Você está na página 1de 16

“Analisa Karbohidrat (Glukosa) Metode Luff Schoorl”

Diposkan oleh indah purnama di 23.38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari

molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat

(H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui

proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra

matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.

Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan,

farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan

itu ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet,

sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor

(karamel), dan sebagai sumber serat bagi makhluk hidup.

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia. Manusia memenuhi

kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan pokok yang dikonsumsi, seperti

dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat

hanya terdapat pada golongan bahan makanan yang telah disebutkan di atas, pada

golongan buah dan beberapa jenis sayur dan kacang- kacangan juga terdapat

kandungan karbohidrat meskipun kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan

umbi (Apriyanto, 1999).


Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana

dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,

disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi

sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Untuk dapat mengetahui

kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan dapat dilakukan berbagai macam

uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode analisa kuantitatif karbohidrat yang

dilakukan adalah metode Luff Schoorl.

Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari

molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat

(H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua

macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula

menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah

suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan

oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat

dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud

bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh

tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam

jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang

penting (Hartati, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana metode penganalisaan kandungan glukosa dari suatu bahan ?

1.3 Tujuan Percobaan


Dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu meganalisa kandungan glukosa dari

suatu bahan menggunakan metode luff schoorl.

1.4 Manfaat Percobaan

Dapat membantu para ahli gizi makanan untu menganalisa kadar karbohidrat dengan

metode kuantitatif Luff Schoorl dengan cara menghitung kadar gula pereduksi dalam

suatu bahan makanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini

dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang

mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).

Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa,

maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi

suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus

hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan pada monosakarida yang

memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi

monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui penetapan

kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl

ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan

kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi

dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka

kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara

Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan

Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-

Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator

amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah

selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel

yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula

reduksi (Khopkar, 1999).


Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana

dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,

disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi

sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Monosakarida akan

mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan

direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut

dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena

kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana

proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila

terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau

sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut

tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya

oksidator (Rivai, 2005).

Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat

yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff

Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat

kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu

dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon.

Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan

fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan

berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi

sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan

berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat

adalah pada kondisi pH asam (pH 5).


Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui

pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk

menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah

pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode

Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula

dalam sampel.

Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh

gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari

tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan

dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk

menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion

tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod

menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium

hidroksida (Rivai, 2005).

Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat

ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata

(Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif

dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini

dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri,

polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari

senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi

dan lain-lain).
Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan

gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula

pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain

dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk

senyawa yang tidak tahan panas.

Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff

Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper.

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan

CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan

tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang

digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk

dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi

terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal

H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida

berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang

setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu 2O.

Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I 2. I2 yang

dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode

analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I 2 yang bebas

untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi

terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.

Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang

bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan

banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar

Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air.

Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka

penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Gugus hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa

pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena keduanya

saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada gugus

glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi.

Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak dapat berbentuk

Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 Oktober 2012 pada

pukul 13.30-17.00 WIB, yang bertempat di Laboratorium Biokimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, gelas ukur,

pendingin tegak, buret, labu takar, corong kaca, dan pipet ukur. Sedangkan bahan yang

dibutuhkan adalah sampel yang mengandung karbohidrat, Pb asetat, Na 2CO3 anhidrat,

reagen Luff Schoorl, KI 20%, H2SO4 26,5%, Na-thiosulfat 0,1 N, dan indikator pati 1%
3.3 Cara Kerja

Dilarutkan 2 gr susu ke dalam aquades, dimasukkan ke dalam labu takar. 25 ml

Reagen Luff Schoorl dicampurkan dengan 25 ml aquades di Erlenmeyer 1. Kemudian

dididihkan, masukkan batu didih, lalu dinginkan. Pada Erlenmeyer 2, 25 ml larutan susu

dicampurkan dengan Reagen Luff Schoorl, kemudian dididihkan dan masukkan batu

didih dan dinginkan. Blanko dan sampel diteteskan dengan KI 20% masing-masing 15

ml dan 25 ml H2SO4 sedikit demi sedikit. Kemudian Blanko dan sampel dititrasi dengan

Na2S2O3 sebanyak 45,6 ml dan 30 ml masing-masing kedalam blanko dan sampel,

kemudian ditambah amilum 3 ml. Diamati perubahan warnanya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Diketahui : Vsampel = 30 ml

Vblanko = 45,6 ml

N. Na2S2O3 = 0,095 N

Ditanya : % Karbohidrat ?

Dijawab :

· Sampel (b – a) =

15 ml = ∆glukosa = 2,8

 Mg glukosa = (Vsampel × ∆glukosa) + 38,5

= (30 × 2,8) + 38,5

= 84 + 38,5 = 122,5 mg = 0,1225 gr

 % Karbohidrat

= 6,125 %
4.2 Pembahasan

Luff schrool merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam penentuan

kadar karbohidrat secara kimiawi. Sample yang dipergunakan dalam praktikum ini

adalah cracker beras yang banyak beredar dipasaran. Praktikum kali ini dilakukan

untuk menetapkan kadar glukosa pada berbagai jenis cairan yang mengandung gula

dengan menggunakan metode luff schoorl. Jenis cairan yang digunakan pada percobaan

ini adalah larutan susu.

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat dibagi dalam tiga

golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan

polisakarida. Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, hanya terdiri atas

beberapa atom karbon saja, tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis. Monosakarida

yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Senyawa yang

termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul

monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut

homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut

heteropolisakarida. Polisakarida umumnya berupa senyawa berwarna putih, tidak

berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi.

Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Contoh

polisakarida yang penting amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.

Dalam praktikum ini, analisis karbohidrat dilakukan dalam 2 cara yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sampel susu mengandung karbohidrat atau tidak dengan menggunakan pereaksi yaitu

Reagen Luff Schoorl. Penentuan kadar karbohidrat secara kuantitatif dilakukan melalui

metode Luff-Schoorl dengan prinsip dasarnya adalah hidrolisis karbohidrat dalam

sampel susu menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu₂⁺ menjadi Cu⁺
Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus

diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan

menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi

oksidasi ion iodide menjadi I2. Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka

hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi

akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air

(hidrolisis).

Setelah sampel dimasukan dalam Erlenmeyer 25 mL, kemudian ditambahkan

larutan luff schoorl sebanyak 25 mL, dan 25 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan

pendingin tegak. Larutan luff schoorl akan bereaksi dengan sampel yang mengandung

gula pereduksi.

Campuran tersebut ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan

(bumping). Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan

biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan

sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak

terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada

kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih

dalam waktu 3 menit.

Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar

pendinginan berlangsung cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah

campuran dingin kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25 ml

perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara

kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.

Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat.

Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan Natrium thio
sulfat (Na2S2O3) 0,095 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI.

Indikator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum dilakukan

setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan

pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik

akhir menjadi tidak terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan,

kadar karbohidrat dalam sampel susu adalah 6,125%.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal,

yaitu :

1. Dari berbagai perlakuan terhadap sampel (larutan susu) yang kami analisa dalam uji

analisa kuantitaif Luff Schoorl, didapat data yang sesuai dengan teori. Hal ini

menandakan proses analisa yang kelompok kami lakukan tidak menyimpang atau

bertentangan dengan teori.

2. Pada saat pemanasan, digunakan batu didih untuk menjaga tekanan didalam

Erlenmeyer.

3. Digunakan indikator pati agar warna larutan tidak terlalu pekat.

4. Penentuan kadar karbohidrat dengan metode luff schrool dilakukan dengan

menghidrolisis sample menjadi monosakarida yang dapat mereduksi oksida pada luff

yaitu Cu2+ menjadi Cu+.

5. Kandungan glukosa pada 2 gr sampel susu sebanyak 6,125%.

5.2 Saran

Dalam menentukan penetapan kadar gula ini, sebaiknya praktikan lebih cermat

dalam melakukan langkah-langkah percobaan seperti penimbangan sampel awal agar

tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh pada perhitungan kadar gula sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, A. 1999. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: Graha Utama

Hartati. 2002. Analisis Kadar Pati dan Serat. Yogyakarta: Kanisius Swantara
Khopkar, S. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Rivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI

Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

http://indhpsari.blogspot.com/2013/06/analisa-karbohidrat-glukosa-metode-luff.html

Susu bubuk
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Foto susu bubuk

Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai
daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena
kandungan uap airnya sangat rendah.

Daftar isi

 1 Sejarah
 2 Penggunaan
 3 Trivia
 4 Lihat pula
Sejarah

Susu bubuk pertama kali dibuat pada 1802 oleh seorang dokter Rusia, Osip Krichevsky. Susu
bubuk banyak sekali ditemukan di negara-negara berkembang karena biaya transportasi dan
penyimpanannya sangat murah (karena tidak membutuhkan pendingin). Seperti makanan-
makanan kering lainnya, susu kering dianggap tidak mudah rusak dikarenakan sedikitnya
kandungan air (bakteri sangat cepat berkembangbiak pada makanan yang basah atau
minuman) dan disukai oleh orang untuk menolong mereka bertahan dalam bencana alam atau
kecelakaan, oleh pendaki gunung dan orang-orang yang membutuhkan bahan makanan yang
tidak cepat rusak.

Penggunaan

Susu bubuk sering digunakan dalam membuat kue, dalam resep-resep yang adonannya akan
terlalu cair bila digunakan susu cair. Susu kering juga sering ditemukan dalam bantuan
pangan PBB, di tempat-tempat penampungan pengungsi, gudang-gudang serta tempat-tempat
lainnya di mana susu segar sulit digunakan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Susu_bubuk

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://distributorsusukambingetawabubuk.com/wp-
content/uploads/2012/10/Susu-Kambing-
Bubuk.jpg&imgrefurl=http://sayogand.blogspot.com/2012/12/bolehkan-mengkonsumsi-susu-
bubuk-
tanpa.html&usg=__k4gJzGJvFcWuA4NUDfCjwDzr7P4=&h=307&w=285&sz=10&hl=id&start=4&sig2=
vpejqU74MhW4wu_5BxjT2A&zoom=1&tbnid=TOEkY2EOWApQhM:&tbnh=117&tbnw=109&ei=urt0
UvDnK4OQrQftjIDYAw&itbs=1&sa=X&ved=0CDIQrQMwAw

Você também pode gostar