Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319178630
CITATIONS READS
0 978
1 author:
Iranita Iranita
Universitas Maritim Raja Ali Haji
7 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Iranita Iranita on 19 August 2017.
Abstrak
PENDAHULUAN
1
penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand juga
terdapat kecendrungan bahwa tingkat konsumsi karet dunia
semakin meningkat. Walaupun saat ini sudah berkembang karet
sintesis, namun permintaan karet alam dunia masih terus
meningkat. Hal ini disebabkan karena karet alam itu sendiri
tidak bisa disubsidi sepenuhnya oleh karet sintesis terutama
pembuatan ban, agar dapat memanfaatkan peluang tersebut maka
Indonesia berusaha untuk mengerahkan segala daya upaya untuk
meningkatkan ekspor karet alam dan patut mendapat perhatian.
Indonesia merupakan penghasil karet terbesar ketiga
dunia setelah Thailand ($899.878) pada peringkat kedua dan
Malaysia peringkat pertama senilai $1.001.847. Data produksi
dari IRSG menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor Indonesia
senilai $610.826 (Gapkindo 2010).
Dari data diperoleh bahwa meskipun Sumatera Barat
masih berpeluang dalam meningkatkan ekspor, tapi
kenyataannya terjadi penurunan ekspor dan peranan ekspor
terhadap total karet olahan secara nasional juga menurun.
Akibat dari kualitas karet yang tidak sesuai dengan
ketentuan maka hal ini akan mempengaruhi kepuasan konsumen
terhadap karet yang dihasilkan oleh perusahaan. Demikian
juga dalam hal pengemasan, pengiriman, dan sebagainya
sehingga dengan sendirinya kepercayaan konsumen (eksportir)
terhadap perusahaan akan berkurang dan tentu saja konsumen
bisa saja beralih ke pesaing karena perusahaan dinilai tidak
mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Menyimak kondisi yang terdiri dari data yang ada di
lapangan maka ada kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan yang telah terlaksana dimana kinerja ekspor karet
alam pada industri karet di Sumatera Barat mengalami
penurunan dan kecilnya peranan ekspor karet alam Sumatera
Barat terhadap ekspor nasional. bila diasumsikan faktor
internal memiliki pengaruh cukup besar maka disinyalir
perusahaan kurang peka menganalisis dan mengidentifikasi
kebijaksanaan yang tepat dalam hal kualitas karet alam,
padahal konsumsi dan permintaan karet alam dunia semakin
meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
di bidang industri belakangan ini.
Menurut Kotler (2003:13) bahwa suatu produk akan
berhasil jika memberikan kualitas produk, pelayanan dan
kepuasan pada konsumen, karena konsumen akan menyukai produk
yang bisa memberikan nilai yang lebih banyak dalam arti
seberapa besar benefit (manfaat) yang akan diperoleh dari
produk dibandingkan dengan sacrifice (pengorbanan) yang
dikeluarkan untuk membeli dan memanfaatkan produk tersebut.
Oleh karena itu penilaian terhadap produk oleh konsumen
dalam hal ini karet olahan sangat diperlukan untuk proses
produksi selanjutnya.
Data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan pada konsumen oleh perusahaan dirasakan
rendah. Hal ini terlihat sepanjang tahun 2011 saja tercatat
2
sebesar 10% dari jumlah keberatan (complain) terhadap produk
adalah menyangkut kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Jumlah ini telah berkurang dimana tahun 2010 sebesar 12 %
(data perusahaan, 2011).
Penurunan ekspor karet alam Sumatera Barat disinyalir
karena konsumen telah beralih ke produsen lain (pesaing)
yang saat ini semakin banyak yang berkembang, sebab
perusahaan pengolahan karet di Sumatera Barat kurang
memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen mengenai
kualitas karet yang dihasilkan dan juga konsumen menilai
bahwa manfaat produk yang didapat tidak sebanding dengan
pengorbanan yang telah mereka berikan. Untuk itu dibutuhkan
suatu penelitian dengan menggunakan asumsi bahwa dimana
kualitas karet yang dihasilkan belum sesuai dengan standar
internasional dan telah mengurangi kepercayaan konsumen
terhadap perusahaan.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
3
Untuk variabel kepuasan konsumen (X3) dilihat melalui
perbandingan antara performance dan expectation. Untuk X
merupakan variabel independen sedangkan hasil penjualan
ekspor (Y) adalah variabel dependen.
1.Kualitas Produk
4
2.Pengertian Kualitas Pelayanan
5
4. Facilitation (pemfasilitasan) organisasi dapat berupa
telepon, garansi, prosedur keluhan yang tidak
menjengkelkan dan lain-lain.
5. Credibility (kredibilitas) adalah suatu respon untuk
menyikapi bahwa pelanggan telah mendapat masalah.
(Moris,1999).
6. Attentiveness (perhatian), merujuk pada interaksi antara
wakil organisasi dengan pelanggan yang mengeluh.
Perhatian adalah sebuah dimensi yang komplek karena
tergantung pada kepercayaan pada orang, bukan kepercayaan
pada prosedur.
Hasil Penjualan
Kerangka Pemikiran
6
dimana service quality (kualitas pelayanan) yang terdiri
dari timeliness (kecepatan merespon), apology (permintaan
maaf), redress (perbaikan), facilitation (pemfasilitasan),
credibility (kredibilitas) dan attentiveness (perhatian).
Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut diperlukan
adanya suatu nilai strategi perusahaan dengan melakukan
riset pemasaran oleh perusahaan pengolahan karet alam secara
menyeluruh. Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan dan
keinginan konsumen pada suatu daerah pemasaran karena
kepuasan konsumen tercapai bila produk yang ditawarkan
sanggup memenuhi target pemasarannya dan tidak berpindah
pada konsumen lain.
Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
7
Unit populasi penelitian (research population)
sebanyak 6 perusahaan. Untuk mengetahui kualitas karet alam
dan kualitas layanan ada 20 perusahaan independen yang
bertindak sebagai eksportir dan buyer representative dalam
perdagangan karet alam, Dengan demikian, jumlah populasi
yang akan menilai kualitas dan kualitas layanan adalah
sebanyak 20 perusahaan. Jumlah populasi ini selanjutnya
dijadikan responden secara sensus
Kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas)
suatu hasil penelitian tergantung pada alat pengukur
(instrument) yang digunakan dan data yang diperoleh sahih
dan andal, jika tidak maka hasilnya tidak menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya. Untuk itu diperlukan tes
kesahihan (test of validity) dan tes kehandalan (test
reliability)
Metode Analisis
Analisis Deskriptif
Analisis Kuantitatif
8
analisa statistik yang dilakukan dengan bantuan program SPSS
versi 16 for Windows, untuk membuktikan hubungan dan
pengaruh antara variabel-variabel penelitian.
Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
deskriptif mengenai responden penelitian ini, khususnya
mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan.
9
jumlah responden (N) ada 20. Nilai minimum dari variabel
kualitas produk sebesar 74, dan nilai maksimalnya sebesar
94. Untuk nilai minimum dari variabel kualitas pelayanan
sebesar 36 dan nilai maksimalnya sebesar 50. Sedangkan untuk
nilai minimum variabel kepuasan konsumen mempunyai nilai
minimum sebesar -3 dan nilai maksimalnya sebesar 4.
Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan
minimum. Nilai range untuk kualitas produk yaitu 20, nilai
range untuk variable kualitas pelayanan sebesar 14 dan nilai
range untuk variabel kepuasan konsumen sebesar 7. Sedangkan
untuk nilai mean statistik ketiga variabel yaitu kualitas
produk, kualitas pelayanan, dan kepuasan konsumen lebih
besar dari Standar deviasi statistik yang artinya tidak
terjadi variasi data yang tinggi karena nilai variasi data
tersebut nilainya lebih rendah dari nilai rata-ratanya. Dari
20 responden ternyata data kualitas produk, kualitas
pelayanan, dan kepuasan konsumen terdistribusi secara
normal. Hal ini dapat terlihat dari nilai skewness dan
kurtosis masing-masing variabel yang memiliki nilai
mendekati nol.
10
3. Variabel Kepuasan Konsumen
Pada tampilan output dari variabel kepuasan konsumen
menunjukkan bahwa nilai Cronbachs Alpha 78,1 % yang menurut
kriteria Nunnally (19960) bisa dikatakan reliabel. Hal ini
dikarenakan nilai dari Cronbachs Alpha > 60% yang
mengindikasikan bahwa responden menjawab pertanyaan
kuisioner secara konsisten.
1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent). Suatu model regresi dapat dikatakan tidak
terjadi multikolinearitas apabila hasil perhitungan nilai
Tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) <
10 (Ghozali,2006). Hasil uji multikolonieritas pada model
regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8
sebagai berikut :
Hasil besaran korelasi antar variabel independen
tampak bahwa variabel kualitas produk memiliki korelasi
dengan kualitas pelayanan dengan tingkat korelasi sebesar
19,9 %, korelasi antara kualitas produk dengan kepuasan
konsumen adalah 19%, sedangkan korelasi kualitas pelayanan
dengan kepuasan konsumen adalah sebesar 28,3% Oleh karena
korelasi ini masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak
terjadi multikolonieritas.
2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). (Ghozali,2006).
Dalam hasil uji autokorelasi didapat nilai Durbin-
Watson sebesar 1,970. nilai ini kan dibandingkan dengan
nilai tabel Durbin-Watson Test Bound dengan nilai
signifikansi 5%, jumlah sampel = 20(n) dan jumlah variabel
independen 3 (k=3), maka akan didapat nilai dL = 1,144 dan
dU = 1,628. Oleh karena nilai Durbin- Watson 1,970, lebih
besar dari batas atas (dU) 1,628 dan kurang dari 4 – 1,628
(4- dU), maka dapat disimpulkan bahwa tidak dapat menolak H0
yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yanga lain
(Ghozali, 2006).
Dengan menggunakan uji Park, koefisien parameter beta
untuk variable independen dari persamaan regresi tidak ada
11
yang signifikan secara statistik. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
Analisis Data
12
Koefisien Determinasi (R2)
13
attentiveness berpengaruh terhadap hasil penjualan dapat
diterima
1 Kesimpulan
Berdasarkan telaah pustaka, ada 3 hipotesis yang
dianalisis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh kualitas produk terhadap hasil penjualan karet
alam Sumatera Barat, dimana koefisien regresi untuk
kualitas produk diperoleh positif sebesar 0,312, Hal ini
berarti bahwa hipotesis yang menyatakan pengaruh kualitas
produk melalui performance, conformance to specification,
durability, dan serviceability berpengaruh terhadap hasil
penjualan dapat diterima.
2. Pengaruh kualitas pelayanan perusahaan terhadap hasil
penjualan karet alam Sumatera Barat, dimana koefisien
regresi yang diperoleh adalah positif sebesar 0,285, Hal
ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
kualitas pelayanan melalui timeliness, apology,
redness.facilitation, credibility, attentiveness
berpengaruh terhadap hasil penjualan dapat diterima.
3. Pengaruh kepuasan eksportir terhadap hasil penjualan
karet alam Sumatera Barat, dimana koefisien regresi yang
diperoleh adalah positif sebesar 0,411. Hal ini berarti
bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen
dalam hal ini eksportir, apabila dilihat dari
performance yang ada dibandingkan dengan expectation
konsumen memberikan pengaruh terhadap hasil penjualan
karet alam Sumatera Barat, dan dapat diterima.
4. Kualitas karet alam, kualitas pelayanan dan kepuasan
konsumen berpengaruh positif terhadap hasil penjualan
pada perusahaan pengolahan karet alam Sumatera Barat. Hal
14
ini menunjukkan bahwa baik secara langsung atau tidak
langsung kualitas produk, kualitas pelayanan dan kepuasan
konsumen dapat menstimulir peningkatan hasil penjualan.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, 2011, Statistik
Industri Karet Remah (Crumb Rubber) Sumatera Barat,
Padang (www.bi.go.id). Pengolahan Wilayah Potensial
Karet
16
Gronroos, Christian, 1994, “The Marketing Strategy
Containum: Toward A Marketing Concept for The 1990’s”,
Management Decision 29(1): 7-13
17
18