Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
“PAGET’S DISEASE”
Oleh :
Kelompok VIII
1. Rosmianti 5. Sudarman
2. Narniati 6. Rudiansa
Kelas F4 Keperawatan
MANDALA WALUYA
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, sebagai wujud kefitraan hati, penyusun menghaturkan sembah sujud, dan puji syukur
kehadirat Allah S.W.T. sekaligus penghambaan kepada-Nya, serta shalawat dan salam penyusun
tunjukan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai junjungan penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit
Paget” dengan tepat waktu.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak luput penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman,
atas segala bantuan, saran, arahan, serta dukungan yang diberikan sebagai motivasi sehingga kita
semua dapat menyelesaikan makalah ini. Sesuai dengan judul makalah ini yaitu “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Penyakit Paget”, makalah ini menguraikan tentang asuhan keperawatan alzheimer yang
terjadi pada lansia.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini,
hal ini disebabkan oleh keterbatasan penyusun dalam segi pengetahuan, tenaga, materi, maupun
waktu. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan sebagainya yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang..........................................................................................1
a. Defenisi ...................................................................................................... 2
b. Etiologi ....................................................................................................... 2
d. Patofisiologi ................................................................................................4
e. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................4
f. Penatalaksanaan ........................................................................................ 5
g. Komplikasi ................................................................................................ 6
a. Pengkajian .................................................................................................. 7
c. Implementasi...............................................................................................13
d. Evaluasi......................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan ............................................................................................. 14
b. Saran ....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana osteoklas lebih aktif dibanding
osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru
yang juga berlebihan oleh osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam
tulangnya sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan tulang.
Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti. Selain itu, penyakit paget
juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala
awal yang muncul sangat susah dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar
penderita penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah adanya
pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran
yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini.
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Penyakit Paget (Osteitis Deformans) merupakan salah satu gangguan metabolisme tulang yang ditandai
dengan proses remodelling tulang yang abnormal. Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti,
namun umumnya abnormalitas fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi
sangat aktif sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang. Laju pertumbuhan tulang
lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah
tulang. Kelainan ini dapat mengenai tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang
panggul, tulang paha, tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang
lengan atas.
1. Fase Osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang abnormal. Kemudian
adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang baru secara berlebihan namun sangat tidak
terkontrol.
2. Fase Menengah Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan struktur tulang atau deformitas.
3. Fase Quiescent Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan proses
remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar dan melebar dari ukuran normal.
Jaringan vaskular fibrosa menggantikan sumsum.
B. Etiologi
1. Autoimun
4. Kelainan vaskular
8. Faktor lingkungan
C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit paget, karena kebanyakan
gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Kelainan biasanya didapat ketika melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang
lainnya. Jika yang terkena adalah tulang tengkorak, maka kepala tampak membesar dan kening terlihat
lebih menonjol. Pembesaran tulang tengkorak dapat menyebabkan:
· Sakitkepalakarenapenekanansaraf
· Gigi mulaigoyahdantanggal.
· Saraf yang menuju kemata mungkinakan terpengaruh, menyebabkan beberapa kehilangan visual
Jika yang terkena adalah tulang belakang, maka keluhan utamanya adalah nyeri punggung bagian
bawah. Kanalis spinalis menjadi sempit (keadaan ini disebut sebagai stenosis spinalis) dan bisa
menyebabkan mati rasa atau lumpuh. Patah tulang kompresi pada tulang belakang bisa menyebabkan
tulang belakang melengkung. Tulang belakang bisa membesar, menjadi lemah
danmelengkung,sehinggatinggibadanberkurang. Padaanggotagerak (terutamatungkai yang
menyanggaberatbadan),tulangmudahmengalamipatah, denganmasapenyembuhan yang lebih
lamadanmulaimelengkungataumengalamikelainanbentuk.Kakimenjadibengkokdanlangkahmenjadipend
ekdansedikitgoyah.Kerusakanpadatulangrawansendibisamenyebabkanterjadinyaartritis.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada penderitapenyakit paget adalah:
· Deformitas tulang
· Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity)
D. Patofisiologi
Infeksi Virus Genetik Lingkungan Faktor pencetus lainnya Abnormalitas Osteoklast Resopsi tulang
meningkat Mekanisme kompensasi fisiologis oleh osteoblast Peningkatan kinerja Osteoblast Proses
remodelling tulang meningkat Tulang baru abnormal (lunak, membesar dan rentan) Gangguan citra
Resiko tinggi cedera Deformitas Nyeri tubuh maupun fraktur Resiko HDR Intoleransi Aktivitas Kurang
Pengetahuan Koping tidak efektif Ansietas.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget, sehingga diagnosis jarang
meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas
adalah gambaran seperti api yang memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau
blade of grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis
circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran trabekula yang kasar.
CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit paget, namun keduanya sangat
berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular,
dan keterlibatan tulang belakang dengan gangguan neurologis. Kelainan pada sendi membutuhkan CT-
Scan atau MRI untuk menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI juga
berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti invaginasi basilar,kompresi
medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi
menggunakan CT-Scan atau MRI CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa
posterior, sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla spinalis, cauda
equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik seperti sarcoma paget dan
penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan MRI.
3. Investigasi Biokimia
Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang imobilisasi dapat mengalami
hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian
konsentrasi serum alkaline phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat
keparahan penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan proses
resoprsi tulang).
4. Bone Scan
Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk mengevaluasi sejauh mana
lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto
radiologis polos, sehingga perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya
perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos.
F. Penatalaksanaan
Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri biasanya berespon dengan
pemberian NSAID. Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan saat ini
dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis yang merasa
aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic acid lebih baik daripada jenis
biphosphonate yang lama seperti etidronate dan tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif
dalam mengurangi bone turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena.
Kalsitonin, suatu hormon polipeptid dapat memeperlambat resorbsi tulangdengan menurunkan jumlah
dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal
menjadi tulang lamelar normal, mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi
neurologis dan biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas pada
wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama dengan antihistamin.
Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan. Disodium
Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan pengurangan pergantian tulangcepat dan
mengurangi nyeri. Juga menurunkan peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine.
Makanan dapat menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi
dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah penyembuhan fraktur dan
dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan
kepada pasien dengan penyakit yang sangat aktif.
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien berat dengan gangguan
neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik
pada pengurangan nyeri dan pada kalsium serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine.
Diberikan secara infus intra vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama
terapi. Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi, imobilisai dan
stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur perlu ditangani dengan
pemasangan dengan endoprostesis. Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan
teknik komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis. Membaca bibir,
bahasa tubuh). Operasi Orthopaedi Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut : -
Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri - Fraktur pada tulang panjang - Deformitas berat - Nerve
entrapment - Spinal stenosis - Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini
G. Komplikasi
1. Fraktur
2.Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada tulang yang mengalami
remodelling (gagal jantung high-output)
3.Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami deformitas
4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker tulang), mungkin hal
ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang terjadi pada penyakit ini.
BAB III
KONSEP KEPEWATAN
A. PENGKAJIAN
1.Ativitas/istirahat
2.Sirkulasi
3.Neurosensori
4.Nyeriataukenyamanan
5.Keamanan
Laserasikulit, avulsijaringan, perdarahan, perubahanwarna, pembengkakanlokal(
dapatmeningkatsecarabertahapatautiba-tiba ).
6.Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungancedera, memerlukanbantuandengantransportasi,
aktivitasperawatandiridantugaspemeliharaandanperawatanrumah.
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
- Tingkatkan istrahat.
- Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeriakan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.
2. Resiko tinggi cedera (fraktur) b.d penurunan masa tulang, penurunan fungsi tubuh, dampak
sekunder perubahan skeletal.
- Mengontrol
barang-barang dari
yang dapat
membahayakan.
- Berikan
penjelasan pada
pasien dan keluarga
atau pengunjung
adanya perubahan
status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan kemampuan otot.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
- Bantu klien
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek.
- Sediakan
penguatan positif bagi
yang aktif beraktifitas.
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas (takikardi,
distrimia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
- Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan
spiritual.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas skeletal, ketidak seimbangan mobilitas fisik.
- Identifikasi arti
pengurangan melalui
pakaian alat bantu.
C. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997).
D. EVALUASI
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB IV
PENTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paget (Osteitis Deformans) merupakan salah satu gangguan metabolisme tulang yang ditandai
dengan proses remodelling tulang yang
abnormal.Osteitisdeformansadalahsuatupenyakitmetabolismepadatulang,
dimanatulangtumbuhsecaratidak normal, menjadilebihbesardanlunak.Osteitisdeformans /paget disease
dapatdisebabkanolehinfeksi virus (paramyxoviruses) disampingfaktorgenetik. Penyakitinijarang di
diagnosis/ditemukanmenyerangpada orang dibawahumur 40 tahun.Laki-lakidanperempuansama-
samaterpengaruh.
B. Saran
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya mengetahui pengertian, tindakan penanganan awal, serta mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit paget.