Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi Budaya
B. Karakteristik Budaya
Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya
yaitu pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya
mereka sendiri sejak lahir. Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-anggota
kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku
dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya. Ketiga, budaya adalah
adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada sekelompok
manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya.Adaptasi budaya pada negara
maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses
yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya,
misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya.Penelitian batak Toba di Indonesia
yang beradaptasi dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena
menyesuaikan diri dengan budaya setempat.Menurut Samovar dan
Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika
dan hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah
secara otomatis anak itu dapat berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada
proses pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya, karena generasi
sebelum kita mengajarkan kita tentang hal budaya tersebut. Contohnya upacara
penguburan pla centa bada masyarakat jawa, sehingga banyak masyarakat yang
mengikuti adat istiadat seperti itu.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang
memerlukan symbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar
pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang
mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik,
gelang, yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis
dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada
sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,
pada zaman modern tradisi tersebut berubah menjadi kue ulang tahun untuk
merayakan hari kelahirannya.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi
elemen-elemen budaya yang lain.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang
benar,apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi
pada kelompok suku yang lain.Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang
dapat dilihat yang membantu membedakannya dengan kelompok lain,sebagian
besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang tidak sesuai
dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan
sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi
lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi
signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga
bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi,hanya belajar
tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat
memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan
negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai
suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan
yang berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada
perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait
dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian,
Menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi
komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai
kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut. Menurut Bendel (2003) di
Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan di mana berbagai cara
penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral medicine
dan elemen magis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma,
perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang
terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia
terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.
D. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti luar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus, melalui. Culture
berarti budaya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
kebudayaan,cara pemeliharaan pembudidayaan, Kepercayaan , nilai – nilai dan pola
perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya , sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat dan kebudayaan berarti
:Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan
kesenian dan adat istiadat. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunyaJadi , transkultural dapat
diartikan sebagai : Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain, Pertemuan kedua nilai–nilai budaya yang berbeda
melalui proses interaksi social.Menurut Leininger (1991),Transcultural Nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai– nilai budaya yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien.
E. Konsep Transkultural
Kazier barabara (1983), dalam bukunya yang berjudul Fundamental Of Nursing
Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan
keperawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang
meliputi pengetahuan ilmu humanistik, philosopi keperawatan, praktik klinis
keperawatan, komunkasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan
bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah
bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Oleh karenanya tindakan keperawatan harus
didasarkan pada tindakan yang kompereshif. Budaya merupakan salah satu dari
perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat
sosial.Budaya yang berupa norma,adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain.Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat,selalu diulangi,membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari
suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter,pola pikir,pola interaksi
perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan.
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal
dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan. Human caring
merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya. Caring act dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak lahir,masa perkembangan,
masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala meninggal.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan
dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang
lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan
asal muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi
untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal
balik di antara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi
dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
3.1 Kasus
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah
sakit harapan kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan
nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut
kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat
tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A, saat anak nya jatuh An. A langsung
dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan
bacaan doa-doa. Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan,
daging, dan telur. Namun An.A masih tampak lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada
saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat kebingungan. Setelah dilakukan pemeriksaan
melaluirontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak pada tulang
kering An. A.
C. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh;
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung,otak,dan paru-paru) dan jaringan
lunak;
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan;
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis);
5. Menyimpan garam mineral misalnya kalsium dan fosfor.
D. Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui
kepala femur (capital fraktur),Hanya di bawah kepala femur, Melalui leher dari
femur.
Fraktur Ekstrakapsuler Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur
yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian
distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
3.3 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Desember 2016 Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Desember 2016 No. CM :_
Ruangan :_ Ruangan :_
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)
B. Penanggung Jawab
Nama : Bp.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
1. Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya.
Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat
didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat
didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki riwayat
kesehatan sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun
sehingga penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
4. Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari
dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun
tersebut.
C. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1. Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang
ke dukun dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering
menkonsumsi obat tradisional.
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat,
sehingga bp.A mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain
itu keluarga bp.A mempunyai kebiasaan berobat kedukun
6. Faktor Ekonomi
Bp.A seseorang yang berprofesi sebagai karyawan. Biaya rumah sakit ditanggung oleh
keluarga klien. Keluarga klien juga menggunakan asuransi.
7. Faktor Pendidikan
An.A pada saat ini masih duduk di Sekolah Dasar.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang.Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di
korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut
adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum
dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang
pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang
mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot
yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf,
yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.
F. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses yaitu : Osteoporosis
Imperfekta,Osteoporosis dan Penyakit metabolic.
Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras.
b. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non
trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
G. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di
atas dan di bawah tempat fraktur.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
H. Tanda dan Gejala
Nyeri hebat di tempat fraktur,Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah,Rotasi luar
dari kaki lebih pendek dan Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi
berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
Menilai
perkembangan
masalah klien
3. Resiko tinggic Tujuan Jangka Pendek 1. Pertahankan tirah baring/ meningkatkan
idera : ekstremitas sesuai indikasi. stabilitas,
berhubungan Setelah dilakukan Berikan sokongan sendi menurunkan
dengan asuhan keperawatan diatas dan dibawahfraktur kemungkinan
diskontinuitas selama 30 menit tidak bila bergerak/membalik. gangguan posisi
tulang terjadi cidera dan cedera
Tujuan Jangka
Panjang : 2.obsevasi pasien, beri Meningkatkan
Setelah dilakukan pengaman tempat tidur keselamatan
asuhan keperawatan pasien,
selama 2x24 jam menurunkan
terjadi peningkatan kemungkinan
Status keselamatan pasien terjatuh
Injuri fisik dengan
Kriteria Hasil :
a.Bebas dari cidera 3. Bantu dan Ajarkan Meningkatkan
klienlatihan rentang gerak kemandirian
b.Mampu mencegah pasif aktif (imobilisasi) pada klien dalam
cidera ekstremitas yang sakit perawatan
maupun yang sehat sesuai diri melakukan
c. Dapat melakukan keadaan klien. imobilisasisesua
mobilisasi dengan i kondisi
baik keterbatasan
klien
A. SIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.
Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan
begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan traanskultural
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori
sunrise model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses
keperawatan
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki
setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan
keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise
model dari leininger