Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TUGAS AKHIR
Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang strata
satu (S-1) di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Andalas
Oleh :
Khairina Amrista
NIM : 1410952063
Pembimbing :
Dr. Eng. Ariadi Hazmi
NIP : 19750314 199903 1 003
Tugas akhir ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program Strata-1 Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Andalas.
i
Penulis menyadari laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, baik dari segi penyampaian maupun dalam penulisannya. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan masukan, opini, kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan Tugas Akhir ini untuk masa yang akan
datang.
ii
Judul ANALISA MEDAN LISTRIK-DEKAT Khairina Amrista
PETIR AWAN KE AWAN
Program Studi Teknik Elektro 1410952063
Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Abstrak
Penelitian ini mengamati karakteristik medan listrik-dekat petir awan ke
awan. Preliminary breakdown pada sambaran petir awan ke awan dibedakan
berdasarkan polaritas pulsa preliminary breakdown yaitu polaritas positif dan
polaritas negatif. Perekaman data petir menggunakan sensor fast dan slow dan
didapatkan 100 data petir awan ke awan, yang mana 52 data polaritas positif
dan 48 data polaritas negatif. Selain itu petir yang memiliki radius 7 km dari
sensor memiliki IEC (Initial Electricfield Change) yang dapat dilihat pada
medan listrik petir. Sedangkan data citra satelit cuaca Kota Padang dan optik
saat terjadi petir juga direkam pada bulan Januari sampai April 2018. Korelasi
antara sambaran petir awan ke awan dan citra satelit cuaca didapatkan bahwa
petir terjadi saat citra satelit cuaca menampilkan indeks berawan. Sedangkan
karakteristik Preliminary breakdown berdasarkan setiap parameter yang diukur
dengan nilai aritmatik, yaitu interval pulsa, durasi pulsa, dan IEC (Initial
Electricfield Change) secara berurutan adalah 443,02 µs dan 4902,97 µs pada
polaritas positif dan 380,9 µs, 3614,38 µs, 180,97 µs pada polaritas negatif.
Kata Kunci : Petir awan ke awan, Preliminary Breakdown, Initial Electric field
Change, Citra satelit cuaca, indeks awan dan optik
iii
Title NEAR ELECTRIC FIELD ANALYSIS Khairina Amrista
OF CLOUD TO CLOUD LIGHTNING
Major Electrical Engineering 1410952063
Engineering Faculty
Andalas University
Abstract
This research was conducted to observe the near electric field
characteristic of cloud to cloud (CC) ligthning. Preliminary breakdown
polarities of CC lightning consist of positive and negative polarities. The
lightning data were collected using fast and slow sensors and obtained 100 data
of CC lightning, there are 52 data of positive polarity and 48 data of negative
polarity. In addition, lightning that has a radius of 7 km from the sensor has IEC
(Initial Electric field Change) that can be seen in the electric field of the
lightning . The weather-satellite, cloud image and optic of Padang City during
the lightning was also recorded in period January to April 2018. The correlation
between the CC lightning and the weather-satellite imagery are identified that
lightning occurs when the weather-satellite image displays cloudy index. The
characteristics of preliminary breakdown based on parameters measured by
arithmetic values, i.e. pulse interval and pulse duration, for positive and
negative polarities are 443.02 μs, 4902.97 and 380.9 μs, 3614,38 μs
respectively. Next, mean value of IEC is 180,97 μs.
Keywords: Cloud to cloud, Preliminary Breakdown Initial Electricfield Change,
Weather-satellite, cloud image and optical
iv
DAFTAR ISI
Abstrak ..............................................................................................................iii
Abstract .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 62
5.2 Saran ................................................................................................................ 62
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Gelombang Medan Listrik Petir dan Histogram Terjadinya .......13
Gambar 2.5 Contoh (a) Puncak Tunggal dan (b) Puncak Ganda
Gambar 3.8 Tampilan gelombang medan listrik petir awan ke awan pada
picoscope 6. .................................................................................21
Gambar 3.13 IEC (initial electricfield change) pada Medan Listrik Petir Awan ke
Awan ...........................................................................................23
vii
Gambar 3.14 Menghitung IEC (initial electricfield change)
Gambar 3.15 Citra satelit cuaca (a) saat terjadi petir (b) saat tidak terjadi
petir ..............................................................................................26
Gambar 4.2 Persentase kemuncuan petir Januari 2018 – April 2018. ...............30
Gambar 4.4 Grafik persebaran sambaran petir awan ke awan (100 data). .........31
Gambar 4.6 Gelombang medan listrik petir awan ke awan polaritas positif. .....33
Gambar 4.8 Gelombang medan listrik preliminary breakdown petir awan ke awan
polaritas negatif. ..........................................................................34
viii
Gambar 4.14 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas positif (slow
antenna). ......................................................................................38
Gambar 4.15 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas positif (fast
antenna). ......................................................................................38
Gambar 4.20 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (slow
antenna) .......................................................................................41
Gambar 4.21 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (fast
antenna). ......................................................................................41
Gambar 4.26 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas positif (slow
antenna). ......................................................................................44
Gambar 4.27 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas positif (fast
antenna). ......................................................................................44
ix
Gambar 4.31 Durasi pulsa terbesar pada fast antenna. .......................................46
Gambar 4. 32 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (slow
antenna). ......................................................................................47
Gambar 4.33 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (fast
antenna). ......................................................................................47
Gambar 4.38 Grafik IEC petir awan ke awan (slow antenna). ...........................52
Gambar 4.39 Grafik IEC petir awan ke awan (fast antenna). .............................52
Gambar 4.41 Medan listrik petir saat terjadi petir awan ke awan. ......................53
Gambar 4.43 Citra satelit cuaca saat tidak terjadi petir. ....................................55
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hasil data statistik petir awan ke awan polaritas positif. .................. 58
Tabel 4.3 Hasil data statistik petir awan ke awan polaritas negatif. ................. 59
xi
Bab I Pendahuluan
Petir awan ke awan terjadi antar satu awan dengan awan lainya. Hal ini
karena adanya perbedaan muatan di kedua awan tersebut yaitu antara awan
bermuatan positif dengan awan yang bermuatan negatif. Sambaran petir akan
menjadi jembatan di antara dua thundercloud yang terpisah. Petir awan ke
awan ini berdampak terhadap kehidupan sehari-hari contohnya pada saluran
sistem telekomunikasi dimana radiasi dari sambaran petir awan ke awan akan
mempengaruhi saluran sistem telekomunikasi dengan cara mengalirkan
gelombang elektromagnetik didalam jaringan telekomunikasi yang nantinya akan
dianggap sebagai noise [4]. Petir awan ke awan adalah petir yang paling sering
terjadi diantara jenis petir yang lain, ini dapat dilihat dari data petir yang terekam
dari antena medan listrik petir di Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas
1
pada Januari 2018 sampai April 2018 dimana dari 5617 data medan listrik yang
terekam, didapatkan 681 data diantaranya merupakan petir awan ke awan,
sedangkan yang lainya yaitu 178 data untuk jenis sambaran petir negatif awan ke
bumi, 26 data untuk jenis sambaran petir positif awan ke bumi dan sisanya adalah
noise. Selain itu, petir awan ke bumi selalu diawali oleh petir awan ke awan,
sehingga dengan mengamati petir awan ke awan ini bisa menjadi peringatan
terhadap terjadinya petir awan ke bumi [5].
Petir terjadi karena pelepasan muatan di dalam awan (baik positif maupun
negatif) yang tidak stabil dan cenderung untuk mencapai keseimbangannya [6].
Keadaan yang seperti ini biasanya terjadi pada saat thunderstorm atau badai petir.
Fenomena petir yang terjadi erat kaitannya dengan kondisi cuaca yang terjadi
dalam waktu yang sama.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya petir yang bisa dilihat dan
diamati ketika badai petir terjadi. Salah satu penyebab yang dapat diamati yaitu
cuaca. Metode untuk mengkorelasikan hubungan cuaca dan kejadian petir adalah
dengan membandingkan kondisi ketebalan awan saat kejadian petir. Kondisi
ketebalah awan merupakan salah satu parameter cuaca yang dapat diketahui
melalui data prediksi cuaca dan iklim yang didapat dari citra satelit cuaca. Citra
satelit cuaca dapat memberikan informasi berharga tentang lokasi yang
berpotensi menjadi badai petir [5]. Pada hakekatnya, sistem informasi cuaca atau
iklim merupakan cara yang dilakukan untuk mengoptimalkan usaha pemantauan,
pengumpulan, analisis data, hingga menjadi bentuk evaluasi atau prediksi cuaca
dan iklim. Prediksi cuaca merupakan suatu usaha manusia untuk melihat
perkembangan kondisi udara yang lalu, sekarang, dan yang akan datang
khususnya dalam kaitan mengantisipasinya [7]. Selain itu fenomena petir juga
bisa dilihat secara langsung dan dapat diabadikan dalam bentuk foto dan video
dengan menggunakan kamera. Pada video kejadian petir bisa dilihat perbedaan
pola sambaran petir berdasarkan jenisnya sehingga dapat dilihat karakteristik
masing-masingnya.
2
jurnal tersebut membahas perbandingan dua penelitian yang dilakukakan di
daerah New Mexico dan Florida. Kedua penelitian tersebut mengamati
gelombang medan listrik preliminary breakdown yang tercatat dengan durasi 25
ms dan pulsa-pulsa sambaran dengan durasi 5 ms [8].
Seperti yang dipaparkan diatas, petir merupakan suatu fenomena alam yang
berasal dari awan. Kemudian awan yang menghasilkan sambaran petir bergantung
pada kondisi cuaca yang sedang terjadi. Dari statistik data yang didapatkan, dapat
dilihat jumlah sambaran petir awan ke awan lebih banyak dari jenis sambaran
petir lainya sehingga korelasi antara data medan listrik petir awan ke awan, citra
satelit cuaca dan optik pada saat terjadinya sambaran petir awan ke awan
merupakan suatu hal yang menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut.
Oleh karena itu pada tugas akhir ini penulis membahas tentang fenomena
petir awan ke awan yang berjudul “Analisa Medan Listrik-Dekat Petir Awan ke
Awan” terhadap pengamatan dan pengambilan data petir yang terekam yang
dilakukan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas Padang Sumatera Barat.
3
1.2 Rumusan Masalah
4
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap t i p e petir awan ke awan.
2. Pengamatan dan pengambilan data petir dilakukan di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Andalas data yang terekam pada bulan
Januari sampai dengan April 2018.
3. Data citra satelit cuaca perjam yang diperoleh dari situs Accuweather
pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2018.
4. Optik petir direkam dari bulan Januari sampai dengan April tahun
2018.
5
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Petir
Satu kilatan petir adalah cahaya terang yang terbentuk selama pelepasan
listrik di atmosfir saat hujan badai [9]. Petir merupakan peristiwa pelepasan
muatan elektrostatis berasal dari badai petir. Pelepasan muatan ini disertai dengan
pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. Ada dua kemungkinan
pelepasan muatan pada petir yaitu kilat (lightnig flash) berupa pelepasan muatan
diantara awan-awan ataupun antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut
dan sambaran petir (lightning strike) berupa pelepasan muatan antara awan
bermuatan dengan tanah. Pelepasan muatan antara awan ke awan dan di dalam
awan lebih banyak terjadi dari pada pelepasan muatan dari awan ke tanah.
Namun petir awan ke tanah merupakan petir yang paling banyak menimbulkan
kerusakan di permukaan bumi [10].
6
langsung menuju awan. Kedua kilatan tersebut biasanya bertemu sekitar 50
meter di atas permukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik pertemuan antara
awan dengan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus listrik yang
sangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu menuju awan
[11].
Awan di atmosfer bumi terdiri dari tetesan air dan kristal es. Awan
umumnya berwarna putih karena partikel-partikel cair dan padat merupakan
gelombang cahaya tampak dengan panjang gelombang yang relatif besar
sehingga tidak terdapat hamburan cahaya yang terjadi untuk memberi warna
awan. Karena adanya limpahan inti kondensasi awan, awan terbentuk saat
udara menjadi uap air jenuh dan terjadi saat udara bergerak keatas yang
disebabkan oleh pemanasan udara di dekat permukaaan bumi akibat pemanasan
oleh sinar matahari [12].
7
Muatan listrik terpolarisasi di dalam awan menjadi dua kutub yang berbeda
yaitu muatan negatif akan berkumpul di awan bagian bawah dan muatan positif
berada di awan bagian atas. Muatan negatif yang berada di awan bagian bawah
yang dapat mengakibatkan terjadinya induksi muatan positif di permukaan tanah
sehingga dapat terbentuk medan listrik antar awan dan tanah. Dan bila kuat medan
tersebut telah melebihi kuat medan tembus udara ke tanah, maka akan terjadi
pelepasan atau peluahan muatan listrik. Peristiwa ini disebut sebagai petir atau
sambaran petir [13].
1. Pembentukan awan
Air atau kelembaban udara di permukaan bumi menyerap panas dari
matahari. Ketika cukup panas yang diserap, beberapa molekul cairan memiliki
energi yang cukup untuk melepaskan diri dari cairan dan mulai naik / updrafts
(udara yang naik ke atas) ke atmosfer. Udara/uap air yang naik ke atas tadi
(updraft) terakumulasi di atmosfer kemudian berkondensasi (perubahan wujud ke
bentuk yang lebih padat, misal gas menjadi cairan) menjadi tetesan air (water
droplets) dan membentuk awan. Tetesan air/uap tersebut naik lebih tinggi dan
8
lebih tinggi, hingga pada ketinggian tertentu dimana suhu udara di sekitarnya
sangat rendah (below freezing). Akhirnya, uap kehilangan cukup panas untuk
memungkinkannya kembali menjadi cairan, namun menjadi butiran es. Gravitasi
bumi kemudian menyebabkan butiran es tersebut "jatuh" kembali ke bumi melalui
awan.
2. Pemisahan muatan
Selama proses butiran es tersebut “jatuh” (downdrafts) ke bumi, butiran es
yang turun kebawah tersebut membentur udara yang sedang dalam proses naik,
selain itu benturan juga terjadi antara butiran es yang satu dengan yang lainnya
yang sama-sama dalam proses turun kebawah. Benturan-benturan ini
menyebabkan pemisahan muatan. Muatan baru yang turun kebawah berkumpul di
bagian bawah awan menjadi awan bermuatan negatif sedangkan muatan yang naik
ke bagian atas awan mengalami benturan dan berkumpul menjadi awan yang
bemuatan positif. Pemisahan muatan dapat dilihat pada gambar 2.2.
3. Pengisian muatan
Medan listrik muncul di awan, dikarenakan pemisahan muatan tersebut.
Sama halnya dengan awan, medan negatif berada pada bagian bawah dan
medan positif berada pada bagian atas. Intensitas/kekuatan medan listrik
sebanding dengan jumlah muatan yang terbentuk di awan. Seiring dengan
tabrakan yang terus terjadi di awan, jumlah muatan di bawah dan di atas
semakin bertambah dan menumpuk, sehingga kuat medan listrik-nya pun
semakin kuat.
9
4. Pembentukan jalur petir
Ketika intensitas medan listrik sangat tinggi, menyebabkan udara sekitar
terpisah menjadi ion positif dan elektron atau terionisasi (elektron atau ion
positif terpisah jauh dari molekul aslinya atau dari struktur atomnya). Sehingga
udara ter-ionisasi ini menjadi lebih konduktif dibandingkan udara yang tak ter-
ionisasi sebelumnya dan menyebabkan elektron jauh lebih bebas bergerak
melaluinya. Oleh karena itu udara tembus (breakdown) dan menyebabkan arus
mengalir untuk menetralisir pemisahan muatan tadi.
6. Pelepasan muatan
Muatan negatif dalam jumlah besar (massive) mengalir dari awan
bermuatan negatif menuju awan bermuatan positif untuk menetralisir
pemisahan muatan tadi. Ketika ada arus yang mengalir, maka akan ada juga
panas yang timbul dikarenakan arus tersebut. Dikarenakan besarnya arus yang
timbul saat terjadi petir, maka panas yang dihasilkan juga sangat tinggi, yang
pada kenyataannya lebih tinggi dari panas pada permukaan matahari. Panas ini
dapat kita lihat pada white-blue flash (kilatan cahaya) yang muncul saat petir.
Panas yang tinggi tersebut menyebabkan timbulnya ledakan yang kita sebut
sebagai guntur/ gemuruh. Kecepatan perambatan petir adalah sekitar 299.000
km/ dtk.
Disini terdapat dua teori yang mendasari proses terjadinya petir yaitu proses
ionisasi dan gesekan antar awan.
10
cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas yang
berada di awan akan bergerak mengikuti angin yang berhembus, ketika
awan-awan terkumpul di suatu tempat, maka awan bermuatan akan memiliki
beda potensial yang cukup untuk menghasilkan medan listrik yang melewati
batas dielektrik udara. Sehingga terjadi pelepasan muatan antara awan yang
menyambar permukaan bumi, inilah yang disebut petir [14].
11
4. Petir Awan ke Udara(CA)
Petir awan ke udara (CA) terjadi jika udara di sekitaran awan yang
bermuatan positif (+) berinteraksi dengan udara yang bermuatan negatif (-). Jika
ini terjadi pada awan bagian bawah maka merupakan kombinasi dengan petir tipe
CG. Petir CA tampak seperti jari-jari yang berasal dari petir CG.
Tipe-tipe petir berdasarkan pelepasan muatan dapat dilihat dari gambar 2.3.
Petir jenis ini bisa terjadi pada dua awan yang memiliki muatan yang
berbeda, yaitu antara awan bermuatan positif dengan awan yang bermuatan
negatif. Sambaran petir yang menjadi jembatan di antara dua thunderstorm
yang terpisah. Penelitian terkait petir awan ke awan (CC) dilakukan oleh Y.
Villanueva dkk dengan mengamati bentuk pulsa pada preliminary breakdown.
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan slow antenna dan fast antenna
pada badai hujan yang terjadi di tiga daerah berbeda, yaitu Soccoro (New
Mexico), KSC (Florida) dan Gainesville (Florida). Mereka mengelompokkan
pulsa-pulsa tersebut berdasarkan ukurannya, yaitu pulsa besar, pulsa medium
dan pulsa kecil. Dari pulsa-pulsa tersebut juga terbagi menjadi gelombang
pulsa satu puncak dan puncak ganda [12].
12
Gambar 2.4 Gelombang medan listrik petir dan histogram terjadinya [15].
Petir awan ke awan terjadi tidak hanya antara muatan negatif bagian
tengah dan muatan positif bagian bawah awan, tetapi juga antara muatan positif
bagian atas dan muatan negatif bagian tengah awan badai thunderstorm. Hal ini
menunjukan adanya struktur muatan tripole pada awan [16]. Gambar 2.8 dan
2.9 menggambarkan hasil penelitian terkait petir awan ke awan (CC) yang
dilakukan oleh Y. Villanueva dkk.
Gambar 2.5 Contoh (a) puncak tunggal dan (b) puncak ganda (super impulse)
gelombang medan listrik di Florida [15].
Medan listrik adalah area disekitar muatan listrik yang yang terkena dampak
dari muatan listrik tersebut. Proses kejadian petir melibatkan pemisahan muatan
listrik di atmosfer yang meluahkan banyak energi dan dapat memberikan resiko
bahaya pada objek di bumi saat terjadi sambaran petir ketanah. Pengukuran
13
medan listrik atmosfer akan memberikan informasi proses pembentukan muatan
di awan yang mendahului kejadian sambaran petir. Kuat medan listrik statis
atmosfer meningkat di dan dekat lokasi pembentukan badai petir. Jika kenaikan
nilai medan listrik ini terdeteksi dapat digunakan untuk sistem peringatan petir.
Medan listrik atmosfer umumnya dipantau menggunakan sensor untuk
mengetahui besarnya medan listrik atmosfer antara awan dan tanah. Detektor
medan listrik atmosfer didasarkan pada efek medan listrik yang dihasilkan dari
proses pembentukan petir. Detektor medan listrik atmosfer memanfaatkan efek
listrik yang dihasilkan selama periode badai petir dimana medan listrik di bawah
awan akan berubah selama muatan listrik muncul di awan.
Dengan memantau medan listrik atmosfer membantu untuk memberikan
pencegahan terhadap resiko bahaya petir. Pengukuran medan listrik atmosfer terus
menerus dapat memberikan informasi yang efektif untuk perkiraan petir dan
besarnya nilai perubahan medan listrik atmosfer digunakan sebagai patokan
terjadinya petir. Mengukur medan listrik statis atmosfer mungkin cara lain
kedepan untuk mengatasi masalah peramalan petir. Sistem peringatan petir
berdasarkan data sistem penentuan lokasi petir adalah sistem yang dapat
memberikan perkiraan data lokasi petir yang relatif akurat namun membutuhkan
biaya pemasangan dan perawatan yang mahal karena melibatkan banyak sensor.
Sedangkan pengukuran medan listrik atmosfer memerlukan biaya yang relatif
murah hanya dengan peralatan detektor petir dan mampu mendeteksi perubahan
muatan pada pembentukan badai petir sehingga bisa mendeteksi kemungkinan
sambaran petir awan ketanah pada area cakupan deteksi dari detektor petir [10].
14
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Pendahuluan
4 km
15
Keterangan :
16
2. Rangkaian buffer Op-Amp
Rangkaian Op-Amp berfungsi sebagai penguat sinyal keluaran dari antena
medan listrik petir sebelum nantinya dihubungkan ke picoscope. Rangkaian Op-
Amp dapat dilihat pada gambar 3.3.
17
4. Personal Computer (PC)
Personal computer berfungsi untuk penyimpanan dan pengolahan data hasil
pengukuran medan listrik petir, yang diterima dari keluaran picoscope berupa
sinyal digital. PC yang digunakan sebaiknya memiliki spesifikasi RAM minimal 2
GB. Contoh gambar PC dapat dilihat pada gambar 3.5.
5. Software PicoScope 6.
Adalah software yang digunakan untuk menampilkan data hasil dari sensor
medan listrik petir untuk kemudian di identifikasi sesuai parameter yang
ditentukan. Seri picoscope yang digunakan minimal yaitu seri picoscope 6.
18
3.3 Diagram Alir Penelitian
19
Keterangan dari blok diagram dijelaskan sebagai berikut :
Pada tahap ini dilakukan pemahaman masalah yang ada, adapun langkah
langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Perumusan masalah
Setelah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi selanjutnya kita
melakukan perumusan masalah yang akan diselesaikan.
b. Analisa awal studi pustaka
Langkah selanjutnya yaitu analisa awal studi pustaka, dalam tahapan ini
dilakukan analisa dan pemahaman teori menyangkut variabel-variabel
yang akan dibahas dalam tugas akhir yang akan dibuat. Dan dilakukan
analisa penelitaian terdahulu, dengan keinginan untuk menambah
pengetahuan tentang materi yang dibutuhkan.
2. Pengambilan Data
Penelitian yang dilakukan berdasarkan kepada analisa data lapangan dari
fenomena alam petir dari bulan Januari hingga bulan April tahun 2018 yang
terekam pada sensor yang terpasang di Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Andalas.
20
Gambar 3.8 Tampilan gelombang medan listrik petir awan ke awan pada
picoscope 6.
21
Gambar 3.10 Menghitung interval pulsa pada picoscope 6.
22
t2
t1
Gambar 3.13 IEC (initial electricfield change) pada medan listrik petir awan ke
awan.
23
t2
t1
d. Data keadaan cuaca Kota Padang Bulan Januari - April Tahun 2018
24
saat tidak terjadinya petir. Banyaknya awan yang terbentuk dinilai dari
indeks warna yang ditampilkan.
Dari gambar 3.15 kita bisa melihat perbedaan kondisi ketebalan awan
saat tidak terjadi petir dan saat terjadi petir. Pada gambar 3.15(a) , saat
terjadi petir, indeks awan berwarna ungu keputih-putihan merupakan
kondisi dimana awan yang terbentuk tidaklah banyak atau sangat sedikit.
Sedangkan indeks berwarna ungu pekat dan putih merepresentasikan
kondisi awan yang sangat banyak dan juga tebal. Ini sangat berbeda dengan
citra cuaca saat tidak terjadi petir dimana tidak terdapat awan sama sekali.
(a)
25
(b)
Gambar 3.15 Citra satelit cuaca (a) saat terjadi petir (b) saat tidak terjadi petir
[20].
26
b. Range Data (R)
Range adalah salah satu ukuran statistik yang menunjukan jarak
penyebaran data antara nilai terendah (Xmin) dengan nilai tertinggi (Xmax)
R X min X max (3.4)
Rumus :
(X i X )2
s i 1
n 1 (3.6)
Rumus :
27
6. Pengambilan Kesimpulan
Tahapan akhir dari penelitian ini adalah pembuatan kesimpulan yang
dihasilkan dari penelitian ini dan beberapa saran yang nantinya dapat digunakan
untuk penelitian lanjutan. Kemudian dilakukan penulisan laporan akhir dalam
bentuk dokumentasi tertulis.
28
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini akan dijabarkan hasil dan pembahasan yang penulis dapatkan
dari pengamatan dan pengolahan data sambaran petir yang telah ditangkap oleh
sensor medan listrik di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Andalas dari Januari 2018 sampai April 2018. Jumlah data sambaran petir yang
penulis peroleh dari sensor medan listrik selama empat bulan yaitu sebanyak 5617
data dengan rincian pada tabel 4.1.
Dari tabel 4.1 dapat dilihat persebaran medan listrik petir dimana jenis petir
paling sering terjadi yaitu petir awan ke awan. Untuk lebih jelas, persebaran data
medan listrik petir dapat dilihat pada gambar 4.1.
Frekuensi
600 518
500
400
300
196
200 139 139
100 13 13
11 8 0 12 1 2
0
Januari Februari Maret April
Petir CC Petir CG- Petir CG+ Bulan
29
Pada gambar 4.1 dapat dilihat pesebaran data medan listrik petir dimana
pada bulan Januari terekam sebanyak 315 medan listrik dimana 11 diantaranya
merupakan petir awan ke awan, 8 data petir negatif awan ke bumi , 296
merupakan noise dan tidak ada petir positif awan ke bumi. Pada bulan Februari
terekam sebanyak 4139 data medan listrik dimana sebanyak 518 data merupakan
petir awan ke awan, 196 petir negatif awan ke bumi, 13 petir positif awan ke bumi
dan sisanya adalah noise. Pada bulan Maret terdapat 139 data petir awan ke awan,
196 data petir negatif awan ke bumi, 12 data petir positif awan ke bumi dan 774
data merupakan noise sehingga jumlah data medan listrik yang terekam pada
bulan Maret yaitu sebanyak 1121 data medan listrik. Pada bulan April terekam 42
data medan listrik dimana 13 data petir awan ke awan, 1 data petir negatif awan
ke bumi, 2 data petir positif awan ke bumi dan sisanya adala noise. Persentase
kemunculan petir dapat dilihat pada gambar 4.2.
2%
33%
65%
30
Februari, 139 data bulan Maret, dan 13 data bulan April. Grafik persebaran data
petir awan ke awan dapat dilihat pada gambar 4.3.
Frekuensi
600 518
500
400
300
200 139
100 11 13
0
Januari Februari Maret April
Bulan
Gambar 4.3 Grafik persebaran data petir awan ke awan Januari 2018 – April
2018.
Dari 681 data tersebut penulis mengambil 100 sampel data. Data yang
diambil adalah data medan listrik yang menunjukan bahwa petir tersebut berjarak
cukup dekat dari sensor medan listrik petir. Rincian persebaran sampel data petir
awan ke awan dapat dilihat pada gambar 4.4.
Frekuensi
70 63
60
50
40
30 22
20 13
10 2
0
Januari Februari Maret April
Bulan
Gambar 4.4 Grafik persebaran sambaran petir awan ke awan (100 data).
31
Januari 2018 – April 2018. Karakteristik yang dapat diketahui dari suatu petir
berdasarkan gelombang petir yang terangkum dalam parameter berikut:
1. Interval Pulsa
2. Durasi Pulsa
3. IEC (Initial Electricfield Changes)
48%
52%
32
4.2.1.1 Polaritas Positif
Pada tipe petir ini pulsa pada preliminary breakdown memiliki polaritas
positif. Proses preliminary breakdown terjadi dalam interval waktu yang lambat,
sehingga waktu untuk satu siklus petir awan ke awan cukup lama. Bentuk
gelombang medan listrik petir ini dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7.
Gambar 4.6 Gelombang medan listrik petir awan ke awan polaritas positif.
33
Dari gambar 4.6 dan dapat dilihat bahwa gelombang medan listrik petir
mendaki berbentuk bukit. Kemudian dari gambar 4.7 dapat dilihat pulsa-pulsa
pada preliminary breakdown memiliki polaritas positif, yang ditandai dengan
amplitudo berada diatas garis nol.
Gambar 4.8 Gelombang medan listrik preliminary breakdown petir awan ke awan
polaritas negatif.
34
Gambar 4.9 Gelombang pulsa preliminary breakdown petir awan ke awan
polaritas negatif.
Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa gelombang medan listrik petir
menurun kebawah. Durasi waktu tersebut cukup pendek. Kemudian dari gambar
4.9 dapat dilihat pulsa-pulsa pada preliminary breakdown memiliki polaritas
negatif, yang ditandai dengan amplitudo berada dibawah garis nol.
Interval pulsa adalah durasi antara satu pulsa dengan pulsa yang lain. Untuk
mengukur jarak antar pulsa bisa menggunakan ruler pada picoscope. Pada
pengolahan data petir awan ke awan polaritas positif yang dilakukan terhadap 48
data petir awan ke awan polaritas positif bulan Januari s/d April 2018, interval
pulsa terkecil yang tercatat bernilai 19,00 µs pada slow antenna dan 22,00 µs pada
fast antenna. Interval pulsa terkecil pada slow antenna dan fast antenna dapat
dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11.
35
Gambar 4.10 Interval pulsa terkecil pada slow antenna.
Interval pulsa terbesar yang tercatat bernilai 1956,00 µs pada slow antenna
dan 1875,00 µs pada fast antenna. Interval pulsa terbesar pada slow antenna dan
fast antenna dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13.
36
Gambar 4.12 Interval pulsa terbesar pada slow antenna.
Dari grafik pada gambar 4.14 dan 4.15 dapat dilihat distribusi data interval
pulsa petir awan ke awan polaritas positif banyak terjadi pada range 100-199 µs,
yaitu sebanyak 100 kali pada slow antenna begitupun pada fast antenna juga
banyak tejadi pada range 100-199 dengan frekuensi 50 kali. Seluruh pulsa tersebut
diamati dari 48 buah data petir awan ke awan polaritas positif.
37
Frekuensi
120
100
100
83
80 74
59 58
60
45
38
40
25
17 14 13
20
Gambar 4.14 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas positif (slow
antenna).
Frekuensi
60
49 50
50 47
40
40 36
30 26 26
20 17
13
10
10 6
Gambar 4.15 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas positif (fast
antenna).
Pada pengolahan data petir awan ke awan polaritas negatif yang dilakukan
terhadap 52 data petir awan ke awan polaritas positif bulan Januari s/d April 2018,
interval pulsa terkecil yang tercatat bernilai 5,40 µs pada slow antenna dan 13,43
38
µs pada fast antenna. Interval pulsa terkecil pada slow antenna dan fast antenna
dapat dilihat pada gambar 4.16 dan 4.17.
Interval pulsa terbesar yang tercatat bernilai 1969,00 µs pada slow antenna
dan 1969,43 µs pada fast antenna. Interval pulsa terbesar pada slow antenna dan
fast antenna dapat dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19.
39
Gambar 4.18 Interval pulsa terbesar pada slow antenna.
Dari grafik pada gambar 4.20 dan 4.21 dapat dilihat distribusi data interval
pulsa petir awan ke awan polaritas negatif banyak terjadi pada range 0-99 dan
100-199 µs, yaitu sebanyak 92 kali pada slow antenna sedangkan pada fast
antenna banyak tejadi pada range 100-199 dengan frekuensi 52 kali. Seluruh
pulsa tersebut diamati dari 48 buah data petir awan ke awan polaritas positif.
40
Frekuensi
100 92 92
90
80
70 53
60 51
50 34 37
40 25 23
30
20 9 10 6
10
0
Gambar 4.20 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (slow
antenna)
Frekuensi
60 52
50 43
40 40
40 35
31 29
30
19
20
9 8 7
10
0
Gambar 4.21 Grafik interval pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (fast
antenna).
Durasi pulsa adalah durasi lama waktu terjadinya petir. Untuk mengukur
durasi pulsa bisa menggunakan ruler pada picoscope. Pada pengolahan data petir
awan ke awan polaritas positif yang dilakukan terhadap 48 data petir awan ke
awan polaritas positif bulan Januari s/d April 2018, durasi pulsa terkecil yang
tercatat bernilai 1004,00 µs pada slow antenna dan 438.80 µs pada fast antenna.
41
Durasi pulsa terkecil pada slow antenna dan fast antenna dapat dilihat pada
gambar 4.22 dan 4.23.
Durasi pulsa terbesar yang tercatat bernilai 10857,95 µs pada slow antenna
dan 5897,33 µs pada fast antenna. Durasi pulsa terbesar pada slow antenna dan
fast antenna dapat dilihat pada gambar 4.24 dan 4.25.
42
Gambar 4.24 Durasi pulsa terbesar pada slow antenna.
Dari grafik pada gambar 4.26 dan 4.27 dapat dilihat distribusi data durasi
pulsa petir awan ke awan polaritas positif banyak terjadi pada range >5000 µs,
yaitu sebanyak 19 kali pada slow antenna begitupun pada fast antenna juga
banyak tejadi pada range 3000-3999 dengan frekuensi 12 kali. Seluruh pulsa
tersebut diamati dari 48 buah data petir awan ke awan polaritas positif.
43
Frekuensi
20 19
18
16
14
12 11
10 8
8
6 5 5
4
2 0
0
0-999 1000-1999 2000-2999 3000-3999 4000-4999 >5000
Range Durasi Pulsa
Gambar 4.26 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas positif (slow
antenna).
Frekuensi
14
12
12
10
10 9
8 7
6
4 4
4
2
0
0-999 1000-1999 2000-2999 3000-3999 4000-4999 >5000
Range Durasi Pulsa
Gambar 4.27 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas positif (fast
antenna).
Pada pengolahan data petir awan ke awan polaritas negatif yang dilakukan
terhadap 52 data petir awan ke awan polaritas positif bulan Januari s/d April 2018,
durasi pulsa terkecil yang tercatat bernilai 429,38 µs pada slow antenna dan
305,30 µs pada fast antenna. Interval pulsa terkecil pada slow antenna dan fast
antenna dapat dilihat pada gambar 4.28 dan 4.29.
44
Gambar 4.28 Durasi pulsa terkecil pada slow antenna.
Durasi pulsa terbesar yang tercatat bernilai 10373,80 µs pada slow antenna
dan 11684,20 µs pada fast antenna. Durasi pulsa terbesar pada slow antenna dan
fast antenna dapat dilihat pada gambar 4.30 dan 4.31.
45
Gambar 4.30 Durasi pulsa terbesar pada slow antenna.
Dari grafik pada gambar 4.32 dan 4.33 dapat dilihat distribusi data durasi
pulsa petir awan ke awan polaritas negatif banyak terjadi pada range 2000 - 2999
µs, yaitu sebanyak 13 kali pada slow antenna sedangkan pada fast antenna banyak
tejadi pada range 1000 – 1999 µs dengan frekuensi 14 kali. Seluruh pulsa tersebut
diamati dari 48 buah data petir awan ke awan polaritas positif.
46
Frekuensi
14 13
12 11
10
8
8 7 7
6
6
4
2
0
0-999 1000-1999 2000-2999 3000-3999 4000-4999 >5000
Range Durasi Pulsa
Gambar 4. 32 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (slow
antenna).
Frekuensi
16 14
14 13
12
10 8 8
8
6 5
4 2
2
0
0-999 1000-1999 2000-2999 3000-3999 4000-4999 >5000
Range Durasi Pulsa
Gambar 4.33 Grafik durasi pulsa petir awan ke awan polaritas negatif (fast
antenna).
IEC (initial electricfield change) dapat dilihat pada petir yang berjarak
cukup dekat pada sensor yaitu pada jarak maksimal 7 km. IEC (initial electricfield
change) adalah durasi antara awal perubahan medan listrik dengan pulsa pertama.
Untuk mengukur jarak antar pulsa bisa menggunakan ruler pada picoscope.
Pada pengolahan data petir awan ke awan polaritas negatif yang dilakukan
terhadap 52 data petir awan ke awan polaritas positif bulan Januari s/d April 2018,
47
terdapat 18 data petir yang memiliki IEC. Nilai IEC terkecil yang tercatat bernilai
8,46 µs pada slow antenna dan 24,10 µs pada fast antenna. IEC terkecil pada
slow antenna dan fast antenna dapat dilihat pada gambar 4.34 dan 4.35.
48
Gambar 4.35 IEC terkecil pada fast antenna.
IEC terbesar yang tercatat bernilai 761,70 µs pada slow antenna dan
1155,00 µs pada fast antenna. IEC terbesar pada slow antenna dan fast antenna
dapat dilihat pada gambar 4.36 dan 4.37.
49
Gambar 4.36 IEC terbesar pada slow antenna.
50
Gambar 4.37 IEC terbesar pada fast antenna.
Dari grafik pada gambar 4.38 dan 4.39 dapat dilihat distribusi data IEC petir
awan ke awan polaritas negatif banyak terjadi pada range 0-49 dan >200 µs, yaitu
sebanyak 5 kali pada slow antenna sedangkan pada fast antenna banyak tejadi
pada range >200 µs dengan frekuensi 10 kali. Seluruh pulsa tersebut diamati dari
18 buah data petir awan ke awan polaritas negatif yang memiliki IEC.
51
Frekuensi
6
5 5
5
4
4
3
3
2
1
1
0
0-49 50-99 100-149 149-200 >200
Range Durasi IEC
Frekuensi
12
10
10
8
6 5
4
2 1 1 1
0
0-49 50-99 100-149 149-200 >200
Range Durasi IEC
4.3 Hubungan Kejadian Petir Awan ke Awan dengan Citra Satelit Cuaca
dan Optik
Proses terbentuknya awan petir hingga terjadinya sambaran petir
dipengaruhi oleh kondisi pada saat akan dan sedang berlangsungnya petir. Awan
petir terbentuk jika pada suatu daerah terdapat unsur-unsur pembentuknya. Selain
itu, terjadinya petir dapat dikaitkan dengan curah hujan, dimana peristiwa petir
beriringan dengan terjadinya hujan atau sebaliknya.
52
kondisi citra cuaca Kota Padang bulan Januari sampai April tahun 2018 dilakukan
dengan pengambilan data cuaca melalui situs accuweather. Citra satelit cuaca ini
merepresentasikan ketebalan yang ada. Gambar 4.40 adalah parameter yang
digunakan untuk menentukan tingkat ketebalan awan yang direkam oleh citra
satelit cuaca.
Pada Gambar 4.40 dapat dilihat parameter ketebalan awan dari 1 sampai
dengan 14. Masing-masing warna merepresentasikan ketebalan awan yang
berbeda-beda. Warna ungu keputih-putihan adalah dimana keadaan awan yang
sangat tipis, sedangkan warna ungu pekat dan putih adalah keadaan awan yang
sangat tebal. Contoh hubungan antara kejadian petir awan ke awan dengan kondisi
citra satelit cuaca bisa dilihat dari petir awan ke awan yang terjadi pada tanggal
14 maret 2018, medan listrik saat kejadian petir dapat dilihat dari gambar 4.41
Dan 4.42.
Gambar 4.41 Medan listrik petir saat terjadi petir awan ke awan.
53
Gambar 4.42 Citra satelit cuaca kota Padang saat terjadi petir (14 Maret 2018).
Untuk kondisi citra satelit cuaca saat tidak terjadi petir dapat dilihat dari
gambar 4.43 Dari gambar 4.43 kita bisa melihat perbedaan kondisi ketebalan
awan saat tidak terjadi petir. Ini sangat berbeda dengan citra cuaca saat terjadi
petir dimana pada gambar 4.43 tidak terdapat awan sama sekali.
54
Gambar 4.43 Citra satelit cuaca kota Padang saat tidak terjadi petir (2 Januari
2018).
55
Gambar 4.44 Foto kejadian petir awan ke awan.
Foto petir awan ke awan ini hanya berbentuk cahaya dan tidak
memperlihatkan jalur petir karena petir awan ke awan berada di atas awan, ini
berbeda dengan foto awan ke bumi dimana bisa dilihat jalur petir seperti dilihat
pada gambar 4.45.
56
Gambar 4.45 Foto kejadian petir awan ke bumi.
57
Tabel 4.2 Hasil data statistik petir awan ke awan polaritas positif.
Interval Pulsa (µs) Durasi Pulsa (µs)
Statistik
Slow Fast Slow Fast
Jumlah data 48 48
Rata-rata 443,02 426,64 4902,97 2967,95
Range Min. 19,00 22,00 1004,00 438,80
Max. 1946,00 1875,00 10857,95 5897,33
Rata-rata Geometri 295,36 293,74 4265,36 2542,77
Standar Deviasi 398,40 360,50 2508,91 1431,72
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil statistik dari seluruh data sambaran petir
awan ke awan polaritas positif. Dari 48 data sambaran petir tipe positif, nilai
interval pulsa memiliki nilai rata-rata aritmatik 443,02 μs pada slow antenna dan
426,64 μs pada fast antenna. Interval pulsa terendah adalah 19,00 μs pada slow
antenna dan 22,00 μs pada fast antenna. Interval pulsa tertinggi pada slow
antenna yaitu 1946,00 μs sedangkan pada fast antenna nilai interval pulsa
tertinggi yaitu 1875,00 μs. Rata-rata geometrik interval pulsa pada slow antenna
adalah 295,36 μs dan untuk fast antenna yaitu 331,67 μs. Nilai standar deviasi
untuk petir awan ke awan polaritas negatif pada slow antenna yaitu 331,67 μs dan
pada fast antenna yaitu 360,50 μs.
Durasi pulsa pada slow antenna memiliki nilai rata-rata aritmatik 4902,97
μs dan pada fast antenna 2967,95 μs. Durasi pulsa terendah adalah 1004,00 μs
pada slow antenna dan 438,80 μs pada fast antenna. Durasi pulsa tertinggi pada
slow antenna yaitu 10857,95 μs sedangkan pada fast antenna nilai durasi pulsa
tertinggi yaitu 5897,33 μs. Rata-rata geometrik durasi pulsa pada slow antenna
adalah 4265,36 μs dan untuk fast antenna yaitu 2542,77 μs. Nilai standar deviasi
untuk petir tipe postif pada slow antenna yaitu 2508,91 μs dan pada fast antenna
yaitu 1431,72 μs.
Untuk nilai IEC pada petir awan ke awan dengan tipe pulsa preliminary
breakdown positif tidak ada petir yang memiliki IEC karena IEC pada petir awan
ke awan berpolaritas negatif.
58
Tabel 4.3 Hasil data statistik petir awan ke awan polaritas negatif.
Untuk tipe petir awan ke awan polaritas negatif terdapat 52 data. Interval
pulsa pada slow antenna memiliki nilai rata-rata aritmatik 380,9 μs dan pada fast
antenna 480,51 μs. Interval pulsa terendah adalah 5,40 μs pada slow antenna dan
13,43 μs pada fast antenna. Interval pulsa tertinggi pada slow antenna yaitu
1969,00 μs sedangkan pada fast antenna nilai interval pulsa tertinggi yaitu
1982,43 μs. Rata-rata geometrik interval pulsa pada slow antenna adalah 235,10
μs dan untuk fast antenna yaitu 331,15 μs. Nilai standar deviasi untuk petir tipe
postif pada slow antenna yaitu 375,86 μs dan pada fast antenna yaitu 400,89μs.
Durasi pulsa pada slow antenna memiliki nilai rata-rata aritmatik 3614,38
μs dan pada fast antenna 3007,97 μs. Durasi pulsa terendah adalah 429,38 μs
pada slow antenna dan 305,30 μs pada fast antenna. Durasi pulsa tertinggi pada
slow antenna yaitu 10373,80 μs sedangkan pada fast antenna nilai durasi pulsa
tertinggi yaitu 10431,90 μs. Rata-rata geometrik durasi pulsa pada slow antenna
adalah 2443,70 μs dan untuk fast antenna yaitu 2496,07 μs. Nilai standar deviasi
untuk petir tipe postif pada slow antenna yaitu 2374,37 μs dan pada fast antenna
yaitu 1860,10 μs.
Untuk nilai IEC, pada petir awan ke awan dengan tipe pulsa preliminary
breakdow negatif terdapat 18 petir yang memiliki IEC. Nilai rata-rata arimatik
IEC pada slow antenna yaitu 180,97 μs, sedangkan pada fast antenna nilainya
adalah 330,66 μs. Nilai IEC terkecil dari 18 data yaitu 8,46 μs pada slow antenna
dan 24,10 μs pada fast antenna. IEC dengan nilai terbesar pada slow antenna yaitu
59
761,70 μs dan pada fast antenna yaitu 1155,00 μs. Rata-rata geometrik pada slow
antenna adalah 96,32 μs dan untuk fast antenna yaitu 228,37 μs. Nilai standar
deviasi untuk IEC pada slow antenna yaitu 221,15 μs dan pada fast antenna yaitu
320,44 μs.
Dari tabel 4.2 dan 4.3 dapat digambarkan bentuk awan petir yang
menyebabkan terjadinya petir. Dari nilai yang ada dapat disimpulkan bahwa
rekonstruksi awan petir awan ke awan polaritas positif yang ada di Kota Padang
cukup lambat yang digambarkan oleh nilai rata-rata interval pulsa yang besar,
menggambarkan jarak antar pulsanya yang panjang. Selain itu ada slow antenna
polaritas positif rata-rata arimatik durasi pulsa yang dimiliki lebih besar daripada
slow antenna polaritas negatif. Ini menggambarkan kondisi dimana waktu
terjadinya petir pada polaritas positif lebih lama daripada polaritas negatif.
Kemudian rekonstruksi awan petir awan ke awan polaritas negatif yang ada di
Kota Padang cukup cepat yang digambarkan oleh nilai rata-rata interval pulsa
yang kecil daripada polaritas positif, menggambarkan jarak antar pulsanya cukup
pendek.
60
Tabel 4.4 Perbandingan parameter interval pulsa petir dengan penelitian
sebelumnya.
Parameter yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 adalah interval pulsa sambaran
petir awan ke awan. Nilai rata-rata arimatik dari interval pulsa penelitian ini
cenderung lebih tinggi daripada penelitian sebelumnya, baik pada polaritas PB
positif maupun pada polaritas PB negatif. Kemudian untuk nilai interval terkecil,
pada polaritas positif nilai interval pulsa saat ini lebih besar daripada penelitian
sebelumnya sedangkan pada polaritas negatif nilai interval terkecil penelitian saat
ini nilainya lebih kecil daripada penelitian sebelumnya. Untuk nilai interval pulsa
tertinggi pada polaritas positif, peneliatian saat ini nilai nya lebih kecil daripada
penelitian sebelumnya, sedangkan pada polaritas negatif nilainya lebih besar
daripada penelitian sebelumnya. Nilai rata-rata geometri penelitian saat ini pada
polaritas positif nilainya lebih besar daripada penelitian sebelumnya begitupun
dengan polaritas negatif.
Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
penelitian saat ini penulis mengukur nilai IEC untuk mengidentifikasi bahwa petir
tersebut dekat dengan sensor medan listik petir, selain itu pada penelitian saat ini
penulis juga mengkorelasikasn kejadian petir dengan citra satelit cuaca dan optik.
61
Bab V Penutup
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang analisa medan listrik dekat pada petir awan ke
awan di Kota Padang, mulai dari bulan Januari sampai April 2018 penulis dapat
menarik kesimpulan berikut ini :
1. Tipe petir awan ke awan yang paling banyak terjadi yaitu petir tipe polaritas
negatif dengan frekuensi kejadian 52%, sedangkan untuk tipe polaritas positif
frekuensi kejadiannya yaitu 48%.
2. Hubungan citra satelit cuaca dengan kejadian petir yaitu pada saat kejadian
petir, citra satelit cuaca akan menunjukan indeks berawan di sekitar lokasi
kejadian petir.
3. Korelasi antara kejadian petir dengan optik yaitu dapat mengidentifikasi
bahwa petir yang terjadi berada tidak terlalu jauh dari sensor yaitu dengan
jarak maksimal 5 km.
4. Nilai rata-rata arimatik interval pulsa pada petir awan ke awan polaritas
positif pada slow antenna dan fast antenna secara berurutan adalah 443,02 µs
dan 426,64 sedangkan untuk durasi pulsanya adalah 4902,97 µs dan 2976,95
µs, seangkan nilai rata-rata arimatik interval pulsa pada petir awan ke awan
polaritas negatif pada slow antenna dan fast antenna secara berurutan adalah
380,90,02 µs dan 480,51, untuk durasi pulsanya adalah 3164,38 µs dan
3007,97 µs dan untuk nila IEC yaitu 180,97 µs dan 330,66 µs.
5.2. Saran
1. Hasil pengolahan dan analisa data sekarang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Karakteristik petir awan ke awan yang dianalisa pada tugas akhir ini lebih
terfokus pada bagian preliminary breakdown. Untuk penelitian selanjutnya
dapat dilakukan penelitian pada parameter yang berbeda.
3. Perlu dikemudian hari dilakukan penelitian lebih lanjut dari petir awan ke
awan karena masih sedikitnya pembahasan tentang petir awan ke awan.
62
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Warni, “Analisa Sambaran Petir Negatif Awan ke Bumi yang Diawali
2017.
63
6–10, 2014.
processes which occur in the final , or J system slow antenna,” vol. 99,
1994.
[12] V. Cooray, The Lightning Flash, vol. 34. British Library Cataloguing in
2015.
64
[14] T. Febriansyah, “Karakteristik Sambaran Petir Positif Dari Awan Ke Bumi
Zhongchuan , a Chinese Inland Plateau region,” Atmos. Res., vol. 91, no. 2–
[17] Sirait,K.T. dan Zorro (1987). Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada
[18] http://www.weatherwatch.co.nz/content/science-behind-lightning-how-it-
[20] https://www.accuweather.com/en/id/padang/206120/satellite/206120,
65