Você está na página 1de 11

JOURNAL READING

Intravenous Ferric Carboxymaltose in Children with Iron Deficiency


Anemia Who Respond Poorly to Oral Iron

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Muhammad Rizky Caniago


22010118220115

Penguji :

dr. Mulyono, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
Pemberian Ferric Carboxymaltose Intravena pada Anak Anemia
Defisiensi Besi yang Kurang Respon dengan Pemberian Besi Oral
Jacquelyn M.Powers, MD, MS 1,2,3, Mark Shamoun, MD4,5, Timothy L. McCavit, MD, MS6,7,
Leah Adix, CCRP5, and George R. Buchanan, MD4,5,8*
1
Division of Hematology/Oncology; 2Department of Pediatrics, Baylor College of Medicine, Houston,
TX;3Texas Children’s Hospital, Houston, TX; 4Department of Pediatrics, The University of Texas Southwestern
Medical Center, Dallas, TX; 5Children’s Health, Dallas, TX;6Division of Hematology/Oncology;7Department of
Pediatrics, Cook Children’s Hospital, Fort Worth, TX; and 8Division of Hematology/Oncology, The University
of Texas Southwestern Medical Center, Dallas, TX

ABSTRAK

Objective: Menilai kelebihan dan risiko pemberian ferric carboxymaltose (FCM) intravena
pada anak anemia defisiensi besi.

Desain studi: Kohort retrospektif pada pasien pada senter kami, kami mengidentifikasi
semua infus FCM pada anak dengan ADB selama 12 bulan melalui catatan permintaan
farmasi. Data klinis, termasuk respon hematologi dan efek samping, diambil dari catatan
medik eteltronik.

Hasil: Total ada 116 iv FCM yang diberikan kepada 72 pasien dengan ADB yang refrakter
terhadap pengobatan zat besi oral (Median usia 13.7 tahun; Range 9-18 tahun). Median
hemoglobin preinfus dan posinfus menunjukkan nilai 9.1 g/dL dan 12.3 g/dL, (selama 4-12
minggu setelah infus awal; n=53). 65 pasien (84%) tidak mengalami efek samping.
Komplikasi baru ditemui selama atau segera setelah pemberian infus ke 7.

Kesimpulan: FCM diberikan sebagai infus intravena tanpa uji dosis terbukti aman dan
sangat efektif untuk bayi,anak-anak, dan remaja dengan Anemia Defisiensi Besi (ADB)
refrakter terhadap terapi besi oral.

Zat besi intravena (IV) telah banyak diberikan kepada orang dewasa dengan
kekurangan zat besi , namun rute pemberian ini jarang digunakan pada anak-anak meskipun
insidensi kekurangan zat besi cukup tinggi. Etiologi utama pada anemia defisiensi besi pada
anak adalah rendahnya intake besi karena proses menyusu yang lama dan/atau asupan susu
sapi yang berlebihan pada bayi dan beratnya perdarahan saat menstruasi pada remaja putri.
Pada bayi, ADB berhubungan dengan gangguan neurokognitif, sedangkan pada remaja
mengalami kelelahan dan penurunan konsentrasi, yang mana dapat mempengaruhi penurunan
prestasi disekolah.

1
Meskipun terapi standard awal untuk ADB pada anak dan dewasa adalah zat besi oral,
banyak respon yang gagal karena kepatuhan yang buruk, absorbsi yang tidak adekuat, efek
samping dan/atau kegagalan untuk mencari etiologi primer. Hasil ini selalu berulang,
berkepanjangan dan perawatan yang sering tidak efektif. Meskipun terdapat kemajuan dalam
strategi pengobatan besi IV bagi dewasa, namun penggunaan besi parenteral pada anak masih
jarang dilakukan. Masalah keamanan, mahalnya biaya, dan kebutuhan untuk obat “off-label”
yang biasanya digunakan untuk pengobatan gagal ginjal kronik atau Inflammatory Bowel
Disease (IBD) pada anak.

Ferric carboxymaltose (FCM) adalah formulasi besi IV yang relatif baru yang
diperbolehkan digunakan pada dewasa dengan ADB yang tidakk toleran atau memiliki
respon yang tidak memuaskan terhadap pengobatan besi oral. Tidak seperti kebanyakan
formulasi lain dari besi IV, FCM dapat diberikan dalam 15 menit tanpa dosis uji sebelumnya.
Meskipun FCM relatif lebih mahal daripada formulasi besi IV lainnya, waktu infus jauh lebih
pendek sehingga dapat mengurangi biaya tambahan dari infus dan/atau infus multipel, hal
tersebut dapat meningkatkan kenyamanan pada pasien. Pada anak-anak, data yang
terpublikasi sejauh ini tentang FCM masih terbatas hanya studi tunggal mengenai penyakit
peradangan usus (IBD). Mengingat pentingnya kenyamanan dan kemudahan pemberian FCM
pada dewasa, pada tahun 2014 FCM ditambahkan kedalam formularium lembaga kami untuk
penggunaan ADB pada anak yang gagal dalam terapi besi oral. Disini kami melaporkan
respon hematologi dan efek samping pada studi kohort bayi, anak-anak dan remaja dengan
ADB yang menerima FCM di senter kami.

METODE

Penelitian ini menggunakan studi kohort retrospektif pada pasien ADB yang
mendapat FCM pada Pusat Medis Anak di Dallas, Texas, 1 Juni 2014 sampai 10 Juni 2015.
Pasien diidentifikasi dari rekam medis pengobatan,karakteristik subjek dan data klinis dari
rekam medis. Pasien tanpa anemia yang menerima FCM untuk indikasi lain akan dieksklusi
dari analisa. Tujuan utama kami adalah untuk mencari respon hematologi terhadap pemberian
FCM dan frekuensi, keparahan dan penampakan klinis dari efek buruk pemberian FCM.
Studi ini telah disetujui oleh Dewan Peninjau Institusi Pusat Universitas Kedokteran Texas
Baratdaya.

Kami mengembangkan protokol klinis untuk pemberian FCM, pada senter kami
dengan menggunakan dosis berat badan (15 mg/kg: maksimal 750 mg per dosis). Untuk
pasien dengan berat badan > 50 kg, dosis terbagi 2 kali pemberian (750 mg persekali
pemberian) yang diberikan setidaknya 7 hari terpisah (total dosis maksimal 1500 mg). Untuk
pasien dengan berat badan < 50 kg, pemilihan dosis terapi dengan 1 dosis atau 2 dosis yang

2
diserahkan pada kebijakan dari ahli hematologi yang merawat, sedikit modifikasi dari
rekomendasi pabrik yaitu 2 dosis 15 mg/kg diberikan selama 7 hari terpisah untuk semua
pasien. Semua FCM infus diberikan dengan pengawasan ketat dan staf yang berpengalaman
dengan pemberian zat besi IV di poli rawat jalan/pengelolaan infus atau pengelolaan pasien
rawat inap untuk indikasi lain.

FCM diberikan langsung selama 15 menit dari botol sekali pakai melalui pompa infus
tanpa premedikasi rutin. Tanda vital diukur beberapa kali yaitu sebelum pemberian infus, 5
menit setelah inisiasi infus, setelah pemberian selesai, dan 15 menit serta 30 menit setelah
postinfus. Setiap reaksi yang merugikan dilaporan segera untuk dilakukan penilaian.
Rekomendasi tatalaksana suportif untuk manajemen efek samping, seperti mual, urtikaria,
dispneu, dan/atau reaksi anafilaksis, sudah ditentukan dalam protocol klinis. Semua pasien
menerima telepon untuk follow up dalam waktu 24-72 jam setelah infus untuk menilai reaksi
yang tertunda (delay reaction).

Pengumpulan data termasuk data demografi, indikasi spesifik untuk besi IV/etiologi
dari defisiensi besi, terapi besi sebelumnya (oral dan /atau IV), studi laboratorium serial (pada
awal diagnosis dan preinfus serta posinfus), dan informasi infus FCM (seperti dosis, efek
samping dengan atau tanpa intervensi terkait). ADB didefinisikan sebagai anemia mikrositik
(berdasarkan usia pasien), kadar ferritin serum <15 ng/mL, dan/atau kapasitas total ikatan
besi (TIBC) >425 mg/dL, jika dimungkinkan.Respon hematologi dinilai dengan kadar
hemoglobin (Hgb) dan mean corpuscular volume (MCV), termasuk kadar ferritin serum.
Defisit besi total dihitung untuk semua pasien dan dibandingkan dengan dosis FCM yang
diberikan.

KRITERIA RESPON

Pada pasien yang sudah di lakukan uji laboratorium tindak lanjut, dalam 4 sampai 12
minggu setelah infus awal, kami mendefinisikan reaksi terhadap FCM normal bila kadar Hb
dan MCV (sesuai usia pasien, diikuti kadar ferritin serum ≥ 15ng/mL. Reaksi partial atau
sebagian jika terjadi peningkatan ≥ 1 g/dL untuk kadar Hgb diatas nilai preinfus untuk anak
yang tidak memenuhi kriteria rekasi normal. Untuk beberapa hasil yang dADBpatkan dalam
4 sampai 12 minggu untuk nilai laboratorium Hgb digunakan nilai dengan peningkatan
terbesar untuk dianalisis.

HASIL
Tujuh puluh dua pasien dengan ADB refrakter terhadap terapi besi oral (usia rata-
rata, 13,7 tahun; kisaran, 9 bulan hingga 18 tahun) yang diterapi dengan total 116 infus FCM
(dosis median 750 mg, kisaran 132-750 mg) selama masa penelitian.36 pasien (50%)
menerima 2 dosis dan 33 (46%) menerima 1 dosis. 3 pasien yang membutuhkan 3 atau 4
infus FCM karena kehilangan darah yang berkelanjutan. Median defisit besi adalah 435 mg
dan median dari 110% dari hitung defisit besi yang diberikan. Studi kohort 68% perempuan
dan 49% ras latin (Tabel 1). ADB juga terjadi pada perdarahan menstruasi berat yang
merupakan indikasi primer pemberian terapi FCM sejumlah 41% dari total pasien (umur
median 15,5 tahun), diikuti oleh gangguan pencernaan sejumlah 32% (umur median 12,1

3
tahun) dan ADB nutrisional sejumlah 26% (umur median 2,1 tahun). Semua pasien
sebelumnya telah diresepkan terapi besi oral selama rata-rata 4 bulan (IQR, 2-12 bulan),
belum menunjukkan peningkatan konsentrasi Hgb dari nilai standar. Data kepatuhan tidak
dikumpulkan.

Lima puluh tiga pasien menjalani pemeriksaan laboratorium pada 4-12 minggu
setelah infus FCM dan dianalisis hasilnya (Tabel II). Semua pasien memiliki repson
hematologi lengkap atau parsial, 36 anak-anak (68%) dengan respons lengkap (normalisasi
semua postinfusi pengukuran laboratorium) dan 16 lainnya (30%) dengan respon parsial.
Konsentrasi preinfusion Hgb rata-rata adalah 9,4 g / dL pada pasien dengan respons lengkap,
dibandingkan dengan 8,1 g/dL pada pasien dengan respon parsial. Hanya 1 pasien yang
menunjkkan hasil yang tidak terukur karena adanya perdarahan saluran cerna yang terus
berlangsung. Pasien yang menerima 1 dosis berusia leih muda daripada pasien yang
menerima 2 dosis dan memiliki nilai Hgb yang lebih tinggi sebelum inisiasi terapi FCM IV
(Tabel III). Pasien yang tidak respon atau parsial (median 95%) untuk defisit hitung besi,
dibandingkan dengan pasien yang menunjukkan respon lengkap (102%).

4
KEAMANAN INFUS dan REAKSI yang MERUGIKAN
Enam puluh lima dari 72 anak-anak (84%), yang menerima total 106 Infus FCM,
tidak memiliki efek samping yang jelas. Tujuh pasien melaporkan efek buruk selama atau
segera setelah pemberian infus ke 7 dari total 10 infus (Tabel IV). Satu dari tujuh pasien
tersebut adalah remaja. Pruritus dan/atau urtikaria adalah rekasi yang paling umum terjadi.
Reaksi akut yang paling signifikan terjadi pada remaja yang mengalami dyspnea tanpa mengi
selama 2 menit pertama inisiasi infus, dimana tidak ada premedikasi yang diberikan. Reaksi
akan membaik dalam beberapa menit setelah menghentikan infus serta pemberian
diphenhydramine, hydrokortison dan normal salin. Peristiwa tersebut merupakan reaksi
minor terhadap zat besi bebas ataupun rekasi hipersensitivitas yang kurang jelas. Pasien lain
mengalami ekstravasasi selama peberian infus FCM kedua, menunjukkan adanya nyeri
presisten pada lengan anterior. Tidak ada reaksi tunda atau delayed selama follow up dan
tidak ada laporan mengenai infeksi bakteri ataupun infeksi yang berkaitan dengan pemberian
FCM.

5
DISKUSI
FCM telah banyak digunakan dalam populasi orang dewasa dengan ADB. Tersedia
di Eropa sejak 2009 (sebagai Feriinjeksi [Vifor Pharma, St Gallen, Swiss]; dosis tunggal
maksimum, 1000 mg) dan sejak Juni 2013 di AS (sebagai Injectafer), FCM adalah formualsi
besi pertama yang disetujui dalam bentuk IV yang diberikan atas indikasi “ dewasa dengan
ADB yang gagal atau tidak toleran terhadap terapi besi oral”. Studi terbaru pada dewasa
dengan ADB yang menerima FCM, dADBpatkan kenaikan substansial kadar Hgb setelah 6-
12 minggu, dengan hasil yang sangat baik pada wanita dengan perdarahan berat menstruasi.
Kami memilihkan penggunaan FCM yang lebih aman dan berkhasiat pada kelompok pasien
yang lebih muda yang gagal dalam terapi zat besi oral. Meskipun FCM, seperti formulasi besi
IV lainnya yang banyak digunakan, namun belum secara resmi terlisensi oleh Administrasi
makanan dan obat di Amerika untuk digunakan pada anak, khasiat dan data kemanan yang
dipaparkan pada studi ini membawa kabar baik. Pada semua pasien kecuali 1 anak dengan
ADB (98%) memiliki respon hematologi lengkap ataupun parsial yang signifikan setelah
pemberian FCM. Respon yang sangat memuaskan terhadap pengobatan pada remaja
perempuan dengan ADB karena perdarahan menstruasi yang berat- untuk kelompok pediatrik
belum dADBpatkan data dalam studi literatur – sangat mirip dengan yang dilaporkan pada
kelompok remaja perempuan usia 18 tahun dengan perdarahan menstruasi berat. Ulasan kami
juga mencirikan keberagaman pasien dengan ADB yang mungkin mendapatkan manfaat dari
pemberian zat besi IV, termasuk anak-anak dengan ADB nutrisional, remaja perempuan
dengan perdarahan berat menstruasi dan anak dengan gangguan gastrointentinal. Akhirnya,
hanya 16% pasien yang mengalami efek samping ringan setelah menerima infus dan dapat
diatasi segera.
Hanya ada satu publikasi yang menjelaskan penggunaan FCM pada anak-anak,
studi tersebut melibatkan 72 pasien di Jerman (usia rata-rata, 13,5 tahun; kisaran, 11 bulan
hingga 18 tahun), semuanya memiliki peradangan penyakit usus atau gangguan pencernaan
lainnya.14 pasien memiliki ADB, sebagian besar telah menerima terapi zat besi oral
sebelumnya dan mayoritas menerima 1 (54%) atau 2 (24%) infus FCM (dosis rata-rata, 12
mg / kg). Peningkatan Hgb yang dihasilkan adalah 2,4 g / dL (rerata Hgb awal, 9,5 g / dL,
meningkat menjadi 11,9 g / dL) dalam 5-12 minggu, dibandingkan dengan studi kohort kami
menunjukkan adanya peningkatan 1,7 g / dL pada 15 pasien dengan ADB dengan gangguan

6
gastrointestinal. Dalam studi sebelumnya, FCM terdilusi dalam larutan salin normal dan
diberikan lebih dari median 66 menit, dengan adanya laporan bahwa 3 subjek mengalami
urtikaria ringan dan/atau edema tetapi tanpa reaksi yang merugikan.
Setengah pasien anak dengan ADB pada kelompok studi kami hanya menerima 1
dosis FCM, yang kebanyakan anak lebih muda dan memiliki kadar Hgb yang lebih tinggi dari
nilai normal jika dibandingkan kelompok yang menerima 2 dosis. Anak-anak yang menerima
1 dosis atau 2 dosis memiliki tingkat respons yang serupa, mereka yang menerima 2 dosis
menunjukkan peningkatan Hgb yang lebih tinggi, hal tersebut merupakan cerminan dari
derajat ADB mereka yang lebih parah saat memulai pengobatan. Berdasarkan pengalaman
kami hingga saat ini, pada pasien dengan konsentrasi Hgb <2 g / dL di bawah nilai normal
untuk usia dan etiologi ADB yang dikelola secara efektif, dosis tunggal FCM dapat
memperbaiki anemia dan memenuhi penyimpanan besi. Mengingat tingginya biaya zat besi
IV dibandingkan dengan zat besi oral, pemberian jumlah dosis minimal untuk memastikan
keberhasilan pengobatan, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (biaya).
Dosis IV serta biaya pengobatan tambahan, infus tambahan dan uji laboratorium dan
kunjungan menambah beban bagi pasien.
Literatur yang menggambarkan efikasi dan efek samping formualsi zat besi IV pada
anak-anak dan remaja dengan ADB (dibandingkan dengan penyakit ginjal kronis) sangat
terbatas. Survei terbaru pada spesialis anak sub bagian hematologi/onkologi menunjukkan
bahwa mereka lebih sering yang sering memberikan sukrosa besi IV sebagai pilihan terapi
ADB, karena ketersediaan banyak selama lebih dari satu deckade dan profil keamanan yang
lebih baik. Data yang dipublikasikan dari pusat kami menunjukkan bahwa di antara 38 pasien
yang menerima 510 infus sukrosa besi, hanya muncul 6 efek samping yang terjadi pada 6
pasien. Namun, pemberian sukrosa besi yang aman hanya 200-250 mg pada satu waktu
pemberian, dikarenakan reaksi infus dengan dosis yang lebih tinggi, beberapa kunjungan
yang diperlukan menghasilkan biaya total yang lebih tinggi, ketidaknyamanan, dan lebih
besar potensi kegagalan pengobatan. Berdasarkan rekomendasikan, dosis infus sukrosa besi
yang dapat diberikan adalah 7 mg /kg (maksimum 300 mg), jumlah rata-rata infus yang
diperlukan untuk 72 pasien dengan studi kohort ini seharusnya 2,8 per pasien, dibandingkan
dengan FCM yang hanya 1.2. Pada anak-anak usia < 5 tahun membutuhkan rata-rata 2,2 infus
sukrosa, namun hanya membutuhkan 1 dosis FCM. Alternatif lain berupa dextran besi
dengan berat molekul rendah, diberikan sebagai dosis total hingga 1000 mg selama 60 menit
menunjukkan respons hematologis yang memuaskan, tetapi peringatan pada label "kotak
hitam" menunjukkan kebutuhan untuk pemberian dosis uji sebelum infus adalalah hal yang
wajib dilakukan. Selain itu, data sebelumnya tentang dextran besi dengan berat molekul
rendah dari pusat kami menunjukkan bahwa 9 dari 31 pasien (29%) melaporkan efek
samping, menunjukkan bahwa premedikasi rutin mungkin perlu dipertimbangkan untuk
pasien yang menerima formulasi besi IV spesifik ini.
Semua formulasi besi IV lebih mahal daripada besi oral, sehingga hal tersebut dapat
membatasi indikasi pemberian, kecuali manfaat jangka panjang yang dapat dibuktikan.
Formulasi yang umum diresepkan "suplemen" zat besi oral tersedia tanpa resep di perkiraan
biaya $ 5- $ 20 per bulan. Sebagai perbandingan, biaya untuk formulasi besi IV adalah sekitar
$ 300 - $ 1000 per dosis. FCM adalah formulasi besi IV paling mahal, namun ini mungkin
diimbangi oleh infus yang lebih rendah dan biaya tambahan yang dihasilkan dari waktu infus

7
yang jauh lebih pendek dan kebutuhan akan dosis yang lebih sedikit secara keseluruhan.
Pengalaman yang dilaporkan di sini menunjukkan bahwa FCM dapat ditoleransi dengan baik
dan memungkinkan pemberian dosis besi yang lebih tinggi dengan cara yang lebih ramah
terhadap pasien dibandingkan dengan bentuk lain dari terapi besi. Meskipun demikian,
mengingat perbedaan biaya yang substansial, zat besi oral harus tetap menjadi terapi lini
pertama untuk pasien ADB tanpa komplikasi derajat ringan hingga sedang. Namun, untuk
pasien yang responsif atau memiliki risiko buruk, seperti pasien dengan anemia berat, tingkat
kepatuhan yang sangat rendah, dan/atau situasi sosial berisiko tinggi, zat besi IV dapat
dipertimbangkan. Gadis remaja dengan menoragi dan anak-anak dengan kondisi
gastrointestinal kronis yang terkait dengan penyerapan yang buruk, efek samping
gastrointestinal, dan kehilangan darah kronis mungkin adalah 2 kelompok yang paling
diuntungkan. Pada pasien tersebut, kemampuan untuk mengatasi etiologi yang mendasari
ADB akan menentukan apakah 1 atau lebih program pengobatan akan diperlukan. Jadi, rasio
risiko-keuntungan pemberian zat besi oral vs IV harus dipertimbangkan dengan hati-hati
untuk setiap pasien.
Keterbatasan utama penelitian ini adalah studi dengan desain kohort retrospektif,
memerlukan waktu yang lama untuk variabel laboratorium dan pengumpulan hasil pasien
yang tidak lengkap. Definisi kegagalan pengobatan besi oral tidak jelas karena sifat
retrospektif. Beberapa pasien telah menerima 2 bulan atau kurang dari terapi besi oral.
Pembenaran untuk menggunakan zat besi IV dalam pengaturan ini termasuk presentasi awal
dengan ADB berat, ketidakpatuhan yang dilaporkan oleh penyedia rujukan, dan / atau resep
zat besi IV selama rawat inap. Sayangnya, alasannya untuk memberikan terapi dengan zat
besi IV sering tidak lengkap tercatat dalam rekam medis elektronik. Mengingat bahwa pasien
yang sering datang ke pusat medis perawatan tersier kami memiliki ADB yang lebih parah
dan/atau refraktori daripada yang biasanya ditemui dalam pengaturan perawatan primer, hasil
ini mungkin tidak secara langsung dapat digeneralisasikan untuk sebagian besar anak-anak
dengan komplikasi ADB. FCM diberikan sebagai infus pendek secara IV dalam kelompok
yang beragam seperti bayi, anak-anak, dan remaja dengan ADB refrakter, menunjukkan
respon hematologi yang memuaskan dan jarang menunjukkan efek samping. Pada penelitian
selanjutnya untuk anak-anak dengan ADB harus dilakukan evaluasi efek samping pemberian
formulasi besi IV yang lebih beragam termasuk kelelahan, terkait kesehatan, kualitas hidup,
pica, dan fungsi neurokognitif, di samping itu untuk langkah-langkah keamanan dan
hematologi yang biasa, khususnya pada pasien dengan ADB berat atau refrakter yang gagal
terapi. Keberhasilan terapi besi IV dalam domain ini mungkin menarik untuk di diskusikan
kembali tentang potensi peran zat besi IV vs zat besi oral untuk perawatan awal pada anak-
anak dengan ADB sedang hingga berat.

8
CRITICAL APPRAISAL

A. Population
 Populasi dari penelitian ini adalah anak dengan Anemia Defisiensi besi.
 Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah anak dengan Anemia Defisiensi Besi di
Texas Dallas.
 Sampel pada penelitian ini adalah pasien anak dengan ADB yang refrakter terhadap
pengobatan zat besi oral. Dimana krirteria sampel meliputi pasien anak yang
mendapat FCM pada Pusat Medis Anak di Dallas, Texas dari tanggal l1 Juni 2014
sampai 10 Juni 2015. Pasien diidentifikasi dari rekam medis ,karakteristik subjek dan
data klinis dari rekam medis. Pasien tanpa anemia yang menerima FCM untuk
indikasi lain akan dieksklusi dari analisa. Subjek harus memenuhi kriteria ADB yaitu
kadar Hgb dibawah nilai normal (berdasarkan usia pasien), kadar ferritin serum <15
ng/mL, dan/atau kapasitas total ikatan besi (TIBC) >425 mg/dL.

B. Intervention or Indicator
Intervensi pemberian FCM menggunakan dosis berat badan (15 mg/kg:
maksimal 750 mg per dosis). Untuk pasien dengan berat badan > 50 kg, dosis terbagi
2 kali pemberian (750 mg persekali pemberian) yang diberikan setidaknya 7 hari
terpisah (total dosis maksimal 1500 mg). Untuk pasien dengan berat badan < 50 kg,
pemilihan dosis terapi dengan 1 dosis atau 2 dosis yang diserahkan pada kebijakan
dari ahli hematologi yang merawat. Semua FCM infus diberikan dengan pengawasan
ketat dan staf yang berpengalaman dengan pemberian zat besi IV di poli rawat
jalan/pengelolaan infus atau pengelolaan pasien rawat inap untuk indikasi lain.
FCM diberikan langsung selama 15 menit dari botol sekali pakai melalui
pompa infus tanpa premedikasi rutin. Tanda vital diukur beberapa kali yaitu sebelum
pemberian infus, 5 menit setelah inisiasi infus, setelah pemberian selesai, dan 15
menit serta 30 menit setelah postinfus. Setiap reaksi yang merugikan dilaporan segera
untuk dilakukan penilaian. Rekomendasi tatalaksana suportif untuk manajemen efek
samping, seperti mual, urtikaria, dispneu, dan/atau reaksi anafilaksis, sudah
ditentukan dalam protocol klinis. Semua pasien menerima telepon untuk follow up
dalam waktu 24-72 jam setelah infus untuk menilai reaksi yang tertunda (delay
reaction).
.
C. Comparison
Penelitian ini membandingkan respon hematologi (Hgb, MCV dan Ferritin)
pada pasien anak dengan ADB sebelum dan setelah pemberian infus FCM. Serta
membandingkan respon hematologi pada pasien anak dengan pemberian 1 dosis vs 2
dosis.

9
D. Outcome
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian infus FCM diberikan kepada
seluruh responden perempuan baik bayi,anak-anak, dan remaja dengan Anemia
Defisiensi Besi (ADB) refrakter terhadap terapi besi oral terbukti aman dan sangat
efektif. Respon hematologi menunjukkan nilai median hemoglobin preinfus dan
posinfus yaitu 9.1 g/dL dan 12.3 g/dL,(selama 4-12 minggu setelah infus awal; n=53).
65 pasien (84%) tidak mengalami efek samping. Komplikasi baru ditemui selama atau
segera setelah pemberian infus ke 7 berupa pruritus dan/atau urtikaria.

E. Valid
Data yang didapatkan cukup valid untuk melihat respon hematologi dari
pemberian FCM IV. Meskipun terdapat keterbatasan berupa desain studi dengan
kohort retrospektif, dimana memerlukan waktu yang lama untuk follow up variabel
laboratorium dan pengumpulan hasil pasien yang tidak lengkap. Definisi kegagalan
pengobatan besi oral tidak jelas karena sifat retrospektif ini. Selain itu penelitian ini
berdasarkan rekam medis yang mana alasan untuk memberikan terapi dengan zat besi
IV sering tidak lengkap tercatat dalam rekam medis.

F. Important
ADB merupakan kadar Hgb dibawah baseline menurut usia dan jenis kelamin
dengan defisiensi mikronutrien yaitu besi (Fe). Etiologi utama pada anemia defisiensi
besi pada anak adalah rendahnya intake besi. Pada bayi, ADB berhubungan dengan
gangguan neurokognitif, sedangkan pada remaja mengalami kelelahan dan penurunan
konsentrasi, yang mana dapat mempengaruhi penurunan prestasi disekolah.

G. Applicable
. FCM diberikan sebagai infus pendek secara IV dalam kelompok yang
beragam seperti bayi, anak-anak, dan remaja dengan ADB refrakter, menunjukkan
respon hematologi yang memuaskan dan jarang menunjukkan efek samping..
Pada penelitian selanjutnya anak-anak dengan ADB harus dilakukan evaluasi
efek samping pemberian formulasi besi IV yang lebih beragam termasuk kelelahan,
terkait kesehatan, kualitas hidup, pica, dan fungsi neurokognitif, di samping itu untuk
langkah-langkah keamanan dan hematologi , khususnya pada pasien dengan ADB
berat atau refrakter yang gagal terapi.

10

Você também pode gostar