Você está na página 1de 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lansia adalah kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap
kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau dikenal dengan agingberarti
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat
alamiah/fisiologis. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan memimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun. 1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas.2
Pada saat ini, dengan peningkatan usia harapan hidup, jumlah
penduduk lansia semakin bertambah. Indonesia mengalami peningkatan
jumlah dan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas dengan cukup
pesat. 2
Indonesia sendiri menduduki rangking keempat di dunia dengan
jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian.Tidak
hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin meningkat, Indonesia
juga menghadapi beban ganda (double burden) dengan kenaikan jumlah
penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) karena usia harapan hidup yang
makin panjang bisa mencapai 77 tahun.2
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1971 di Indonesia
tercatat sebesar 4,9% penduduknya termasuk kategori usia lanjut. Angka
ini meleset ke angka 7,6% dari jumlah total penduduk atau sekitar 15
jutaan pada tahun 2000. Jumlah absolute penduduk lansia pria 7.670.652
dan lansia wanita 8.143.859 jiwa pada tahun 2005. Tahun 2010
diperkirakan berjumlah 23 juta dan pada tahun 2020 proporsinya akan
mencapai 11,4% atau sekitar 32 juta jiwa.2
WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status
kesehatan dan mencapai Milenium Development Goals (MDGs) 2015
adalah memperkuat sistem pelayanan masyarakat primer (Primary Health

1
Care). Salah satunya adalah dengan pelayanan kedokteran keluarga yang
melaksanakan pelayanan kesehatan holistik meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan pendekatan keluarga.3
Penduduk lansia menghadapi berbagai perubahan fisik, psikis,
sosial, dan ekonomi. Oleh sebab itu diperlukan kesiapan keluarga yang
mempunyai lansia melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia
(BKL) dan home visit dari petugas kesehatan yang merupakan salah satu
kegiatan dari BKL tersebut.4
Home visit yang dimaksud adalah kunjungan petugas kesehatan ke
rumah pasien dalam rangka mengenal lebih dekat kehidupan pasien dan
memberikan pertolongan kedokteran dalam hal edukasi, pencegahan, dan
pengobatan sesuai dengan kebutuhan pasien.5
1.2.Tujuan Home Visit
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui status kesehatan dasar agar dapat membuat
suatu usaha untuk meningkatkan status kesehatan Lansia yang menjadi
keluarga binaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui keterangan struktur rumah tangga.
2. Mengetahui pemeliharaan hygiene dan sanitasi
3. Mengetahui perilaku beresiko dalam keluarga
4. Mengetahui kondisi fisik bangunan rumah
5. Mengetahui pemanfaatan fasilitas kesehatan keluarga
6. Mengetahui tentang kesehatan Lansia
- Melakukan pemeriksaan Fisik
- Status Gizi lansia

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia


Lansia adalah kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap
kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau dikenal dengan aging berarti
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat
alamiah/fisiologis. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan memimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun.1
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan.6
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure
tubuh yang tidak proposional. 1,6
WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam
kematian.3
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara
perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini
dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia.3

3
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan, yaitu : 4
1. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
2. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat.
3. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok
sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata
sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka
terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan
tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang
tinggi yang harus dihormati oleh warga muda. 4
2.2 Klasifikasi Lansia
A. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium.2
B. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.3

4
2.3 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
 Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
 Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
 Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
 Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
 Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
 Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik
 Hasil penelitian profil penyakit lansia di tigakota (Padang, Bandung,
Denpasar)
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi
pada lansia di antaranya:
- Hereditas, atau keturunan genetik,
- Nutrisi atau makanan,
- Status kesehatan,
- Pengalaman hidup, dan
- Lingkungan dan stress.6
2.5 Usia Lanjut Sehat Dan Ciri-Cirinya
Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan
kondisi fisik dan mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas
sosial dan produktif. Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum
dalam Undang-undang No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut
adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Adapun Ciri-ciri usia lanjut sehat adalah :
1. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa
hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya

5
sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru
mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
2. Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat
dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
3. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti,
berada di antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi
dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang membuat
dirinya masih diperlukan dan dicintai.
4. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh
kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
5. Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri,
tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
6. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat
menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal
ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya.2
2.6 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan Kondisi Fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin,
dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada
lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental
akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat
melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri
pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing
berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, dan
pendengaran.
2. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan
psikomotor.Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, dan situasi lingkungan.Dari segi mental dan emosional

6
sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan
cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap
perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu
yang bersangkuatan.
4. Perubahan Kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran
pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak
mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila
tidak ada penyakit yang menyertai.
5. Perubahan Spiritual
Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.6
2.7 Masalah – Masalah Yang Dialami Lansia
Dalam kehidupan sehari-hari para lansia dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Kelompok aktif adalah lansia yang fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain, sehingga masih dapat melaksanakan sendiri
kegiatan sehari-hari, namun tetap perlu mendapat bimbingan,
pengawasan, dan bantuan.
b. Kelompok pasif adalah lansia yang selalu memerlukan banyak
pertolongan dari orang lain dalam kegiatan sehari-hari karena sakit atau
lumpuh.
Dengan semakin bertambahnya usia, semakin banyak masalah yang
dialami. Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai
masalah , bukan hanya masalah Kesehatan tapi juga masalah Sosial-
Budaya, Ekonomi dan Psikologi. Adapun masalah-masalah tersebut
yaitu :
1. Kesehatan
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan
mulai menurun pada usia setengah baya.Penyakit-penyakit
degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini. Namun

7
demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan
pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa
usia lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%, makin tua
tentu presentase ini semakin besar. Demikian pula usia lanjut yang
tidak lagi dapat melakukan "aktivitas sehari-hari" hanya 5-15%,
tergantung dari umur.
Di samping faktor keturunan dan lingkungan,perilaku
(hidup sehat) mempunyai peran yang cukup besar. Perilaku hidup
sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh
sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku
individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan.
Menjadi tua secara sehat ,bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu
yang bisa diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut
paradigma, mencegah dan mengendalikan faktofaktor risiko sebaik
mungkin, kemudian menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
2. Sosial
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga
akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih
terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan
formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama
ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan.
Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa
perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan
kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya
dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai
bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang", mungkin sudah punya
rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah jadi sepi,
orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
3. Ekonomi
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak
kepada penghasilan. Bagi mereka yang menduduki jabatan formal,
pegawai negeri atau ABRI, pensiun menyebabkan penghasilan
berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan-kemudahan.
Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi

8
masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun. Namun
bagi "non profesional" pensiun dapat menimbulkan goncangan
ekonomi. Oleh karena itu, pensiun seyogyanya dihadapi dengan
persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan-latihan
keterampilan. baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal.
Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor
nonformal, seperti petani, pedagang dan sebagainya, memasuki
usia lanjut umumnya tidak akan banyak berdampak pada
penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat
mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu.
Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua.
Pada sisi yang satu menjadi kendala:Untuk mencari nafkah, pada
sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan
hari tua, asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat
membantu pada kondisi ini.
4. Psikologi
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri -
sendiri atau bersama sama secara kumulatif dapat berdampak
negatif secara psikologis.
Hal – hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna
dengan baik akan menimbulkan masalah seperti :
 Kecemasan dan ketakutan
Kecemasan dan ketakutan yang muncul misalnya cemas akan
perubahan fisik dan fungsi anggota tubuhnya, semas akan
tersingkir dari kehidupan sosial, takut penyakit, takut mati, dan
takut kekurangan uang.
 Mudah tersinggung
Suasana hati lansia cenderung peka, mudah tersinggung, cepat
berubah, dan banyak menuntut.
 Rasa kesepian
Bagi lansia yang sudah menjadi janda atau duda, kesadaran
akan kesendirian sering menjadi pengalaman yang menkutkan.

9
 Hilangnya kepercayaan diri
Lansia sering merasa tidak yakin akan dirinya dan menjalani
hidup dengan perasaan iri dan benci.
 Bermimpi masa lalu
Sebagian lansia suka bermimpi khayalan kosong mengenai
masa lalu. Lansia berusaha melarikan diri dari masa kini yang
tidak menyenangkan dna masa mendatang yang kurang
memberikan harapan, ke masa lampau dengan kenangan –
kenangan yang menyenangkan.
 Egois
Lansia merasa bahwa kekuatannya makin surut.Sebagai
kompensasi, muncul pelampiasan dalam bentuk kesombongan,
keras kepala, mementingkan diri sndiri dan merasa paling
benar.
Pada awalnya gangguan keseimbangan adalah hal yang
sepele atau remeh, namun berbeda jika itu terjadi pada lansia. Jatuh
adalah masalah yang melibatkan berbagai fungsi dari tubuh di
mulai dari indera yang menerima input dan diteruskan ke otak dan
dari otak akan mengolah data yang diterima dari indera tersebut
Konsep penurunan kekuatan dengan peningkatan resiko
jatuh pada lansia. Keseimbangan bukan hanya tentang otot saja
melainkan faktor-faktor lainnya seperti sistem visual, sistem
vestibular.
Hal-hal diatas menyebabkan terjadinya disabilitas
/gangguan pada berbagai fungsi fungsional yang memerlukan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan mempengaruhi segala
aktifitas yang akan dilakukkan oleh manusia, terutam mereka yang
sudah sepuh. Untuk mengukur kemampuan.6
2.8 Permasalahan Gizi Lansia
Selain permasalahan tersebut diatas akibat dari terjadinya
perubahan–perubahan pada seluruh sistem, lansia juga mengalami masalah
gizi. Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi
konsumsi dan penyerapan zat makanan oleh tubuh. Hal ini akan akan
berakibat pada terjadinya masalah gizi lebih atau terjadi gizi kurang.

10
Gizi lebih pada lansia lebih banyak terdapat di perkotaan daripada
pedesaan. Kebiasaan mengkonsumsi makan yang berlebih pada waktu muda
menyebabkan berat badan berlebih dan juga karena kurangnya aktivitas
fisik. Kebiasaan mengkonsumsi makan berlebih tersebut sulit untuk diubah
walaupun lanjut usia menyadari dan berusaha untuk mengurangi makan.
Kegemukkan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah tinggi.
Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan gaya hidup
pada usia sekitar 50 tahun. Kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya
berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya energi menjadikan asupan
makanan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh.
Adapun gizi kurang yang terjadi pada lansia sering disebabkan oleh
masalah sosial-ekonomi dan gangguan penyakit. Apabila konsumsi kalori
terlalu rendah dari yang dibutuhkan, akan menyebabkan berat badan kurang
dari normal. Hal ini akan diperparah apabila disertai dengan kekurangan
protein, akibatnya adalah kerusakkan sel yang tidak dapat diperbaiki.
Akhirnya daya tahan tubuh akan menurun dan akan mudah terkena penyakit
infeksi pada organ tubuh vital.
Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang pada lansia
adalah keterbatasan ekonomi keluarga, menderita penyakit kronis, pengaruh
psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan, kurangnya
pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahan bahan makanan.
Terjadinya kurang gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang
bersifat primer dan skunder. Sebab primer meliputi ketidaktahuan,
ketidakmampuan, isolasi sosial, hidup sendiri, kehilangan pasangan,
gangguan fisik, gangguan penginderaan, gangguan mental dan kemiskinan,
sehingga asupan makanan sehari-hari kurang. Sebab sekunder meliputi mal
absorbsi, penggunaan obat-obatan, peningkatan kebutuhan gizi, pola makan
yang salah serta alkoholisme.6
2.9 Kebutuhan Gizi Lansia
Kebutuhan kalori pada lansia diperoleh dari lemak 9,4 kal,
karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi
energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya

11
dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang
dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak,
sehingga akan timbul obesitas.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula
dalam sehari didapat dengan menciptakan pola makan yang baik,
menciptakan suasana yang menyenangkan. Memperkuat daya tahan tubuh
dengan makanan yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan
tubuh dari penyakit, seperti : biji-bijian, sayuran berdaun hijau, makanan
laut. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D.
Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun,
mengkonsumsi vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh,
contoh makanan sumber vitamin D adalah susu.
Selanjutnya adalah memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat,
aktif dan teratur. Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang
mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau
tua. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak.
Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten
(antioksidan), seperti : sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan
buah lain.
Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi
makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan
harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat
yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak,
kacang kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.
Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan
vitamin B6, B 12 dan asam folat.6
2.10 Pola Makan Lansia
Pola makan berarti suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan
makan yang sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi pengaturan jumlah
kecukupan makanan, jenis makanan dan jadwal makan, didalam fungsinya
untuk mempertahankan kesehatan. 6

12
2.10.1. Jumlah Asupan Makanan
Pola makan pada lansia dalam pengaturan jumlah makanan sebagai
sumber energi hendaknya harus mengandung semua unsur gizi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam jumlah
yang cukup sesuai dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam
komposisinya.
Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat badan
dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. Dalam keadaan sakit kebutuhan
energi semakin meningkat sesuai dengan keadaan sakit. Kebutuhan energi
tersusun atas karbohidrat 60-70% yang terbagi atas karbohidrat sederhana
10-15% berupa gula serta karbohidrat kompleks berupa nasi, kacang, buah
dan sayur. Protein 15-20% dari totalkebutuhan energi tersusun atas protein
lengkap berupa protein hewani sebaiknya dari daging tanpa lemak, ikan
dan putih telur atau kombinasi antara nasi dan kacang-kacangan.
Jumlah lemak dalam makanan adalah 15-20% dari total energi,
kurang dari 10% berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan kolesterol
<300mg/hari, harus dihindari makanan dengan kolesterol tinggi yang
bersumber dari kuning telur, jeroan, otak, kulit, udang, keju, sop buntut
dan sop kaki. Dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung serat
yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan kedelai.
Karena selain sebagai sumber serat, buah dan sayur juga sebagai sumber
vitamin dan mineral serta air. Kebutuhan lansia akan air adalah 2-3 liter/
hari (10-15 gelas).
Pemberian makanan pada lansia adalah makanan yang hendak
disajikan harus memenuhi kebutuhan gizi, makanan yang disajikan
diberikan pada waktu yang teratur dan dalam porsi yang kecil saja, berikan
makanan secara bertahap dan bervariasi, sesuaikan makanan dengan diet
yang dianjurkan oleh dokter dan berikan makanan yang lunak untuk
menghindari konstipasi serta memudahkan mengunyah, seperti nasi tim
atau bubur. 6
2.10.2. Jenis Menu Makanan
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan
pada waktu makan. Menu seimbang bagi lansia adalah susunan makanan
yang mengandungcukup semua unsur zat gizi dibutuhkan lansia. Pedoman

13
untuk makanan bagi lansia adalah makan makanan yang beraneka ragam
dan mengandung zat gizi yang cukup, makanan mudah dicerna dan
dikunyah, sumber protein yang berkualitas seperti susu, telur, daging dan
ikan. Sebaiknya mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks, makanan
sumber lemak harus berasal dari lemak nabati, mengkonsumsi makanan
sumber zat besi seperti bayam, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
Dalam menu seimbang bagi lansia juga harus membatasi makanan
yang diawetkan dan anjurkan pada lansia untuk minum air putih 6-8 gelas
sehari karena kebutuhan cairan meningkat dan untuk memperlancar proses
metabolisme serta makanan sehari disajikan dalam keadaan masih panas
(hangat), segar dan porsi kecil.6
2.10.3. Jadwal Makan
Menu yang disusun untuk lansia dalam pemberiannya sebaiknya
terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali makanan utama
(pagi, siang dan malam) serta 4-5 kali makanan selingan. Sebagai contoh
pukul 05.00 minum susu atau jus, pukul 07.00 makanan utama, pukul
09.30 makan minum selingan, pukul 12.00 makanan utama, pukul 15.00
makan minum selingan, pukul 18.30 makanan utama dan sebelum tidur
makan minum selingan.6
2.10.4. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Pola Makan secara Umum
Pola makan pada individu dipengaruhi oleh faktor - faktor antara
lain budaya, agama/ kepercayaan, psikososial, status ekonomi, kesukaan
terhadap makanan, rasalapar/ nafsu makan dan rasa kenyang serta
kesehatan individu. Faktor budaya merupakan kemampuan individu dalam
menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi dan letak geografis
juga mempengaruhi makanan yang dikonsumsi. Faktor budaya merupakan
faktor yang diturunkan dari para pendahulu atau bersifat turun temurun,
yang akhirnya akan menjadi kebiasaan pada individu.
Faktor agama/ kepercayaan pada diri individu juga mempengaruhi
makanan yang dikonsumsi sehari–hari. Dalam agama/ kepercayaan
terdapat yang disebut pantangan atau larangan. Makanan mana yang boleh
dikonsumsi dan mana makanan yang tidak boleh dikonsumsi. Walaupun
terkadang makanan tersebut merupakan sumber gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh, akan tetapi karena agama/ kepercayaan melarangnya, sehingga jenis

14
makanan tersebut tidak dapat dikonsumsi. Adapun status ekonomi sangat
mempengaruhi terhadap jenis dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi
oleh individu. Pemilihan dan pembelian bahan makanan akan menjadi
mudah apabila pendapatan atau ketersedianan keuangan mencukupi.
Psikososial yang sering dijumpai pada lansia menambah berat
beban keluarga dan masyarakat. Dari segi sosial, lansia mengalami
penurunan interaksi antara diri lansia dengan lingkungan. Hal tersebut bisa
terjadi karena lansia mulai menarik diri dari kehidupan sosial, status
kesehatannya menurun, penghasilan berkurang, dan terbatasnya program
untuk memberi kesempatan lansia untuk tetap berinteraksi dan beraktifitas.
Hal tersebut berpengaruh kepada kepercayaan diri, motivasi, perasaan dan
emosi, lansia memilih untuk berdiam diri dirumah.
Menurunnya keinginan beraktifitas dengan lingkungan
berpengaruh terhadap keinginan mengkonsumsimakanan/ pola makan,
karena kebutuhan yang kalori yang terbatas. Apabila dibiarkan berlanjut
tentunya akan mempengaruhi keadaan status gizi lansia.
Personal preference (kesukaan individu terhadap makanan), hal-
hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap pola
makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka dimulai sejak dari masa
kanak–kanak hingga dewasa. Perasaan tersebut terhadap makanan
tergantung penilaian individu terhadap makanan yang disediakan.
Sedangkan rasa lapar, nafsu makan dan rasa kenyang merupakan sensasi
yang berhubungan dengan terpenuhinya makanan dalam diri seseorang.
Hal tersebut berhubungan terhadap perasaan senang dan tidak senang
dalam menerima makanan yang disediakan.
Kesehatan merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan
akan makan pada diri individu. Adanya penyakit seperti sakit gigi atau
sariawan yang diderita akan mempengaruhi penerimaan individu tersebut
terhadap makanan yang ada. Sehingga kesehatan merupakan faktor yang
terpenting dalam pola makan. 4,6

15
2.10.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pola Makan pada Lansia
Lansia dengan berbagai kemunduran yang dialami, dapat
mempengaruhi derajat kesehatan lansia tersebut. Derajat kesehatan yang
baik salah satunya dapat diperoleh dengan menjaga status gizinya dengan
mempertahankan kecukupan gizi melalui pola makan baik pula.
Keseimbangan motivasi, perasaan dan emosi mencakup rasa
marah, cemas, takut, kehilangan, sedih dankecewa akan berdampak pada
berbicara sembarangan, sikap berbicara yang buruk pada orang lain,
menolak makan minum, menolak ketergantungan dengan orang lain,
melemparkan makanan dan lain-lain serta tak kalah penting adalah
dukungan sosial dari lingkungan seperti dukungan keluarga, kelompok
maupun masyarakat. Faktor yang mempengaruhi pola makan lansia
diantaranya adalah motivasi diri, perasaan dan emosi serta dukungan
keluarga.
1. Motivasi Diri
Motivasi diri merupakan suatu pengertian yang mencakup
penggerak, keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit tenaga, alasan
dan dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu. Motivasi juga merupakan suatu proses psikologis yang
mencerninkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai
proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri (faktor
intrinsik) dan faktor di luar dirinya (faktor ekstrinsik).
Faktor didalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap,
pengalaman dan pendidikan atau bebagai harapan, cita-cita yang
menjangkau kemasa depan. Faktor luar diri dapat ditimbulkan oleh
berbagai sumber dari lingkungan atau faktor lain yang sangat
kompleks sifatnya.
Motivasi menunjukan pada proses gerakan, termasuk situasi yang
yang mendorong sehingga timbul dalam diri individu, tingkah laku
yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan akhir dari gerakan
atau perbuatan.
Individu yang melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, atas dasar
motivasi masing-masing. Pada prinsipnya motivasi didasari pada

16
pemenuhan kebutuhan yang dibagi atas kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer mempunyai aspek vital,
biologis dan fisiologis, sedangkan kebutuhan sekunder mempunyai
aspek sosial, non vital dan psikologis .
2. Perasaan dan Emosi
Perasaan adalah gejala psikis yang memiliki sifat khas subjektif
yang berhubungan dengan persepsi dan dialami sebagai rasa senang-
tidak senang, sedih-gembira dalam berbagai derajat dan tingkatannya.
Perasaan adalah nada menyenangkan atau tidak, yang menyertai
suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh
komponen fisiologik. Sementara itu emosi merupakan manifestasi
perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen fisiologik
danbiasanya berlangsung tidak lama, sementara emosi adalah suatu
keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk
mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu.
Perasaan memiliki ciri-ciri yaitu selalu terkait dengan gejala
kejiwaan yang lain khususnya persepsi, bersifat individual atau
subjective dan perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Perasaan menyenangkan
dapat dibagi atas rasa senang, bangga, kasih sayang, gembira, enak,
lezat, indah dan tenang, sementara perasaan tidak menyenangkan
terbagi atas sedih, kecewa, sakit, gelisah, kacau dan galau.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perasaan yaitu
keadaan jasmani atau fisik individu, struktur kepribadian dan keadaan
temporer. Keadaan jasmani atau fisik individu dicontohkan seperti
perasaan individu yang sedang sakit, lebih sensitif daripada orang
sehat. Struktur kepribadian yang mempengaruhi timbulnya perasaan
digambarkan seperti individu yang berkepribadian introvert memiliki
perasaan yang sensitif sedangkan keadaan temporer pada diri individu
atau tergantung pada suasana hati, individu yang sedang sedih sangat
peka perasaannya dibanding individu yang normal.
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas
sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin
terganggu. Definisi lain emosi merupakan perasaan yang mendasar,

17
dapat mengarahkan perilaku individu, baik perilaku positif atau
perilaku negatif.
1. Dukungan Keluarga
Perubahan yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perilaku
kesehatan individu yaitu adanya interaksi sosial dalam bentuk dukungan
baik dukungan keluarga/ kelompok maupun dukungan secara sosial.
Menurut Depkes RI (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pada umumnya lansia berkeinginan menikmati hari tuanya di lingkungan
keluarga, namun dalam keadaan dan sebab tertentu mereka tidak tinggal
bersama keluarganya. Oleh karena itu, lansia yang berada di lingkungan
keluarga atau tinggal bersama keluarga serta mendapat dukungan dari
keluarga akan membuat lansia merasa lebih sejahtera.
Fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi
internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh
dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung satu
sama lain.
Peran anggota keluarga terhadap lansia seperti melakukan pembicaraan
terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu dalam hal
sumber keuangan dan transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati
dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana, mengajak dalam acara
tertentu, memeriksakan kesehatan lansia secarateratur, memberi dorongan
untuk tetap hidup bersih dan sehat dan lain–lain.4,6
2. Pengaruh Motivasi, Perasaan dan Emosi serta Dukungan Keluarga
terhadap Pola Makan Lansia
Secara epidemiologi faktor resiko terhadap terjadinya gangguan pola
makan pada lansia antara lain karakteristik individu dan perilaku yang
berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup, karakteristik adalah segala
sesuatu yang merupakan ciri-ciri biologis dan sosial yang terdapat pada

18
lansia. Karakteristik tersebut seperti karakteristik sosiodemografi misalnya
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, sosial ekonomi,
dan perilaku (pengetahuan dan sikap) serta sosial budaya.
Perubahan psikologis seseorang dapat dilihat dengan memperhatikan
masalah emosionalnya dengan maksud menghilangkan, mengubah gejala
yang ada dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian yang positif.
Perubahan tersebut tentunya berdampak pada perilaku seseorang dalam
beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, seperti dalam
mengkonsumsi makanan yang tentunya juga dipengaruhi oleh keadaann
emosi.
Lansia yang memiliki dukungan sosial yang baik akan memperbaiki
kondisi psikososialnya. Dengan semakin majunya komunikasi antar
individu dan teknologi, pola hidup masyarakat mengalami perubahan. Pola
hidup keluarga semakin kehilangan fungsinya dan beralih menjadi pola
hidup keluarga inti. Kebiasaan untuk memberikan bantuan sosial antar
keluarga. berkurang dan pola hidup individual semakin menonjol. Dalam
hal ini berpengaruh terhadap kondisi psikososial lansia.
Dalam penelitiannya, konsumsi makan lansia memiliki hubungan positif
dengan kondisi psikososialnya, namun kondisi psikososial juga berkorelasi
positif dengan kepuasan hidup dan berkorelasi negatif dengan depresi Salah
satu indikator kepuasan hidup adalah terpenuhinya semua kebutuhan
termasuk kebutuhan akan makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya
semakin baik kondisi psikososial semakin baik pula konsumsi makanan
lansia.
Faktor fisiologi dan psikologi dapat mempengaruhi pemilihan terhadap
makanan, di samping itu pula pengetahuan tentang makanan juga dapat
mempengaruhi asupan. Faktor sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap
pemilihan makanan. Budaya, geografi, dan ketersediaan makanan
menentukan peningkatan atau pembatasan dalam memilih makanan.
Pada sebagian besar orang, hubungan keluarga dan persahabatan
seringkali mempengaruhi pembelian, perbaikan dan konsumsi makanan.
Status sosial ekonomi, perubahan ekonomi dan dukungan sosial memiliki
pengaruh penting dalam membentuk pola makan yang sangat erat kaitannya
dengan status gizi dan penyakit.

19
Kondisi psikososial dapat diukur dari tingkat kepuasan hidup. Dalam
penelitian tersebut tampak adanya korelasi positif tingkat kepuasan terhadap
kondisi psikososial lansia.
Semakin tinggi tingkat kepuasan lansia semakin baik kondisi psikososial
lansia. Perasaan bahagia yang dimiliki lansia dapat meningkatkan kepuasan
diri pada lansia.
Hal yang membuat sebagian besar lansia bahagia adalahterjaminnya
kebutuhan hidup. Terjaminnya kebutuhan hidup bisa didapat bila ada
dukungan sosial bagi lansia baik dari keluarga, masyarakat maupun dari
pemerintah.
Kondisi psikososial dan fisik secara keseluruhan berpengaruh positif
terhadap status gizi. Semakin baik kondisi psikososial, diharapkan semakin
baik pula status gizi. Beberapa faktor risiko potensial yang telah
diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi pada lansia di
antaranya adalah kebingungan mental dan depresi serta ketidakmampuan
fisik.
Aspek psikososial dan fisik secara keseluruhan memiliki hubungan positif
dengan status gizi. Hal itu menunjukkan bahwa untuk mendapatkan status
gizi yang baik diperlukan perhatian yang lebih menyeluruh terhadap aspek
psikososial dan fisik baik dari keluarga, masyarakat, maupun pemerintah.
Lansia dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan bantuan
dari lingkungannya, hal ini karena keadaan lansia yang sudah terbatas dalam
melakukan segala sesuatunya sendiri, agar dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan keadaannya.6
2.11 Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Untuk mencapai usia lanjut sehat, tua berguna, bahagia dan sejahtera
ialah dengan mengaktifkan fisik, mental dan sosial ditujukan pada usia 45-
59 tahun. Banyak hal yang harus dilakukan baik dari lansia itu sendiri atau
dari petugas kesehatan maupun dari pihak keluarga lansia. Adapun
pemeliharaan kesehatan lansia seperti:
Pemberian gizi yang seimbang
Untuk mencukupi kebutuhan gizi pada usia lanjut, perlu diberikan
makanan seimbang dengan cara mengurangi bahan makanan yang
banyak mengandung lemak terutama yang berasal dari hewan. Batasi

20
gula, kopi, garam, dan makanan yang diawetkan.Disarankan lansia
mengkomsumsi makanan yang mengandung zat besi dan banyak
mengandung vitamin.
2.12 Latihan (olah raga)
Olahraga untuk lansia bertujuan untuk perbaikan otot, perbaikan
stamina, membangun kontak psikologis yang lebis luas.
2.13 Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan kebersihan diri bagi lansia sangat bermamfaat untuk
mengurangi terjadinya gangguan kulit, mencegah infeksi, menimbulkan
suasana yang nyaman.
2.14 Kebersihan lingkungan
Selain kebersihan diri, keadaan dan suasana lingkungan tempat
tinggal usia lanjut perlu diupayakan agar bersih dan menyenangkan.
2.15 Pemeriksaan kesehatan berkala
Oleh karena fungsi organ-organ tubuh pada lansia sudah menurun,
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala seperti pemeriksaan
tekanan darah, jantung, fungsi ginjal, fungsi hati, dan gula darah.4,5,6

Untuk kriteria tekanan darah, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Kategori Tekanan Darah7

21
2.16 Rumah Sehat
I. Definisi Rumah Sehat
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area
sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO dalam Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan (2001), rumah adalah struktur fisik
atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi
kesehatan keluarga dan individu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik,
mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman,
serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik. 8
II. Kriteria Rumah Sehat
Penetapan Rumah SehatAmerican Public Health Association (APHA).
1. Sistem penyediaan air harus baik
2. Tersedia fasilitas untuk mandi
3. Punya fasilitas pembuangan air bekas
4. Punya fasilitas pembuangan tinja
5. Penghuni tidak padat (1 orang/1,2 m2)
6. Ventilasi dan Penerangan yang cukup
7. Kondisi bangunan rumah yg kuat
8. Fondasi yg kokoh, dinding kuat dan kayu tidak lapuk.8
III. Syarat Rumah Sehat
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air

22
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.8

23
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Keluarga Binaan


Keluarga Binaan yang dijadikan binaan terhadap masalah kesehatan adalah
keluarga-keluarga yang memiliki baik bapak atau Ibu yang Lansia. Lokasi survei
dilaksanakan di Kecamatan Binjai Utara, Sumatera Utara.

3.2 Rencana Kegiatan pada Keluarga Binaan


Tabel 3.1 Jadwal Kunjungan Home Visit

NO Hari/Tanggal Kegiatan
.

1. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 1

2. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 2

3. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 3

4. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 4

5. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 5

6. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 6

7. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 7

8. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 8


9. Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 9

10.
Sabtu, 26 Januari 2019 Home Visit dan Edukasi Dirumah Keluarga 10

24
3.3 Keluarga A
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Pertama adalah keluarga dari Ibu A yang tinggal di Letda
Umar Baki No 36 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara. Ibu A berumur 52 tahun
dengan berat badan 61 kg dan tinggi badan 153 cm, pendidikan terakhir Tidak
tamat sekolah, dan ibu A bekerja sebagai wiraswasta. Ibu A memiliki 5 orang
anggota keluarga.
Ibu A berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, ibu A
tampak tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias. Ibu A merupakan seorang
penjual kerupuk. Di keluarga, ibu A memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Ibu A)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 61
2
= = 26.06 (Gizi lebih)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2.34

c) Pemeriksaan Fisik (IbuA)


1. Tanda – tanda vital :
T/D : 110/70 mmHg
RR : 22x/menit
HR : 96x/menit
2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris, jar.parut (-)
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung :Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan

25
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra

- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis


Dextra

- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra

- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis

Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu A, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenis lantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas

e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi


Seluruh anggota keluarga Ibu A mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB menggunakan air bersih, sumber air dari kran (PDAM), sumber

26
air minum juga dari air PDAM yang dimasak, Tempat pembuangan akhir (TPA)
tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan lancar, dan cara
pembuangan sampah setiap hari dibuang ke tempat sampah dan diangkat oleh
petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu A tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu A mengeluh sering terkena minyak goreng pada tangannya dan jarang
melakukan aktivitas ( olahraga)
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga A, antara lain :
 Berhati-hati menggunakan minyak goreng
 Banyak olahraga
i) Kesimpulan
Keluarga/ibu A mempunyai 5 anggota keluarga. Hygene keluarga A sudah
cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar. Ibu A .Keluarga ibu A juga memiliki
jaminan Kesehatan BPJS.

3.4 Keluarga B
 Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia kedua adalah keluarga dari Ibu B yang beralamat di Jl.
Letda Umar Baki No 39 Kota Binjai Keacamatan Binjai Utara. Ibu B berumur 68
tahun dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 150 cm. Pendidikan terakhir Ibu
B adalah SD. Ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Ibu B mempunyai 4 orang
anggota keluarga.
Ibu B dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa perlu dibantu oleh orang lain.
Ibu B berpenampilan cukup rapi dan bersih serta kooperatif ketika ditanya. Ibu B
mempunyai Jaminan Kesehatan berupa BPJS. Pada saat dilakukan wawancara,
Ibu pernah diberobat di Rumah Sakit karena penyakit hipertensi ± 5 tahun
terakhir.

 Status gizi (Ibu B)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 50
2
= = 22,22 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2,25

27
 Pemeriksaan Fisik (Ibu B)
1. Tanda – tanda vital :

T/D : 150/90 mmHg


RR : 24x/menit
HR : 92x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi

Paru : Dalam Batas Normal


Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
Diagnosis : Hipertensi
Penyakit Degeneratif : Hipertensi,

28
 Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu B, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
 Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu B mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari
PDAM, sumber air minum juga dari air PDAM yang dimasak, tempat
pembuangan akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan
selokan lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat oleh petugas
kebersihan.
 Perilaku Beresiko
Ibu B tidak mempunyai perilaku beresiko.
 Identifikasi Masalah
Ibu B memiliki riwayat penyakit hipertensi
 Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga B, antara lain :
 Agar tetap menjaga kesehatan.
 Agar mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
 Berolahraga ringan minimal dua kali dalam satu minggu
 Agar rutin memeriksakan diri ke dokter

29
 Agar rajin memeriksakan tekanan darah ke rumah sakit atau
Puskesmas.
 Kesimpulan
Ibu B mempunyai 4 orang anggota keluarga. Ibu B pernah diberobat di RS
karena penyakit hipertensi yang dideritanya.. Kebersihan disekitar rumah Ibu B
cukup terjaga, selokan di sekitar rumah Ibu B lancar. Ibu B memiliki jaminan
kesehatan berupa BPJS.
3.5 Keluarga C
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Ketiga adalah keluarga dari Bapak C yang tinggal di Jl.
Letda Umar Baki No 42 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara. Bapak C berumur
60 tahun dengan berat badan 49 kg dan tinggi badan 156 cm, pendidikan terakhir
STM, dan Bapak C bekerja sebagai tukang bengkel atau las. Bapak C mempunyai
4 orang anggota keluarga.
Bapak C berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas
sendiri tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara,
Bapak C tampak tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya
mengenai keluhan yang sebelumnya sering Bapak C alami., Bapak C bekerja
tidak pernah menggunakan alat pelindung seperti kacamata. Di keluarga, Bapak C
memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Bapak C)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 49
2
= = 20,13 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2,43

c) Pemeriksaan Fisik (Bapak C)


1. Tanda – tanda vital :
T/D : 120/70 mmHg
RR : 19x/menit
HR : 84x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris

30
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh Bapak C, didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai

31
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Bapak C mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air PDAM,
sumber air minum juga dari air PDAM yang dimasak, tempat pembuangan akhir
(TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan lancar, dan
cara pembuangan sampah setiap hari diangkat petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Bapak C tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Bapak C bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga C, antara lain :
 Menyarankan Bapak C untuk menggunakan kacamata pelindung saat
mengelas sesuatu
 Perbanyak aktivitas fisik ( olahraga)
i) Kesimpulan
Keluarga Bapak C mempunyai 4 orang anggota keluarga. Hygene keluarga
C sudah cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar. Bapak C bekerja tidak
menggunakan alat pelindung diri. Keluarga Bapak C juga memiliki jaminan
Kesehatan BPJS.

3.6 Keluarga D
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Keempat adalah keluarga dari Ibu D yang tinggal di Jl.
Letda Umar Baki No 45 Kota Binjai, Kecamatan Binjai Utara. Ibu D berumur 58
tahun dengan berat badan 55 kg dan tinggi badan 160 cm, pendidikan terakhir
SMP, dan ibu D adalah Ibu Rumah Tangga. Ibu D mempunyai 4 orang anggota
keluarga.
Ibu D berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, ibu D
tampak tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya mengenai

32
keluhan yang sebelumnya sering ibu D alami, Ibu D mengeluh sering nyeri pada
lutut karena sering memindahkan barang-barang berat di rumahnya dialami sejak
± 3 tahun. Beliau belum pernah berobat ke Dokter dan tidak pernah mengonsumsi
obat. Di keluarga, ibu D memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Ibu D)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 55
= = 21,48 (Berat Badan Kurang)
𝑇𝐵 (𝑚2 ) 2,56

c) Pemeriksaan Fisik (Ibu D)


1. Tanda – tanda vital :

T/D : 110/70 mmHg


RR : 20x/menit
HR : 88x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis

33
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
Penyakit Degeneratif : Osteoatritis
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu D, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Asbes
3. Jenis dinding terluas : Papan
4. Jenislantai terluas : Keramik
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu D mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari sumur
bor, sumber air minum juga dari air sumur bor yang dimasak, tempat pembuangan
akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan
lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat oleh petugas
kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu D tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu D mengeluh sering nyeri pada lutut dialami sejak ± 3 tahun.

34
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga D, antara lain :
 Mengurangi aktivitas mengangkat benda berat
 Mengonsumsi asupan nutrisi yang tepat
 Segeralah pergi berobat ke Puskesmas atau klinik terdekat
i) Kesimpulan
Keluarga ibu D mempunyai 4 orang anggota keluarga. Ibu D mengatakan
tidak pernah mengalami keluhan yang serius mengenai kesehatannya, hanya saja
ibu D mengalami nyeri pada lutut sekitar 3 tahun dikarekan sering mengangkat
benda berat. Hygene keluarga D baik. Selokan di sekitar rumah keluarga D juga
lancar. Keluarga Ibu D mempunyai jaminan kesehatan berupa BPJS.

3.7 Keluarga E
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Kelima adalah keluarga dari Ibu E yang tinggal di Jl Letda
Umar Baki No 47 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara RT/RW 002/002. Ibu E
berumur 57 tahun dengan berat badan 51 kg dan tinggi badan 156 cm, pendidikan
terakhir SD, dan ibu E adalah Ibu Rumah Tangga. Ibu E mempunyai 6 anggota
keluarga
Ibu E berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, ibu E tampak
tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya mengenai keluhan
yang sebelumnya sering ibu E alami, Ibu E sering mengeluhkan sakit perut,
disertai kembung pada perutnya dikarenakan dia sibuk mengerjakan pekerjaan
rumah dan Ibu tersebut juga asisten rumah tangga di rumah orang lain dialaminya
sejak 5 Tahun lalu. Beliau jarang berobat kedokter. Jika perutnya sakit Ibu E
biasanya membeli obat di warung. Di keluarga, ibu E memiliki Jaminan
Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Ibu E)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 51
= = 20,96 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚2 ) 2, 43

35
c) Pemeriksaan Fisik (Ibu E)
1. Tanda – tanda vital :
T/D : 130/80 mmHg
RR : 18x/menit
HR : 90x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
Diagnosis : Tidak ada kelainan (sehat)

36
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu E, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Keramik
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu E mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari sumur
bor, sumber air minum juga dari air sumur bor yang dimasak, tempat pembuangan
akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan
lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu E tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu E mengeluh sakit perut dan kembung karena telat makan
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga E, antara lain :
 Istirahat yang cukup
 Atur pola makan yang seimbang

i) Kesimpulan
Keluarga/ibu E mempunyai 6 orang anggota keluarga , . Hygene keluarga E
sudah cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar.Ibu E mengeluh sakit perut dan

37
perut kembung karena beliau sering telat makan. Keluarga Ibu E juga memiliki
jaminan Kesehatan BPJS.

3.8 Keluarga F
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Keenam adalah keluarga dari Ibu F yang tinggal di Letda
Umar Baki No 10 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara. Ibu F berumur 64 tahun
dengan berat badan 65 kg dan tinggi badan 150 cm, pendidikan terakhir SD, dan
ibu F bekerja sebagai Ibu Ruma Tangga. Ibu F memiliki 3 orang anggota
keluarga.
Ibu F berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, ibu F tampak
tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias. Ibu F merupakan seorang
penderita diabetes dikarenakan beliau tidak mengontrol pola makannya. Ibu sering
berobat ke Puskesmas untuk mengontol kadar gula darahnya. Di keluarga, ibu F
memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Ibu F)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 65
2
= = 28.8 (Gizi lebih)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2.25

c) Pemeriksaan Fisik (Ibu F)


1. Tanda – tanda vital :
T/D : 130/80 mmHg
RR : 24x/menit
HR : 84x/menit
2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris, jar.parut (-)
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi

38
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung :Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra

- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis


Dextra

- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra

- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis

Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu F, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenis lantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar

39
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
kebersihan

e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi


Seluruh anggota keluarga Ibu A mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB menggunakan air bersih, sumber air dari kran (PDAM), sumber
air minum juga dari air PDAM yang dimasak, Tempat pembuangan akhir (TPA)
tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan lancar, dan cara
pembuangan sampah setiap hari dibuang ke tempat sampah dan diangkat oleh
petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu A tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu A penderita diabetes dikarenakan beliau tidak mengontrol pola
makannya. Ibu sering berobat ke Puskesmas untuk mengontol kadar gula
darahnya.
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga A, antara lain :
 Atur pola makan seimbang
 Banyak olahraga
 Memakan obat dengan rutin
 Mengontrol ke Puskesmas rutin
i) Kesimpulan
Keluarga/ibu A mempunyai 5 anggota keluarga. Hygene keluarga A sudah
cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar. Ibu A .Keluarga ibu A juga memiliki
jaminan Kesehatan BPJS.
3.9 Keluarga G
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia ketujuh adalah keluarga dari Ibu G yang beralamat di Jl.
Letda Umar Baki No 15 Kota Binjai Keacamatan Binjai Utara. Ibu G berumur 64
tahun dengan berat badan 44 kg dan tinggi badan 142 cm. Pendidikan terakhir Ibu
B adalah SD. Ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Ibu G mempunyai 5 orang
anggota keluarga.

40
Ibu G dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa perlu dibantu oleh orang lain.
Ibu G berpenampilan cukup rapi dan bersih serta kooperatif ketika ditanya. Ibu G
mempunyai Jaminan Kesehatan berupa BPJS. Pada saat dilakukan wawancara,
Ibu tidak pernah diberobat di Rumah Sakit tetapi Ibu sering mengeluhkan sakit
pada pinggangnya karena mengangkat atau memindahkan barang-barang di
rumah.

b) Status gizi (Ibu G)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 44
2
= = 21, 82 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2,01

c) Pemeriksaan Fisik (Ibu G)


1. Tanda – tanda vital :

T/D : 120/70 mmHg


RR : 20x/menit
HR : 100x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi

Paru : Dalam Batas Normal


Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra

41
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu G, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Genteng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Keramik
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu G mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari
PDAM, sumber air minum juga dari air PDAM yang dimasak, tempat
pembuangan akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan
selokan lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat oleh petugas
kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu G tidak mempunyai perilaku beresiko.

42
g) Identifikasi Masalah
Ibu G mengeluhkan sakit pinggang dikarenakan sering mengangkat atau
memindahkan barang-barang di rumahnya
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga B, antara lain :
 Agar mengurangi aktivitas terutama mengangkat yang berat-berat
 Istirhat cukup
i) Kesimpulan
Ibu G mempunyai 5 orang anggota keluarga. Ibu G tidak pernah diberobat
di RS tetapi Ibu sering mengeluhkan sakit pada pinggangnya dikarenakan sering
mengangkat atau memindahkan barang-barang di rumahnya. Kebersihan disekitar
rumah Ibu G cukup terjaga, selokan di sekitar rumah Ibu G lancar. Ibu G memiliki
jaminan kesehatan berupa BPJS
3.10 Keluarga H
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Kedelapan adalah keluarga dari Ibu H yang tinggal di Jl.
Letda Umar Baki No 17 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara. Ibu H berumur 59
tahun dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 150 cm, pendidikan terakhir
SMK, dan Ibu H bekerja sebagai guru. Ibu H mempunyai 4 orang anggota
keluarga.
Ibu H berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, Ibu H
tampak tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya mengenai
keluhan yang sebelumnya sering Ibu H alami., Ibu H bekerja mengeluhkan sakit
pada lambungnya di karenakan Ibu sering melewatkan makan siangnya . Di
keluarga, Ibu H memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Ibu H)
𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 50
2
= = 22, 22 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚 ) 2, 25

c) Pemeriksaan Fisik (Ibu H)


1. Tanda – tanda vital :
T/D : 120/80 mmHg
RR : 22x/menit
HR : 80x/menit

43
2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh Ibu H, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri

44
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu H mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air PDAM,
sumber air minum juga dari air PDAM yang dimasak, tempat pembuangan akhir
(TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan lancar, dan
cara pembuangan sampah setiap hari diangkat petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu H tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu H sering mengeluhkan sakit pada perutnya dikarenakan sering
melewatkan makan siangnya
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga H, antara lain :
 Mengatur pola makan seimbang
 Berobat ke Puskesmas jika di perlukan
i) Kesimpulan
Keluarga Ibu H mempunyai 4 orang anggota keluarga. Hygene keluarga H
sudah cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar. Ibu H sering mengeluhkan
sakit pada perutnya dikarenakan sering melewatkan makan siangnya. Keluarga
Ibu H juga memiliki jaminan Kesehatan BPJS.

3.11 Keluarga I
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Kesembilan adalah keluarga dari Bapak I yang tinggal di
Jl. Letda Umar Baki No 19 Kota Binjai, Kecamatan Binjai Utara. Bapak I
berumur 67 tahun dengan berat badan 80 kg dan tinggi badan 160 cm, pendidikan

45
terakhir SD, dan Bapak I adalah Pensiun. Bapak I mempunyai 4 orang anggota
keluarga.
Bapak I berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas
sendiri tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara,
Bapak I tampak tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya
mengenai keluhan yang sebelumnya sering bapak I alami, Bapak I pernah berobat
di Puskesmas dan di diagnosis DM dialami sejak ± 4 tahun. Di keluarga, Bapak I
memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.
b) Status gizi (Bapak I)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 80
= = 31,25 (Gizi lebih)
𝑇𝐵 (𝑚2 ) 2,56

c) Pemeriksaan Fisik (Bapak I)


1. Tanda – tanda vital :

T/D : 110/70 mmHg


RR : 24x/menit
HR : 82x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra

46
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
d) Keadaan Bangunan Rumah
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu D, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Semen
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Bapak I mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari sumur
bor, sumber air minum juga dari air sumur bor yang dimasak, tempat pembuangan
akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan
lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat oleh petugas
kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Bapak I tidak mempunyai perilaku beresiko.

47
g) Identifikasi Masalah
Bapak I pernah berobat di Puskesmas dan di diagnosis DM.
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga I, antara lain :
 Mengurangi konsumsi pemanis seperti gula
 Rajin kontrol ke Puskesmas
 Rutin mengonsumsi obat-obatan
i) Kesimpulan
Keluarga Bapak I mempunyai 4 orang anggota keluarga. Bapak I
mengatakan, dia pernah berobat di Puskesmas dan di diagnosis DM. Hygene
keluarga I baik. Selokan di sekitar rumah keluarga I juga lancar. Keluarga Bapak I
mempunyai jaminan kesehatan berupa BPJS.

3.12 Keluarga J
a) Keterangan Rumah Tangga
Keluarga Lansia Kesepuluh adalah keluarga dari Ibu J yang tinggal di Jl
Letda Umar Baki No 22 Kota Binjai Kecamatan Binjai Utara RT/RW 002/002.
Ibu J berumur 58 tahun dengan berat badan 55 kg dan tinggi badan 165 cm,
pendidikan terakhir SMP, dan ibu J adalah Ibu Rumah Tangga. Ibu J mempunyai
3 anggota keluarga
Ibu J berpenampilan rapi dan bersih serta dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa perlu dibantu oleh orang lain. Pada saat dilakukan wawancara, ibu J tampak
tenang, sangat kooperatif, serta cukup antusias dalam bertanya mengenai keluhan
yang sebelumnya sering ibu J alami, Ibu J juga seorang penjual gorengan
sehingga setiap hari dia menggoreng dan tangannya terkadang terkena cipratan
minyak. Di keluarga, ibu J memiliki Jaminan Kesehatan berupa BPJS.

b) Status gizi (Ibu J)

𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 55
= = 20,22 (Normal)
𝑇𝐵 (𝑚2 ) 2, 72

48
c) Pemeriksaan Fisik (Ibu J)
1. Tanda – tanda vital :
T/D : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
HR : 80x/menit

2. Inspeksi
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga/Hidung/Rongga Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Simetris
Abdomen : Simetris
Ekstermitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
3. Palpasi
Paru : Dalam Batas Normal
Jantung : Ictus Cordis teraba
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan
Ekstermitas Bawah : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
Paru : Sonor
Jantung : - Batas kanan atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
- Batas kanan Bawah : ICS IV Linea Parasternalis
Dextra
- Batas kiri atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
- Batas kanan Bawah :ICS IV Linea Medio Clavicularis
Abdomen : Timpani
5. Auskultasi
Paru : Vesikuler (normal)
Jantung : Reguler (normal)
Abdomen : Peristaltik (+) Normal
Diagnosis : Tidak ada kelainan (sehat)
d) Keadaan Bangunan Rumah

49
Untuk kondisi rumah yang ditempati oleh ibu J, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Atap terluas : Seng
2. Jenis plafon terluas : Papan
3. Jenis dinding terluas : Tembok
4. Jenislantai terluas : Keramik
5. Fasilitas tempat mandi : Sendiri
6. Fasilitas buang air besar : Sendiri
7. Sumber penerangan : Listrik PLN
8. Sumber air minum : Air PDAM
9. Tempat pembuangan akhir tinja : Tangki
10. Tempat penampungan air limbah : Langsung ke got/sungai
11. Sarana pembuangan limbah : Dengan saluran tertutup
12. Keadaan air selokan disekitar rumah : Lancar
13. Cara pembuangan sampah : Diangkat petugas
e) Pemeliharaan Hygiene dan Sanitasi
Seluruh anggota keluarga Ibu J mencuci tangan sebelum makan, sesudah
BAK dan BAB, mencebok dengan menggunakan air bersih, sumber air dari sumur
bor, sumber air minum juga dari air sumur bor yang dimasak, tempat pembuangan
akhir (TPA) tinja tangki, tempat penampungan air tertutup, keadaan selokan
lancar, dan cara pembuangan sampah setiap hari diangkat petugas kebersihan.
f) Perilaku Beresiko
Ibu J tidak mempunyai perilaku beresiko.
g) Identifikasi Masalah
Ibu J seorang penjual gorengan sehingga setiap hari dia menggoreng dan
tangannya terkadang terkena cipratan minyak
h) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada keluarga E, antara lain :
 Berhati-hati saat menggunakan minyak goreng
 Berobat jika cipratan minyak tersebut mengenai organ tubuh

50
i) Kesimpulan
Keluarga Ibu J mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hygene keluarga J
sudah cukup baik. Selokan disekitar rumah lancar.Ibu J seorang penjual gorengan
sehingga setiap hari dia menggoreng dan tangannya terkadang terkena cipratan
minyak. Keluarga Ibu E juga memiliki jaminan Kesehatan BPJS.

51
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Dari 10 orang di dalam 10 keluarga binaan, semua memiliki asuransi
kesehatan berupa BPJS.
2. Dari 10 orang di dalam 10 keluarga binaan; di Jl. Letda Umar Baki rata-
rata dicurigai 1 orang hipertensi, 1 orang osteoatritis, dan 2 orang
diabetes, 2 maag
3. Status gizi dari tujuh anggota dalam kesepuluh keluarga adalah baik.
4. Dari 10 rumah yang dikunjungi, semua rumah memiliki hyeginitas yang
baik

4.2. Saran
1. Bagi Ibu B, sebaiknya rajin memeriksakan tekanan darahnya untuk
kontrol, dan mengurangi mengonsumsi makanan tinggi garam..
2. Bagi Ibu D dan G yang mengalami sakit lutut, hentikan aktivitas yang
merangsang timbulnya nyeri lutut dan segera periksakan diri ke dokter.
3. Untuk Ibu E dan H yang mengalami sakit pada perut untuk melakukan
olahraga ringan atau berenang dan juga segera memeriksakan diri ke
dokter.
4. Untuk Ibu F dan Bapak I yang mengalami DM untuk mengontrol KGD
dan rutin memakan obat

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Martono, Permasalahan Kesehatan Lansia dan , Jakarta : Buku Ajar


Geriatri, 1994.
2. Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia.Lansia. Jakarta: 2003. Diunduh
dari: www.depkes.go.id. [Diakses 27Agustus 2016]
3. World Health Organization, Kesehatan Lansia, Jakarta: EGC, 2011.
www.WHO.go.id. [Diakses 26 Agustus 2016]
4. BKKBN. 2010. Bina Keluarga Lansia (BKL). Direktorat Pengembangan
Ketahanan Keluarga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Jakarta. 7 – 9, 32 – 38, 66 – 67
5. Murti B, Hadinoto SH, & Herlambang G. 2011. Modul Field Lab,
6. Edisi Revisi I, keterampilan kedokteran keluarga : Kunjungan Pasien
7. di rumah (Home Visit). Diunduh dari :
http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_2011.pdf
8. Maryam. 2008 .Efektifitas Pelayanan Sosial UPT Pelayanan
9. Sosial Lanjut Usia Di Kecamatan Siborong - Borong Kabupaten
10. Tapanuli Utara Bagi Lanjut Usia.Diunduh dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29153/4/Chapter%20I.pdf
11. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta
12. Warta Kita. 2010. Tentang Rumah Sehat. Diunduh dari :
http://www.p2kp.org/wartaprint.asp?mid=3049&catid=2&

53
DOKUMENTASI

54
55

Você também pode gostar