Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ratna Agustin 1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya1
Kutipan: Agustin, Ratna. (2017). Upaya Pencegahan Kekambuhan Melalui Discharge
Planning Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2
(2)
INFORMASI ABSTRACT
Knowledge and attitude of coronary heart disease (CHD) patient
Korespondensi about relapse preventing that less because the information of relapse
ratna.ners@fik.um-
preventing was just gave to patient that will go home. Discharge
surabaya.ac.id
planning can be one of alternative to prepare the patient can
understand the problem and preventive care that have to do. The
objective of this study was to examine the effect of discharge planning
on knowledge and attitude relapse preventing on coronary heart
disease patient.
Design used in this study was Quasy Experiment. The total sample
Keywords: attitude, was 12 CHD patients that included by inclusion criteria. The
coronary heart disease,
discharge planning, independent variable that was used in this study was discharge
knowledge, planning and the dependent variable was knowledge and attitude of
relapse preventing on CHD patients. The data was analyzed by
Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney with significance level
≤0,05.
The result of statistic test showed that knowledge with Wilcoxon
Signed Rank Test analyzed in treatment group had significance level
p=0,024 and control group is p=0,018. The attitude of treatment
group showed p=0,027 and control group p=0,414. Mann Whitney
test showed that p=0,002 for knowledge and p=0,002 for attitude.
It can be concluded that discharge planning have an effect on
knowledge and attitude relapse preventing on CHD patients. Further
study should measure the effect of discharge planning on compliance
of heart rehabilitation on coronary heart disease patient.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Abstrak
Pengetahuan dan sikap pasien penyakit jantung koroner (PJK) tentang pencegahan
kekambuhan masih kurang karena informasi pencegahan kekambuhan hanya
diberikan kepada pasien yang akan pulang. Discharge planning bisa menjadi salah
satu alternatif untuk mempersiapkan pasien dapat memahami masalah dan
pencegahan perawatan yang harus dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh Discharge planning terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan
kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment. Sampel total
adalah 12 pasien penyakit jantung koroner yang termasuk dalam kriteria inklusi.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah discharge planning
dan variabel terikatnya adalah pengetahuan dan perilaku pencegahan kambuh pada
pasien penyakit jantung koroner. Data dianalisis dengan Wilcoxon Signed Rank Test
dan Mann Whitney dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.
Hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa
pengetahuan kelompok perlakuan memiliki tingkat signifikansi p = 0,024 dan
kelompok kontrol adalah p = 0,018. Sikap kelompok perlakuan menunjukkan p =
0,027 dan kelompok kontrol p = 0,414. Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa p =
0,002 untuk pengetahuan dan p = 0,002 untuk sikap.
Dapat disimpulkan bahwa discharge planning berpengaruh terhadap pengetahuan dan
sikap pencegahan kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner. Studi lebih
lanjut harus mengukur pengaruh discharge planning terhadap kepatuhan rehabilitasi
jantung pada pasien penyakit jantung koroner.
68
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
69
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
2004). Pada tahun 1999 dilaporkan bahwa pasien PJK yang mengalami
bahwa 1.100.000 warga Amerika yang kekambuhan, 32% melakukan
menderita PJK, 40,9% dari jumlah pengobatan yang tidak tepat meliputi
tersebut harus menjalani perawatan tidak disiplin kontrol dan minum obat
kembali di rumah sakit karena sehingga dosis tidak memadai, 16%
kekambuhan (Ulfah, 2000). Angka lainnya bahkan sampai menghentikan
kejadian PJK di Indonesia belum pengobatan, 48% tidak
diteliti dengan akurat (Ulfah, 2000), mengendalikan faktor risiko, seperti
tetapi berdasarkan hasil Survei kolesterol, tidak mengontrol hipertensi
Kesehatan Rumah Tangga Nasional dan diabetes mellitus dan sisanya
(SKRTN) dilaporkan bahwa angka beraktivitas dan melakukan kegiatan
kematian akibat PJK pada tahun 1991 yang berat. Penelitian Brown (1990),
adalah 16 % kemudian di tahun 2001 Holmes (2000) dan Long Term
angka tersebut melonjak 10,4 % Intervention Study Group pada pasien
menjadi 26,4 % (Nurmartono, 2006). PJK yang patuh melakukan
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pencegahan kekambuhan dengan
peneliti di Ruang Jantung RSU Dr. mengendalikan faktor risiko kolesterol
Soetomo Surabaya pada bulan Januari- menunjukkan penurunan yang berarti
April 2008 didapatkan data dari kekambuhan. Berdasarkan hasil
berdasarkan register pasien rawat inap survey rumah tangga yang dilakukan
yaitu jumlah pasien yang dirawat di oleh Maryland High Blood Pressure
Ruang Jantung adalah 479 pasien, Coordinating Council (1991)
29,22 % dari jumlah tersebut adalah didapatkan data bahwa tingginya
pasien PJK. ketidakpatuhan pasien PJK dalam
Tenaga kesehatan profesional mengendalikan faktor risiko karena
harus mampu mengidentifikasi kondisi kurangnya komunikasi tenaga
pengobatan atau faktor lain yang kesehatan profesional. Menurut hasil
mempercepat atau memperburuk penelitian Nurhidayah (2005)
pasien PJK (Sudoyo, 2006). Menurut pemberian discharge planning
Kaplan, et al (1991) menyatakan menunjukkan perubahan yang
70
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
71
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
72
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
73
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
74
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
objek, proses selanjutnya akan menilai risiko, tanda dan gejala, upaya
atau bersikap terhadap stimulus atau pencegahan kekambuhan, pengenalan
objek kesehatan tersebut dan penanganan kekambuhan),
(Notoatmodjo, 2007). Pada kontrol, minum obat, aturan
pengetahuan, seseorang melalui tahap diet/nutrisi, aktivitas dan istirahat yang
evaluasi yang berarti dalam diri orang jelas, sehingga mampu mempengaruhi
tersebut terjadi proses penilaian emosional responden dan
terhadap sesuatu berdasarkan menstimulasi kepercayaan responden,
pengetahuan yang dimiliki setelah itu 2) pendidikan terakhir responden.
seseorang akan menerima (receiving) Orang yang lebih cerdas lebih mudah
pilihan yang menurut dia sesuai memahami isi pesan-pesan persuatif
dengan pengetahuannya, kemudian yang komplek, menyeleksi isi pesan
merespon (responding), menghargai dan penerimaan persuasi, mencari
(valuing), dan bertanggung jawab validasi, dan bertanya. Hal tersebut
(responsible) terhadap pilihannya membuat pasien penyakit jantung
(Notoatmodjo, 2003). koroner lebih kritis, objektif, dan tidak
Berdasarkan uraian di atas, hasil emosional dalam menentukan sikap
belajar tersebut berupa perubahan yang diaplikasikan dengan menjawab
pengetahuan, sikap, terutama domain pernyataan sikap yang diberikan
afektif (sikap) diharapkan mampu peneliti.
membangun suatu kepercayaan Proses perubahan pengetahuan
sehingga responden memiliki sikap yang terjadi pada pasien penyakit
positif dalam melakukan pencegahan jantung koroner melalui discharge
kekambuhan. Responden yang planning menghasilkan perubahan
bersikap negatif mampu mengubah dalam sikap tentang pencegahan
sikapnya menjadi positif setelah kekambuhan. Sikap menggambarkan
diberikan discharge planning, suka atau tidak suka seseorang
dikarenakan 1) pemberian informasi terhadap objek. Sikap sering diperoleh
tentang penyakit jantung koroner dari pengalaman sendiri atau dari
(meliputi pengertian, penyebab, faktor orang lain yang paling dekat.
75
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
76
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
77
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
78
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
79