Você está na página 1de 7

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

KE DALAM PEMBELAJARAN SASTRA


Oleh : Hariyani

Persoalan budaya dan karakter bangsa mengenai berbagai aspek kehidupan kini
menjadi sorotan tajam masyarakat. Di antaranya persoalan korupsi, kekerasan,
kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif menjadi topik pembahasan
masyarakat. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan undang-
undang, peningkatan upaya pelaksanaan, dan penerapan hukum yang lebih kuat.
Hasan, 2010: 1)
Salah satu alternatif yang dikemukakan untuk mengurangi persoalan budaya dan
karakter bangsa adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa
yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan
dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang
dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter
bangsa.(Hasan, 2010:1)
Dalam praktiknya, membangun karakter peserta didik dilaksanakan di sekolah-
sekolah pada setiap satuan pendidikan, sesuai dengan amanat undang-undang
pendidikan No 20 tahun 2003, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia
dari paradigm manusia sebagai sumberdaya pembangunan, menjadi paradigma
manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu
membentuk manusia seutuhnya yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki
karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan
kulturnya(BSNN, 2006) ini berarti bahwa keberhasilan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh kemampuan pengetahuan, tetapi lebih oleh seseorang yang
memiliki karakteristik yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan
kulturnya.

1
Aplikasi integrasi pendidikan karakter bangsa ke dalaam pembelajaran sastra
dapat dilakukan dengan pengembangan perangkat dalam proses pembelajaran.
Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses
belajar mengajar dapat berupa buku siswa, Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan SiswaTes Hasil belajar (Ibrahim dalam
Trianto, 2008:96).

Konsep Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter, menurut Ratna megawangi dalam Kesuma (2011:5) adalah
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan meempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain juga
dikemukaan oleh Gaffar bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi
tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu : (1) proses transformasi nilai-nilai,(2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian; dan (3) menjadi satu dalam perilaku.
Dalam konteks kajian P3, Kesuma(2011:5) mendefinisikan pendidikan karakter
dalam seting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna: (1) pendidikan karakter
merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada
semua mata pelajaran; (2) diarahkan pada penguatan dan pengambangan perilaku
anak secara utuh. Asumsinya, anak merupakan organisme manusia yang memiliki
potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan; dan (3) penguatan dan pengambangan
perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).
Tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah yaitu: (1) menguatkan dan
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga
menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai
yang dikembangkan. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa

2
pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada
peserta didik , tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami
dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam
perilaku keseharian . penguatan juga mengarahkan proses pedndidikan pada proses
pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari
proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah baik dalam seting kelas maupun
sekolah. ; (2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa
pendidikaan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang
negative menjadi positif. Proses pelurusan dengan pengoreksian perilaku negative
diarahkan pada pola pikir anak, kemudian dibarengi dengn keteladanan lingkungan
sekolah dan rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan ingkat dan jenjang
sekolahnya; dan (3) membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus
dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga.(Kesuma, 2011:11)
Model Integrasi Penerapan Pendidikan Karakter
Ada pun model ke dua yang mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
seluruh mata pelajaran ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah
pengajar karakter (character educator). Semua mata pelajaran diasumsikan memiliki
misi moral dalam membentuk karakter positif siswa. Dengan model ini maka
pendidikan karakter menjadi tanggung jawab kolektif seluruh komponen sekolah.
Model ini dipandang lebih efektif dibandingkan dengan model pertama, namun
memerlukan kesiapan, wawasan moral dan keteladanan dari seluruh guru. Satu hal
yang lebih sulit dari pada pembelajaran karakter itu sendiri. Pada sisi lain model ini
juga menuntut kratifitas dan keberanian para guru dalam menyusun dan
mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Pengintegrasian karakter, diawali dengan membuat perencanaan. Perencanaan

3
yang dilakukan adalah dengan pengembangan nilai-nilai dan karakter,
diingintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata mata pelajaran,
selanjutnya nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana Program
Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut melalui cara-cara sebagai
berikut; (1) mengkaji standar kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar(KD) untuk
menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter secara tersirat atau tersurat
dalam SK dan KD sudah tercakup di dalamnya, (2)menggunakan table 1 yang
memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan nilai dan indicator untuk
menentukan nilai yang akan dikembangkan, (3) mencantumkan nilai-nilai dan
karakter bangsa dalam table 1 tersebut ke dalam silabus, (4) mencantumkan nilai-nilai
yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP, (5) mengembangkan proses
pembelajaran peserta didik peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukan dalam perilaku
yang sesuai, (6) memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Langkah-langkah menyusun silabus adalah sebagai berikut: (1). Petakan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD); (2). Pilihlah dan tentukan materi
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dengan mengacu atau menggunakan
sumber belajar; (3). Merancang kegiatan pembelajaran dengan mengggunakan metode
pembelajaran yang sudah banyak digunakan. Buatlah kegiatan pembelajaran tersebut
semenarik mungkin dan dapat memotivasi siswa untuk siap belajar; (4). Tentukan
indikator pencapaian agar lebih mudah merancang penilaiannya; (5). Susunlah penilaian
dengan menyertakan teknik yang digunakan, bentuk instrumen, dan berikan contoh soal;
dan (6). Alokasikan waktu kegiatan pembelajaran. Sesuaikan dengan materi yang akan
diberikan; (7). Masukkan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku yang
digunakan, CD, kaset, atau website; (8). Dan terakhir tentukan nilai karakter apa yang
harus ditanamkan dengan memasukkan dalam kegiatan pembelajaran, indicator substansi
dan nonsubstansi, dan instrument penilaian.
Mulyasa (2007:223) menjelaskan cara pengembangan RPP adalah (1) mengisi
kolom identitas; (2) menentukan alokasi waktuy; (3) menentukan standar kompetensi
dasar serta indicator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun

4
yang telah ditentukan; (4) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar
kompetensi dasar, serta indicator yang telah ditentukan; (5) mengidentifikasi materi
standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus; (6)
menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; (7u) merumuskan langkah-
langkah pembelajaran yang memasukkan unsure EEK; (8) menentukan sumber belajar
yang digunakan; dan (9) menyusun criteria penilaian, lemb ar pengamatan, contoh soal,
dan teknik penskoran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP Bernilai
karakter adalah memasukkan semua nilai karakter yang sudah tertulis dalam silabus ke
dalam Indikator, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. Penilaian nilai karakter
baik secara substansi include dalam materi ataupun nonsubstansi melalui proses dengan
teknik menggunakan anekdot.
Sedangkan dalam penyusunan LKS nilai karakter secara substansi dimasukkan
dalam materi dan soal-soal yang berkaitan dengan nilai karakter.
Konsep Pembelajaran Sastra
Kata sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih
suka menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti baik atau indah,
dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan adalah semua tulisan
atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung
nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah (1) Fungsi reaktif, yaitu
fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur;
(2) Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik pembaca
karena mengandung nilai-nilai moral; (3). Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat
yang dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena bahasanya yang indah;
(4). Fungsi moralitas, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat membedakan moral yang
baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu mengandung
nilai-nilai moral yang tinggi; (5). Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang
mengandung ajaran-ajaran agama yang harus diteladani oleh pembaca.

5
Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena
bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan
ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara. Dalam praktiknya,
pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca sastra,
menyimak sastra, dan berbicara sastra.
Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut (1)Menulis
sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama;(2) Membaca
sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik terhadap karya sastra
yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama;(3). Menyimak sastra
mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng,cerpen, novel,
pementasan drama; (4) Berbicara sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng,
bermain peran berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi karya sastra,
menanggapi secara lisan pementasan karya sastra.
Sasaran Pembelajaran Sastra meliputi: (1) Pembelajaran menulis sastra Penulisan
sastra membutuhkan penghayatan terhadap pengalaman yang ingin diekspresikan,
penguasaan teknik penulisan sastra, dan memiliki wawasan yang luas
mengenai estetika. Tujuan pembelajaran menulis sastra adalah :
(a) agar siswa menguasai teori penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur
dan kaidah-kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika
(b) agar siswa terampil menulis sastra (2) Pembelajaran membaca sastra.
Salah satu syarat untuk dapat memahami karya sastra dan membaca sastra dengan
baik adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang sastra. Sasaran pembelajaran
membaca sastra adalah pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan hakikat
membaca, hakikat sastra dan membaca sastra, teknnik memahami dan mengomentari
karya sastra; (3). Pembelajaran menyimak sastra. Sasaran pembelajaran menyimak
sastra adalah pengembangan kemampuan mendengarkan, memahami, dan
menanggapi berbagai ragam wacana lisan. Sasaran lain adalah pengembangan
kemampuan siswa dalam memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang
terkandung dalam karya sastra yang dilisankan; dan (4). Pembelajaran berbicara

6
sastra. Kemampuan berbicara sastra merupakan kemampuan melisankan karya sastra
yang berupa menuturkan, membawakan, dan membacakan karya sastra. Kemampuan
tersebut merupakan salah satu indicator dari subkompetensi “menguasai ekspresi
sastra dalam berbagai jenis dan bentuk”.
(Sumber: http://aldonsamosir.wordpress.com/kurikulum/pembelajaran-sastra/
Simpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
bangsa diintegrasikan ke dalam silabus pembelajaran sastra dengan memasukkan
dalam kegiatan pembelajaran, indikator substansi dan nonsubstansi, dan instrument
penilaian.
Pendidikan karakter bangsadiintegrasikan ke dalam RPP adalah dengan
memasukkan semua nilai karakter yang sudah tertulis dalam silabus ke dalam Indikator,
langkah-langkah pembelajaran dan penilaian secara substansi include dalam materi
ataupun nonsubstansi melalui proses dengan teknik menggunakan anekdot.
Pendidikaan karakter bangsa diintegrasikan LKS secara substansi dimasukkan
dalam materi dan soal-soal yang berkaitan dengan nilai karakter.
DAFTAR RUJUKAN
Kesuma, Dharma, Triatne, Cepi dan Permana, Johar. 2011. Pendidikan Karakter
(Kajian Teori dan Pratik di Sekolah). Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.2007.Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan.Bandung : Remaja Rosdakarya
Riyanto.2010. Model Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah.,
(Online)(http://riyantosma9yk.wordpress.com/2010/08/09/4-model-
penerapan-pendidikan-karakter-di-sekolah-antara-otonomi-integrasi-
suplemen-dan-kolaborasi-read-more-about-integrasi-pendidikan-karakter-
dengan-mata-pelajaran-by-kang-marfu/
Trianto.2011.Model Pembelajaran terpadu.Jakarta : Bumi Aksara.
http://www.antaranews.com/berita/1275506591/pembelajaran-sastra-dorong-sikap-
kritis)

Você também pode gostar