Você está na página 1de 7

Jurnal Kesehatan

Volume 9, Nomor 1, April 2018


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa

Sulastri
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Indonesia
Email: sulas_harris@yahoo.co.id

Abstract: Family Ability in Caring for People with Mental Disorders. The dependence level of
the patient on the family to fulfill their basic needs was quite high. This was certainly going to
interfere with the exercise of family members duties, functions, and responsibilities. This will be
disturbed the achievement of the family goals when the family was viewed as a system. This can
happen because patients who experience mental disorders were considered as a family burden that
can affect the system in the family as a whole. Skills were needed for a family to care
patient/person with a mental disorder (ODGJ). Ability to care is a measure of the quality of life
ODGJ. This study was to analyze the family ability in caring for patients with mental disorder.
This was using a qualitative approach, cross-sectional design. The population was families who
have family members with a mental disorder in the work area of Sragi Psychiatric Clinic, South
Lampung. Sampling method in this research was purposive sampling and obtained samples of as
many as 40 people. Data were taken using questionnaires sheet capabilities of families and were
analyzed frequency distribution to measure the ability of the family in caring for psychiatric
patients. The analytical test showed that most of the family's ability on the group inadequate. The
psychiatric clinic should develop a community mental health nursing programs and make health
education or family psychoeducation, as one intervention for families to improve their knowledge
and skills in psychiatric treating patients.

Keywords: Family ability, Psychiatric

Abstrak: Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa. Tingkat
ketergantungan pasien terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya pada keluarga cukup tinggi. Hal
ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota keluarga dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Apabila keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka
akan terganggulah pencapaian tujuan keluarga. Hal ini bisa terjadi karena pasien yang mengalami
gangguan jiwa tersebut dianggap sebagai beban keluarga yang dapat mempengaruhi sistem dalam
keluarga secara keseluruhan. Perlu keterampilan agar keluarga mampu merawat pasien/orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ). Kemampuan melakukan perawatan merupakan tolak ukur kualitas
hidup ODGJ. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan keluarga dalam
merawat ODGJ. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalahh keluarga yang memiliki anggota keluarga ODGJ di wilayah
puskesmas Sragi Lampung Selatan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan cara purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan data
menggunakan lembar kuesioner kemampuan keluarga. Pada analisis dilakukan menggunakan
distribusi frekuensi untuk mengukur kemampuan keluarga dalam merawat ODGJ. Hasil uji
statistik diketahui sebagian besar kemampuan keluarga pada kelompok kurang memadai.
Disarankan pada puskesmas untuk mengembangan program keperawatan kesehatan jiwa
komunitas dan menjadikan pendidikan kesehatan atau psikoedukasi keluarga sebagai salah satu
intervensi bagi keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat ODGJ.

Kata kunci: Kemampuan keluarga, Gangguan jiwa

Kesehatan jiwa merupakan sesuatu yang kemampuan beradaptasi terhadap perubahan serta
penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan koping yang efektif. Kesehatan jiwa merujuk
jiwa menjadi satu kesatuan yang tak dapat pada kemampuan untuk mengatasi masalah,
dipisahkan dengan kesehatan secara fisik. saling melengkapi dalam pekerjaan dan kasih
Menurut Mohr (2006) kesehatan jiwa adalah sayang, mampu bertahan dalam krisis tanpa
suatu penampilan fungsi mental yang sukses, bantuan orang lain dan mempertahankan persepsi
yang ditunjukkan dengan aktivitas yang sehat dengan menikmati hidupnya, punya tujuan
produktif, hubungan yang berarti dan dan batasan secara realistik serta mampu
131
132 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 1, April 2018, hlm 131-137

menempatkan diri secara tepat (mandiri, dikunjungi tampak kurang perawatan diri. Hasil
bergantung maupun saling ketergantungan). wawancara kepada 10 keluarga pasien gangguan
Keluarga berperan penting dalam merawat jiwa terdapat 90% keluarga mengatakan
pasien. Kurang perhatian dari keluarga terbebani dalam hal biaya pengobatan pasien,
menyebabkan pasien menjadi gelandangan waktu untuk merawat, malu memiliki anggota
psikoitik. keluarga gangguan jiwa, tergangu dalam bekerja,
Menurut Hawari (dalam Wiyati, R. dkk sehingga berkurangnya produktivitas untuk
2010), salah satu kendala dalam upaya mencari nafkah.
penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
pengetahuan masyarakat dan keluarga. Keluarga kemampuan keluarga dalam merawat anggota
dan masyarakat menganggap gangguan jiwa keluarganya. Berdasarkan data yang diperoleh
adalah penyakit yang memalukan dan membawa diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dasar
aib bagi keluarga. Kondisi ini diperberat dengan untuk penelitian lebih lanjut untuk pemberian
sikap keluarga yang cenderung mengisolasi, intervensi untuk penyelesaian masalah baik
mengucilkan bahkan memasung pasien. dalam bentuk program kegiatan dan penelitian
Tingkat ketergantungan pasien terhadap lebih lanjut.
pemenuhan kebutuhan dasarnya pada keluarga
cukup tinggi. Hal ini tentunya akan mengganggu
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota METODE
keluarga dalam menjalankan fungsinya masing-
masing. Apabila keluarga dipandang sebagai Penelitian ini menggunakan jenis
suatu sistem, maka akan terganggulah pencapaian penelitian kuantitatif dengan desain cross
tujuan keluarga. Hal ini bisa terjadi karena pasien sectional dengan responden keluarga yang
yang mengalami gangguan jiwa tersebut memiliki anggota keluarga gangguan jiwa di
dianggap sebagai beban keluarga yang dapat wilayah kerja puskesmas Sragi Lampung Selatan.
mempengaruhi sistem dalam keluarga secara Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
keseluruhan. kemampuan keluarga dalam merawat pasien
Pemahaman sebagian keluarga yang masih gangguan jiwa (ODGJ).
belum tepat tentang perawatan ODGJ Alat pengumpulan data pada penelitian ini
mengakibatkan sikap yang negatif terhadap menggunakan dua Instrumen/kuesioner.
pasien. Sikap negatif keluarga terhadap pasien Kuesioner yang pertama yang digunakan untuk
dapat dilihat dari anggapan bahwa penyakit yang memperoleh data demografi responden, usia,
dialami pasien adalah penyakit menetap dan tidak jenis kelamin, pendidikan, dan lama pasien sakit.
dapat disembuhkan sehingga keluarga cenderung Kuesioner ini dibuat oleh peneliti dengan
membiarkan pasien asal tidak mengganggu. menggunakan pertanyaan terbuka. Kuesioner
Keluarga mengganggap halusinasi yang dialami yang kedua Instrumen untuk memperoleh data
pasien adalah hal yang wajar karena pasien tentang kemampuan keluarga berdasarkan lima
adalah penderita gangguan jiwa. Hampir semua tugas keluarga alam kesehatan, yaitu mengenal
keluarga menganggap bahwa pasien hanya masalah kesehatan 4 pernyataan (1-4), membuat
menjadi beban keluarga karena ketidakmampuan keputusan untuk merawat 3 pernyataan (5-7),
dalam merawat diri sendiri (Marfuah, D; memberikan perawatan 9 pernyataan (8-16),
Noviyanti, RD, 2017). memodifikasi lingkungan 3 pernyataan (17-19),
Berdasarkan pra survei dilakukkan pada dan memanfaatkan pelayanan kesehatan 5
bulan Agustus 2017 angka kunjungan pasien pernyataan (20-24) (Friedman, Marilyn M.
gangguan jiwa dan gangguan mental emosional (2010)). Kuesioner ini terdiri atas 24 pernyataan
di Puskesmas Sragi relatif sedikit. Kondisi yang diisi dengan skala 1=tidak, 2=ya untuk
berbanding terbalik dengan hasil kunjungan dan pernyataan positif dan skala 1=ya, 2=tidak untuk
deteksi yang dilakukan di wilayah kerja pernyataan negatif.
Puskesmas Sragi, ditemukan 45 kasus gangguan Penelitian ini telah dilaksanakan di
jiwa, 3 diantaranya dirawat dengan kondisi wilayah kerja puskesmas Sragi Lampung Selatan.
terpasung. Pemasungan yang dilakukan dengan Pemilihan tempat ditentukan karena ditemukan
menggunakan rantai yang diikatkan pada tiang kasus gangguan jiwa. Pasien yang dirawat jalan
rumah pada dua pasien dan satu orang pasien dan tinggal bersama keluarganya, akan lebih
dipasung menggunakan balok kayu (pohon). mudah untuk menilai kemampuan keluarganya.
Berdasarkan fenomena ini peneliti ingin Hal ini disebabkan karena keluarga selama 24
mengetahui bagaimana kemampuan keluarga jam setiap hari berinteraksi dengan pasien dalam
dalam perawatan pasien. Sebagian pasien yang melaksanakan tugas kesehatan keluarga.
Sulastri, Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa … 133

Penelitian dilakukan pada keluarga yang adalah kepala keluarga. Tidak dapat dipungkiri
memiliki anggota keluarga gangguan jiwa atau kepala keluarga merupakan penanggungjawab
ODGJ sebanyak 40 orang dari 45 keluarga pada anak-anak dan keluarganya. Hal ini
dengan anggota keluarga ODGJ. Pemilihan menunjukkan bahwa tanggungjwab merawat
keluarga dilakukan berdasarkan keberadaan saat umumnya diberikan oleh kepala keluarga. Hasil
pengumpukan data dilakukan dan bersedia untuk analisis pendidikan menunjukkan sebagian besar
menjadi responden penelitian. Pengumpulan data responden berpendidikan dasar, sementara untuk
dilakukan dengan melakukan menggunakan pekerjaan sebagian besar bekerja.
kuesioner yang sudah disiapkan oleh peneliti.
Analisis dilakukan dalam secara univariat dan 3. Rerata Kemampuan Keluarga
bivariat.
Tabel 3. Rerata Kemampuan Keluarga
Merawat Pasien Gangguan Jiwa
HASIL Rerata Mean SD Min Maks
Kemampuan 32,6 6,34 24 46
1. Karakteristik Umur dan Lama Sakit keluarga

Tabel 1. Analisis Karakteristik Keluarga Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rerata
berdasarkan Umur dan Lama Sakit kemampuan keluarga 32,6 dengan nilai minimum
Variabel n Mean Med SD Min-Maks 24 dan maksimum 46, dan standar deviasi 6,34.
Umur 40 44,35 44,57 10,03 30-62 Rerata menunjukkan kemampuan merawat pada
rentang mampu.
Lama anggota
40 7,25 6,5 3,74 1-15
keluarga sakit
4. Kemampuan Keluarga
Hasil analisis data diketahui rata-rata usia
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan
44 tahun. Hal ini menunjukkan tanggungjawab
Keluarga merawat pasien Gangguan
merawat pasien gangguan jiwa dalam keluarga
Jiwa
diberikan oleh anggota keluarga yang berusia
Kemampuan Jumlah %
produktif.
Memadai 17 42,5
Lama anggota (pasien) sakit diketahui rata- Kurang Memadai 23 57,5
rata lama sakit 7 tahun. Hasil ini menunjukkan Total 40 100
pasien yang dirawat adalah pasien dengan
kondisi yang sudah kronis. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian
besar kemampuan keluarga kurang memadai.
2. Karakteristik Jenis Kelamin, Pendidikan
dan Pekerjaaan
PEMBAHASAN
Tabel 2. Analisis Karakteristik Keluarga Jenis
Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaaan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
Responden
Intervensi
kemampuan merawat pasien gangguan jiwa
Kategori relatif rendah atau kurang memadai. Menurut
Jlh %
Jenis Kelamin Lestari, (2011) bahwa prinsip belajar merupakan
Perempuan 17 42,5 proses yang dilakukan seumur hidup, manusia
Laki-Laki 23 57,5 memiliki kemampuan untuk belajar sejak lahir
Pendidikan sampai akhir hayat. Pemberian edukasi
Tinggi 1 2,5 memberikan informasi pada keluarga tentang
Menengah 17 42,5 cara perawatan pasien gangguan jiwa. Melalui
Dasar 22 55 aktivitas ini terjadi proses pembelajaran yangg
Pekerjaan dilakukan oleh keluarga dengan menyerap
Bekerja 24 60 informasi yang diberikan dan mengaplikasikan
Ibu Rumah Tangga 16 40
langsung pada anggota keluarganya. Berdasarkan
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2. survey pada warga dan wawancara pada petugas
sebagian besar responden yang datang adalah kesehatan di puskesmas Sragi bahwa informasi
laki-laki, dengan pendidikan terbanyak yaitu yang diperoleh masyarakat relatif minim.
pendidikan dasar (SD dan SMP), dan sebagian Keterbatasan sumber daya manusia yang
besar responden bekerja. Hasil ini menunjukkan memiliki pengalaman dan kemampuan khusus
bahwa yang menjadi responden sebaian besar
134 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 1, April 2018, hlm 131-137

tentang kesehatan dan keperawatan jiwa sangat pasien berkomunikasi dan membatasi aktivitas
terbatas. Sebagian petugas yang sudah mengikuti pasien dalam pergaulan (Marfuah, D., Noviyanti,
pelatihan pindah tugas tanpa adanya transfer RD., 2017).
pengetahuan pada pemegang program yang ada. Menurut Stuat & Laraia, (2015), intervensi
Selain itu saat ini program kesehatan jiwa berada perlu diberikan pada keluarga, salah satunya
pada program penyakit tidak menular. melalui psikoedukasi keluarga. Psikoedukasi
Pengetahuan keluarga pasien dapat keluarga adalah salah satu elemen program
digambarkan bahwa pada dasarnya keluarga perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara
memahami tentang pentingnya perawatan pada pemberian informasi dan edukasi melalui
ODGJ. Pengetahuan yang dimiliki keluarga komunikasi terapeutik. Program Psikoedukasi
masih terbatas pasien perlu berobat agar tidak merupakan pendekatan bersifat edukasi dan
kambuh. Sebagian keluarga tidak memperhatikan pragmatik.Tujuan utama psikoedukasi keluarga
apakah obat diminum pasien atau tidak. Keluarga adalah untuk berbagi informasi tentang
juga tidak memahami bahwa keteraturan minum perawatan kesehatan jiwa. Terapi ini dapat
obat menentukan kondisi pasien. Keluarga diberikan juga pada keluarga yang memuliki
menganggap apabila gejala berkurang berarti anggota dengan gangguan jiwa yang ingin
pasien sudah sembuh sehingga tidak perlu mempertahankan kesehatan jiwanya atau
diberikan obat lagi. Keluarga masih belum meningkatkan derajat kesehatan jiwa.
memahami tentang cara mengontrol halusinasi. Dari hasil penelitian menunjukkan masih
Keluarga juga beranggapan bahwa apabila pasien rendahkan kemampun keluarga, bahkan pada
tidak membahayakan maka tidak perlu beberapa kasus masih ditemukan ODGJ yang
dikhawatirkan. dipasung. Menurut Broch, (2001); Minas &
Pemahaman sebagian keluarga yang masih Diatri, (2008) dalam Indra (2017), di beberapa
belum tepat tentang perawatan pasien skizofrenia daerah di Indonesia, pasung masih digunakan
dengan halusinasi mengakibatkan sikap yang sebagai alat untuk menangani klien gangguan
negatif terhadap pasien. Sikap negatif keluarga jiwa di rumah. Saat ini, masih banyak klien
terhadap pasien dapat dilihat dari anggapan gangguan jiwa yang didiskriminasikan haknya
bahwa penyakit yang dialami pasien adalah baik oleh keluarga maupun masyarakat sekitar
penyakit menetap dan tidak dapat disembuhkan melalui pemasungan. Sosialisasi kepada
sehingga keluarga cenderung membiarkan pasien masyarakat terkait dengan larangan “tradisi”
asal tidak mengganggu. memasung klien gangguan jiwa berat yang kerap
Keluarga mengganggap halusinasi yang dilakukan penduduk yang berdomisili di
dialami pasien adalah hal yang wajar karena pedesaan dan pedalaman terus berupaya
pasien adalah penderita gangguan jiwa. Hampir dilakukan antara lain dengan memberdayakan
semua keluarga menganggap bahwa pasien hanya petugas kesehatan di tengah-tengah masyarakat.
menjadi beban keluarga karena ketidakmampuan Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada
dalam merawat diri sendiri. Sikap negatif pengekangan fisik atau pengurungan terhadap
keluarga terhadap pasien juga terlihat dari pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan
persepsi keluarga bahwa perubahan perilaku yang jiwa danyang melakukan tindak kekerasan yang
ditunjukkan pasien sebagai bentuk gangguan jin dianggap berbahaya.
atau makhluk halus. Sehingga keluarga meyakini Keluarga merupakan unit yang paling
bahwa pengobatan perlu dilakukan apabila timbul dekat dengan klien dan merupakan perawatan
perilaku yang tidak wajar terjadi pada pasien, utama bagi klien ganggun jiwa. Keluarga
akan tetapi pilihan pertama yang dilakukan berperan dalam menentukan cara atau asuhan
adalah pengobatan ke paranormal. Peneliti juga yang diperlukan di rumah. Rendahnya peran
menemukan sebagian keluarga yang merasa keluarga juga dipicu oleh rendahnya motivasi
bahwa gangguan jiwa sebagai aib, sehinnga dari keluarga sebagai tenaga penggerak. Motivasi
keluarga enggan menceritakan permasalahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
yang timbul dalam merawat pasien kepada perilaku manusia karena dengan adanya
anggota keluarga lain maupun dengan orang lain. motivasimaka manusia akan berusaha
Sikap keluarga yang demikian dapat memicu semampunya untuk mencapai tujuan. Motivasi
kekambuhan pasien karena dapat memperburuk keluarga dapat ditingkatkan dengan pemberian
kondisi pasien. Sikap negatif keluarga terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga
pasien, berakibat timbulnya perilaku merawat bukan hanya memulihkan keadaan klien.
yang tidak tepat. Peneliti mendapatkan keluarga Keluarga merupakan faktor penting yang
yang menghentikan pengobatan tanpa menentukan keberhasilan asuhan keperawatan
persetujuan dokter, keluarga yang tidak mengajak pada pasien gangguan jiwa. Keluarga yang
Sulastri, Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa … 135

mendukung pasien secara konsisten akan pemberian informasi yang memadai. Banyak
membuat pasien mampu mempertahankan momen yang memungkinkan keluarga bias
program pengobatan secara optimal, (Yosep, berinteraksi dengan petugas kesehata, seperti saat
2008; Keliat,2008; Setiadi, 2008, dalam Amelia control ulang, mengambil obat, bahkan ODGJ
2015). yang pernah menjalani perawatan. Menurut
Diperlukan minat yang tinggi pada Notoatmojo (2010) informasi yang diperoleh baik
keluarga untuk dapat merawat anggota keluarga dari pendidikan formal maupun non formal dapat
yang mengalami gangguan jiwa secara optimal. memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
Minat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: menghasilkan perubahan atau peningkatan
umur, pengetahuan, dan tingkat pendidikan. pengetahuan. Pendidikan non formal tersebut
Responden pada penelitian ini berada pada dapat mempengaruhi pengetahuan keluarga
rentang usia produktif. Pada kelompok ini tentang cara merawat pasien menjadi tinggi.
produktivitas untuk menapkahi keluarga menjadi Dapat disimpulkan bahwa jika pengetahuan
tanggung jawab responden. Umur berkaitan keluarga tinggi maka akan meningkatkan
dengan lama individu hidup, semakain cukup kemampuan keluarga dalam memberikan
umurnya semaikin banyak pengalamannya. perawatan pada pasien yang hasilnya pun akan
Namun demikian tanggungjawab mencari nafkah menjadi optimal.
tidak memungkinkan individu untuk berada Menurut Stuart dan Sundeen (2015),
dirumah, kondisi ini tentu saja berpengaruh informasi pada keluarga merupakan salah satu
terhadap waktu dan perawatan untuk pasien. faktor penting. Pendidikan kesehatan merupakan
Responden yang mempunyai kemampuan dalam strategi dalam perawatan kesehatan jiwa pada
merawat ODGJ adalah responden yang berusia keluarga dengan cara pemberian informasi dan
produktif. Responden yangsudah dewasa akan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik.
lebihmatang dalam melakukan segala Pendidikan kesehatan merupakan pendekatan
bentukpekerjaan, terutama dalam hal merawat yang bersifat edukasi dan pragmatis. Melalui
ODGJ. Semakin dewasa usia responden pendidikan kesehatan memungkinkan keluarga
menyebabkan responden banyak mendapatkan saling bertukar informasi tentang perawatan
informasi dan pengalamantentang cara merawat kesehatan mental dan pengobatan yang
pasien gangguan jiwa sehingga menyebabkan dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan
responden mempunyai motivasi yang cukup baik. lainnya. Menurut Widati, R (2010) keluarga yang
Pengetahuan merupakan faktor penting mendapatkan informasi yang memadai
yang menunjang kemampuan seseorang. menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam
Minimnya informasi yang diperoleh keluarga perawatan anggota keluarga, disamping
tentang perawatan pasien tentu memberikan kecemasan yang dialami oleh keluarga juga
dampak yang negatif terhadap kualitas mengalai penurunan, sebagai dampak dari
perawatan. Semakin cukup tingkat pengetahuan terpenuhinya informasi yang ingin diperoleh oleh
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam keluarga untuk merawat anggota keluarganya
berpikir dan menerima informasi dari segi yang sakit.
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih Peningkatan kemampuan merawat pasien
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang gangguan jiwa dapat diperoleh melalui intervensi
belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan keluarga,
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan kekhawatiran yang muncul karena ketidaktahuan
jiwanya (Wawan, 2010 dalam Amelia, 2015). dapat teratasi. Berdasarkan kondisi ini peneliti
Kemampuan keluarga juga dipengaruhi oleh berpendapat bahwa dengan hanya mendapatkan
tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan medis dan penjelasan yang diperoleh
dari 40 responden 55% berpendidikan dasar (SD- saat melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan
SMP). Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa tidak memberikan pengetahuan yang memadai.
pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah Hasil ini dimungkinkan waktu yang relatif
laku sehingga di dalam masyarakat pendidikan singkat saat kunjungan, dan informasi yang
harus membimbing ke arah suatu kepercayaan diberikan hanya berfokus pada informasi medis
yang memberikan dorongan motivasi yang sesuai dan pengobatan, sementara informasi tentang
dengan kecakapan yang diperlukan serta cara perawatan dan diagnosis keperawatan sangat
kesempatan untuk berlatih. Pendidikan terbatas, itu pun jika keluarga pro aktif untuk
mempunyai tiga aspek yaitu pembentukan bertanya. Sebagian petugas boleh jadi
kepribadian, pengembangan ilmu pengetahuan memberikan informasi yang memadai, tetapi
dan penerapan ilmu pengetahuan. Seharusnya komunikasi umumnya berjalan satu arah, tidak
pengetahuan keluarga dapat ditingkatkan melalui ada kedektan yang terjadil antara terapi dengan
136 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 1, April 2018, hlm 131-137

pasien. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pemberian stimulus dalam terapi psikoedukasi
Nurhidayah (2010, dalam Lestari, 2011), keluarga dapat meningkatkan bekal kemampuan
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan sangat keluarga dalam melakukan tindakan positif jika
dipengaruhi oleh motivasi keluarga (individu dengan mmberikan dukungan yang positif pd
yang mendapatkan pendidikan kesehatan) untuk pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
berubah. pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap
Hasil penelitian Suryaningrum dan kemampuan merawat pasien gangguan jiwa di
Wardani (2013), diketahui beban keluarga Wilayah kerja Puskesmas Sragi Lampung Selatan
merawat pasien gangguan jiwa cukup tinggi pada Tahun 2017.
yang kategori berat. Nuraenah, Mustikasari, &
Putri (2012) mendukung penelitian ini bahwa
beban keluarga dalam merawat anggota keluarga SIMPULAN
yang mengalami gangguan jiwa yaitu 95%.
Beratnya beban yang dialami keluarga bisa Berdasarkan data yang diperoleh pada
dipengaruhi oleh berbagai ha salah satunya penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
ekonomil. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kemampuan keluarga merawat pasien gangguan
Gururaj, Bada, Reddy dan Chandrashkar (2008 jiwa masih relatif rendah. Sebagian besar
dalam Suryaningrum dan Wardani, 2013) responden adalah kepala keluarga yang bertugas
menemukan bahwa dari enam dimensi beban mencari nafkah, tingkat pendidikan sebagian
keluarga dengan skizofrenia, skor finansial besar adalah pendidikan Sekolah dasar dan
memiliki rata-rata yang paling tinggi. Oleh Sekolah Menengah Pertama (pendidikan dasar).
karena itu apabila keluarga tidak memiliki
sumber dana yang cukup atau jaminan kesehatan,
maka akan menjadi beban yang sangat berat bagi SARAN
keluarga.
Sesuai hasil analisis kemampuan keluarga Melakukan pengabdian kepada masyarakat
dalam perawatan ODGJ masih kurang memadai, berdasarkan hasil penelitian. Perlu diberikan
pasien dalam merawat pasien gangguan jiwa. Hal pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa dan
ini diketahui dari adanya peningkatan nilai perawatan pasien gangguan jiwa. Membuat kerja
kemampuan pasien pada kelompok perlakuan sama Poltekkes Tanjungkarang dengan pihak
yang cukup signifikan. Dampak positif berupa puskesmas dan Desa/Kecamatan untuk
adanya peningkatan kemampuan pasien menjadi menjadikan lokasi penelitian sebagai daerah
lebih tinggi diketahui dari nilai rata-rata yang binaan, khususnya untuk masalah kesehatan jiwa.
meningkat. Hal ini disebabkan, pasien yang telah Mengadakan kerjasama dengan organisasi
mendapat terapi psikoedukasi keluarga keperawatan, seperti ikatan perawat kesehatan
mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik jiwa (IPKJI) untuk penerapan keperawatan
dalam menghadapi pasien gangguan jiwa. kesehatan jiwa komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, RH. 2015. Motivasi Keluarga Dalam Tuberkulosis Paru di Kota Bandar
Merawat Anggota Keluarga Yang Lampung. [Tesis]. Fakultas Ilmu
Mengalami Gangguan Jiwa Di Wilayah Keperawatan, Universitas Indonesia.
Kerja Puskesmas Urang Agung Sidoarjo. Marfuah, D., Noviyanti, RD. 2017. Kemampuan
[Karya Tulis Ilmiah]. Mojokerto: D3 Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia
Keperawatan Politeknik Kesehatan Dengan Gejala Halusinasi. The 6th
Majapahit. University Research Colloquium 2017,
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Universitas Muhammadiyah Magelang.
Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Praktek. Jakarta: EGC. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Indra. 2017. Pemasungan Penderita Gangguan Nuraenah, Mustikasari, Putri. Y.S.E. 2012.
Jiwa. www.penaindra.com Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban
Lestari, A. 2011. Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga dalam Merawat Anggota dengan
terhadap Pengetahuan dan Tingkat Riwayat Perilaku Kekerasan di RS Jiwa
Kecemasan Keluarga dalam Merawat Islam Klender Jakarta Timur. Jurnal
Anggota Keluarga yang Mengalami
Sulastri, Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa … 137

Keperawatan Jiwa. Volume 2, No. 1, Mei Perilaku Kekerasan Di Poliklinik Rumah


2014; 41-50. Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal
Stuart & Laraia. 2015. Principles & Practice of Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 2,
Psychiatric Nursing.7th Edition. St. November 2013; 148-155148.
Louise: Mosby. Wiyati, R. 2010. Pengaruh Psikoedukasi keluarga
Suryaningrum, S, Wardani, IY. 2013. Hubungan terhadapKemampuan Keluarga Merawat
Antara Beban Keluarga Dengan Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Keperaatan
Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Soedirman, Volume 5, No 2 Juli 2010.

Você também pode gostar