Você está na página 1de 27

MAKALAH KEDOKTERAN OKUPASI

NYERI LEHER
PADA DOKTER PEMERIKSA LAYANAN 24 JAM
PUSKESMAS KECAMATAN TEBET

OLEH:
Adhi Pasha Dwitama
(1806150673)

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Pertama – tama, saya selaku penulis ingin mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Nyeri leher pada dokter pemeriksa di layanan 24 jam
puskesmas Tebet”.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik
dosen, teman kuliah dan penunjang lainnya, dari masa perkuliahan sampai penyusunan
makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan setiap pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat
bagi penulis dan juga pembacanya.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


Latar Belakang ..........................................................................................................1
Tujuan ..................................................................................................................... 1
Masalah ....................................................................................................................1

BAB II ILUSTRASI KASUS......................................................................................2


Identitas Pasien ..........................................................................................................2
Anamnesa .................................................................................................................3
Anamnesa Okupasi ....................................................................................................3
Pemeriksaan Fisik ......................................................................................................5
Diagnosis Kerja .........................................................................................................8
Diagnosis Okupasi .....................................................................................................8
Kategori Kesehatan.....................................................................................................8
Prognosis .......................................................................................................................... 8
Permasalahan Pasien Dan Rencana Penatalaksaan ........................................................8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9


Etiologi ............................................................................................................................ 9
Patogensis ........................................................................................................................ 9
Gejala Klinis .................................................................................................................. 10
Diagnosis ....................................................................................................................... 11
Pemeriksaan .................................................................................................................... 11
Penatalaksanaan ....................................................................................................12

BAB IV PENUTUP .........................................................................................................13


Kesimpulan Dan Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nyeri leher pada pekerja pada umumnya lebih sering disebabkan oleh
gangguan muskuloskletal di mana terjadi ketegangan dan peregangan otot dan
ligamentum sekitar leher. Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal
pada leher di masyarakat selama satu tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih
tinggi pada wanita.
Gangguan muskuloskeletal sendiri merupakan gangguan terbanyak dari
penyakit akibat kerja, diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja.
Nyeri tengkuk (leher belakang) adalah gangguan muskuloskeletal tubuh bagian atas
yang sering terjadi dan mengakibatkan meningkatnya absensi pekerja serta biaya
pengobatan perusahaan. Pekerja yang berisiko tinggi mengalami nyeri tengkuk adalah
yang dalam pekerjaannya berada pada posisi duduk lama,membentuk posisi janggal di
kepala-leher, dan mempertahankan posisi kepala pada waktu lama seperti bekerja
dengan komputer dalam waktu yang lama atau bekerja di depan meja dengan posisi
membungkuk dalam waktu lama. Mengangkat, mendorong atau membawa barang,
penari, dan pengemudi angkutan umum.
Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa sakit di daerah leher dan kaku, nyeri
otot-otot leher, sakit kepala, dan migraine. Nyeri bisa menjalar ke bahu, lengan, dan
tangan disertai keluhan terasa baal atau seperti ditusuk jarum selain itu nyeri juga bisa
menjalar ke kepala menyebabkan rasa sakit kepala. Kebanyakan kasus nyeri leher
dapat mengalami perbaikan dengan sendirinya. Hal yang penting bagi pekerja yang
mengalami nyeri leher adalah modifikasi pekerjaan termasuk manajemen administrasi
dan pengaturan ergonomik.
Tujuan
 Mengidentifikasi bahaya potensial pada pekerja
 Mengidentifikasi penyakit muskuloskeletal akibat kerja pada pekerja
 Mengetahui penatalaksanaan masalah kesehatan okupasi pada pekerja
Masalah
Apa masalah yang timbul merupakan penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : dr. S
Alamat : Tebet barat, Jakarta selatan
TTL/ Umur : 02-07-1988 / 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dokter
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pembiayaan : BPJS

1. Anamnesa
 Keluhan Utama
Nyeri pada area leher dan bahu.
 Keluhan Tambahan
Sakit kepala hilang timbul
 Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan nyeri pada leher sejak 3 bulan belakangan terasa
hilang timbul disertai rasa pegal di sekitar area bahu dan juga disertai
timbulnya sakit kepala yang dirasakan hilang timbul. Sakit kepala terasa seperti
terikat disekitar kepala belakang dan juga terasa seperti ditekan. Rasa nyeri
terutama dirasakan ketika berada ditempat kerja. Rasa menjalar kepungung dan
rasa pegal pada punggung kadang dirasakan tetapi tidak lebih berat dari rasa
nyeri pada leher, rasa mual, demam, kesulitan tidur disangkal. Os sebelumnya
melakukan pengobatan pada diri sendiri dengan meminum obat pereda nyeri
seperti asam mefenamat tetapi hanya meredakan sedikit dan kembali berulang.
1 minggu lalu os memeriksakan diri pada dokter ahli saraf untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan dan diberikan obat nyeri dan pelemas otot.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit yang sama dalam keluarga
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi, DM,Jantung, Stroke dan Penyakit Paru disangkal
 Riwayat Reproduksi
Riwayat haid 1 bulan sekali siklus 28-30 hari sekali
Riwayat kehamilan P1A0 lahir normal 5 tahun lalu tanpa penyulit, riwayat
penggunaan kontrasepsi disangkal
 Riwayat sosioekonomi dan kebiasaan
Os tinggal dengan suami dan 1 orang anak berusia 5 tahun, biaya hidup
ditanggung oleh suami dan dirinya, hubungan dengan anggota keluarga lain
baik, hubungan dengan rekan kerja lain baik. Os tidak merokok, tidak pernah
minum alkohol, jarang berolahraga, penggunaan obat ataupun kb disangkal.

Anamnesa okupasi
 Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan bahan/material yang tempat kerja Masa kerja


digunakan (perusahaan) (dalam bulan /
tahun)

Dokter pemeriksa seragam, jas, Dalam ruangan 3 tahun


Layanan 24 jam sarung berpenyejuk
tangan, udara
masker,
perangkat
elektronik
(tablet), alat
kesehatan
 Uraian tugas
 Pukul 07.30 Os datang bekerja menggunakan kendaran pribadi yaitu
mobil dengan jarak tempuh kurang lebih 2 km dari rumah
 Pukul 08.00 – 12 .00 bekerja sebagai dokter pemeriksa di poli layanan
24 jam. Tugas Os melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien.
Pasien bekerja selama 8 jam dengan pembagian shift kerja 3 shift dari
senin sampai minggu dengan shift kerja pagi-pagi-sore-sore-malam dan
2 hari libur. Os juga melakukan tindakan medis jika diperlukan seperti
melakukan penjahitan luka. Os melakukan penginputan rekam medik
menggunakan tablet dan pekerjaan lebih banyak dilakukan dengan
duduk. Pasien yang diperiksa setiap shiftnya berkisar antara 20-40
pasien.
 Pukul 12-00 – 12.30 istirahat makan siang
 Pukul 12.30 – 15.30 melanjutkan pekerjaan
 Pada shift sore dimulai dari pukul 15.30 – 22.30 dan shift malam antara
22.30 – 07.30
 Os menonton televisi atau menggerjakan laporan diluar shift kurang
lebih 1-2 jam setiap hari nya
 Bahaya

Urutan kegiatan Bahaya Potensial Gangguan Risiko


(tuliskan urutan kesehatan yang kecelakaa
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko
sesuai bagan alur di mungkin n kerja
(sesuai Brief survey)
no 2)

Pemeriksaan Suhu Cairan bakter Duduk lama, Kerja Infeksi Terjatuh


pasien udara pencuc i, gerakan monoto saluran
dingin i virus berulang dengan n, pernafasan,
tangan lengan, Lelah, herpes,
dan awkward Beban dermatitis
cairan position kerja, kontak iritan,
handru Shift low back
b kerja pain, nyeri
leher, stres
kerja

Penginputan Suhu - - Duduk lama, Kerja Nyeri leher, Tersetru


rekam medis udara gerakan monoto low back m tablet,
dingin berulang dengan n, pain, CTS, terjatuh
lengan, Lelah, stres kerja dari
Posisi statis, Beban kursi
Posisi kepala kerja,
awkward Shift
position kerja

Melakukan Suhu Alkoho Jamur awkward Lelah, Nyeri leher, Tertusuk


tindakan medis udara l,povid , position Beban low back jarum
dingin one bakter kerja, pain, DKI,
iodine i, Shift stress kerja,
virus kerja hepatitis, hiv
Analisis hubungan pekerjaan dengan penyakit yang di derita
Pekerjaan diatas dapat berhubungan dengan gangguan musculoskeletal dalam
hal ini gangguan pada otot leher dikarenakan pekerjaan yang dilakukan dengan duduk
dan posisi statis serta kemungkinan posisi ergonomik yang dapat tidak baik sehingga
dapat menjadi faktor pemicu timbulnya gangguan musculoskeletal.

2. Body Discomfort Map


(bila ada keluhan nyeri/ pegal maka di isi gambarnya, bila tidak ada keluhan tulis
‘tidak ada keluhan’) :

DEPAN BELAKANG

Keterangan: 1.Tanyakankepadapekerjaataupekerjadapat mengisisendiri

2.Isilah: keluhanyang sering dirasakanoleh pekerja denganmemberti


tanda/mengarsirbagian-bagian sesuai dengangangguanmuskuloskeletal
yangdirasakanpekerja

Tandapada gambarareayangdirasakan:
Kesemutan = xxx
Pegal-pegal=/ // / / Baal = vvv
Nyeri = ////////
3. BRIEF SURVEY
4. Pemeriksaan Fisik

1.Nama : dr. S 5. a. Pekerjaan anda saat ini : dokter pemeriksa


2. Jenis kelamin : Perempuan b. Nama Tempat kerja/Perusahaan : puskesmas
3.Tanggal lahir : 2 Juli 1988 (umur : 30 tahun) kecamatan tebet

1. Tanda Vital
a. Nadi : 82x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110 / 70mm Hg
: 82 / menit
b. Pernafasan : 18/ menit d. Suhu Badan
: 36,7o C

2. Status Gizi
a.Tinggi Badan : 156 cm Berat Badan : 57 Kg
d. Bentuk badan : Atletikus

3. Tingkat Kesadaran dan keadaan umum

a. Kesadaran : Compos Mentis


b. Tampak kesakitan : Ya, vas score 3
c. Gangguan saat berjalan : tidak
4. Kelenjar Getah Bening
a. Leher : Normal
b. Submandibula Normal
c. Ketiak : Normal
d. Inguinal Normal
5. Mata mata kanan mata-kiri

a. Persepsi Warna Normal Normal


b. Kelopak Mata Normal Normal
c. Konjungtiva Normal Normal
d.Kesegarisan / gerak bola Normal Normal
mata
e. Sklera Normal Normal
f. Lensa mata tidak keruh tidak keruh
g. Bulu Mata Normal Normal
h. Penglihatan 3 dimensi Normal Normal

i. Visus mata : dalam batas normal

6.Telinga Telinga kanan Telinga kiri


a. Daun Telinga Normal Normal
b. Liang Telinga Normal Normal
- Serumen tidak ada tidak ada
c. Membrana Timpani Intak Intak
d. Test berbisik Normal Normal
e. Test Garpu tala Rinne Normal Normal
f. Weber
g. Swabach
h. Lain – lain ……….

7. Hidung
a. Meatus Nasi Normal
b. Septum Nasi Normal
c. Konka Nasal Normal
d. Nyeri Ketok Sinus maksilar Normal
e. Penciuman : ………………
8. Gigi dan Gusi
87654321 12345678

87654321 12345678
9. Tenggorokan
a. Pharynx Normal
b. Tonsil : Kanan : To T1 T2 T3 Kiri : To T1 T2 T3
Ukuran √□ Normal □ Hiperemis □√ Normal □Hiperemi

c. Palatum Normal
d. Lain- lain
10. Leher
Keterangan

a. Gerakan leher Normal √ Terbatas Nyeri tekan di area m.trapezius


b. Kelenjar Thyroid √ Normal Tidak Normal
c. Pulsasi Carotis √ Normal Bruit
d. Tekanan Vena Jugularis √ Normal Tidak Normal
e. Trachea √ Normal Deviasi
f. Lain-lain : …..

11. Dada
Keterangan
a. Bentuk √ Simetris Asimetris
b. Mammae √ Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain

12. Paru- Paru dan Jantung

Keterangan
a. Palpasi √ Normal Tidak Normal
Kanan Kiri
b. Perkusi √ Sonor Redup Hipersonor √ Sonor Redup Hipersonor

Iktus Kordis : √ Normal Tidak Normal , sebutkan .............


Batas Jantung : √ Normal Tidak Normal , sebutkan ………

c. Auskultasi : - bunyi napas √ Vesikular Bronchovesikular √ Vesikular Bronchovesikular


- Bunyi Napas √ tak ada Ronkhi Wheezing √ tak ada Ronkhi Wheezing
tambahan

BunyiJantung - √ Normal Tidak Normal Sebutkan ....

13. Abdomen

Keterangan
a. Inspeksi √ Normal Tidak Normal
b. Perkusi √ Timpani Redup
c. Auskultasi: Bising Usus √ Normal Tidak Normal
d. Hati √ Normal Teraba…….jbpx ……jbac
e. Limpa √ Normal Teraba shoeffne …..

Kiri : √ Normal
Kanan ; √ Normal
f. Ginjal √ Tidak Normal
√ Tidak Normal

Kanan ; √ Normal Kiri : √ Normal


g. Ballotement Tidak Normal Tidak Normal

Kanan ; √ Normal Kiri : √ Normal


h. Nyeri costo vertebrae
Tidak Normal Tidak Normal
14. Genitourinaria
a. tidaj dilakukan

Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan √ Normal tidak normal √ Normal tidak normal
- Tulang √ Normal tidak normal √ Norma l tidak normal
- Sensibilitas √ baik tidak baik √ baik tidak baik
- Oedema √ tidak ada ada √ tidak ada ada
- Varises √ tidak ada ada √ tidak ada ada
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- vaskularisasi √ baik tidak baik √ baik tidak baik
- kelainan Kuku jari √ tidak ada ada √ tidak ada ada

Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan √ Normal tidak normal √ Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang √ Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas √ baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema √ tidak ada ada √ tidak ada ada
- Varises √ tidak ada ada √ tidak ada ada
- vaskularisasi √ baik tidak baik √ baik tidak baik
- kelainan Kuku jari √ tidak ada ada √ tidak ada ada
15c. Otot motorik
1. Trofi √ Normal Tidak Normal √ Tidak
Normal Normal
2. Tonus √ Normal Tidak Normal √ Tidak
Normal Normal
3. Kekuatan 5 / 5/ 5 / 5 5/5/5/5 Gerakan
(Fs motorik) abnormal :
√ tidak
ada
tic
ataxia
lainya ..

16. Refleks kanan kiri


a. Refleks Fisiologis patella, √ Normal Tidak Normal √ Normal Tidak Normal
lainnya .........
b Refleks Patologis: Babinsky √ negatif Positif √ negatif Positif
lainnya ………

17. Kulit Efloresensi dan Lokasi nya

a. Kulit √ Normal Tidak Normal


b. Selaput Lendir √ Normal Tidak Normal
c. Kuku √ Normal Tidak Normal
d. Lain – lain ………
Resume kelainan yang didapatkan:
Rasa nyeri pada leher dan rasa pegal pada bahu, nyeri tekan pada otot m.trapezius,
pergerakan sendi leher yang berkurang
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang tanggal 21 september 2018
X foto cervical AP/Lat/Oblik :
- soft tissue swelling diparavertebrae tak tampak.
- Struktur tulang dan susunan tulang, dlm batas normal.
- Pedicle utuh, discus tidak menyempit,
- Alignment baik, pedicle utuh, discus tidak menyempit.
- Tidak tampak penyempitan foramina intervertebralia.
- Tidak tampak spur formation/ posterior osteophyt.
- Tidak tampak lesi lytik/sklerotik/fracture/dislokasi.
Kesan :
Tidak tampak kelainan tulang cervical.
( tak tampak cervical syndrome )
NB. Klinis ada muscle sprain ?
Laboratorium tgl 21 september 2018
Kimia darah cholesterol 184, asam urat 3,7, gdp 97
6. Hasil body Map
Didapatkan nyeri pada area 0 dan pegal pada area 1 belakang
7. Hasil brief survey
Didapatkan risiko tinggi pada bagian leher dengan impact stress
8. Diagnosis Kerja
Cervicalgia, ICD X M54.2
9. Diagnosis Banding
 Sindrom nyeri miofascial
 Cervical syndrome
 HNP
 Spondiloarthrosis
10. Diagnosis Okupasi
7 langkah diagnosis okupasi
1. Diagnosis klinis: Cervicalgia, ICD X M54.2
Dasar diagnosis: pada anamnesis didapatkan rasa nyeri pada leher sejak 3
bulan belakangan terasa hilang timbul disertai rasa pegal di sekitar area bahu
dan juga disertai timbulnya sakit kepala yang dirasakan hilang timbul. Sakit
kepala terasa seperti terikat disekitar kepala belakang dan juga terasa seperti
ditekan. Rasa nyeri terutama dirasakan ketika berada ditempat kerja. Rasa
menjalar kepungung dan rasa pegal pada punggung kadang dirasakan tetapi
tidak lebih berat dari rasa nyeri pada leher, rasa mual, demam, kesulitan tidur
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keterbatasan gerak pada sendi
leher, rasa nyeri tekan pada otot trapezius, penurunan kekuatan otot disangkal,
pemeriksaan penunjang dalam batas normal.

2. Pajanan
Fisik: Suhu udara ruangan yang dingin
Kimia: bahan kimia seperti cairan pembersih tangan, alcohol, povidone
iodine
Biologi: bakteri, virus
Ergonomi: Duduk lama, gerakan berulang dengan lengan, posisi statis,
posisi kepala, awkward position
Psikososial: kerja monoton, beban kerja, shift kerja, lelah
3. EvidenceBased (sebutkan secarateoritis) pajanan di tempat kerja yang
menyebabkan diagnosis klinis dilangkah 1. Dasar teorinyaapa?
Berdasarkan beberapa penelitian salah satunya adalah penelitian oleh Yip
et al, Siani et al didapatkan posisi leher yang kurang dari 50 derajat
memiliki risiko 15 kali menimbulkan nyeri leher, buku ajar Hiperkes
karya Sumamur, dimana nyeri leher dapat timbul akibat pajanan ergonomi
seperti posisi tubuh yang statis, sudut leher tertentu pada waktu pajanan
tertentu dan jenis kelamin tertentu yang meningkatkan faktor risiko
timbulnya nyeri leher.
4. Apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis
 Masa kerja 3 tahun
 Lama pajanan 8 jam/hari
 Pemakaian APD tidak ada
 Konsenstrasi pajanan cukup
Kesimpulan jumlah pajanan dan perhitungannya: posisi fleksi leher lebih
dari 45o selama >10% jam kerja, duduk lama saat bekerja, posisi statis,
waktu istirahat terbatas dapat menimbulkan nyeri leher.
5. Apa ada faktor individu yang berpengaruh thd timbulnya diagnosis klinis?
Jenis kelamin wanita berpotensi menimbulkan gangguan musculoskeletal
lebih besar
6. Apa terpajan bahaya potensial yang sama spt di langkah 3 luar tempat
kerja? Penggunaan laptop dan alat elektronik lain di rumah dengan posisi
ergonomi yang dapat kurang baik
7. Diagnosis Okupasi
Cervicalgia akibat pajanan ergonomi
Kategori Kesehatan
Gangguan kesehatan ringan dengan kelainan yang dapat dipulihkan

Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam

11. Permasalahan Pasien Dan Rencana Penatalaksaan


Diagnosis Klinis: Cervicalgia
Tatalaksana medika mentosa:
 Eperisone hcl 50 mg 3 kali sehari
 Ibuprofen 400 mg 3 kali sehari
 Mecobalamin 500 mg 1 kali sehari
Tatalaksana Okupasi:
 Lakukan olahraga secara teratur
 Mengurangi postur statis, perbaikan posisi tubuh terutama leher saat
menggunakan perangkat elektronik, perbaikan posisi workstation
 Lakukan pelemasan dan peregangan otot saat istirahat dan waktu tertentu
selama bekerja
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan


atau lingkungan kerja, dan didapat pada saat melakukan. Pajanan penyebab penyakit
akibat kerja diantaranya:
1. Golongan Kimiawi: Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut.
2. Golongan Fisik: Bising, suhu, radiasi ekstrem, vibrasi, penerangan, tekanan
udara.
3. Golongan Fisiologik/ Ergonomik: desain workstation, beban kerja.
4. Golongan Biologik: Bakteri, jamur, virus, dan lain-lain.
5. Golongan Psikososial: Stres psikis, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan, dan
lain-lain.
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
elemen-elemen lain yang dalam suatu system mengaplikasikan dan merancang suatu
system agar optimal dan sesuai dengan kebutuhan, kelemahan dan ketrampilan manusia .
Salah satu tujuan dari penerapan ergonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan fisik
dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu gangguan kesehatan
terbanyak dari penyakit akibat kerja, dimana dapat mencapai 60% dari semua
penyakit akibat kerja dan dipengaruhi oleh faktor ergonomi. Gangguan
muskuloskeletal yang diakibatkan oleh bahaya kerja ergonomi pada anggota badan
atas, seperti bahu dan leher, yang secara kolektif dikenal sebagai “Occupational
Overuse Syndrome” (OOS) yang merupakan masalah kesehatan akibat kerja yang
disebabkan oleh penggunaan struktur-struktur otot, saraf, sendi, ligament atau struktur
lain. Manifestasi dari OOS sendiri pada bahu dan leher adalah nyeri pada salah satu
otot leher atau nyeri tekan pada salah satu otot leher seperti m. trapezius bagian atas,
m. supraspinatus, atau m. infrasinatus dapat ditimbulkan disebut dengan sindrom
nyeri miofasial.
Menurut American College of Rheumatology (2012) nyeri leher adalah rasa
sakit di leher yang bisa dilokalisasi pada tulang belakang leher atau dapat menyebar
ke lengan bawah (radikulopati). Nyeri leher sendiri dapat terjadi secara akut ataupun
kronik dimana nyeri kronik dapat terjadi antara 3-6 bulan dimana nyeri dapat
diidentifikasi seperti cedera, penyakit diskus degenerative, stenosis tulang dan
spondilolistesis, dan juga nyeri yang tidak dapat diidentifikasi seperti misalnya cedera
yang sudah sembuh atau fibromyalgia . Adapula nyeri neuropatik dimana timbul nyeri
meskipun tidak ada kerusakan jaringan yang sedang terjadi karena saraf mengirimkan
pesan rasa sakit secara terus menerus. Nyeri neuropatik dapat timbul ditandai gejala
seperti berupa rasa berat, tajam, pedih, menusuk, terbakar, dingin, dan atau mati rasa,
kesemutan atau kelemahan

Etiologi
Pekerjaan berulang-ulang, posisi statis pada otot leher dan bahu, pergerakan
lengan atas yang berulang-ulang dapat berpengaruh menimbulkan nyeri leher.
Penelitian yang dilakukan oleh Ariens didapatkan bahwa pekerja yang bekerja dalam
posisi duduk yang statis > 95% dari lamanya waktu bekerja perhari merupakan faktor
risiko terjadinya nyeri leher. Pekerja yang sebagian besar waktunya duduk dan
menggunakan perangkat elektronik memiliki risiko tinggi mengalami nyeri leher.
Stres dan tuntutan pekerjaan, kondisi lingkungan kerja, rekan kerja dan kepuasan
kerja yang rendah juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri leher. Faktor
individu seperti merokok dan usia serta jenis kelamin juga merupakan factor risiko
terjadinya nyeri leher.
Beberapa hal lain yang meningkatkan risiko meningkatnya nyeri leher
diantaranya adalah:
Pergerakan repetitif pada :
 pergerakan ekstremitas atas
 Pergerakan leher
 Pekerjaan dengan waktu terbatas
 Gerakan bahu > 15 kali per menit
 Waktu istirahat terbatas akibat bekerja ≥80% jam kerjas
Posisi tubuh waktu bekerja
 Duduk saat bekerja > 95% lama kerja
 Fleksi leher > 20dan > 70% lama kerja
 Fleksi leher > 45dan > 10% lama kerja
 Fleksi leher > 20dan > 66% lama kerja
 Kontraksi, beban dan posisi statik
Pada penelitian Siani et al (2018) didapatkan pengemudi dengan neck
horizontal angle ≤ 50º memiliki risiko 15 kali lebih besar mengalami nyeri tengkuk
akut dibandingkan pengemudi dengan neck horizontal angle > 50º. Padahal ini posisi
kepala yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah neck-horizontal angle.
Neck-horizontal angle atau raniovertebral angle (CVA) merupakan sudut yang
dibentuk antara garis horizontal dari prosesus spinosus C7 dengan garis yang
menghubungkan prosesus spinosus C7 dan tragus. Sudut tersebut dapat digunakan
sebagai pengukuran forward head posture (FHP).
Semakin kecil CVA menggambarkan posisi kepala yang semakin maju ke
depan. Yip et al melaporkan sudut nyaman untuk CVA adalah 52,4º. Derajat CVA
pada 42,9º-47,3º menggambarkan kondisi FHP. Aitken melaporkan sudut head tilt
angle yang semakin kecil akan semakin membentuk posisi forward head posture dan
keluhan nyeri tengkuk semakin besar. Yip et al melaporkan menyatakan terdapat
hubungan neck horizontal angle (CVA) dengan nyeri tengkuk. Responden dengan
CVA lebih kecil memiliki risiko forward head posture lebih besar. Semakin besar
kemungkinan forward head posture, semakin besar kemungkinan terjadinya nyeri.
Pada sindrom nyeri miofascial sendiri faktor mekanik dan ergonomic menjadi
etiologi dimana mekanik merupakan akibat dari cedera atau trauma yang terjadi
secara akut atau berulang dan ergonomik disebabkan oleh posisi saat kerja yang buruk
dimana salah satunya posisi bekerja di depan perangkat layar computer tanpa
menggunakan sandaran tangan. Stres psikologis juga menjadi salah satu hal yang
berperan dalam menimbulkan terjadinya sindrom nyeri miofascial.
Patogensis
Klasifikasi nyeri leher berdasarkan proses patofisiologi yang mendasarinya di bedakan
menjadi:
1. Nyeri leher non spesifik atau axial yaitu nyeri leher yang timbul tanpa adanya
proses patologi pada otot-otot leher atau tanpa disebabkan oleh penyakit
tertentu yang mendasarinya, nyeri leher tipe nonspesifik timbul secara
terlokalisir, pengaruh dari postur tubuh atau posisi leher yang tidak ergonomis
dalam jangka waktu tertentu saat bekerja juga berhubungan dengan timbulnya
nyeri. Stres pada otot ataupun penggunaan otot berlebihan dapat menimbulkan
iskemia dan hipoksia pada otot dimana dapat menimbulkan kerusakan otot,
pelepasan kalsium, dan peningkatan kadar asetil kolin dimana dapat
menimbulkan otot yang konsistensinya menjadi bertambah keras dan menjalar
sehingga menimbulkan nyeri.

Gambar.1 Pola nyeri leher non spesifik Axial


2. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan gangguan
sensoris atau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul sebagai akibat
kompresi atau penekanan akar saraf.
3. Mielopati yaitu nyeri yang dirasakan sebagai akibat kompresi atau penekanan
pada medula spinalis dengan gejala seperti nyeri radikular, kelainan sensoris
dan kelemahan motorik
Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada nyeri leher antara lain rasa sakit di daerah leher dan
kekakuan area sekitarnya, nyeri otot-otot leher yang terdapat di leher, sakit kepala dan
migraine. Nyeri leher timbul seperti terbakar. Nyeri dapat menjalar ke bahu, lengan,
dan tangan dengan menimbulkan rasa baal atau seperti ditusuk jarum.
Nyeri tekan pada otot atau region tertentu merupakan tanda atau gejala utama
dari sindrom nyeri miofascial. Gejala lain dapat berupa peningkatan sensitivitas ketika
kulit disentuh pada area sekitar, nyeri leher dan bahu yang membuat sulit tidur, nyeri
punggung bawah, sakit kepala dan gangguan lain seperti kelainan temporomandibula.

Diagnosis
Diagnosis nyeri leher sendiri pada sindrom nyeri miofascial adalah 5 kriteria mayor
dan setidaknya 1 dari ketiga kriteria minor menurut Simons et al yaitu:
Kriteria mayor:
1. Nyeri spontan yang terlokalisasi
2. Nyeri spontan atau peruabahn pada suatu area nyeri alih
3. Terasa adanya benjolan atau gumpalan pada otot yang nyeri
4. Penurunan range of movement atau ruang gerak pada berbagai derajat
5. Nyeri tekan terlokalisir pada titik tertentu sepanjang benjolan atau gumpalan
Kriteria minor:
1. Adanya respons kedut lokal pada serat otot dengan menekan atau mempalpasi
tajam atau dengan insersi jarum ke trigger point
2. Timbul nyeri spontan dan perubahan sensasi saat menekan trigger point
3. Nyeri dapat berkurang dengan stretching atau peregangan otot dan dengan
injeksi trigger poin
Tidak ada pemerikaan laboratorium khusus yang dapat menegakkan diagnose
sindrom nyeri miofascial. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendeteksi sendiri
seperti elektromiografi atau pemeriksaan Ultrasound untuk memperlihatkan respons
kedut lokal yang tercetus bila dipalpasi. Pada nyeri leher secara umum pemeriksaan
X-ray roentgen anteroposterior/lateral pada vertebra servikalis dilakukan bila
ditemukan suatu gejala serius. Pemeriksaan radiologi seperti computed tomography
(CT) scan atau magnetic resonance imagine (MRI) bukan merupakan indikasi pada
awal kasus kecuali ada masalah yang serius seperti adanya gangguan patologis pada
medula spinalis. Gambaran radiologis Foto servikal yang dapat terjadi pada nyeri
leher antara lain adalah pembentukan osteofit, penyempitan rongga sendi, badan yang
longgar, kista subchondral dan sklerosis, listhesis dan fraktur atau kompressi korpus
vertebra servikal.

Penatalaksanaan
Nyeri leher ringan pada umumnya tidak memerlukan penangana khusus
dimana pada beberapa kasus dapat menghilang dengan dan jika diperluakan dapat
menggunakan analgetik ringan. Pengobatan untuk nyeri leher meliputi pemberian obat
seperti obat analgetik, obat antiinflmasi non steroid, antidepresan, relaksan otot,
analgesic non narkotik dan antikonvulsan dapat diberikan.
Latihan fisik seperti latihan otot-tot tubuh, pijatan ringan, penggunaan
kompres dingin atau hangat, perubahan atau konsultasi ergonomic. Terapi fisik seperti
transentameous electro neuro stimulator (TENS), magnetic therapy, electromagnetic
treatment, infrared light, ultrasound lasers, cooling spray, injeksi steroid dan
peregangan juga dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Diupayakan agar
pekerja juga dapat menghindari duduk dalam waktu lama dengan posisi leher menetap
atau posisi leher dan kepala yang tidak baik dalam jangka waktu yang lama.

Peregangan otot
Peregangan pada otot merupakan serangkaian latihan dari otot-otot yang
dirasakan nyeri. Peregangan pada otot yang nyeri dapat menurunkan aliran darah
sementara pada otot sesuai dengan beban peregangan yang dilakukan, pembuluh darah
yang melalui serat-serat otot akan mengalami peregangan. Peregangan ringan dan teratur
pada otot dapat meningkatkan aliran atau sirkulasi darah.
Peregangan otot sendiri terdiri dari peregangan otot isometrik dan peregangan
otot isotonik.
Gerakan peregangan leher isometrik terdiri dari:
1. Fleksi lateral kanan dan kiri: Tempatkan telapak tangan terhadap sisi kepala anda
bagian kanan dan kiri, mendorong dan memberikan tekanan yang sama antara tangan
dan kepala. Jangan biarkan kepala untuk bergerak, dan pastikan untuk bernapas secara
teratur. Tahan 10 detik, istirahat, dan Ulangi 3-5 kali untuk setiap sisi.
Gambar 2.1 Fleksi leher isometrik kanan dan kiri.
1. Fleksi ke depan: Tempatkan telapak tangan di atas dahi, mendorong dan
berikan tekanan yang sama antara tangan dan kepala, jangan biarkan kepala untuk
bergerak, dan pastikan untuk bernapas secara teratur, tahan 10 detik, istirahat, dan
Ulangi 3-5 kali.

Gambar 2.2 Fleksi leher isometrik ke depan.


2. Ekstensi: tangan digenggamkan di belakang kepala, mendorong dan, memberikan
tekanan yang sama antara tangan dan kepala. Jangan biarkan kepala untuk bergerak,
dan pastikan untuk bernapas secara teratur, tahan 10 detik, istirahat, dan Ulangi 3-5
kali.

Gambar 2.3 Fleksi leher isometrik ekstensi ke belakang (Avesh dkk, 2013)
Teknik peregangan leher isotonik dapat dilakukan seperti berikut:
1. Memutar kepala ke arah bahu, kemudian turunkan kepala ke belakang sejauh
yang bisa dilakukan dengan tangan. Gerakan ini dapat diulang tiga kali setiap
gerakan dengan durasi 30 detik.
Gambar 2.4 Gerakan leher ke arah bahu.
2. Posisi duduk atau berdiri perlahan kepala diregangkan ke arah dada. Gerakan
ini dapat diulang tiga kali setiap gerakan dengan durasi 30 detik.

Gambar 2.5 Gerakan leher ke arah dada.

3. Lakukan peregangan dengan menjatuhkan kepala ke arah bahu lalu lakukan


peregangan disisi berlawanan dari leher. Gerakan ini dapat Gerakan ini dapat
diulang tiga kali setiap gerakan dengan durasi 30 detik.

Gambar 2.6 Gerakan leher ke arah sisi bahu bergantian (Kisner, 2002).
4. Memutar kepala untuk melihat kearah kanan atau kiri dengan melewati bahu,
bergerak perlahan ke kanan dan kemudian ke kiri.

Gambar 2.7 Gerakan leher memutar ke kanan dan ke kiri (Kisner, 2012).
Perbedaaan peregangan otot isometrik dan isotonik:
1. Peregangan isometrik ketegangan otot bervariasi dengan panjang otot yang
konstan sedangkan pada peregangan isotonik ketegangan otot konstan dan
panjang otot bervariasi.
2. Peregangan isometrik periode lebih lama dan relaksasi lebih pendek,
peregangan isotonik lebih singkat periode lebih pendek dan relaksasi lebih
lama.
3. Suhu menurunkan ketegangan isometrik.
4. Peregangan isometrik lebih hemat energi dibandingkan peregangan isotonik.
5. Selama peregangan isometrik tidak terjadi pemendekan otot dan tidak ada
kerja eksternal.
6. Peregangan isometrik terjadi pada seluruh fase peregangan, peregangan
isotonik terjadi pada tengah-tengah peregangan.
7. Peregangan otot isometrik meningkat dengan meningkatnya beban sedangkan
peregangan isotonik menurun dengan meningkatnya beban
Pemulihan secara aktif dengan melakukan peregangan ringan yang terstruktur
dapat mengurangi hasil metabolik otot yang merugikan termasuk mengurangi kadar
kreatin kinase dan asam laktat di otot, pemulihan aktif dengan peregangan membantu
mengurangi nyeri otot serta memperbaiki dan memulihkan jaringan otot yang rusak.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit akibat kerja merupakan gangguan yang timbul oleh pekerjaan
ataupun lingkungan kerja dimana pada hal ini timbulnya gangguan musculoskeletal
terutama nyeri leher dapat timbul akibat pekerja yang melakukan pekerjaan dengan
posisi statis dalam waktu yang lama, atau posisi tubuh yang tidak baik pada leher
sehingga meningkatkan risiko terjadinya nyeri pada leher.
Saran
Berbagai teknik tentang cara menghilangkan pajanan pada leher perlu
diinfomasikan kepada pekerja yang bekerja duduk secara statis pada periode yang
lama. Diperlukan perbaikan posisi leher saat bekerja dan latihan gerakan peregangan
otot leher untuk pekerja baik saat istirahat atau waktu tertentu pada saat bekerja untuk
dapat mencegah dan mengurangi timbulnya nyeri leher.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Sagung Seto; 2011. Hal 319-372
2. Yip HT, Chiu TW, Poon TK. The relationship between forward head posture
and severity and disability of patients with neck pain. Manual Therapy. 2007.
3. Ariens G, Bongers P, Douwes M, Miedema M, Hoogendoorn W, van der Wal
G, et al. Are neck flexion, neck rotation, and sitting at work risk factors for
neck pain? Results of a prospective cohort study. Occ Environ Med 2001; 58:
200-7.
4. Phillips D, 2012, Cervical Miofascial Pain. Tersedia pada: Medscape
Reference. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/305937.
Oktober 2018
5. Atmadja AS, 2016, Sindrom Nyeri Myofascial. IDI Continuing Medical
Education. Diunduh dari
www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/29/26. Oktober 2018

Você também pode gostar