Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Makalah “Kebisingan” ini disusun sebagai salah satu bahan tugas mata
kuliah Higiene Industri.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan Memahami secara komprehensif mengenai bahaya bising
bagi kesehatan, terutama bahaya bising di tempat kerja.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pekerja
Dapat mengenal bahaya atau penyakit dan gangguan yang dapat terjadi
akibat paparan bising di tempat kerja.
Dapat melakukan deteksi dini tanda-tanda penyakit yang dapat terjadi akibat
paparan bising di tempat kerja.
Dapat melakukan langkah perlindungan diri yang tepat terhadap paparan
bising di tempat kerja.
Dapat melindungi pekerja, tempat kerja dan lingkungan di sekitar kerja dari
paparan bising.
Dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang
komprehensif di tempat kerja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bising kontinu berspektrum luas dan menetap (steady wide band noise)
dengan batas amplitudo kurang lebih 5 dB untuk periode waktu 0,5 detik.
Contohnya suara mesin, suara kipas angin dll.
2. Bising kontinu berspektrum sempit dan menetap (steady narrow band
noise) misalnya bunyi gergaji sirkuler, bunyi katup gas dan lain-lain.
3. Bising terputus-putus (intermitten noise) yaitu bising yang tidak
berlangsung terus-menerus melainkan ada periode relatif berkurang,
contohnya bunyi pesawat terbang dan bunyi kendaraan yang lalu lintas di
jalan.
4. Bising karena pukulan kurang dari 0,1 detik (impact noise) misalnya suara
benda terjatuh
5. Bising akibat pukulan yang berulang (repeated impact noise) misalnya
bunyi pukulan palu.
6. Bising dapat juga berasal dari ledakan tunggal (impulsive noise). Bising
jenis itu memiliki perubahan tekanan bunyi melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Contoh bunyi
ledakan, ialah tembakan senapan atau meriam.
7. Bising akibat ledakan berulang (repeated impulsive noise), misalnya terjadi
pada mesin tempa di industri atau konstruksi pemasangan paku bumi
3
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia
menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila
NAB ini dilampaui terus menerus dalam waktu lama maka dapat menimbulkan
noise induced hearing loss (NHIL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap
terjadinya NIHL adalah frekuensi dan intensitas bising, periode lama pajanan, lama
kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lainnya.
A. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa
terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa
terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
4
Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh
setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam
waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-
sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum
jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan
dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler
sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti.
Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi
pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 – 6000 Hz
dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada
frekwensi 4000 Hz (4K notch). Ini merupakan proses yang lambat dan
tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini
hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri, Kerusakan yang terjadi
akibat frekuensi ini bersifat irreversible dan meningkatkan keparahan gangguan
dengar dengan semakin lamanya durasi paparan.
Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan
menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 – 2000 Hz ). Pada saat itu
pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar
pembicaraan sekitarnya.
5
1. Tingkat suara bising
2. Kepekaan seseorang terhadap suara bising
Kebanyakan bising terdiri atas suara-suara dengan bermacam frekuensi atau biasa
disebut frekuensi skala luas (broad-band frequency) yang berasal dari berbagai
sumber bunyi. Telinga normal manusia mempunyai sensitivitas terhadap suara
dengan frekuensi antara 20 Hz sampai 20000 Hz yang disebut rentang frekuensi
audio dengan respon terbaik pada rentang 1000 Hz sampai 4000 Hz. Dikarenakan
6
telinga manusia memberikan respon yang berbeda-beda terhadap frekuensi yang
berbeda, maka dalam pengukuran kita mengenal istilah pembobotan suara. Hal ini
dimaksudkan untuk mencocokkan antara tekanan suara yang terukur dengan suara
yang benar-benar didengar oleh telinga manusia.
Untuk itu alat untuk mengukur kebisingan dilengkapi dengan filter pembobotan
tingkat suara. Riset yang telah dilakukan menghasilkan empat pembobotan yang
berbeda yaitu A, B, C dan D. Tekanan suara dengan pembobotan A, biasa ditulis
dengan dB(A), adalah yang paling sesuai dengan respon dari telinga manusia.
Untuk melindungi tenaga kerja dari kerusakan pendengaran akibat kebisingan maka
ditetapkan suatu Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV)
sebagai pedoman dalam pengendalian kebisingan di tempat kerja. Nilai Ambang
Batas adalah nilai rata-rata dari tingkat kebisingan tertinggi yang masih dapat
diterima oleh telinga tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan,
yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya.
Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000
Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard
Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi
yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut.
7
band analizer adalah SLM dilengkapi alat yang dapat merinci frekuensi bunyi
yang berbeda.
Namun penggunaan SLM ini terbatas hanya pada suatu waktu dan tempat, sehingga
diperlukan alat pengukur dosis perseorangan (personal noise-dose meter) untuk
menggambarkan dosis kumulatif paparan bising terhadap pekerja dalam seluruh
waktu kerjanya diberbagai tempat yang dikunjunginya selama bekerja.
8
BAB III
9
bising mengganggu komunikasi pekerja, atau perlu mengikuti PKP. Selain hal
tersebut juga untuk menentukan apakah daerah tersebut memerlukan alat
perlindungan pendengaran ,menilai kualitas bising utk pengendalian serta menilai
apakah program pengendalian bising telah berjalan baik. Survei kebisingan
meliputi survei area dan survei dosis pajanan harian dan enginering survey.
Survey dosis pajanan harian antara lain mengidentifikasi kelompok kerja yang
memerlukan pemantauan dosis pajanan harian, menentukan pekerja yang perlu
dipantau secara individual, menganalisis dosis pajanan harian dan menentukan
pekerja yang memerlukan penilaian dengan Audiometri.
Membuat peta kebisingan adalah dengan memberi warna di daerah yang digambar
sesuai dengan intensitas kebisingannya yaitu: hijau <80 dBA, kuning 80-85 dBA,
or- ange 85–88 dBA, merah muda 88-91dBA, merah 91-94 dBA, Merah tua >94
dBA.
10
2. Kontrol administrasi dengan merotasi tempat kerja, pengaturan produksi
dengan cara menghindari bising yang konstan, menggunakan kontrol
dan monitor kebisingan, melaksanakan pelatihan dan sosialisasi PKP
untuk menjelaskan fungsi pendengaran dan perlindungannya.
3. Penggunaan alat pelindung pendengaran yang dapat mengurangi jumlah
energi akustik pada mekanisme pendengaran. Terdapat tiga jenis alat
pelindung pendengaran yaitu earplugs, earmuffs dan helmet.
11
menganjurkan mengangkat tangan/telunjuk bila mendengar bunyi nada atau
mengatakan ada/tidak ada bunyi, atau dengan menekan tombol. Headphone
dipasang pada orang yang akan diperiksa dengan benar, tepat dan nyaman. Pasien
duduk di kursi, menghadap 300 dari pemeriksa sehingga tidak dapat melihat
pemeriksaannya. Pemberian sinyal dilakukan selama 1-2 detik. Pemeriksa harus
mengerti gambaran audiogram dan simbol-simbolnya, informasi yang terdapat
dalam audiogram, memahami jenis-jenis ketulian, memahami bone conduction
untuk menentukan jenis ketulian, serta mengerti prosedur rujukan dan peran teknisi
audiometrik. Persyaratan penilaian audiogram anamnesis bising sebaiknya sudah
lengkap, otoskopi harus sudah dilakukan sebelumnya, bila ada serumen harus sudah
dibersihkan, melakukan evaluasi keadaan membran timpani dan refleks cahaya.
Alat audiometer sudah dikalibrasi dengan baik.
12
3.1.4 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga
yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan
kebisingan masuk kedalam telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas
kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Alat pelindung umumnya dapat
dibedakan menjadi:
Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda
dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu
sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga
pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling
banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun
sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai
dengan 30 dB.
Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alamai dan sintetik,
menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi ‘disposible ear plug”, yaitu
sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya
sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, “non
dispossible ear plug” yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau
plastik cetak.
13
Sedangkan Kerugiannya antara lain:
Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan untuk pemasangan
yang tepat.
Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga
Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar
dilihat oleh pengawas
Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat
Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka
saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan
atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian
yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan oleh
bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit
dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB
dengan frekuensi 100-8000Hz. Keuntungan dari tutup telinga (earmuff) adalah :
Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan
ukuran telingan yang berbeda.
Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.
Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).
Tidak mudah hilang
3. Helmet/enclosure
14
3.1.5 Komunikasi, Informasi, Motivasi dan Edukasi.
Komunikasi, informasi, motivasi dan edukasi sebaiknya diberikan tidak saja pada
para pekerjanya tetapi juga pada pimpinan perusahaan. Tujuan motivasi dan
edukasi adalah untuk memberi pengetahuan dan memotivasi agar program
pencegahan gangguan pendengaran menjadi kebutuhan bukan paksaan, menyadari
bahwa pemeliharaan dan pencegahan lebih penting daripada kompensasi.
Kendala yang sering dijumpai antara lain sulitnya mendiagnosis NIHL sebagai
PAK (penyakit akibat kerja), adanya pajanan di luar pekerjaan, penyakit lain yang
mengganggu fungsi pendengaran, tidak ada data awal (base line data), keengganan
menggunakan alat pelindung pendengaran, mesin dan desain sudah terlanjur
tersedia.
15
3.1.7 Evaluasi Keberhasilan Program Konservasi Pendengaran.
Indikator kesuksesan PKP dapat diukur dengan beberapa parameter antara lain
kepatuhan pelaksanaan program, tingkat kebisingan di lingkungan kerja, insidens
dan prevalens kasus NIHL.
Manfaat utama program ini adalah mencegah kehilangan pendengaran akibat kerja.
Kehilangan pendengaran akan mengurangi kualitas hidup seseorang dalam
pekerjaannya. Hubungan antara tenaga kerja dan perusahaan akan baik, angka turn-
over karena lingkungan kerja akan rendah.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Bising selalu ada di setiap kegiatan manusia, baik itu di dalam rumah, di
lingkungan sekitar ataupun dipekerjaan. Kadar bising tertentu dan durasi yang lama
dapat mempengaruhi kesehatan telinga sehingga dapat terjadi suatu gangguan
pendengaran baik itu sementara ataupun permanen.
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Holstege, Christopher P. “Cyanide and Hydrogen Sulfide”. dalam Nelson,
Lewis S, (Eds.) Goldfrank's Toxicologic Emeregencies 9th Edition.
McGraw Hill. 2011 (hal 1678-1686)
2. Manahan, Stanley E (Eds). Toxicological Chemistry and Biochemistry
3rd Edition. Lewis Publishers. 2003.
3. Keracunan Sianida. Dalam: Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,
Mun’im T, Sidhi, Herfian S, editors. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997. hal. 95-100.
4. Leybell, Inna (Eds.). Updated 07 Dec 2015. Cyanide Toxicity. Medscape
(Online) http://emedicine.medscape.com/article/814287-overview
(diakses 20 Mei 2016)
18