Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pengertian
Apa itu penyakit skizofrenia?
Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir. Orang
dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Itu sebabnya
masyarakat Indonesia sering menyebut skizofrenia dengan “gila”. Penyakit ini juga
menyebabkan pengidapnya tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun
memahami masalah tertentu.
Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan di tengah
masyarakat. Gejala paling khas dari skizofrenia paranoid adalah delusi (waham)
dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan skizofrenia paranoid cenderung mendengar suara-
suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu yang tidak nyata.
Tidak hanya itu, orang yang memiliki skizofrenia paranoid juga sering menunjukkan perilaku
kacau yang menyebabkan diri mereka tidak dapat mengendalikan perilakunya. Akibatnya,
pengidap skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi,
hasrat, serta keinginannya.
Secara umum, skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis yang membutuhkan pengobatan
berkepanjangan untuk meringankan gejalanya.
Halusinasi. Orang yang terkena skizofrenia paranoid sering mendengar, melihat, mencium, atau
merasakan hal-hal yang tidak nyata. Paling sering mereka mendengar suara yang jelas dari orang
yang dikenal ataupun orang yang tidak dikenal. Suara ini mungkin akan memberi tahu
penderita untuk melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, seperti bunuh diri atau
membunuh orang lain.
Delusi. Orang dengan skizofrenia paranoid juga mungkin memiliki keyakinan kuat akan suatu
hal yang salah, misalnya merasa orang lain ingin mencelakakan atau membunuh dirinya. Gejala
skizofrenia yang satu ini akan berdampak langsung pada perilaku pengidapnya.
Pikiran kacau dan ucapan membingungkan. Orang dengan kondisi ini sering kesulitan untuk
mengatur pikiran mereka. Mereka mungkin tidak memahami apa yang Anda bicarakan saat Anda
mengajaknya berbicara. Tidak hanya itu, ketika mereka berbicara, mereka sering mengeluarkan
ucapan yang tidak masuk akan dan terdengar membingkungkan.
Sulit konsentrasi. Pikiran yang carut marut membuat orang dengan kondisi ini kesulitan untuk
berkonsetrasi atau fokus pada satu hal.
Gerakan berbeda. Beberapa orang dengan kondisi ini sering nampak gelisah. Sering kali
mereka melakukan gerakan yang sama berulang kali. Meski begitu, terkadang mereka dapat juga
diam selama berjam-jam (katatonik).
Gejala di atas terkadang sulit dikenali karena biasanya umum terjadi pada remaja. Akibatnya,
banyak orang menganggap jika gejala tersebut adalah hal yang lumrah sebagai fase remaja. Pada
pria, gejala penyakit ini biasanya dimulai pada awal puberitas hingga pertengah usia 20-an.
Sementara pada wanita, gejala biasanya dimulai pada akhir usia 20-an. Anak-anak dan lansia di
atas 45 tahun jarang memiliki kondisi ini.
Kemungkinan ada beberapa tanda dan gejala skizofrenia yang tidak disertakan di atas. Apabila
Anda memiliki kekhawatiran tentang gejala skizofrenia, segera konsultasikanlah ke dokter Anda.
Selengkapnya
Penyebab
Apa penyebab penyakit skizofrenia?
Sampai saat ini para ahli belum mengetahui apa yang menyebabkan seseorang mengalami
penyakit kejiwaan. Meski begitu, para peneliti percaya bahwa ada beberapa hal yang dapat
memicu penyakit ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penyakit skizofrenia adalah:
Senyawa kimia di otak. Kadar seratonin dan dopamine di dalam otak yang tidak seimbang
diyakini apara hli bisa menyebabkan penyakit ini.
Perbedaan struktur otak. Studi pemindai saraf otak menunjukkan perbedaan dalam struktur
otak dan sistem saraf pusat orang dengan penyakit ini Para peneliti tidak yakin mengapa hal
tersebut bisa terjadi, namun mereka menyebutkan bahwa gangguan kejiwaan ini terkait dengan
penyakit otak.
Genetik. Penyakit ini mungkin diwariskan di dalam keluarga. Jadi, jika salah satu keluarga inti
Anda terkena penyakit ini, Anda berisiko tinggi mengalami hal yang serupa.
Faktor lingkungan. Terkena infeksi virus dan kekurangan beberapa nutrisi ketika masih dalam
kandungan.
Obat-obatan tertentu. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika.
Faktor-faktor risiko
Siapa saja yang berisiko mengidap penyakit skizofrenia?
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit skizofrenia adalah:
Memiliki keluarga yang terkena penyakit ini. Apabila Anda memiliki keluarga, khususnya
orangtua atau saudara kandung yang terkena penyakit ini, risiko Anda 10 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang lain.
Infeksi virus, keracunan, dan kekurangan gizi saat masih di dalam kandungan khususnya pada
usia kandungan 6 bulan pertama.
Memiliki ayah yang sudah tua saat Anda dilahirkan.
Menggunakan inhibitor atau stimulasi saraf pada usia dini.
Memiliki penyakit autoimun.
Selain beberapa hal yang disebutkan di atas, ternyata stres juga berpotensi sebagai penyebab
seseorang mengalami penyakit skizofrenia. Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang
terkena stres, misalnya masalah keuangan, rumah tangga, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Orang dengan kondisi ini bisanya dirawat oleh seorang psikiater dan psikolog berpengalaman.
Dalam banyak kasus, perawatan di rumah sakit jiwa diperlukan agar kebersihan, nutrisi, serta
keamanan pasien terjamin. Secara umum, beberapa pilihan pengobatan untuk penyakit
skizofrenia adalah:
Obat skizofrenia
Obat skizofrenia ini dapat digunakan lewat oral atau suntikan. Jika pasien mengembangkan
gejala yang tergolong ringan sehingga masih mudah diatur, dokter akan memberikan obat
skizofrenia oral. Sementara jika pasien mengembaangkan gejala yang tergolong berat sehingga
sulit untuk diatur, dokter terpaksa akan memberikan obat skizofrenia suntik.
Antipsikotik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antipsikotik generasi pertama dan generasi
kedua. Antipsikotik generasi kedua umumnya lebih sering diresepkan dokter karena memiliki
risiko efek samping yang lebih rendah daripadai antipsikotik generasi pertama. Obat skizofrenia
antipsikotik generasi kedua meliputi:
Aripiprazole (Abilify)
Asenapine (Saphris)
Brexpiprazole (Rexulti)
Cariprazine (Vraylar)
Clozapine (Clozaril)
Iloperidone (Fanapt)
Lurasidone (Latuda)
Olanzapine (Zyprexa)
Paliperidone (Invega)
Quetiapine (Seroquel)
Risperidone (Risperdal)
Ziprasidone (Geodon)
Obat antipsikotik generasi pertama memiliki efek samping yang memengaruhi saraf (neurologis),
seperti kejang otot, kedutan, serta gemetar. Meski obat antipsikotik kedua sering diresepkan
karena minim efek samping, antipsikotik generasi pertama umumnya lebih murah. Terutama
pada versi generik, yang dapat menjadi pertimbangan penting untuk pengobatan jangka panjang.
Beberapa obat skizofrenia antipsikotik generasi pertama meliputi:
Chlorpromazine
Fluphenazine
Haloperidol
Perphenazine
Dokter Anda juga mungkin akan meresepkan obat lain, seperti antidepresan atau obat
antikecemasan. Selalu konsultasi ke dokter tentang manfaat dan efek samping dari obat apapun
yang diresepkan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius.
Terapi kognitif
Penyakit kejiwaan sering terjadi karena pasien memiliki konsep pemikiran yang dibangun bukan
berdasarkan logika, dalam jangka waktu yang lama. Dokter akan menyarankan terapi kognitif
untuk membantu pasien menemukan kebiasaan alam bawah sadar yang menyebabkan penyakit
ini.
Kemudian, akan dilakukan terapi perilaku dan pelatihan secara psikologis untuk
memperbaiki cara berpikir yang salah tersebut. Saat pemikiran-pemikiran negatif tersebut
berkurang dan kognitif Anda kembali normal (kemampuan mengingat sampai pada kemampuan
memecahkan masalah), tandanya gejala telah berhasil diatasi.
Dokter Anda mungkin akan memberi resep antineurotik harian untuk mencegah gejala seperti
delusi dan paranoid. Tambahannya, dokter Anda mungkin akan menggunakan pengobatan psiko-
sosial untuk para pasien. Pengobatan psikososial adalah terapi konseling yang mendukung
kegiatan sehari-hari dan juga aktivitas-aktivitas komunitas.
Grup pekerja sosial yang dipandu oleh para dokter akan mengajarkan Anda dan orang terdekat
Anda seputar soft skill yang dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari.
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu memastikan ada tidaknya
masalah lain yang dapat menyebabkan gejala.
Pemeriksaan darah lengkap. Tes ini dilakukan untuk memastikan jika gejala yang ditimbulkan
pasien bukan karena pengaruh alkohol, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi medis lainnya.
Dokter juga mungkin akan meminta tes gambar, seperti MRI atau CT scan untuk melihat ada
tidaknya kelainan pada struktur otak dan sistem saraf pusat pasien.
Evaluasi kejiwaan. Dokter atau ahli kesehatan mental akan memeriksa status mental pasien
dengan mengamati penampilan, pikiran, suasana hati, serta diskusi tentang keluarga atau
pengalaman pribadi pasien.
Pengobatan di rumah
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit skizofrenia?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin dapat membantu Anda mengatasi penyakit
skizofrenia adalah:
Belajar tentang penyebab, faktor pemicu, gejala, hingga pengobatannya akan membantu Anda
dalam membuat keputusan bagaimana cara terbaik merawat pasien.
Supaya dapat memberikan dukungan dan perawatan yang baik kepada pasien, Anda
membutuhkan bantuan dari pihak luar. Itu sebabnya, jangan ragu untuk meminta bantuan dengan
ahli kejiwaan, psikiater, atau komunitas terkait penyakit ini. Semakin banyak Anda mendapatkan
dukungan, semakin baik gai Anda dan jalannya pemulihan pasien.
3. Pandu pasien untuk mendapatkan perawatan medis
Dalam banyak kasus, orang yang memiliki penyakit ini sering diasingkan atau bahkan dipasung
karena banyak orang menganggap mereka berbahaya. Ingat, seseorang dengan penyakit ini
sering tidak menyadari bahwa mereka tidak sehat, sampai mereka mendapatkan perawatan. Oleh
karena itu, memotivasinya untuk mendapatkan bantuan medis guna mengelola gejala adalah
landasan perawatan yang tepat.
Meski pasien sudah keluar dari rawat inap, mereka juga butuh didampingi agar teta berada di
jalur pemulihan yang benar. Dorongan dan dukungan Anda serta orang-orang di sekitarnya
adalah hal yang penting baginya untuk melanjutkan terapi.