Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
KELOMPOK V
1. M. AHSAN (NIM : 1810514017)
2. MUHAMMAD ALWI (NIM : 181051401018)
3. NURFITRI RAMDHANI (NIM : 181051401019)
4. NURFITRI HANDAYANI (NIM : 181051401020)
5. RAHMATIA ZAKARIA (NIM : 181051401021)
KELOMPOK V
1. MUH. AHSAN (NIM : 181051401017)
2. MUHAMMAD ALWI (NIM : 181051401018)
3. NURFITRI RAMDHANI (NIM : 181051401019)
4. NURFITRI HANDAYANI (NIM : 181051401020)
5. RAHMATIA ZAKARIA (NIM: 181051401021)
Dosen Pengampu
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Prakata iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Pendekatan Dalam Monitoring dan Evaluasi Kebijakan 4
B. Kriteria dan Sifat Evaluasi Kebijakan 9
C. Jenis-jenis Evaluasi Kebijakan 13
D. Proses dan Fungsi Evaluasi Kebijakan 18
E. Analisis Kebijakan dan Perencanaan Pendidikan 21
BAB III PENUTUP 32
A. Kesimpulan 32
B. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
iii
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah swt, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah dengan judul “Monitoring dan Evaluasi Kinerja Kebijakan dan Analisis
Kebijakan dan Perencanaan Pendidikan” pada mata kuliah Analisis Kebijakan
Pendidikan dapat diselesaikan dengan baik oleh kelompok kami.
Proses penyelesaian makalah ini, merupakan suatu perjuangan yang panjang
bagi kelomok kami. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit mengalami
kendala yang dihadapi. Namun demikian, berkat keseriusan para anggota kelompok
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami tidak lupa menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
Ibu Dr.Wahira, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Kebijakan
Pendidikan atas arahan, nasihat, bimbingan dan usahnya dalam memotivasi seluruh
mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah beliau. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada teman-teman mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan
Kelas A yang banyak memberikan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan
makalah ini. Mudah-mudahan bantuan dan bimbingan yang diberikan mendapat
pahala dari Allah SWT.
Terwujudnya makalah ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga. Oleh
karena into, kami seluruh anggota kelompok V menghaturkan terima kasih kepada
seluruh keluarga tercinta, yang memberikan motivasi dan dukungan sampai
selesainya makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Tim Penyusun
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Nasional adalah sebuah sistem yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Seiring tuntutan pembaharuan pendidikan di Indonesia, kebijakan
pendidikan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Semenjak tahun 2003 telah diganti dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003,
yang disahkan pada tanggal 11 Juni 2003. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alenia keempat menyebutkan bahwa “mencerdaskan kehidupan bangsa,” dalam hal ini bangsa
mencakup seluruh warga negara Indonesia baik warga yang belajar di sekolah-sekolah negeri,
maupun yang belajar di sekolah swasta dalam hal ini kebijakan pendidikan merupakan bagian
dari kebijakan publik.[1]
Upaya “meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia membutuhkan kebijakan yang tepat
dari pemerintah, ini berarti pemunculan kebijakan itu harus dilandaskan pada orientasi tujuan
yang kuat.”[2] Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan tidak
hanya berbentuk undang-undang saja. Persoalan penting yang perlu disorot adalah apakah
kebijakan pendidikan itu dapat diimplementasikan dengan baik juga menghasilkan output yang
diharapkan, bahwa hasil akhir dari semua kebijakan itu sebagaimana yag telah ditentukan
dalam tujuan dari pendidikan itu .
Salah satu upaya untuk mengetahui seberapa tepat dan seberapa besar hasil yang
diupayakan oleh pemerintah itu maka perlu adanya kegiatan monitoring dan evaluasi dari
kebijakan pendidikan dari pemerintah itu.
Untuk lebih memahami tentang monitoring dan evaluasi kebijakan pendidikan itu, maka
di makalah ini akan dikupas tentang monitoring dan evaluasi pendidikan.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
c. Sumber informasi
Untuk memonitor kebijakan publik menurut berbagai isu yang ada, maka kita
memerlukan informasi yang relevan,dapat dipercaya, dan valid. Apabila kita ingin
mengetahui tentang konsekuensi dari program yang telah disusun untuk
menyediakan kesempatan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, kita perlu
informasi yang tidak hanya berupa dokumen masalah dalam pencapaian
5
kesempatan pendidikan secara umum, tetapi juga informasi yang bisa menjawab
factor-faktor khusus yang bisa menyebabkan pembuat kebijakan merekayasa
datanya.
Informasi tentang outcome kebijakan biasanya dihimpun secara teratur,
dikumpulkan berdasarkan pertimbangan waktu dengan sumber dananya dari
pemerintah federal, Negara bagian dan pemerintah lokal, lembaga penelitan swasta
dan universitas.
yang baik dari input kebijakan adalah anggaran, yang berisi hitungan sistemik
tentang sumber daya yang akan dialokasikan untuk kegiatan program organisasional
dan politis yang menentukan transformasi dari masukan kebijakan menjadi keluaran
dan dampak kebijakan. Contohnya konflik antarstaf dan pemimpin badan
pemerintah, ketidakpuasan terhadap suasana kerja atau prosedur pembuatan
keputusan yang tidak luwes. Semua ini dapat menjelaskan mengapa program-
program yang memiliki sumber daya yang relatif sama menghasilkan keluaran yang
berbeda. Yang perlu digarsi bawahi adalah bahwa kita harus membedakan antara
masukan dan proses di suatu pihak dan keluaran dan dampak di pihak lainnya.
f. Definisi dan Indikator
Keberhasilan kita dalam menganalisis dan menginterpretasi data tentang
hasil kebijakan bergantung pada kapasitas kita untuk membuat ukuran-ukuran yang
reliabel dan valid. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui variabel yang perlu
kita monitoring. Variabel adalah sejumlah karakteristik seseorang, peristiwa, yang
bisa dinyatakan dengan data numerik yang berbeda-beda. Sementara konstan itu
karakteristiknya tidak berubah-ubah, misalnya variabel dampak kebijakan meliputi
kesempatan belajar, keamanan, dan kualitas udara.
Salah satu hal yang dalam analisis kebijakan publik adalah bahwa kita
kadang-kadang tidak memiliki definisi yang tepat bagi suatu variabel. Untuk itulah,
sebaiknya kita membuat dua jenis definisi tentang variabel: definisi konsep dan
operasional. Definisi konsep memberikan makna kata yang digunakan untuk
menjelaskan variabel dengan menggunakan persamaan katanya. Misalnya,
kesempatan belajar secara konseptual didefinisikan sebagai kebebasan untuk
memilih lingkungan belajar yang sesuai kemampuan seseorang”. Definisi seperti ini
sekalipun bermakna, belum memberikan pedoman yang jelas untuk memantau
perubahan yang berlangsung dalam kesempatan belajar suatu kelompok
masyarakat.
Kita hanya dapat merasakan adanya tindakan dan hasil kebijakan secara
tidak langsung, dengan menggunakan definisi operasional atau indikator dari
variabel. Definisi operasional memberikan makna bagi suatu variabel dengan
memerinci operasi (tindakan) apa yang disyaratkan untuk dilakukan agar dapat
mengalami atau untuk mengukurnya. Sebagai contoh, kita bisa keluar jauh dari
definisi konsep tentang kesempatan belajar dengan menyatakan bahwa kesempatan
belajar adalah “jumlah anak-anak dari keluarga yang penghasilannya kurang dari
$6000 per tahun yang masuk ke akademi dan universitas sebagaimana tercatat
dalam sensus Dalam kasus ini, definisi kita bersifat operasional, karena dia
memerinci operasi yang persyaratkan untuk mengalami atau mengukur kesempatan
7
belajar. Disini kita digiring untuk melihat data sensus tentang pendapatan keluarga
dan tingkat pendidikan anak-anak mereka. Jadi, kita menyelami situasi kesempatan
belajar secara tidak langsung. Dengan informasi seperti itu ditangan, kita dapat
memantau dampak dari kebijakan publik.
Untuk mendefinisikan suatu variabel sering kali ada banyak alternative
indikator. Ini memunculkan masalah dalam penginterpretasian. Misalnya, mungkin
sukar bagi kita untuk mengetahui apakah salah satu dampak dari kebijakan
pengendalian kejahatan; jumlah orang ditangkap oleh polisi, jumlah yang tertangkap
dari kejahatan yang terdeteksi, rasio kekeliruan atas total penangkapan, jumlah
penggerebekan, jumlah penjahat kambuhan, jumlah penduduk yang melaporkan diri
sebagai variabel dan indikator itu kompleks, disarankan untuk menggunakan banyak
indikator bagi suatu variabel tindakan atau hasil kebijakan.
g. Pendekatan-pendekatan dalam monitoring
Monitoring itu sangat penting dalam analisis kebijakan, namun, ada banyak
cara untuk memonitoring keluaran dan dampak kebijakan sehingga kadang-kadang
sulit bagi kita untuk membedakan monitoring dengan riset sosial pada umumnya.
Untunglah monitoring dapat dipilah menjadi beberapa pendekatan: akuntansi sistem
sosial, eksperimentasi sosial, auditing sosial, dan sintesis riset-praktik.
1. Akuntasi sistem sosial adalah suatu pendekatan dan metode yang
memungkinkan analis memantau perubahan kondisi sosial yang objektif
dari waktu ke waktu.
2. Eksperimentasi sosial Salah satu konsekuensi dari penggunaan indikator
sosial adalah bahwa cara ini memerlukan adanya sejumlah besar kasus
yang berhasil maupun yang gagal untuk megetahui program mana yang
bekerja paling baik dan mengapa.
3. Pemeriksaan (Audit) sosial secara eksplisit masukan, proses,keluaran
dan dampak sebagai usaha untuk mengikuti masukan kebijakan”dari titik
dimana masukan itu dikeluarkan ke titik di mana masukan dirasakan oleh
penerima terakhir yang dimaksudkan dari sumber daya tersebut”.
4. Sintesis Riset dan Praktis merupakan pendekatan pemantauan yang
menerapkan kompilasi, perbandingan dan pengujian secara sistematis
terhadap hasil-hasil dari implementasi kebijakan publik di masa lampau.
h. Teknik-teknik Monitoring
1. Sajian Grafik
Banyak informasi tentang hasil kebijakan disajikan dalam bentuk
grafik, yaitu gambar yang mewakili nilai dari satu atau lebih variabel
8
untuk menilai produk-produk kebijakan dan program public yang stabil dan
mantap. Sedangkan evaluasi formatif adalah evaluasi yang meliputi usaha-
usaha untuk secara terus-menerus memantau pencapaian tujuan-tujuan dan
target formal. Perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif tidak
seharusnya dilebih-lebihkan karena perbedaan utama dari kedua tipe
evaluasi tersebut adalah waktu untuk memantau hasil kebijakan. Formatif
biasanya dilaksanakan ketika proses berlangsung, sementara sumatif
dilakukan di akhir sebagai evaluasi final.
b. Siklus kebijakan
Terdapat berbagai kemungkinan situasi dari evaluasi sebagai umpan balik
terhadap jenis siklus kebijakan. Pertama adalah yang sederhana dan yang sering
muncul yaitu siklus dukungan.
Implementasi Evaluasi
Dukungan
19
Implementasi Evaluasi
Penyusaian
Ketiga adalah yang lebih kompleks.ia bisa melibatkan fungsi aktivitas lain
selain implementasi dan evaluasi dua atau lebih ( perputaran ).
1. Fungsi evaluasi
Evaluasi dalam analisis kebijakan memainkan sejumlah fungsi utama. Berikut
bebrapa fungsi dari evaluasi kebijkan. Pertama, yang paling penting evaluasi
memberi informasi valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan,yaitu
seberapa jauh kebutuhan nilai,dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan
public. Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai
nilai yang mendasari pemilihan tujuandan target.nilai duperjelas dengan
mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.nilai juga dikritik dengan
menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan
dengan masalah yang dituju. Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi
metode metode analisis kebijakan lainnya,termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi
sumbnganpada perumusan ulang masalah kebijakan.sebagai contoh dengan
menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefenisikan ulang.evaluasi dapat pula
menyumbang pada defenisi alternative kebijakan yang baru atau revisi kebijakan
dengan menunjukkan bahwa alternative kebijakan yang diunggulkan sebelumnya
perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.
a. Evaluasi program ( proyek ) kebijakan
Berikut ini adalah evaluasi proyek dengan menggunakan analisis biaya –
manfaat ( benefit-cost analysis ).menurut stokey dan zekhauser ( 1978 ) analisis
benefit – cost atau ada juga yang menyebutnya cost benefit merupakan kerangka
kerja analisis utama yang digunakan untuk mengevaluasi keputusan
pembiayaan/pengeluaran public ( public expenditure ).pendekatan ini membutuhkan
perhitungan yang sistematis terhadap seluruh biaya dan manfaat,baik yang nyata
maupun tidak nyata baik yang mudah untuk mengukunya maupun yang sulit
mengukurnya,apabila melaksanakan suatu proyek.
20
a. Definisi Kebijakan
bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun
khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik
untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam
menyelenggarakan pendidikan (Tilaar, 1993).
Kesimpulan Pengertian Kebijakan Pendidikan berdasarkan pada
beberapa pandapat mengenai kebijakan pendidikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian kebijakan pendidikan merupakan suatu sikap dan
tindakan yang di ambil seseorang atau dengan kesepakatan kelompok pembuat
kebijakan sebagai upaya untuk mengatasi masalah atau suatu persoalan dalam
dunia pendidikan.
3. Legitimasi Kebijakan
Setelah kebijakan berhasil diformulasikan, sebelum diterapkan pada
masyarakat, kebijakan tersebut haruslah memperoleh legitimasi
(pengesahan) atau kekuatan hukum yang mengatur penerapan
(implementasi) kebijakan pada masyarakat. Legitimasi sangat penting karena
akan membawa pengaruh terhadap masyarakat banyak, baik yang
menguntungkan bagi sebagian masyarakat maupun yang membawa dampak
yang merugikan kelompok lain. Selain itu setiap kebijakan juga membawa
implikasi terhadap anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah. Pada
umumnya wewenang melakukan legitimasi dimiliki oleh pemerintah atau
badan legislatif. Namun kalau dikaji lebih mendalam, bahwa proses legitimasi
tersebut tidak dapat dipisahkan dari hubungan antara negara dan rakyat
sebagai sumber legitimasi yang paling utama, sebab ukuran legitimasi yang
dimiliki oleh pemerintah sangat tergantung pada tersedianya dukungan bagi
pemerintah dan apa yang ingin diperoleh dari masyarakat (Peters, 1982).
4. Implementasi Kebijakan
a. Penentu Implementasi
Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan atas sebuah kebijakan.
Interaksi merupakan konsep penting dalam implementasi, yang mengacu
pada suatu hubungan yang terkadang kompleks. Dalam implementasi
terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu (a) formulasi tujuan kebijakan
harus jelas termasuk kelompok sasaran; siapa yang berperan; dan
bagaimana kebijakan tersebut harus dilaksanakan; dan (b) dana pendukung
yang proporsional. Tanpa dana kebijakan tidak akan pernah terealisir (Peters,
1982).
b. Perspektif Keberhasilan Implementasi
Implementasi tidak hanya dilihat dari pendekatan kepatuhan semata,
tetapi juga melihat bagaimana meraih hasil-hasil program yang diinginkan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga implementasi menjadi
lebih kompleks. Untuk melihat keberhasilan implementasi dapat dilihat dari
dua perspektif yaitu: (a) melihat implementasi sebagai kepatuhan pemerintah
daerah (organisasi pelaksana) terhadap pemerintah pusat atau organisasi di
atasnya (compliance perspective) dengan menggunakan pendekatan satu
organisasi pelaksana (single agency); dan (b) melihat apa yang terjadi (what
happened perspective). Pendekatan ini melihat interaksi berbagai organisasi
baik pemerintah maupun non pemerintah (multiple agency and non
27
4. Implementasi
Dalam implementasi, yaitu pelaksanaaan dari “option‟ yang dipilih.
Implementasi merupakan kesempatan pertama yang memvalidasikan
alternatif yang dipilih dengan realitas. Sebelum implementasi tahaptahap
yang diambil masih dalam bentuk harapan, imajinasi, dan penalaran, sedang
dalam implementasi hal tersebut secara nyata dilakukan, sambil memberikan
balikan kepada penentu kebijakan (Sutjipto, 1987).
5. Evaluasi
Evaluasi dalam kenyataanya bersifat lebih restrospektif. Dalam fase
inisiasi dan estimasi sifat kegiatan adalah antisipatif dan dalam fase seleksi
bersifat kekinian. Implementasi merupakan kesempatan untuk
mentransformasikan sesuatu hal yang potensial ke dalam realitas dan
evaluasi melihat perbedaan antara keduanya. Evaluasi berusaha menjawab
pertanyaan seperti kebijakan mana yang sukses dan mana 10 yang gagal,
bagaimana unjuk kerja dapat diukur serta kriteria apa yang digunakan untuk
mengukurnya (Sutjipto, 1987).
6. Terminasi
Terminasi berhubungan dengan penyesuaian kebijakan yang tidak
fungsional, tidak perlu, berlebihan atau tidak lagi cocok dengan keadaan. Ini
merupakan fase yang belum banyak dibahas secara ilmiah. Proses kebijakan
mulai dari inisiasi sampai terminasi merupakan proses yang tidak sederhana.
Proses ini melibatkan perilaku individual, perilaku kelompok dan masyarakat
dalam suatu konteks iklim psikologis dan lingkungan yang variabelnya sangat
banyak. Analisis tentang perilaku kebijakan merupakan usaha untuk
memahami perilaku itu, dan sekaligus mengkaji wahana yang memungkinkan
prilaku itu dapat lebih menunjang pencapaian keluaran kebijakan dengan
lebih baik. Keluaran yang dimakusd demikian luasnya karena menyangkut
aspek interaksi proses sosial yang hasilnya mempunyai spektrum yang luas
pula (Sutjipto, 1987).
kebijakan. Namun pada saat yang sama waktu itu harus memisahkan proses
tersebut menjadi komponen untuk menentukan bagaimana mereka bekerja
dan berinteraksi. Resultan kerangka kerja analisis kebijakan pendidikan
skematik terdiri dari tujuh proses kebijakan-perencanaan, empat pertama dari
yang berhubungan dengan pembuatan kebijakan, kelima berkaitan dengan
perencanaan, keenam dan ketujuh berkaitan dengan penyesuaian kebijakan:
(i) Analisis situasi yang ada
(ii) Generasi pilihan kebijakan
(iii) Evaluasi pilihan kebijakan
(iv) Membuat keputusan kebijakan
(v) Perencanaan implementasi kebijakan
(vi) Penilaian dampak kebijakan
(vii) Siklus kebijakan berikutnya
Kerangka kerja ini terlihat rumit karena mau tidak mau, itu adalah
multifaset dan mencakup berbagai macam proses. Namun, setiap upaya
untuk membatasi analisis kebijakan untuk unsur-unsur tertentu atau untuk
mengabaikan salah satu elemen menghasilkan sebuah pendekatan yang
tidak lengkap untuk analisis kebijakan dan mengarah ke kontroversi sejarah
rasional vs politik, atau birokrasi vs pendekatan organisasi (Haddad, 1995).
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monitoring kebijakan berarti mengamati secara seksama suatu keadaan atau
kondisi termasuk juga perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan
pendidikan yang berupa regulasi pendidikan, kurikulum, proses pembelajaran, maupun
segala hal yang dijalankan oleh pemerintah berkaitan dengan pendidikan sehingga
menemukan gambaran yang jelas apa, mengapa, serta bagaimana sesungguhnya
kondisi pendidikan yang ada. Sedangkan Analisis kebijakan pendidikan merupakan cara
memecahkan masalah yang ada dalam kebijakan-kebijakan tentang pendidikan
menggunakan pemahaman yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Adapun ruang lingkup
analisis kebijakan pendidikan meliputi pengumpulan data statistik pendidikan,
pengembangan kurikulum, sistem pengujian, penelitian pendidikan dan kebudayaan,
teknologi komunikasi pendidikan, dan pengemabangan analisis kebijakan pendidikan
dan kebudayaan. Tahapan pembuatan kebijakan meliputi agenda setting, agenda
pemerintah, formulasi dan legitimasi, dan deklarasi kebijakan. Ada enam fase dalam
proses kebijakan, yaitu inisiasi, estimasi, seleksi, implementasi, evaluasi dan terminasi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar. (1993). Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Haddad, wadi D. (1995). Education Policy Planning Process: an applied framework Unesco,
Paris, International Institute of Edutional Planning.
Muhadjir Darwin. (1993). Implementasi Kebijakan, dalam Pelatihan Analisis
Kebijaksanaan Sosial, PPK UGM, Yogyakarta.
Peters, B. Guy. (1982), American Public Policy Process and Performance, Frankiln Watts,
New York.
Sutjipto, (1987). Analisis Kebijaksanaan Pendidikan (Suatu Pengantar). Padang: IKIP