Você está na página 1de 16

ANALISIS GENDER BERDASARKAN JENIS KEGIATAN BURUH TANI

April 1, 2010 · Filed under Uncategorized

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita sering kali mempunyai peran ganda dalam keluarga, baik sebagai pencari nafkah
maupun sebagai ibu rumah tangga yang harus selalu mengurusi kebutuhan rumah tangga dalam
keluarga seperti: mencuci, membersihkan rumah, memasak, mengasuh anak, mendidik anak dan
sebagainya.
Wanita tani sebagai mitra sejajar, secara fungsional tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembangunan pertanian. Peranan wanita dalam usahatani diarahkan kepada peluang peningkatan
produktivitas lahan dan tenaga kerja serta peningkatan nilai tambah. Peranan wanita tani saat ini
diketahui sebagai penyandang kerja yang cukup berat tetapi kurang produktif, wanita tani
dikenal sebagai tenaga kerja dalam kegiatan penanaman, pemupukan, penyiangan, panen dan
pengolahan hasil di dalam maupun di luar usahataninya. Selain sebagai buruh tani juga
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengambil air, mencari kayu bakar, mengasuh anak,
memasak dan lain-lain.

Di daerah pedesaan, sumbangan wanita tani dalam penghasilan keluarga cukup besar, baik
dengan bekerja di lahan sendiri ataupun sebagai buruh tani dan mengurus pekerjaan rumah
tangga. Partisipasi wanita pada usahatani baik dalam proses produksi, panen maupun pasca
panen cukup tinggi. Banyak hasil penelitian mengungkapkan bahwa wanita di pedesaan
mempunyai peranan sebagai pencari nafkah, lebih-lebih dari rumah tangga berpenghasilan
rendah.
Golongan ini meliputi kurang lebih 40% dari seluruh rumah tangga pedesaan (Parjanto
an Trisni, 2001)

Namun besarnya sumbangan dari wanita terhadap penghasilan dalam rumah tangga tidak lantas
menjadikan wanita lebih tinggi peranan dan kedudukannya dari pria. Hal ini disebabkan karena
adanya faktor gender. Suksesi (2002), mengemukakan bahwa gender merupakan konsep yang
digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara pria dan wanita secara sosial kultural.
Pudjiwati dan Sayogjo (1992), mengemukakan bahwa pembagian kerja antara wanita dan pria
dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat luas nampak pada kebiasaan lelaki mencari
nafkah di luar rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan wanita mengurus
pekerjaan rumah tangga. Pola pembagian tersebut dalam era modern ini didasarkan atas
pertimbangan biologis dan perbedaan sosial budaya lingkungan keluarga itu. Kasus yang terjadi
pada sebagian besar masyarakat adalah perempuan lebih banyak menghabiskan waktu pada
urusan rumah tangga, sedangkan laki-laki lebih banyak mengerjakan pekerjaan untuk mencari
nafkah. Salah satu alasan adanya pembagian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan ini adalah
karena gender yaitu perbedaan peranan, kedudukan, tugas dan tanggung jawab antara laki-laki
dan perempuan yang dikontruksikan atau dibentuk oleh masyarakat, untuk melihat dan
mengidentifikasikan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan diperlukan analisis
gender. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dikaji perbedaan mengenai kegiatan produktif,
domestik nonproduktif dan kegiatan sosial kemasyarakatan antara buruh tani laki-laki dan buruh
Tani perempuan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak.

B. Perumusan Masalah

Gender merupakan suatu perbedaan peran, tanggung jawab, sifat dan kedudukan antara
wanita dan pria yang telah disosialisasikan oleh masyarakat melalui norma, kebiasaan yang telah
diwariskan secara turun-temurun. Adanya perbedaan gender ini mengakibatkan pembagian peran
yang cenderung berat sebelah antara pria dan wanita, sehingga seringkali merugikan pihak
wanita.
Wanita yang mempunyai peran ganda dalam rumah tangga, yaitu sebagai pencari nafkah dan
sebagai ibu rumah tangga yang harus melayani kebutuhan keluarga sering kali harus bekerja
lebih berat dari suaminya. Meskipun demikian kadang hasil dari kerjanya tidak mendapatkan
penghargaan, ini disebabkan karena pekerjaan wanita cenderung dikaitkan dengan pekerjaan
rumah tangga (domestik), sedangkan pria banyak dikaitkan pada pekerjaan diluar rumah
(publik).
Posisi dan status yang ditempati oleh masing-masing anggota berbeda-beda. Dalam hal ini
disebabkan karena perbedaan umur, jenis kelamin, generasi, posisi ekonomi dan kekuasaan,
sedangkan untuk perbedaan posisi laki-laki dan wanita disebabkan alasan biologis dan sosial
budaya. Alasan biologis menganggap laki-laki secara fisik lebih kuat daripada wanita, sedangkan
alasan sosial budaya dibentuk dari norma-norma yang diatur dalam lingkungan masyarakat
seperti: siapa yang mengasuh dan mendidik anak, siapa yang mencari nafkah dan siapa yang
tampil dalam kegiatan kemasyarakatan. Alasan biologis dan sosial budaya berangsur-angsur
mengalami perubahan dalam masyarakat agraris. Peran ganda wanita di masyarakat agraris
sangat terlihat, wanita berperan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya melaksanakan
pekerjaan rumah tangga dan sebagai pencari nafkah di usahatani. Hal ini mengubah gambaran
bahwa laki-laki pulang membawa bahan makanan untuk dimasak oleh wanita adalah sesuatu
yang seharusnya.

Untuk menganalisis data secara sistematis tentang data laki-laki dan perempuan sehingga peran
dan tanggung jawab keduanya diketahui, diperlukan analisis gender. Penelitian ini memusatkan
perubahan pada profil kegiatan yang dilakukan laki-laki dan perempuan. Untuk itu melalui
penelitian ini akan dicari titik terang dan jawaban dari permasalahan berikut:
1 Apakah terdapat perbedaan kegiatan produktif antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?
2 Apakah terdapat perbedaan kegiatan domestic antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?
3 Apakah terdapat perbedaan kegiatan kemasyarakatan antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan kegiatan produktif antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?
2. Mengetahui perbedaan kegiatan domestik antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?
3. Mengetahui perbedaan kegiatan kemasyarakatan antara buruh tani laki-laki dan buruh tani
perempuan?

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai pembelajaran dengan melihat dan meneliti permasalahan
yang ada disekitar penulis, dan mencari jawaban dari permasalahan tersebut. Dan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
2. Bagi pengambil kebijakan dan lembaga terkait, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
keputusan dan kebijakan dalam hal pembangunan pertanian berbasis gender
3. Bagi petani responden, untuk menambah pengetahuan mereka tentang peran masing-masing
pihak, baik pria maupun wanita. Agar pekerjaan usaha tani dan rumah tangga makin efisien dan
tidak membedakan peran keduanya
4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi serta perbandingan dalam penelitian mengenai
analisis gender
II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Differensiasi Peranan

Perbedaan posisi dan status yang ditempati oleh masing-masing anggota keluarga yang
didasarkan atas berbagai perbedaan seperti umur, jenis kelamin, generasi, posisi ekonomi
dan kekuasaan. Perbedaan posisi status antara pria dan wanita disebabkan karena alasan
biologis dan sebagian lagi disebabkan karena perbedaan sosial budaya lingkungan
keluarga itu: siapa yang mengasuh anak, siapa yang mencari nafkah, siapa yang tampil
kedepan pada kegiatan-kegiatan ritual dan seterusnya
(Sayogjo dan Pujiwati, 1992).

Margareth dalam Boserup (1984), melukiskan peranan laki-laki dan wanita sebagai
berikut: rumah tangga bersama seorang (atau beberapa orang) pria dan pasangan
wanitanya, kemana pria membawa bahan makanan dan ditanak oleh para wanita
merupakan gambaran umum yang pokok diseluruh dunia. Tetapi gambaran ini dapat
mengalami perubahan dan perubahan-perubahan tersebut membuktikan bahwa pola itu
sendiri tidak merupakan sesuatu yang biologis mendalam.
Kehidupan sehari-hari wanita berada dalam suatu konteks beban ganda. Beban tersebut
adalah beban untuk memberikan pengasuhan yang tidak dibayar dalam pelayanan-
pelayanan dalam pekerjaan rumah tangga serta beban untuk memberikan kelangsungan
hidup perekonomian melalui kerja upahan. Tidak ada pemisahan rasional dari kedua
konteks beban tersebut, dua hal ini merupaka aktivitas yang tidak terpisahkan bagi wanita
(Ollenburger dan Helen, 1996).

2. Gender

Kata gender ditemui dalam bahasa inggris yang dalam English Dictionary For Advanced
Learners, diartikan sebagai kenyataan bahwa seseorang itu menjadi seorang laki-laki atau
seseorang itu menjadi seorang perempuan. Perempuan diartikan memiliki sifat lembut,
halus, yang ada karena gendernya atau diartikan apakah seseorang itu maskulin, feminin
atau maskulin dan feminim. Seorang laki-laki adalah maskulin, sedangkan seorang
perempuan adalah feminim. Gender dapat disebabkan karena asal dan kebiasaan
(Sinclair, 2001)

Subkhan (2003), mengemukakan bahwa ketidakadilan gender dalam pembangunan


disebabkan oleh mitos bahwa pekerjaan yang dilakukan kaum wanita hanya bersifat
melengkapi dan tidak bernilai produktif. Mitos ini menyebabkan tidak adanya
penghargaan terhadap karya dan hasil kerja kaum wanita seberapa pun besarnya. Tidak
adanya pengakuan, penghargaan terhadap kaum wanita melalui pemberian akses dan
kontrol yang lebih besar membuat semakin terkuburnya potensi mereka. Diungkapkan
oleh Srini (1995), bahwa gender menjadi persoalan ketika nilai-nilai yang terkandung
dalam ketentuan gender tersebut menghambat seseorang untuk mempunyai akses dan
kontrol terhadap sumber daya dan hasil-hasilnya.

Sukesi (2002), menyatakan bahwa gender merupakan konsep yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara wanita dan pria secara sosial budaya. Pembedaan ini
sebenarnya mengacu pada unsur emosional dan kejiwaan, sebagai karakteristik sosial
dimana hubungan wanita dan pria dikonstruksikan, sehingga berbeda antara tempat dan
waktu. Dalam melihat gender sebagai konstruksi sosial budaya, dapat membedakan
gender identity yang berasal dari konsepsi biologis yaitu bagaimana wanita dan pria
dibedakan terutama dari aspek kromosomnya dan kemudian bagaimana manusia
mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan atau laki-laki.

Fakih (1996), mengemukakan konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum
laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan sosial maupun kultural, misalnya
bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan. Sementara
laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat-sifat itu sendri merupakan
sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan dari ciri sifat-sifat itu dapat terjadi dari
waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lain. Juga perubahan bisa terjadi dari kelas ke
kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat
perempuan dan laki-laki itulah yang dikenal dengan konsep gender.
Oleh Oppong dan Katie (1981), peran perempuan sebagai orang tua dibedakan dengan
peran dalam kegiatan rumah tangga. Dalam kegiatan rumah tangga, adalah setiap aktifitas
yang berhubungan dengan pemeliharaan dilingkungan rumah, termasuk memasak,
membersihkan rumah, mencuci, menyiapkan makan, berbagai keahlian dan hal lain yang
digunakan untuk kegiatan domestik atau rumah tangga ini adalah waktu yang digunakan
untuk aktivitas rumah tangga.
3. Analisis Gender

Kata ”analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah penyelidikan terhadap
suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya) (Lukman, 1996).
Analisis gender adalah suatu analisis yang membantu mengidentifikasi dan
mengungkapkan situasi aktual pria dan wanita, meliputi kedudukan dan peranan dalam
keluarga masyarakat, tingkat kesejahteraan, kepentingan, kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi; beban kerja dan kegiatan wanita dan pria; saling keterkaitan antara pria
dan wanita dan saling mengisi antar peran wanita dan pria; tingkat akses dan kontrol
wanita dan pria terhadap sumber-sumber dan manfaat yang diperoleh dari pendayagunaan
sumber-sumber pembangunan, sumber-sumber produktif maupun sumber daya manusia
dalam keluarga dan dalam masyarakat. Dengan demikian dapat terjadi kemitrasejajaran
antara pria dan wanita yang dapat selaras, serasi dan seimbang dalam kehidupan
(Mentri UPW dalam Warto, 1998).

Analisis gender memerlukan data yang sudah terpilih yaitu nilai dari variabel-variabel
yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan berdasarkan topik bahasan atau hal-
hal yang menjadi perhatian. Data ini meliputi data kuantitatif, dengan nilai variabel
terukur dan data kualitatif dengan nilai variabel tidak terukur
(Kantor Kementrian Pemberdayaan Perempuan, 2003).

4. Profil Kegiatan

Profil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan sebagai pandangan dari samping
atau grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus (Ali, 1992).
Konsepsi pekerjaan didasarkan atas pendapat Chayanov dan Sahlins dalam Sayogyo dan
Pudjiwati (1992), batasannya meliputi:

a. Para pelaku mengeluarkan energy

b. Para pelaku terjalin dalam interaksi sosial, mendapat status

c. Para pelaku memberikan sumbangan dalam produksi barang maupun jasa


d. Para pelaku mendapatkan penghasilan (cash dan natura)

e. Para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai nilai dan waktu


Sajogjo (1994) mengatakan bahwa analisis pembagian kerja diantara semua anggota
keluarga didukung oleh pendekatan pencurahan tenaga atau analisis alokasi waktu.
Pernyataan Sajogjo ini diperkuat oleh pemikiran Chayanov dan Sahlins bahwa untuk
mengerti organisasi rumah tangga dalam masyarakat agraris perlu menganalisis curahan
tenaga kerja oleh anggota rumah tangga.

Mardikanto (1990) mengungkapkan bahwa cara untuk mengukur peran wanita dalam
rumah tangga adalah melalui alokasi waktu yang diperlukan untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, pada setiap harinya.

5. Petani

Petani adalah penduduk atau orang yang secara de facto memiliki atau menguasai
sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-faktor
produksi pertanian (meliputi: tanah beserta faktor alam yang meliputinya, tenaga kerja
termasuk organisasi dan skill, modal dan peralatan) diatas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama pihak lain (Mardikanto, 1982).
Pengertian petani yang dikemukakan oleh Hernanto (1989), adalah setiap orang yang
melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang
pertanian dalam arti yang luas meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan
(termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut.

B. Kerangka Berpikir

Manusia dilahirkan kedunia dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
Kedua jenis kelamin ini memiliki perbedaan dalam hal sifat yang dimiliki yaitu
perbedaan alat reproduksi yang mengikuti keduanya. Perbedaan alat reproduksi ini
menyebabkan perempuan mempunyai kodrat untuk menstruasi, mengandung, melahirkan
dan menyusui. Pembagian peran antara pria dan wanita seringkali hanya berdasarkan
adanya perbedaan secara biologis saja. Anggapan bahwa wanita merupakan makhluk
yang lemah, perlu dilindungi telah melekat erat dalam struktur masyarakat. Adanya
norma tentang pembagian peran antara pria dan wanita (gender) yang telah dikenal oleh
masyarakat sejak dulu mempengaruhi pola pembagian kegiatan antara seorang pria dan
wanita dalam suatu rumah tangga.

Terjadi kesalahpahaman akibat perbedaan pengertian yang dipahami masyarakat antara


kodrat dan gender. Masyarakat menganggap dimana apa yang sesungguhanya gender
dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis Tuhan. Justru sebagian besar
yang dewasa ini sering dinamakan sebagai kodrat wanita adalah konstruksi sosial dan
kultural atau gender. Mendidik anak dan merawat rumah bukanlah kodrat melainkan
peran yang disebut gender, karena sifat ini dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan dan dapat berubah menurut waktu dan tempat. Pemahaman yang tidak pada
tempatnya ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: norma yang berlaku dalam
masyarakat, adat istiadat, kepercayaan dan agama. Salah satu akibatnya adalah terdapat
diferensiasi peranan antara laki-laki dan perempuan, termasuk di dalamnya dalam hal
pembagian kerja. Pembagian kerja ini dikelompokkan dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan
produktif atau kegiatan publik dalam mencari nafkah, kegiatan reproduktif atau domestik
nonproduktif yaitu kegiatan yang tidak dibayar yang mendukung sumberdaya manusia
dalam keluarga dan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Ketiga kegiatan tersebut diukur dengan menggunakan analisis gender. Ada beberapa
model analisis gender diantaranya adalah model Harvard yang terdiri atas sebuah matrik
yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) meliputi
empat komponen yang berhubungan satu dengan lainnya. Penelitian ini dipusatkan pada
komponen profil kegiatan. Profil kegiatan dilakukan dengan merinci kegiatan nyata
menurut umur dan gender (siapa yang mengerjakan apa), penjadwalan (alokasi waktu)
untuk kelompok-kelompok sosial ekonomi. Untuk memudahkan analisis, maka profil
kegiatan dikelompokkan menjadi kegiatan produktif, kegiatan domestik dan kegiatan
sosial budaya dan kemasyarakatan.

Parameter yang digunakan untuk melukiskan kegiatan-kegiatan tersebut adalah umur,


alokasi waktu, lokasi kegiatan dan pendapatan. Umur digunakan untuk mengidentifikasi
apakah oeang dewasa perempuan dan laki-laki serta anak-anak melaksanakan suatu
kegiatan tertentu. Alokasi waktu menegaskan persentase waktu yang dialokasikan bagi
setiap kegiatan. Lokasi kegiatan menegaskan dimana kegiatan itu dilaksanakan: di rumah,
di sawah, di pasar, di kebun, di dalam keluarga atau di masyarakat. Sedangkan parameter
pendapatan melukiskan jumlah uang yang dihasilkan atau diperoleh dari suatu kegiatan,
penghitungan disesuaikan menurut jenis kegiatan yaitu per jam.
Gambar 1.

Skema Kerangka Berpikir Mengenai Analisis Gender Menurut Profil Kegiatan Buruh Tani Di
Kecamatan Gatak

C. Dimensi Penelitian

Untuk mencegah pengambilan data yang tidak diperlukan dan mencegah pengertian yang
bersifat ambigu maka dimensi penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Responden adalah buruh tani yang mengerjakan sawah atau mengolah sawah dilahan milik
oranglain.
b. Jam kerja, dihitung dalam satu hari yaitu jam kerja yang biasanya digunakan oleh responden
untuk melakukan kegiatan produktif, kegiatan domestik non produktif dan kegiatan
kemasyarakatan. Untuk melihat perbedaan alokasi waktu, dilihat berapa besar jumlah jam dan
presentase waktu dalam sehari yang digunakan buruh tani laki-laki dan perempuan untuk
melakukan kegiatan produktif, kegiatan domestik nonproduktif dan kegiatan kemasyarakatan.
Sedangkan untuk melihat hubungan lokasi kegiatan dengan profil kegiatan, dianalisis dengan
deskripsi analisis yaitu menjelaskan secara mendalam dimana kegiatan itu dilakukan dan
dilakukan oleh laki-laki atau perempuan menurut dewasa-anak-anak.
c. Upah atau imbalan, dihitung jumlah upah yang biasanya diterima buruh tani untuk melakukan
kegiatan produktif baik berupa uang maupun barang.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi dalam penelitian ini diambil secara sengaja (purposive), yaitu berdasar
pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (singarimbun dan
effendi, 1995). Desa Trangsan dipilih karena didesa tersebut memiliki jumlah buruh tani
yang paling banyak khususnya didesa trangsan.
B. Metode Dasar Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang digunakan dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung kepada
pengamatan manusia dalam wawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Moleong, 2000).

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang memusatkan
pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang
dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori-teori hasil penelitian
terdahulu(Surakhmad,1994).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Studi kasus
adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan
suatu kasus (case) dalam konteknya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak
luar. Dalam penelitian kualitatif, studi kasusnya mengarah pada pendiskripsian secara
rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya dilapangan studinya (Sutopo, 2002).

C. Jenis Dan Sumber Data

Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1 Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai alatnya
.
2 Data sekunder, adalah data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang
berkaitan dengan penelitian, dengan mencatat langsung data yang bersumber dari
dokumentasi yang ada yaitu monografi tempat penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode:


1 Wawancara, adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung
dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner
2 Observasi, adalah pegumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang gejala-gejala yang diamati

3 Pencatatan, adalah pengambilan data dengan jalan mencatat hal-hal yang diperlukan
dalam penelitian yang diperoleh dari responden maupun instansi terkait.

E. Metode Penentuan Informan

Dalam penelitian ini penentuan informan dilakukan dengan menggunakan metode


snowball sampling. Menurut (Yin, 1987) dalam Sutopo (2002), snowball sampling
digunakan bilaman peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari
informan dalam salah satu lokasi tetapi peneliti tidak tahu siapa yang tepat untuk dipilih
sebagai narasumber. Snowball sampling yaitu pengambilan informan tanpa perencanaan
dan persiapan dengan mangambil orang pertama yang dijumpai sebagai informan,
selanjutnya dengan mengikuti petunjuk dari informan pertama peneliti bisa menemukan
informan kedua yang mungkin lebih tahu banyak mengenai informasinya. selanjutnya
dari informan kedua ini peneliti bisa bisa menanyakan bilamana ada informan lain yang
lebih memahami informasinya.

F. Uji Validitas

Validitas adalah kesesuaian antara alat ukur dengan apa yang hendak diukur. Artinya alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran dapat digunakan untuk mengukur hal atau
subjek yang ingin diukur (Iqbal, 2004). Menurut Nasution (1998), validitas membuktikan
bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam
dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai
dengan yang sebenarnya ada atau terjadi.

Dalam penelitian ini cara pengembangan validitas data yang digunakan adalah
triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang
bersifat multiperspektif yaitu menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya
menggunakan satu cara pandang. Menurut Patton dalam Sutopo (2002), ada 4 macam
triangulasi yaitu triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metodologi dan
triangulasi teoritis. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode
yatitu memandang satu data dari berbagai metode yang dilakukan.
G. Metode Analisis Data

Teknik analisis gender menggunakan Model Harvard, yang secara garis besar terdiri atas
sebuah matrik yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah
tangga). Model Harvard yang digunakan secara khusus adalah profil kegiatan yang
dikelompokkan menjadi kegiatan produktif, kegiatan domestik nonproduktif dan kegiatan
kemasyarakatan.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis domain yaitu analisis dengan
mendekati suatu masalah secara langsung (burhan bungin, 2006). Secara sistematis
metode analisis ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapatkan didapatkan dengan cara melakukan wawancara,
observasi dan pencatatan

2. Reduksi Data

Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat
ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Pada dasarnya reduksi data ini
addlaah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan (Sutopo, 2002)

Reduksi data dilakukan dengan penglolaan data dari tahap editing, pemberian kode dan
tabulasi. Reduksi data dilakukan terus-menerus selama proses penelitian berlangsung.
Pada tahap ini setelah data dipilih kemudian disederhanakan, data yang tidak perlu akan
disortir agar memberikan kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik
kesimpulan sementara dari sebuah penelitian.

3. Penyajian Data

Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang
memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat
yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami
yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai jawaban pertanyaan-
pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan diskripsi mengenai kondisi
yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

4. Penarikan Kesimpulan

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk
menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian
datanya. Kesimpulan-kesimpulan final mungkn tidak mubcul sampai pengumpulan data
berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,
pengkodeannya, penyimpanannya, metode pencarian ulang yang digunakan. Bilamana
kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun
sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali pengumpulan data yang terfokus
untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo,
2002)
DAFTAR PUSTAKA

Boserup, E. 1984. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Ekonomi. Yayasan Obor. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Fakih, M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hernanto, F. 1989. Keluarga Jawa. Grafiti Pers. Jakarta.

John Sinclair. 2001. English Dictionary For Advanced Learners. Collins Cobuild Harper Collins
Publisher. Glasgow

Kantor Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. 2003. Bahan Pembelajaran


Analisis Gender Dalam Rangka Penyusunan Kebijakan, Program, Proyek dan Kegiatan Yang
Responsif Gender. Kementrian pemberdayaan perempuan. Jakarta.

Lukman Ali, et all. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 2. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1982. Pengantar Penyuluhan Dalam Teori dan Praktek. Hapsara. Surakarta.
. 1990. Wanita dan Keluarga. PT. Tri Tunggal Tata Fajar. Surakarta.

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. IKAPI. Bandung.

Nasution, S. 1998. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung.


Ollenburger, C dan Helen, A. 1996. Sosiologi Wanita. Rineka Cipta. Jakarta.

Oppong, C dan Katie, C. 1981. A Field Guide To Research on Seven Roles of Women: Focused
Biographies. ILO (International Labour Organization). Oslo.

Parjanto dan Trisni Utami. 2001. Peranan Wanita Dalam Agrobisinis Tanaman Obat (Studi
Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Obat di kabupaten
Karanganyar, Jateng). Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.
Sajogyo, Pudjiwati. 1992. Peranan Wanita Dalam Usaha Tani. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Srini, Susana et all. 1995. Panduan Makalah Pengarusutaman Gender di
Jayawijaya. http://www.menegpp.go.id
Subkhan, Imam. 2003. Kajian Masyarakat Desa Hutan Dengan Optik Analisis Gender (Konteks
Masyarakat Desa Hutan Gunung Bedati). http://www.damar.or.id
Suksesi, K. 2002. Hubungan Kerja dan Dinamika Hubungan Gender Dalam Sistem Pengusahaan
Tebu Rakyat. Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik. Tarsito. Bandung.

Sutopo. H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS perss. Surakarta.

Você também pode gostar