Você está na página 1de 38

BAB I

PENDAHULUAN

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu. ASI dianjurkan untuk
semua neonatus, termasuk bayi kurang bulan dikarenakan memiliki manfaat nutrisi,
immunologis, dan fisiologis dibandingkan dengan susu formula atau susu jenis lainnya.1
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009, pemenuhan kebutuhan gizi
bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi bayi dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan
lain. Dimana tindakan ini akan merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat
mencukupi kebutuhan bayi.1
Dalam Al Quran sendiri disebutkan kewajiban untuk memberikan ASI dijelaskan
pada surah Al Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

َ‫ضا َعة‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُ ِت َّم ا‬


َ ‫لر‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْوالدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan” [QS Al-Baqarah : 233]2

Nilai nutrisi ASI lebih besar dibandingkan dengan susu formula, karena mengandung
lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang tepat untuk percernaan,
perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. Selain itu ASI memberikan proteksi terhadap
berbagai penyakit infeksi dan berbagai penyakit kronis dikemudian hari. Pada seri Lancet
tahun 2013 dikatakan bahwa bayi – bayi baru lahir yang tidak mendapatkan ASI memiliki
risiko mengalami infeksi seperti diare dan infeksi pernafasan 14 kali lebih besar
dibandingkan yang mendapatkan ASI. Selain itu, menurut penelitian oleh UNICEF pada
tahun 2007 menyatakan bahwa bayi – bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak.3,4
Angka cakupan ASI eksklusif di dunia mencapai 65% pada tahun 2010 di dunia
berdasarkan data the Lancet . Di Negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di
Philipina 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%, sedangkan di Indonesia sudah

1
mencapai 54,3 %. Angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia sendiri masih cenderung rendah
dibandingkan target yang ditetapkan pada tahun 2014 yaitu 80%.5,6
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, presentase bayi yang
mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah 54,3%. Dari presentase yang ada, ternyata
jumlah ibu yang menyusui ASI secara eksklusif masih kurang karena masih banyak kendala
yang dihadapi dalam praktek pemberian ASI eksklusif yakni kurangnya dukungan dari
lingkungan dan praktisi kesehatan, kurangnya pengetahuan ibu, pemberian makanan dan
minuman terlalu dini, serta maraknya promosi susu formula untuk bayi.7

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara Wanita


Payudara wanita mencapai ukuran normalnya pada usia antara 16 sampai 19
tahun. Terletak pada regio pektoralis, diantara costae II dan VII mulai dari sternum
hingga linea aksilaris media. Radix mammae terletak disekitar costae II meluas hingga
ke corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari jaringan parenkim dan stroma.
Jaringan parenkim terdiri dari: duktus, lobulus dan alveolus. Jaringan stroma terdiri
dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf dan getah bening.1

Gambar 2.1 Anatomi Payudara Wanita (Anterolateral)


(Sumber: Netter,2010)2

3
Gambar 2.2 Anatomi Payudara Wanita (Sagital)

(Sumber: Netter,2010)2

Payudara manusia tebagi kurang lebih 10-15 lobus yang melingkar keluar
dimulai dari papilla mammae dan terdiri dari sekelompok kelenjar yang memproduksi
air susu. Masing-masing kelompok mempunyai saluran sendiri (duktus laktiferus),
yang kemudian mengumpul di dekat papila mammae. Pada ujung papilla mammae
berkumpul sekitar 15-20 duktus kecil yang terbuka.1
Daerah hiperpigmentasi di sekitar papilla mammae disebut areola mammae.
Papilla mammae terdiri dari jaringan erektil yang akan terangsang dengan aktivitas
menyusu, seksual dan rangsangan dingin. Didalam payudara terdapat alveolus, yang
merupakan tempat air susu diproduksi. Dari alveolus ini air susu akan disalurkan ke
dalam saluran kecil (duktulus), beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus). Di dalam areola, saluran yang besar ini memusat ke dalam
puting susu dan bermuara keluar. Didalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa air susu keluar.1

4
2.2. Fisiologi dan Mekanisme Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral
dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia yang mempunyai dua pengertan
yaitu: produksi dan pengeluaran ASI. 10
. Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makan alami
yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang
benar merupakan sarana yang untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti
diketahui ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin
tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama.11
Produksi dan pengeluaran ASI, keduanya harus sama baiknya. Secara alamiah
akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur
dan kondisi yaitu terdiri dari proses:10,12
1. Mammogenesis: yaitu pembentukan kelenjar payudara
2. Galaktogenesis: yaitu proses pembentukan atau produksi ASI
3. Galaktopoesis : yaitu proses mempertahankan produksi ASI
Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat pubertas,
masa siklus menstruasi, dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi
peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhannya adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik
gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon
pertumbuhan. 12
Pembemtukan dan produksi ASI meliputi beberapa proses berikut yaitu:
1) Laktogenesis I (Saat Kehamilan)
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa
cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan
masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum
lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya
produksi ASI setelah melahirkan nanti.12

5
2) Laktogenesis II (Akhir Kehamilan sampai Persalinan 2-3 hari)
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan human placental lactogen (HPL) secara
tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level
sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon
ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa
level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak,
yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan
kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut
belum diketahui.12
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II
dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada
ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),
yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua
minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan
tergantikan oleh ASI sebenarnya.12

3) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan
Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian
6
berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi
ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap,
dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.12

4) Involusi (berkurangnya kelenjar mamae)


Proses involusi dimulai sejak 40 hari setelah berhenti menyusui.12

Gambar 2.3 Proses Laktogenesis

(Sumber: Perinasia,2011)12

A. Hormon yang Memengaruhi Pembentukan ASI


Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. Hormon – hormon yang
terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai berikut : 13
1. Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran.13
2. Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat
estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan
selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari

7
KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah
produksi ASI.13
3. Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan. Secara
fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan
oleh glandula pituitari. Prolaktin dalam darah meningkat selama kehamilan
dan menstimulasi pertumbuhan serta perkembangan kelenjar payudara.
Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kerja
hormon prolaktin dihambat oleh hormon progesteron dan esterogen.
Setelah melahirkan, kadar progesterone dan esterogen menurun tajam
sehingga terjadi sekresi air susu. Ketika bayi menghisap, kadar prolaktin
dalam darah meningkat, dan menstimulasi produksi air susu oleh alveoli.
Kadar prolaktin paling tinggi terjadi pada 30 menit awal saat menyusui,
sehingga dapat diproduksi air susu untuk pemberian selanjutnya.13

Gambar 2.4 Mekanisme hormon prolaktin

(Sumber: Saleha,2009)14

8
Proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut:

1) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirimkan


pesan ke hipotalamus.
2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas tahanan prolaktin.
3) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar
pituitari merangsang kelenjar – kelenjar susu di payudara.14

4. Oksitosin: mengencangkan otot polos dalam uterus pada saat melahirkan


dan setelahnya, Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot
polos di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.13
5. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.13

B. Refleks dalam proses laktasi


Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
belum disekresikan karena pengaruh hormon progesteron dan estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua
atau ketiga pasca persalinan, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan melakukan penyusuan lebih dini,
terjadi perangsangan pada puting payudara, maka terbentuklah prolaktin oleh
hipofisis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Pada proses laktasi terdapat dua
reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi. 13
1. Refleks Prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting payudara, karena ujung-ujung saraf

9
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga diproduksi
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin paling tinggi terjadi pada 30 menit awal
saat menyusui, sehingga dapat diproduksi air susu untuk pemberian
selanjutnya. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 – 3.11,13

Gambar 2.5 Refleks prolaktin

(Sumber: WHO,2009)13

2. Refleks Oksitosin
Refleks oksitosin atau biasa disebut letdown reflex atau milk ejection.
Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Oksitosin dapat mulai
berfungsi ebelum bayi menyusu, bila ibu memikirkan untuk menyusui.
Refleks oksitosin distimulasi oleh sensasi dan perasaan yang dirasakan
oleh ibu seperti saat ibu menyentuh dan mencium bayinya, mendengar
tangisan bayi atau memikirkan seberapa besar rasa saying terjadap
bayinya. Hipofisis posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang

10
akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin
untuk kontraksi otot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI
yang sudah diproduksi akan dapat dikeluarkan. Kelelahan maupun
masalah-masalah psikologis pada ibu dapat menghambat kerja oksitosin
seperti: kekhawatiran ibu, khawatir mengenai pekerjaannya, perselisihan
dengan pasangan ataupun anggota keluarga yang lain.11,13
Sangat penting untuk memahami refleks oksitosin, karena refleks ini
menjelaskan alasan mengapa bayi dan ibu harus dirawat gabung dan
memiliki kontak kulit ke kulit yang adekuat. Oksitosin menyebabkan
uterus ibu berkontraksi setelah melahirkan sehingga mengurangi
perdarahan.11,13
Tanda dan perasaan bahwa refleks oksitoksin berjalan adalah :13
- Ibu mungkin merasa ada perasaam memeras dan menggelitik dalam
payudara sesaat, sebelum dan sesudah menyusui.
- ASI mengalir dari payudara bila ia memikirkan bayinya atau
mendengar tangis bayi.
- ASI menetes pada payudara sebelah ketika bayinya mengisap /
menetek.
- ASI memancar halus ketika bayi menghentikan menetek di tengah
menyusui
- Nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah ketika
menyusui dalam minggu pertama.
- Isapan dan menelan yang pelan dan dalam oleh bayi yang
menunjukkan ASI mengalir ke dalam mulutnya.

11
Gambar 2.6 Refleks oksitosin

(Sumber: WHO,2009)13

C. Penghambat produksi ASI


1. Feedback Inhibitor
Produksi dari air susu juga dipengaruhi oleh faktor lokal yang disebut
FIL (feedback inhibitor of lactation) yang terdapat pada air susu. Bila saluran
ASI penuh, maka akan dikirimkan impuls untuk mengurangi produksi. Cara
mengatasinya yaitu dengan mengosongkan air susu sehingga faktor inhibitor
hilang, dan air susu dapat disekresikan kembali.11,13
2. Stres dan penyakit akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
memengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman.. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu
proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.15
3. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Matheson et al (1989) menunjukkan adanya
hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak
diukur secara langsung. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu
12
yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding
dengan yang tidak merokok. 16
4. Konsumsi Alkohol
Minumal alkohol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi
rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis
etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya
62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32%
dari normal.17
5. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI.
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.18

D. Refleks dalam proses menghisap pada bayi


Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks
menangkap (rooting refleks), refleks menghisap, refleks menelan.13
1. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh
ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.13
2. Refleks Menghisap (Sucking Reflex)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah
areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.13
3. Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.13
Koordinasi dari refleks menangkap , menghisap, dan menelan muncul
pada usia diantara 32-35 minggu kehamilan.13

13
E. Pelekatan dan posisi
Keberhasilan menyusui tidak bisa lepas dari pelekatan dan posisi menyusui
yang benar. Pelekatan mulut bayi pada payudara yang salah bisa berakibat puting
lecet dan luka. Posisi yang salah bisa menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancar.
Keduanya bisa berakibat insufisiensi laktasi sekunder. Ada beberapa tanda yang
dapat dilihat dari luar yang menunjukkan bahwa bayi melekat secara benar pada
payudara.11
1. Dagu bayi menyentuh payudara
2. Mulut terbuka lebar (hal ini terutama untuk payudara besar)
3. Bibir bawah bayi melengkung keluar
4. Pipi bulat atau datar
5. Sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi, lebih banyak aerola terlihat
di bagian atas mulut bayi daripada di bawahnya.
Sedangkan tanda pelekatan yang kurang baik yaitu:14

1. Sebagian besar aerola tidak masuk ke dalam mulut bayi, lebih banyak aerola
terlihat di bagian bawah mulut bayi.
2. Mulut bayi tidak terbuka lebar
3. Bibir bawah bayi melengkung ke dalam
4. Pipi bayi tidak menyentuh payudara

Gambar 2.7 Tanda pelekatan yang baik

(Sumber: Mexitalia M,2011)11

14
Gambar 2.8 Perbandingan pelekatan yang baik dan buruk

(Sumber: WHO,2009)13

Agar terjadi pelekatan yang baik, ibu dan bayi harus dalam posisi yang benar,
terdapat berbagai jenis posisi, namun hal yang penting untuk diikuti adalah posisi
berikut ini.13

A. Posisi Ibu
Ibu dapat duduk ataupun berbaring maupun berdiri. Hal yang terpenting
adalah, ibu harus dalam posisi nyaman, punggung tidak tegang dan bersandar
dengan baik. Apabila ibu dalam posisi duduk maka bagian punggung harus
diberikan pengganjal dan ibu harus menahan bayi di dadanya tanpa bersandar ke
depan.13

15
Gambar 2.9 Posisi ibu saat menyusui: a)saat duduk b)saat berbaring

(Sumber: WHO,2009)13

B. Posisi Bayi

Bayi dapat disusui dalam berbagai posisi: seperti di dada dan perutnya, di
bawah lengannya, atau disamping tubuhnya. Apapun posisi ibu, dan posisi umum
bayi dalam kaitannya dengan dirinya, ada empat poin penting tentang posisi tubuh
bayi yang penting untuk diperhatikan.13

a. Tubuh bayi harus lurus, tidak bengkok atau terpelintir. kepala bayi dapat
sedikit diekstensikan di leher, yang membantu dagu menjadi dekat ke
payudara.
b. Bayi harus menghadap ke payudara. Puting biasanya mengarah sedikit ke
bawah, sehingga wajah bayi tidak harus lurus berhadapan dengan dada ibu

16
atau perut, namun geser sedikit punggung bayi sehingga dapat melihat wajah
ibu.
c. Tubuh bayi harus dekat dengan ibu yang sehingga bayi lebih dekat dengan
payudara, dan lebih mudah untuk menyusu.
d. Menopang seluruh tubuh, bayi mungkin akan diposisikan di tempat tidur atau
bantal, atau pangkuan ibu atau lengan. Ibu tidak boleh hanya menopang kepala
dan leher bayi.

Gambar 2.10 Posisi ibu saat menyusui: a) posisi bawah lengan b) menggunakan lengan
untuk sandaran bayi

(Sumber: WHO,2009)13

2.3.Komposisi ASI
ASI mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi pada usia 6
bulan pertama meliputi lemak, karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air. ASI
mengandung berbagai faktor bioaktif yang bermanfaat untuk meningkatkan sistem
imun bayi dan memberikan perlindungan terhadap infeksi. ASI juga mudah dicerna
sehingga ASI merupakan nutrisi yang paling baik pada anak usia sampai 6 bulan.13

17
A. ASI menurut stadium laktasi
1. ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama dikeluarkan atau disekresi oleh kelenjar payudara pada empat hari
pertama setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan
mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh
tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar
(pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus
bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.19
Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.
Jumlah energi dalam kolostrum hanya 56 kal /100 ml kolostrum dan pada hari
pertama bayi memerlukan 20-30 cc. Kandungan protein pada kolostrum lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur, Sedangkan
kandungan karbohidratnya lebih rendah dibandingkan ASI matur.19

2. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah ASI yang keluar
setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI. yang matang / matur. Ciri
dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :
- Peralihan ASI dari kolostrum hingga menjadi matur
- Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Teori lain
mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-5. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin
tinggi, Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi
yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan.
Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.19

3. ASI Stadium III


ASI stadium III adalah ASI matur, dengan ciri – ciri sebagai berikut : 19
- ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya. Komposisi
relatif konstan. Ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI
relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

18
- Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. Hal ini
dikarenakan ASI merupakan makanan satu – satunya yang paling baik
dan cukup untuk bayi sampai usia enam bulan.
- Cairan berwarna putih kekuning – kuningan yang diakibatkan warna
dari garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya.
- Tidak menggumpal jika dipanaskan.
- Terdapat faktor antimikrobial.
- Interferon producting cell.
- Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah, dan adanya
faktor bifidus.
- ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai enam bulan. Setelah enam bulan
bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping selain ASI.19

B. Jenis ASI
Air susu ibu atau ASI ternyata tidak selalu sama kualitasnya saat keluar, ada
yang bentuknya kental, encer atau bahkan sangat encer. Dari segi warna kadang
juga berbeda – beda, ada yang berwarna putih, putih kekuning – kuningan, dan
bahkan juga ada yang berwarna bening seperti air pada umumnya. 20
1. Kolostrum
Diproduksi pada beberapa hari pertama. Air susu ini sangat kaya
protein dan antibodi, serta sangat kental. Pada awal menyusui, kolostrum
yang keluar mungkin hanya sedikit. Kolostrum melapisi usus bayi dan
melindunginya dari bakteri. Produksinya berkurang perlahan saat air susu
keluar pada hari ke 3 sampai 5. 20
2. Foremilk
Foremilk adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses
menyusui dengan kadar air tinggi mengandung banyak protein, laktosa, serta
nutrisi lainnya, tetapi rendah lemak. Foremilk disimpan pada saluran
penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Foremilk merupakan ASI yang
keluar pada lima menit pertama. ASI ini lebih encer dibandingkan hindmilk,
dihasilkan sangat banyak, dan cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. 20

19
3. Hindmilk
Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang
memberikan banyak zat tenaga/energi dan diproduksi menjelang akhir proses
menyusui. Hindmilk keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir
selesai, sehingga bisa dianalogikan seperti hidangan utama setelah hidangan
pembuka. Jenis air susu ini sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin.
Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding foremilk. Bayi memerlukan
foremilk dan hindmilk. 20

Gambar 2.11 Kolostrum, foremilk, dan hindmilk

(Sumber: UNICEF,2014)20

C. Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu sapi


Berikut ini merupakan perbandingan komposisi dari kolostrum, ASI, dan susu
sapi per 100 ml19

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi


Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 140 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 218 187 -
- Laktoferin (mg) 364 167 -
- Ig A (mg) 5,3 142 -

20
Laktosa (g) 2,9 7,3 4,8
Lemak (g) 151 4,2 3,9

Vitamin
- Vit A (mg) 1,9 75 41
- Vit B1 (mg) 30 14 43
- Vit B2 (mg) 75 40 145
- Asam Nikotinmik (mg) - 160 82
- Vit B6 (mg) 183 12-15 64
- Asam pantotenik 0,06 246 340
- Biotin 0,05 0,6 2,8
- Asam folat 0,05 0,1 ,13
- Vit B12 5,9 0,1 0,6
- Vit C - 5 1,1
- Vit D (mg) 1,5 0,04 0,02
- Vit Z - 0,25 0,07
- Vit K (mg) 39 1,5 6

Mineral
- Kalsium (mg) 85 35 130
- Klorin (mg) 40 40 108
- Tembaga (mg) 70 40 14
- Zat besi (ferrum) (mg) 4 100 70
- Magnesium (mg) 14 4 12
- Fosfor (mg) 74 15 120
- Potassium (mg) 48 57 145
- Sodium (mg) 22 15 58
- Sulfur (mg) - 14 30

Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, susu sapi (tiap 100 ml)

(Sumber: Depkes RI, 2004)19

1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

21
sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat
dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian
angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau
susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi
jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah
melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.21

2. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari
protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein
casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung
protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi
dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI.
Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino
yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino
taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi.
Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino
ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang
berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan
bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah. 21
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu
kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi. 21

22
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak
yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan
omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI.
Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya
asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata.21
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir
terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat
bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak
sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit
dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang
yang tinggi. 21
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding
susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui
konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah. 21

4. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar
karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.21

5. Vitamin

a) Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu
formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan,
walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir
perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.21

23
b) Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi
akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga
pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D. 21

c) Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah
(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.21

d) Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI
mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan
bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi
yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang
baik.21

e) Vitamin yang larut dalam air


Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi
dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal
perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan
vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-
hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.21

6. Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak dipengaruhi terlalu
banyak oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi

24
ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah
diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.21
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi
tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar
fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak
diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium
darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula
dibandingkan bayi yang mendapat ASI. 21
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah
serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil
utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu
formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah
diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung
zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi. 21
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak
membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan
gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zincASI
menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan
mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih
baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-
turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI
dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan cepat.21

2.4. Produksi ASI


Setelah melahirkan seorang ibu memerlukan ketrampilan khusus untuk
merawat bayinya, memberikan ASI secara benar baik pelekatan maupun posisinya.

25
Pada umumnya ibu akanterampil dan menyusui menjadi mantap setelah beberapa hari
sampai minggu.11
Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4 sampai 6
minggu dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI pada hari pertama
dan kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat menjadi ± 500 cc pada hari ke-5, 600
sampai 690 cc pada minggu kedua dan kurang lebih 750 cc pada bulan ke-3 sampai
ke-5. Produksi ASI ini akan menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu
bayi mendapat tambahan makanan dari luar (misalnya susu formula), maka kebutuhan
bayi akan ASI berkurang dan berakibat produksi ASI akan turun. Produksi ASI 750 -
1000 ml/hari menghasilkan energi 510 – 615 kkal/hari, energi yang diperlukan bayi
dengan berat badan 5 – 6 kg. Volume ASI pada minggu pertama setelah melahirkan
tampak pada gambar.11

Gambar 2.12 Volume ASI pada minggu pertama kelahiran.


(Sumber: Mexitalia M,2011)11

Tampak volume ASI pada hari-1 sekitar 60- 80 ml/hari, tetapi akan meningkat
pesat menjadi 600 ml/hari pada hari ke-4 setelah melahirkan. Bayi mempunyai
cadangan sampai 3 hari pertama, sehingga volume yang sedikit pada hari ke-1 dan ke-
2 setelah lahir tidak menjadi masalah bagi bayi.11
Rerata volume ASI pada ibu yang menyusui bayi usia 1 – 6 bulan secara
eksklusif dan sesuka bayi (on demand) mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Bayi menyusu 10 – 12 kali dalam sehari
2. Rata-rata produksi ASI adalah 800 ml / hari

26
3. Produksi ASI setiap kali menyusui adalah 90 ml / kali, yang dihasilkan 2
payudara.
4. Pada umumnya bayi akan menyusu pada payudara pertama sebanyak 75 ml dan
dilanjutkan 50 ml pada payudara kedua.
5. Menyusui malam hari
Selama 3 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali ke
berat badan lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai atau bahkan di
atas grafik sampai usia 3 bulan Penurunan berat badan bayi selama 2 minggu pertama
kehidupan tidak boleh melebihi 10%.20 Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
lebih lambat kembali ke berat badan lahir semula, dibandingkan bayi dengan berat
badan lahir normal.11

2.5. Tanda kecukupan ASI


Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI,
terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda kecukupan ASI lebih
tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi mendapat cukup
ASI adalah:11
1. Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan,
nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI
menetes dengan spontan.
2. Bayi menyusu 8 – 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap
payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap
payudara.
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat
menyusu, terutama pada payudara yang kedua.
4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Kencing berwarna jernih,
tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat
pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1
sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi
usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali
menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal.
6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu
diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah
27
bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti
ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda
bayi kurang mendapat ASI.
7. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui.
Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 – 7 hari, lebih-lebih apabila
disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan
baik saat menyusu.
8. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi
maka hal ini akan menurunkan produksi ASI.
9. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir.
10. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah
lahir.11

2.6. Manfaat ASI


A. Bagi bayi
1. Sumber nutrisi bagi bayi22
 Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi
ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
 Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi
semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI).
 Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat.
 Komposisi ASI ideal untuk bayi
2. Mengurangi risiko terinfeksi penyakit
Menurut penelitian, ASI dapat mengurangi risiko terinfeksi penyakit
pada bayi. Ketika ibu menyusui dan terpapar dengan agen infeksius, sistem
imunnya yang sudah matur akan memproduksi secretory immunoglobulin A
(S-IgA), yaitu merupakan komponen utama dalam sistem imun untuk melawan

28
penyakit. Substansi ini akan disekresikan ke air susu ibu dan akan dikonsumsi
oleh bayi. Anak – anak dapat menghasilkan S-IgA, tetapi pada anak dibawah
usia 2 tahun respon sistem imun cenderung belum matang dan belum mampu
untuk mencegah penyakit.22
Konsumsi dari S-IgA dari ASI tidak hanya memberikan proteksi secara
aktif, tetapi juga menstimulasi produksi dari S-IgA pada bayi sehingga bayi
yang mengkonsumsi ASI memiliki sistem imun lebih baik dibandingkan yang
mendapatkan susu formula.22
Gastroenteritis, yaitu penyakit dengan gejala utama berupa diare lebih
jarang terjadi dan memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah. Berdarakan
penelitian oleh Howie, Forsyth, Ogston, Clark, and du V Florey (1990)
didapatkan angka kejadian gastroenteritis sebesar 2.1%, dan 19.5% pada bayi
yang mendapatkan susu formula.22
Howie et al. (1990) juga melakukan penelitian pada kasus infeksi
saluran nafas atas dan didapatkan angka kejadian mencapai 38,9 % pada bayi
yang mendapatkan susu formula sedangkan pada anak yang mendapatkan ASI
hanya 23%. Penelitian ini membuktikan bahwa ASI mampu mencegah
terjadinya infeksi pada bayi salah satunya yaitu infeksi saluran pernafasan.
Penyakit infeksi lainnya yang mampu dicegah melalui pemberian ASI yaitu
infeksi telinga, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih.22
3. Meningkatkan kecerdasan
ASI berkaitan dengan peningkatan kecerdasan IQ pada anak – anak
yang sebelumnya mendapatkan ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ anak –
anak yang tidak mendapatkan ASI . Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
didapatkan hubungan antara ASI dengan tingkat IQ.22,23
4. Hubungan ibu dan bayi
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga
memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan
terlindungi, dan ini mempengaruhi perkembangan emosi anak di masa
depan.22

B. Bagi Ibu
1. Hisapan bayi membantu rahim mengecil, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
29
2. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.22

2.7. Masalah pada Menyusui


Ada beberapa masalah menyusui yang sering timbul selama menyusui antara
lain, puting lecet, engorgement (bengkak), mastitis, hipergalaktia, dan ASI
kurang.11,24
1) Puting lecet
Puting lecet seringkali disebabkan karena pelekatan bayi pada payudara ibu
yang salah. Penggunaan dot / kempengan terurama 4 minggu pertama akan
menyebabkan bayi tidak melekat dengan baik. Ibu yang mengalami puting lecet
akan kesakitan sehingga frekuensi menyusui akan berkurang. Akibatnya masih
banyak ASI yang tersisa (residu), maka produksi ASI akan berkurang. Rasa sakit
sendiri akan menekan keluarnya hormon prolaktin yang juga akan menurunkan
produksi ASI. Ibu yang terpisah dari bayinya, misalnya karena ibu bekerja, sering
bepergian, atau sakit dan dirawat di rumah sakit akan menyebabkan frekuensi
menyusui berkurang, maka pengosongan payudara juga berkurang dan berakibat
produksi berkurang.11,24
2) Engorgement (bengkak)
Pada laktogenesis II, secara fisiologi payudara akan terasa penuh. Pasien akan
membangkak: terasa padat, penuh, dan nyeri seiring semakin banyaknya volume
dan perubahan pola menyusui pada bayi. Pengosongan payudara yang tidak
tuntas akibat dari perlekatan dan teknik menyusui yang buruk dapat
menyebabkan engorgement. Untuk mencegah terjadinya engorgement, ibu harus
segera menyusui bayi yang mengalami kelaparan. Cara untuk mengatasinya yaitu
dengan membetulkan posisi dan pelekatan mulut bayi pada areola dan puting dan
memberikan kompres. Sebelum menyusui ibu dapat memberikan kompres hangat
dan pijatan pada payudara agar payudara tidak terlalu tegang dan melancarkan
pengeluaran ASI. Diantara waktu menyusui, ibu dapat menggunakan supportive
bra, kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara. 11,24
3) Mastitis
Mastitis terjadi pada 2-3% wanita menyusui dan biasanya bersifat unilateral,
ditandai dengan payudara terasa hangat, nyeri, bengkak, dan kemerahan pada dua
minggu setelah melahirkan. Manifestasi lainnya yang dapat terjadi yaitu nyeri
30
payudara yang bersifat mendadak, myalgia, demam, mual, muntah, dan sakit
kepala. Mastitis paling sering terjadi disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Streptococcus grup A, Haemophilus influenza, dan Klebsiella
pneumonia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Tatalaksana
yang dapat diberikan pada ibu dengan mastitis yaitu dengan mengosongkan
payudara yang terinfeksi dan memberikan obat antibiotik serta anti nyeri.22
4) Hipergalaktia
Hipergalaktia timbul karena produksi ASI yang berlimpah yang tidak
diimbangi dengan kebutuhan bayi untuk menyusu. Juga bisa timbul karena ibu
memberikan ASI dalam waktu sebentar (5-10 menit) pada satu sisi dan kemudian
pindah ke payudara lain. Akibatnya pengosongan payudara tidak optimal dan
bayi mendapat sejumlah besar foremilk yang banyak mengandung laktosa dan
sedikit hindmilk yang banyak mengandung lemak. Akibat lainnya dari
hipergalaktia adalah timbulnya malabsorpsi, pembentukan gas berlebihan dan
terjadinya gagal tumbuh pada bayi karena bayi hanya mendapat sedikit lemak.11
5) ASI kurang
ASI kurang umumnya karena kelainan anatomis payudara, seperti hipoplasia
payudara (payudara tidak berkembang). Penyebab lainnya adalah radiasi pada
kanker payudara dan operasi pada payudara. Sedangkan penyebab ASI kurang
yang lain biasanya disebabkan karena proses menyusui yang tidak benar,
misalnya engorgement (bengkak) pada payudara. Akibat dari engorgement
adalah pengeluaran zat penghambat kimiawi yang akan menekan produksi ASI.
Untuk mengurangi engorgement tersebut, ibu harus menyusui bayinya sesering
mungkin dan sesuai kebutuhan sampai tubuh menyesuaikan diri dan
memproduksi sejumlah yang dibutuhkan bayi.11

2.8. Cara Memerah dan Menyimpan ASI


Bagi ibu menyusui yang harus bekerja atau tidak dapat menyusui secara
langsung dapat dilakukan pemerahan pada ASI untuk selanjutnya disimpan dan
diberikan kepada bayi.
A. Pemerahan ASI
Cara pemerahan ASI yang baik yaitu:1
1. Cuci tangan sampai bersih, duduk / berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir /
mangkuk bersih dekat ke payudara.
31
2. Letakkan ibu jari di atas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah
puting dan aerola berlawanan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara.
3. Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak
menyumbat aliran susu, kemudian tekan sampat teraba sinus laktiferus yaitu
tempat penampungan ASI di bawah aerola.
4. Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Kalau terasa sakit berarti tehniknya salah. ASI
akan mengalir terutama bila refleks oksitoksin aktif.
5. Tekan dengan cara yang sama disisi sampingnya untuk memastikan memerasnya
dari semua segmen payudara.
6. Hindari mengelus jari pada kulit payudara tetapi sebaiknya seperti
menggelinding.
7. Hindari memencet puting karena hal ini sama dengan jika bayi mengisap pada
puting.
8. Peras ASI selama 3 – 5 menit sampai ASI berkurang pada 1 payudara, lalu
pindah ke payudara lain, demikian terus sampai kosong.
9. Memeras ASI memakan waktu 20-30 menit, dan usahakan tidak terlalu cepat dari
waktu tersebut.

Gambar 2.13 Cara memerah ASI menggunakan tangan


(Sumber: Mexitalia M,2011)11

32
B. Penyimpanan ASI
ASI dapat disimpan lebih lama pada lemari es dengan 1 pintu, 2 pintu atau
pada deep freezer dengan lama waktu penyimpanan yang berbeda-beda. Satu hal
penting adalah ASI beku yang sudah dicairkan tidak boleh disimpan lagi pada
suhu beku.11
Ada beberapa cara menyimpan ASI yaitu:11
1. Pada suhu kamar/ di udara terbuka (26°C) tahan disimpan selama 6-8 jam
2. Disimpan di termos es : tahan selama 24 jam
3. Disimpan dalam lemari es, tahan sampai 2-3 hari
4. Freezer :
a. (lemari es 1 pintu): 2 minggu
b. (lemari es 2 pintu): 2-3 bulan
5. Deep freezer (-18° C ) : 6 bulan

2.9. Kontraindikasi Menyusui


Indikasi mutlak bagi bayi untuk mendapatkan ASI adalah bayi yang menderita
kelainan metabolik bawaan (KMB) galaktosemia klasik dan maple syrup urine
disease (MSUD). Adapun bayi yang menderita phenylketonuria (PKU) boleh
mendapatkan ASI dengan pengawasan yang sangat ketat terhadap kadar fenilalanin
dalam darah.11
Ibu dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui bila terdapat susu pengganti
ASI yang memenuhi syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable dan
safe). Menyusui bukan merupakan kontraindikasi bagi ibu dengan infeksi HIV,
walaupun diduga bahwa puting lecet atau berdarah dapat meningkatkan risiko
penularan.11
Sedangkan kontraindikasi sementara pada seorang ibu untuk memberikan ASI
adalah ibu yang menderita herpes simpleks tipe-1 di daerah payudara, mendapat
pengobatan psikotropika, opioid, iodium, dan kemoterapi. Sedangkan ibu yang
menderita mastitis, abses payudara, hepatitis B, hepatitis C, dan tuberkulosis boleh
memberikan ASI.11

Kondisi Kesehatan Ibu Derajat Risiko


HIV dan HTLV Kontraindikasi untuk menyusui

33
TB Kontraindikasi selama 2 minggu setelah
mendapatkan pengobatan. Setelah itu, ibu
boleh menyusui.
Varicella-Zoster Bayi tidak boleh berkontak langsung
dengan lesi aktif

Bayi harus mendapatkan


immunoglobulin
Herpes Simpleks Kontraindikasi untuk menyusui apabila
terdapat lesi aktif pada payudara
Hepatitis B Bayi harus mendapatkan
immunoglobulin hepatitis B dan vaksin
hepatitis B secara rutin pada ibu dengan
HbsAg positif

Inisiasi menyusui harus segera dilakukan


Hepatitis C Tidak ada kontraindikasi menyusui
Merokok Tidak terdapat kontraindikasi untuk
menyusui namun merokok dapat
mengurangi produksi ASI sehingga lebih
baik untuk dihentikan.
Kemoterapi, radioterapi Kontraindikasi untuk menyusui
Tabel 2.2 Kontraindikasi mutlak dan relatif pada menyusui

(Sumber: Parks,2016)24

1. HIV
Prinsip pemberian ASI dan obat antiretroviral (ARV) atau tidak memberikan
ASI sama sekali. Apabila ASI tidak diberikan maka pemenuhan makanan / minuman
bayi dipenuhi dari susu formula (bila bayi kurang dari 6 bulan) atau susu formula dan
makanan pendamping ASI MPASI apabila bayi berumur lebih dari 6 bulan. Pedoman
pemberian makanan bayi pada HIV menurut WHO tahun 2010 adalah sebagai
berikut:11

34
 Ibu dengan HIV negatif atau status HIV belum diketahui:
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
o Apabila status HIV belum diketahui, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium.11
- Ibu dengan HIV positif dan bayi dengan HIV negatif / status HIV
belum diketahui
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
o Hentikan ASI kapan saja apabila kebutuhan nutrisi dari sumber lain (susu
formula /MPASI) sudah bisa memenuhi kebutuhan bayi. Menghentikan
pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dalam waktu 1 bulan. Tidak
diperbolehkan untuk menghentikan ASI tiba-tiba. Untuk ibu yang sudah
memutuskan memberikan ASI eksklusif, penghentian ASI sebelum 6 bulan
sudah tidak dianjurkan lagi.11

 Ibu dengan HIV positif dan bayi dengan HIV negatif / status HIV belum diketahui
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
o Hentikan ASI kapan saja apabila kebutuhan nutrisi dari sumber lain (susu
formula/MPASI) sudah bisa memenuhi kebutuhan bayi. Menghentikan
pemberian ASIharus dilakukan secara bertahap dalam waktu 1 bulan. Tidak
diperbolehkan untukmenghentikan ASI tiba-tiba. Untuk ibu yang sudah
memutuskan memberikan ASI eksklusif, penghentian ASI sebelum 6 bulan
sudah tidak dianjurkan lagi.
o Ibu yang mendapat ARV harus tetap melanjutkan ARV sampai 1 minggu
setelah pemberian ASI benar-benar dihentikan.
 Ibu dengan HIV positif dan bayi dengan HIV positif
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.11

35
2. Tuberkulosis
Pada dasarnya ibu yang menderita tuberkulosis bisa menyusui bayinya. Tabel
di bawah ini berisi ringkasan tindakan yang perlu dilakukan ibu dan bayi untuk
keberhasilan menyusui.11

Tabel 2.3 Tatalaksana menyusui dengan tuberkulosa

(Sumber: Mexitalia M,2011)11

3. Hepatitis B
Ibu dengan HbsAg positif tetap boleh memberikan ASI. Sesuai dengan
rekomendasi WHO, bayi sebaiknya mendapatkan HBIg (Hepatitis B Imunoglobulin)
0,5 ml dan imunisasi Hepatitis B yang pertama dengan dosis 0,5 ml yang diberikan
sebelum 12 jam setelah lahir.11

2.10. Penggunaan Obat pada Masa Menyusui


Sebagian besar obat-obatan bisa digunakan pada ibu menyusui. Hanya obat-
obatan tertentu yang tidak diperbolehkan atau sebaiknya diganti dengan obat lainnya.
Tabel di bawah ini memuat obat-obatan yang tidak dianjurkan atau dilarang untuk ibu
menyusui.11
\\

36
Tabel 2.4 Obat yang tidak dianjurkan untuk ibu menyusui

(Sumber: Mexitalia M,2011)11

37
BAB III

KESIMPULAN

ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena mengandung zat gizi dalam jumlah yang
tepat dan zat kekebalan yang dibutuhkan bayi. Menyusui juga memberikan banyak manfaat
baik kepada bayi maupun ibu yang menyusui.
Kendala pemberian ASI eksklusif terutama disebabkan karena kurangnya
pemahaman ibu maupun ketrampilan petugas kesehatan tentang kecukupan ASI terutama
pada minggu pertama menyusui. Ibu, keluarga dan petugas kesehatan harus memahami tanda
kecukupan ASI dan masalah menyusui yang mungkin timbul pada minggu pertama.
Pada keadaan khusus seperti ibu dalam keadaan sakit dan memerlukan pengobatan,
telah ada pedoman-pedoman tertentu yang dapat dilakukan sehingga tidak mengganggu
jalannya kebutuhan menyusui.

38

Você também pode gostar