm dm tipe 2 pada responden……………… 48
10.Distribusi kadar HbA1C pada responden……………..………………...49
11.Distribusi derajat retinopati diabetic responden………….………….. 49
12.Hubungan durasi terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 dengan derajat
retinopati diabetik……………………………………………………… 50
13.Hubungan kadar HbA1C dengan derajat retinopati diabetik…………… 51
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Anatomi Mata............................................................................................. 13
2. Perbedaan Retina Normal dan Retina pada Retinopati Diabetik.............. 14
3.Derajat Retinopati Diabetik........................................................................ 17
4 Proliferative Diabetic Retinopathy dengan neovaskularisasi.................... 17
5.Proliferative Diabetic Retinopathy dengan neovaskularisasi disk..............17
6. Kerangka Teori.......................................................................................... 23
7. Kerangka Konsep....................................................................................... 24
8. Alur Penelitian........................................................................................... 32
xix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
akibat dari sejumlah faktor dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau
Menurut WHO (2016), terdapat 422 juta orang menderita diabetes di dunia
pada tahun 2014 dan diperkirakan akan meningkat hingga 592 juta orang pada
nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang
pada tahun 2025 (Suyono, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013),
pasien diabetes melitus tipe 2 terbanyak dengan total jumlah 371 (Dinkes
Bandarlampung, 2017)
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya
paling sering (He et al., 2012). Retinopati diabetik adalah kelainan mata pada
3
mulai dari yang ringan sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan total dan
Penelitian Bin Bin He et al (2012) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
berhubungan dengan kejadian retinopati diabetik pada pasien etnis China yang
diabetik dari total sampel sebanyak 2009 pasien. Penelitian ini membagi
durasi menderita diabetes melitus tipe 2 menjadi 3 golongan yaitu <5 tahun, 5-
15 tahun, >15 tahun. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil pasien yang
tidak mengalami retinopati diabetik pada kategori < 5 tahun sebesar ± 42%,
pada kategori 5-15 tahun ± 20 %, dan pada kategori >15 tahun ± 10%pasien.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama durasi pasien yang menderita
(NPDR), presentase kejadian untuk kategori <5 tahun sebesar ± 44%, pada
kategori5-15 tahun ±54%, dan pada kategori >15 tahun±46%. Pada kejadian
Proliferatif Diabetic Retinopathy (PDR) pada kategori <5 tahun ±14%, pada
kategori 5-15 tahunsebesar ±26%, dan pada kategori >15 tahun sebesar ±44%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pasien menderita diabetes melitus,
glikosilat (HbA1C) yang dapat memberikan gambaran kadar gula darah sehari-
Kadar HbA1C sebesar 6,5% dianggap cukup sensitif dan spesifik untuk
diabetic (Raman et al, 2011). Kadar HbA1C yang tinggi dapat meningkatkan
2013).
melitus tipe 2 dan kadar HbA1C dengan derajat retinopati diabetik pada pasien
yaitu :
dan kadar HbA1C dengan derajat retinopati diabetik pada pasien yang
Bandarlampung.
7
Kedaton Bandarlampung.
Bandarlampung.
retinopati diabetik.
keturunannya.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
yang tidak dapat dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan
2.1.2 Klasifikasi
defisiensi absolut)
10
3. Diabetes tipe lain yang disebabkan oleh berbagai hal seperti defek
genetik pada fungsi sel beta, defek genetik pada aksi insulin,
organ).
kehamilan.
lemah, baal, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan
tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas diabetes melitus
11
tidak normal satu kali saja sudah dapat menegakkan diagnosis, tetapi
terdiri atas dua rantai α dan dua rantai β. Sekitar 6% dari total
HbA disebut HbA1. HbA1 terdiri atas tiga fraksi yaitu HbA1A,
kadar gula darah meningkat dalam waktu yang lama, eritrosit akan
juga Maillard Reaction yang terjadi terus menerus secara in vivo. Proses
glikasi non enzimatik diawali ketika glukosa dalam format rantai terbuka,
enzimatik akan meningkat saat kadar gula darah tinggi pada pasien
diabetes melitus. Pada tahap akhir glikasi, AGE dapat terbentuk secara
yang cukup panjang yaitu 120 hari sesuai dengan usia eritrosit dan
tidak dipengaruhi oleh fluktuasi gula darah harian. Eritrosit yang tua
14
memiliki kadar HbA1C lebih tinggi daripada eritrosit muda. Hal ini
darah lebih lama daripada eritrosit yang masih muda (Suryathi, 2015).
palsu kadar HbA1C. pasien dengan hemolysis episodic atau kronis, gagal
eritrosit muda sehingga kadar HbA1C dapat dijumai dalam kadar yang
gula darah pasien DM. Menurut PERKENI (2006), control kadar gula
adrah pasien DM baik apabila <6,5%, sedang 6-5-8% dan buruk > 8%.
sekali
2011).
15
tabung untuk menghemolisis darah dan diperiksa dengan alat cobas 501
(Suryathi, 2015).
retinopati diabetik.
Mata merupakan organ visual yang terdiri atas bola mata (bulbus
Dalley, 2013).
1. Lapisan fibrosa (lapisan luar) yang terdiri dari sclera dan kornea
medial orbita kiri dan kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh
2009).
Retina adalah lapisan paling dalam bola mata yang terdiri atas
bagian anterior yang tidak peka dan bagian posterior, yaitu organ
discus nervi optici terdapat macula lutea (bintik kuning) (Moore &
yang ringan sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan total dan
(Riordan, 2009).
19
Gambar 2. Perbedaan retina normal dan retina pada retinopati diabetik (Sumber:
Arloa Eye Associate, 2016)
menjadi dua yaitu faktor internal atau tidak dapat dimodifikasi dan
1. Faktor Internal
b. Usia
c. Jenis kelamin
2. Faktor Eksternal
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Hiperglikemia
diabetik.
2.3.4 Patogenesis
jalur, yaitu:
a. Glikasi Nonenzimatik
peningkatan glukosa. Produk awal dari reaksi ini disebut Schiff base
poliol dalam jumlah yang berlebihan. Poliol adalah senyawa gula dan
alkohol dalam jaringan, termasuk dalam lensa dan saraf optik. Salah
satu sifat dari poliol adalah tidak bisa melewati membran basalis
(Pandelaki, 2009).
24
`2.3.5 Klasifikasi
menjadi jernih
out)
f. Penurunan penglihatan
2008).
2008).
Whitcher, 2008).
(Pandelaki, 2009).
Diabetes Melitus
Tipe 2
2.4 Kerangka Teori
Hiperglikemia HbA1C
Faktor
-Durasiinternal :
menderita
diabetes melitus
-Durasi lamanya
diabetes Retinopati Diabetik
-Jenis Kelamin -Tidak ada Retinopati Diabetik
-NPDR
-Umur
-PDR
Faktor eksternal :
-Hipertensi
-Dislipidemia
-Hiperglikemia
Keterangan : = diteliti
= tidak diteliti
Hiperglikemia
< 5 tahun
>15 tahun
Derajat Retinopati
Diabetik:
2.6 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan durasi terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 dan kadar
HbA1C dengan derajat retinopati diabetik pada pasien yang mengikuti Prolanis
HbA1C dengan derajat retinopati diabetik pada pasien yang mengikuti Prolanis
BAB 3
METODE PENELITIAN
satu waktu.
3.3.1 Populasi
orang.
3.3.2 Sampel
orang.
a. Kriteria inklusi :
b. Kriteria eksklusi :
terkontrol,dan dislipidemia.
a. Data Primer
dari subjek
retinopati diabetik.
b. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari hasil rekam medis
menderita diabetes melitus tipe 2 yang dibagi menjadi <5 tahun, 5-15
a. Alat tulis
b. Funduskopi
e. Tetes midriatik
tipe 2.
lembar observasi.
Pemilihan sampel
sesuai kriteria dari
populasi
2. Tahap Pelaksanaan
Responden yang
memenuhi kriteria
dan bersedia
Pengisian informed
Consent oleh
responden
Observasi rekam
medik pasien dan
pemeriksaan mata
Pencatatan durasi
menderita DM tipe
2, kadar HbA1C dan
derajat retinopati
diabetik
Melakukan input
3. Tahap Pengolahan Data data penelitian
Uji statistik
a. Editing
kategori.
software komputer.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Bandarlampung
5.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian yang sama,
maka dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk
mata rutin setiap satu tahun sekali dan pada penderita PDR setiap 2-3
bulan sekali.
seperti kontrol HbA1C pada pasien dengan cara membentuk jadwal rutin
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association. 2014. Eye care of the patient with diabetes
melitus. Edisi ke-5. St. Louis: AOA Evidence-Based Optometry Guideline
Development Group. Approved.
Janqueira LC. 2007. Histologi dasar : Text dan Atlas. Edisi ke-10. Jakarta: Buku
Ajar Kedokteran EGC.
Jones CD, Greenwood RH, Misra A, Bachmann MO. 2012. Incidence and
progression of diabetic retinopathy during 17 years of a population-based
screening program in England. Diabetes Care. 35(3): 592–596.
Kee JL. 2007. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi ke-
6.Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin: Situasi dan analisis diabetes. Jakarta :
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehtan RI.
Kollias, Ulbig dan Ulbig. 2010. Diabetic retinopathy early diagnosis and effective
treatment. Deutsches arzteblaat international 107(5):75-84.
Lee R, Wong TY, Sabanayagam C. 2015. Epidemiology of diabetic retinopathy,
diabetic macular edema and related vision loss. Eye and Vision. 2(17): 1–25.
Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Nentwich MM, Ulbig MW. 2015. Diabetic retinopathy - ocular complications of
diabetes mellitus. World J Diabetes. 6(3): 489–99.
Riordan EP, Whitcher P. 2009. Vaughan & Asbury: Oftalmologi umum. Edisi 17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sari P dan Isnawati M. 2014. Perbedaan pengetahuan gizi, pola makan,
dan kontrol glukosa darah pada anggota organisasi penyandang diabetes melitus
dan non anggota. JNC. 3(1): 51–58.