Você está na página 1de 67

HUKUM BISNIS

Hak Atas Kekayaan Intelektual


Dosen Pengampu: Dra. Sustinah Limarjani, SH, MM, Ak, CA

Aulia Agustina 1710313320007


Nor Aminah 1710313120033
Salsabila 1710313320067
Siti Aminah 1710313120045
Syifa Maulida 1710313220051

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hak Atas

Kekayaan Intelektual” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

mata kuliah Hukum Bisnis.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis berkenan menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Sustinah Limarjani, SH, MM, Ak, CA sebagai pembimbing yang telah sabar

dan bijak memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Para teman seangkatan Bidang Akuntansi Universitas Lambung Mangkurat

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah dengan loyal mampu membangun

tim kerja-sama yang baik.

Sebagai akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Banjarmasin, 13 April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang atau

sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang berguna

dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu di akui dan perlu dilindungi, agar

ide-ide cemerlang dan kreatif yang telah diciptakan tidak diklaim atau di bajak oleh

pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang dapat membantu dan menaungi ide-ide

cemerlang dan kreatif tersebut. Untuk tingkat internasional organisasi yang mewadahi

bidang HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) adalah WIPO (World Intellectual

Property Organization).

Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,

penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa, maka dirasakan

perlunya perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan hukum tersebut

dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik untuk tumbuh

dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra di

tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-

undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa perubahan

dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru yaitu Undang-Undang No. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak

diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di bidang teknologi (hak paten) dan

kreasi tentang penggabungan antara unsur bentuk, warna, garis (desain produk industri)

serta tanda yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa (merek) juga perlu

1
diakui dan dilindungi dibawah perlindungan hukum. Dengan kata lain Hak atas

Kekayaan Intelektual (HaKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya

teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual?

2. Apa saja yang bersangkutan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini dibuat:

1. Mengetahui Hak Atas Kekayaan Intelektual.

2. Mengetahui apa saja yang bersangkutan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual pada prinsipnya adalah hasil pemikiran, kreasi dan

desain seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak atas kebendaan sehingga

hasil pemikiran, kreasi dan desain tersebut dapat diperjualbelikan. Dengan demikian,

seseorang yang memiliki hak kekayaan intelektual dapat diberikan royalti atau

pembayaran oleh orang lain yang memanfaatkan atau menggunakan hak kekayaan

intelektualnya.

Secara historis, peaturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan

Intelektual ( HAKI ) di Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial

Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HAKI pada

tahun 1844. Kemudian Pemerintah Belanda mengundangkan:

1. UU Merek Tahun 1885

2. Undang-Undang Paten Tahun 1910

3. UU Hak Cipta Tahun 1912

Pada zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua

perauran perundang-undangan di bidang HAKI tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17

Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sebagaimana

ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-

undangan peninggalan Kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan

dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian

halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia.

Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten

3
dapat diajukan di Kantor Paten yang berada di Batavia ( sekarang Jakarta ), namun

pemeriksaan atas permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang

berada di Belanda.

2.1.1 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual

Prinsip-prinsip Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah sebagai berikut:

(1) Prinsip Ekonomi

Dalam prinsip ekonomi, hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif

dari daya pikir manusia yang memiliki manfaat serta nilai ekonomi yang

akan member keuntungan kepada pemilik hak cipta.

(2) Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan merupakan suatu perlindungan hukum bagi pemilik

suatu hasil dari kemampuan intelektual, sehingga memiliki kekuasaan

dalam penggunaan hak atas kekayaan intelektual terhadap karyanya.

(3) Prinsip Kebudayaan

Prinsip kebudayaan merupakan pengembangan dari ilmu

pengetahuan, sastra dan seni guna meningkatkan taraf kehidupan serta

akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

(4) Prinsip Sosial

Prinsip sosial mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara,

sehingga hak yang telah diberikan oleh hukum atas suatu karya

merupakan satu kesatuan yang diberikan perlindungan berdasarkan

keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat/ lingkungan.

2.1.2 Kebijakan Pemerintah mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual

4
Kebijakan Pemerintah mengenai HAKI sebagai berikut:

(1) Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 32 ditetapkan

pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten da Merek untuk

mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang

merupakan salah satu unit di lingkungan Direktorat Jenderal Hukum dan

Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.

(2) Pada 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU

tentang Paten yang kemudian disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989.

UU Paten 1989 mulai berlaku tanggan 1 Agustus 1991.

(3) Pada 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun

1992 tentang Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini

menggantikan UU Merek tahun 1961.

(4) Pada 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying

the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang

mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights ( Persetujuan TRIPS).

(5) Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-

undangan di bidang HAKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun

1982, UU Paten 1989 dan UU Merek 1992.

(6) Pada akhir tahun 2000, disahkan tiga undang-undang dibidang HAKI

yaitu : (1) UU No. 30 Tahun 2000 tentnag Rahasia Dagang, UU No. 31

tahun 2000 tentang Desain Industri, dan UU No. 32 Tahun 2000 tentang

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

(7) Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS, Pemerintah Indonesia

mengesahkan UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No. 15 Tahun

5
2001 tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di

bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No. 19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta yang Menggantikan UU yang lama dan berlaku

efektif satu tahun sejak di undangkannya.

2.2 Hak Kekayaan Intelektual yanng Bersangkutan dengan Merek, Hak Cipta, dan

Paten

2.2.1 Merek

Ketentuan tentang Merek diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001. Menurut

Pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun 2001, “ Merek adalah tanda yang berupa

gambar, nama, kata, huruf, anhka-angka, susunan warna atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang mempunyai unsur pembeda yang dapat digunakan

untuk usaha perdagangan barang atau jasa”.

Dari pengertian diatas UU No. 15 Tahun 2001, ada 2 hal yang dapat dipetik:

1. Bentuk-bentuk merek yang dapat dipergunakan oleh seseorang atau

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum adalah:

a. Berupa gambar/lukisan. Bentuk ini harus bisa membedakan dalam

wujud gambar atau lukisan antara barang yang satu dengan barang

yang diproduksi oleh perusahaan lain. Contoh, Cat Kuda Terbang.

Gambar kuda terbang tersebut misalnya harus punya sayap yang

menunjukkan kuda tersebut terbang sehingga dapat membedakannya

dengan cat/barang lain yang bermerek kuda.

b. Merek perkataan. Misalnya, Rexona, Switzal, dsb

c. Huruf atau angka. Misalnya, sirup ABC.

d. Merek Kombinasi. Misalnya, kombinasi nama dengan gambar, Jamu

Nyonya Meneer.

6
2. Ada beberapa jenis merek, yang dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 2,3, dan

4 dari UU No. 15 Tahun 2001, sebagai berikut:

a. Merek Dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang

sejenis lainnya.

b. Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis

lainnya.

c. Merek Kolektif adalah merek yang dipergunakan pada barang

dan/jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh

seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa-jasa sejenis

lainnya.

2.2.1.1 Syarat dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek

a. Permohonan

Permohonan merek harus diajukan secara tertulis dalam

bahasa Indonesia kepada Direktur Jenderal Hak kekayaan

Intelektual, oleh pemohon atau kuasa, dengan melampirkan bukti

pembayaran biaya pendaftaran Merek. Dalam surat permohonan

harus dicantumkan:

1) Tanggal, bulan dan tahun

2) Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat Pemohon

7
3) Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila permohonan

mengajukan merek melalui Kuasa

4) Warna-warna, apabila merek yang dimohonkan pendaftarnya

menggunakan unsur-unsur warna

5) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali

dalam hal permohonan diajukan dengan hak Prioritas.

Pemohon dapat dilakukan oleh satu orang atau beberapa

orang secara bersama-sama, atau badan hukum. Dalam hal

permohonan diajukan oleh beberapa orang yang sama-sama

berhak atas merek tersebut, maka:

1) Semua nama pemohon harus dicantumkan dalam surat

permohonan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat

mereka;

2) Surat permohonan pendaftaran harus ditandatangani oleh salah

satu dari Pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan

melampirkan persetujuan tertulis sari para pemohon yang

mewakilkan;

3) Apabila permohonan pendaftaran dilakukan oleh seorang

Kuasa, Surat Kuasa harus ditandatangani oleh semua pihak

yang berhak atas merek tersebut;

b. Pemeriksaan

Pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan

permohonan pendaftaran akan dilakukan oleh Direktur Jenderal.

Jika ternyata terdapat kekurangan, Direktur Jenderal akan

meminta untuk melengkapinya dalam jangka waktu dua bulan

8
terhitung sejak tanggal pengiriman. Bila jangka waktu

terlampaui, dan pihak pemohon tidak melengkapinya maka

pengajuan permohonan pendaftaran dianggap ditarik kembali,

sedangkan biaya yang sudah dikeluarkan tidak dapat diterik

kembali. Sebaliknya jika persyaratan dianggap lengkap maka

oleh Direktur Jenderal akan diberikan tanggal penerimaan pada

surat permohonan.

Selanjutnya dalam jangka waktu yang paling lama 30 hari

sejak tanggal penerimaan Direktur Jenderal akan menyerahkan

permohonan pendaftaran kepada pemeriksa untuk dilakukan

pemeriksaan substansif.

Pemeriksa adalah pejabat yang karena keahliannya

diangkat dan diberhentikan sebagai pejabat fungsional oleh

Menteri. Sedangkan pemeriksaan substansif adalah suatu

pemeriksaan yang menyangkut apakah permohonan pendaftaran

merek tersebut termasuk Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan

termasuk permohonan yang harus ditolak.

Suatu merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut

mengandung salah satu unsur:

1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum

2) Tidak memiliki daya pembeda

3) Telah menjadi milik umum

4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa

yang dimohonkan pendaftarannya.

9
(Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001)

Sedangkan yang termasuk permohonan pendaftaran merek yang

harus ditolak adalah:

1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu

untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk

barang/atau jasa sejenis;

3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan indikasi geografis yang sudah dikenal.

(Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001)

c. Pengumuman

Setelah dilakukan pemeriksaan substansif, dan Pemeriksaan

melaporkan bahwa permohonan pendaftaran merek tersebut

disetujui untuk didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal

permohonan akan segera diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:

1) Nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk Kuasa apabila

permohonan diajukan melalui Kuasa

2) Kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi Merek yang

dimohonkan pendaftarannya

3) Tanggal penerimaan

10
4) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang

pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan Hak

Prioritas

5) Contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan

apabila etiket merek menggunakan bahasa asing dan/atau

huruf latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam

bahasa Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan

latin.

Pengumuman sebagaimana tersebut di atas harus

berlangsung selama tiga bulan dan dilakukan dengan:

1) Menempatkan dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan

secara berkala oleh Direktorat Jenderal, dan/atau

2) Menempatkannya pada saran khusus yang dengan mudah serta

jelas dapat dilihat oleh masyarakat yang disediakan oleh

Direktorat Jenderal.

2.2.1.2 Keberatan dan Sanggahan atas Pendaftaran Merek

Selama jangka waktu pengumuman Merek dalam Berita Resmi

Merek, setiap pihak dapat mengajukan keberatan secara tertulis

kepada Direktorat Jenderal atas Permohonan Pendaftaran Merek

tersebutu dengan dikenai biaya.

Dalam jangka waktu 14 hari sejak diterimanya keberatan,

Direktur Jenderal harus mengirimkan salinan surat keberatan kepada

Pemohon atau Kuasanya. Dan Pemohon atau Kuasanya harus

11
membalas surat keberatan dengan surat sanggahan kepada Direktur

jenderal dalam jangkauan waktu paling lama dua bulan.

2.2.1.3 Sertifikat Merek

Berdasarkan keberatan dan sanggahan tersebut Direktur

Jenderal memerintahkan kepada Pemeriksa untuk mengadakan

pemeriksaan kembali atas permohonan pendafataran merek. Jika hasil

pemeriksaan kembali menyatakan bahwa keberatan diterima maka

permohonan pendaftaran merek ditolak. Sebaliknya jika keberatan

yang ditolak, maka atas persetujuan direktur jenderal Merek tersebut

harus didaftar dalam Daftar Umum Merek, dan untuk selanjutnya

kepada Pemohon atau Kuasanya akan diberikan sertifikat yang

memuat:

a. Nama dan alamat lengkap pemilik merek yang didaftar.

b. Nama dan alamat lengkap kuasa, dalam hal permohonan

menggunakan Kuasa

c. Tanggal pengajuan dan tanggal penerimaan.

d. Nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila

permohonan tersebut diajukan dengan menggunakan Hak

Prioritas.

e. Etiket Merek yang didaftarkan, termasuk keterangan mengenai

macam warna apabila merek tersebut menggunakan unsur warna,

dan apabila merek menggunakan bahasa asing dan/ atau huruf

latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa

Indonesia, disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, ,

huruf latin dan angka yang lazim digunakan dalam bahasa

12
Indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan latin nomor dan

tanggal pendaftaran.

f. Kelas dan jenis barang dan/atau jasa yang merek didaftar.

g. Jangka waktu berlakunya merek.

Jangka waktu berlakunya sertifikat merek adalah sepuluh tahun

terhitung sejak tanggal penerimaan, dan dapat diperpanjang.

Sepanjang jangka waktu tersebut merek yang sudah terdaftar

akan mendapat perlindungan tak akan dipergunakan oleh pihak

lain.

2.2.1.4 Banding terhadap Tidak Didaftarkannya dan Penolakan

Pendaftaran Merek

Seperti yang dikemukakan di atas, dengan alasan tertentu suatu

merek tidak akan bisa didaftarkan dan akan ditolak pendaftarannya.

Suatu merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung

salah satu unsur:

a. bertentangan dengan peratutan perundang-undangan yang

berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum;

b. tidak memiliki daya pembeda;

c. tidah menjadi milik umum; atau

d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa

yang dimohonkan pendaftarannya.

Sedangkan permohonan pendaftaran merek akan ditolak

apabila:

13
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu

untuk barang dan/ jasa yang sejenis;

b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk

barang dan/ jasa sejenis;

c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan indikasi geogralis yang sudah dikenal.

Apabila terjadi penolakan pendaftaran dan tidak dapat

didaftarkan suatu merek dengan alasan di atas, pemohon (pemilik

merek) mu biasanya dapat mengajukan banding secara tertulis kepada

Komisi Banding dengan ditembuskan kepada Direktur jenderal Hak

Kekayaan lntelektual dengan dikenai biaya.

Permohonan banding diajuknn dengan menguraikan secara

lengkap dan alasan terhadap penolakan permohonan. dam jangka

waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal ditolaknya

permohonan pendaftaran.

Komisi Banding harus sudah memberikan keputusan paling

lama tiga bulan terhitung seiak penerimaan permohonan banding.

Dalam hal Komisi Banding mengabulkan permohonan banding

Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual harus segera

mendaftarkan merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi

Merek Sebaliknya apabila Komisi Banding menolak permohonan

banding, permohon atau kuasanya dapat mengajukan gugatan atas

penolakan permohonan banding ke Pengadilan Niaga dalam jangka

14
waku tiga bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan

pendakan Komisi Banding.

Terhadap pemutusan Pengadilan Niaga, permohon atau

kuasanya selanjutnya dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung

sesuai dengan prosedur dan tata cara perkara perdata biasa.

2.2.1.5 Komisi Banding Merek

Komisi Banding adalah badan khusus yang independen dan

berada di lingkungan departemen yang membidangi Hak Kekayaan

Intelektual (Pasal 1 huruf 1 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005

tentang Susunan Organisasi. Tugas dan Fungsi Komisi Banding

Merek).

Komisi Banding Merek terdiri atas: (a) seorang Ketua

merangkap anggota, (b) seorang Wakil Ketua merangkap anggota,

dan (c) anggora yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang

diperlukan dan Pemeriksa Senior dan berjumlah paling banyak Iima

belas orang.

Untuk dapat diangkat sebagai anggota Komisi Banding atas

memenuhi syrat sebagai berikut:

a. Warga Negara Republik Indonesia;

b. bertempat tinggal di wilayah Republik lndonesna;

c. bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa;

d. sehat jasmani dan rohani;

e. munpunyai kecakapan berbahasa Inggris;

15
f. Mamiliki penguahuan, pemahaman dan keahlian di bidang

Merck: dan

g. Berumur setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun pada

saat pengangkatan.

Selain memenuhi persyaratan di atas, Pemeriksaan senior selain

dapat diangkat menjadi anggota Komisi Banding juga seorang

pemeriksa merek pada Direktorat Jendral yang mempunyai jabatan

paling rendah Pemeriksa Muda dengan pangkat peneta Tingkat

I/Golongan Ill/d.

Anggota Komisi Banding diagkat dan diberhentikan oleh

Meteri yang mambawahi departemen yang salah satu lingkup tugas

dan tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Kekayaan intelektual,

atas usul DirekturJendral Hakkekayaan Intelektual, dengan masa

jabatan tiga tahun. Ketua dan wakil ketua Komisi Banding dipilih

secara musyawarah dan jika tidak tercapai kesepakatan dilakukan

dengan pemungutan suara terbanyak. Ketua dan Wakil Ketua yang

terpilih ditetapkan dengan Keputusan Mentri.

Keanggotaan Komisi Banding berakhir apabila:

a. Meninggal dunia;

b. Mengundurkan diri dan permohonan sendiri;

c. Bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia;

d. Sakit jasmani dan/ rohani terys menerus selama enam bulan

yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

e. Berakhirnya masa jabatan kenggotaan Komisi Banding; atau

16
f. Diberhentikan karena tidak dapat menjalankan tugasnya

atau melakuka perbuatan tercela.

Komisi Banding mempunyai tugas menerima, memeriksa dan

memutus permohonan banding terhadap penolakan permintaan

pendaftaran merek sebagaimana dikemukakan di atas. Dalam

melaksanakan tuganya, Komisi Banding membentuk majlis yang

anggotanya berjumlah ganjil sekurang-kurangnya tiga orang, satu di

antaranya adalah seorang Pemeriksa Senior yang tidak melakukan

pemeriksaan substantif permimaan pendaftaran merek yang ditolak.

Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Banding dibantu

seketariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dijabat oleh

seorang pejabat struktural di lingkungan Direktur jenderal Hak

Kekayaann Intelektual.

2.2.1.6 Tata Cara dan Syarat Pemohonan Banding

Permohonan banding atas tidak didaftarkannyakannya atau

ditolaknya permohonan pendaftaran merek diajukan secaravtertulis

kepada Komisi Banding dengan tembusan kepada Direktur Hak

Kekayaan Intelektual. Banding diagukan paling lambat tiga bulan

sejak penerimaan surat pemeritahuan atas tidak didaftarkannya atau di

tolaknya permohonan pendftaran merek.

Jika permohonan banding diajukan oleh seorang kuasa maka

harus dilampiri dengan surat kuasa khusus, dan jika permohonan

banding diajukan oleh pemohon banding yang bertempat tinggl atau

berkedudukan di luar wilayah Republik Indonesiawajib di ajukan

melaui Kuasa hukum di Indonesia.

17
Permohonan banding harus memuat sekurang kurangnya:

a. tanggal, bulan dan tahun permohonan banding

b. nama dan alamat lengap Permohonan Banding

c. nama dan alamat lengkap Kuasa, jika permohonan banding

di ajukan oleh kuasa

d. merek yang dimohonkn banding

e. nomor dan tanggal keputusan penolakan dan permintaan

pendaftaran merek

f. alasan pengajuan permohonan banding yang memuat uraian

secara lengkap mengenai keberatan terhadap keputusan

penlakan permintaan pendaftaran merek.

(Pasal 5 ayat (1) Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2005

Tentang tata cara permohonan, pemeriksaan dan

penyelesaian Banding Merek).

Permohonan banding di atas harus dilampiri dengasalinan atau

fotokopikeputusan penolakan permintaan pendaftarandan bukti

pembayaran adalah sebagai berikut.

2.2.1.7 Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Permohonan Banding

Secara berurutan tata cara pemeriksaan dan penyekesaian

permohonan banding adalah sebagai berikut:

a. dalam tahun awal permohonan banding, akan dilakukan pemeriksan

administratif oleh secretariat komisi banding khususnya menyangkut

kelengkapan persyaratan sebagaimana dikemukakan di atas.

18
b. Pemeriksaan administratif dilakukan dalam jangka waktu paling

lama satu bualan sejak permohonan banding diterima.

c. Dalam hal permohonan banding diajukan melampaui jangka waktu

tiga bulan sejak penerimaan surat pemberitahuan atas tidak

didaftarkannya atau ditolaknya permohonan pendaftaran merek.

SekretarisKomisi Banding memberitahukan secara tertulis kepada

pemohon banding atau kuasanya. bahwa permohonan banding tidak

dapat diterima.

d. Dalam hal terdapat kekurangan kelengkapan persyaratan

permohonan banding. Sekretaris Komisi Banding memberitahukan

secara tertulis kepada pemohon banding atau kuasanya agar

melengkapi persyaratan tersebut paling lama dun bulan terhitung

sejak tanggal pengiriman pemberitahuan untuk memenuhi

kelengkapan dimaksud.

e. Dalam hal kelengkapan persyaratan tidak dipenuhi dalam jangka

waktu yang telah ditetapkan, Sekretaris Komisi Banding

munberitahukan secara tenulis kepada pemohon banding atau

kuasanya. bahwa permohonan banding dianggap ditarikkembali.

f. Dalam hal pemohon banding telah memenuhi kelengkapan

persyaratan, Sekretaris Komisi Banding segera mecatat permohonan

banding ke dalam buku khusus permahonan banding dan

memberitahukan secara tertulis kepada pemohon banding atau

kuasanya.

19
g. Sekretaris Komisi Banding segera menyampaikan berkas

permohonan banding yang telah dicatat kepada Ketua Komisi

Banding untuk segera dibemuk Majelis Komisi Banding.

h. Majelis Komisi Banding yang akan memeriksa dan memutus

permohonan banding haruslah berjumlah ganjil terdiri dari sekurang-

kurangnya tiga orang, satu diantaranya adalah Pemeriksa Senior

yang tidak melakukan pemeriksaan subtantif terhadap permintaan

pendaftaran mereka yang ditolak.

i. Persidangan pemeriksaan banding terbuka untuk umum, dan untuk

kepentingan pemeriksaan Majelis Komisi Banding dapat memanggil

dan mendengar keterangan dari:

1) pemohon banding atau kuasanya;

2) pemeriksa merek yang melakukan pemeriksaan subtantif

terhadap pennintaan pendaftaran merek yang ditolak dan/atau

3) tenaga ahli yang dianggap perlu.

j. Keputusan Komisi Banding diberikan dalam waktu paling lama tiga

bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohom banding

dinyatakan lengkap yang dicatat dalam buku khusus.

k. Keputusan Komisi Banding dapat: (a) mengabulkan seluruh

permohonan banding; (b) mengabulkan sebagian pamohonan

banding; atau (c) menolak permohonan banding.

l. Keputusan Komisi Banding dibuat secara tertulis dan ditandatangani

Ketua Majelis dan anggota yang memeriksa dan memutus

permohonan banding. Dalam hal salah satu anggon majelis tidak

dapat menandatangani keputusan, Ketua Komisi Banding memberi

20
catatan yang menjelaskan alasan anggota Majelis Banding tersebut

tidak dapat menandatangani keputusan tersebut.

m. Keputusan Majelis Komisi Banding hams memuat sekurang –

kurangnya :

1) hari, tanggal, bulan dan tahun keputusan;

2) nama dan tanda tangan Ketua Mejelis dan anggotaya memeriksa

dan memutus permohonan banding;

3) nama dan alamat lengkap pemohon banding/kuasanya

4) merek yang dimintakan banding;

5) pokok-pokok alasan dan pengajuan permohomn banding.

6) dasar hukum yang menjadi dasar keputusan;

7) amar keputusan.

n. Ketua Komisi Banding menyampaikan Keputusan Majelis Banding

dengan surat resmi kepada Pemohon Banding/ kuasanya dan

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan lntelektual paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan.

o. Dalam hal Komisi Banding mengabulkan permohonan banding,

maka Direktorat Jenderal Hak Kekayaan lntelektual harus

melakukan pengumuman permintaan pendaftaran merek dan segera

menerbitkan Sertifikat Merek paling lambat 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal keputusan Komisi Banding diterima

Dircktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

2.2.2 Hak Cipta

Mengenai Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

21
Nomor 266. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nome: 5599).

Dengan berlakunya undang-undang ini maka Undang Undang Nomor 19 tahun

2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Thhun 2002

Nomi 85, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220)

dinyatakan tidak berlaku.

Dalam Pasal l Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan:

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomstis

berdasarkan prinsip dekdaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan

pribadi.

3. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,

dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan,keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

4. Pemegang Hak Cipt adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak

yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara

sah.

5. Hak Terkzit adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan

hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produset, Fonogram, atau lembaga

Penyiaran.

22
6. Pelaku Pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan

suatu Ciptaan.

7. Produser Fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali

merekam dan memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan perekaman

sbunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara atau bunyi

lain.

8. Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara Penyiaran. hak lembaga

Penyiaran publik, lembaga Penyiaran swasta, lembaga penyiaran

komunitas maupun lembaga Penyiaran yang dalam melaksanakan tugas,

fungsi. dan tangggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

9. Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresika dalam

bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apa pun yang ditujukan

agar komputer bakerja melakukan fungsi tertentu untuk mencapai hasil

tertentu.

10. Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia.

11. Pengumuman adalah pembacaan,penyiaran. pameran, suatu ciptaaan

dengan menggunakan alat apa pun baik elektronik atauu non elektronik

atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca.

didengar, atau dilihat orang lain.

12. Penggandaan adalah proses. Perbuatan,cara menggandakan satu salinan

Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apa

pun. secara permanen atau sementara.

23
13. Fiksasi adalah perekaman suara yang dapat didengar, perekaman gambar

atau keduanya. yang dapat dilihat, didengar, digandakan. atau

dikomunikasikan melalui perngkat apa pun.

14. penyiaran adalah Fiksasi suara pertunjukan atau suara lainnya,

representasi suara. yang tidak temasuk bentuk Fiksasi yang tergabung

dalam sinematografi atau Ciptaan audiovisual lainnya.

15. Penyiaran adalah pentranansmisian suatu Ciptaan atau produk Hak terkait

tanpa kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang dilokasi yang jauh

dari tempat transmisi berasal.

16. Komunikasi kepada publik yang seianjutnya disebut Komunikasi adalah

pentransmisian suara Ciptaan.

a. pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media lainnya penyiaran

sehingga dapa diterima

b. oleh publik, tarmasuk penyediaan suatu ciptaan, pertunjukan, atau

fonogram agar dapat diaksespublik

c. dari tempat dan waktu yang dipilihnya.

17. Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran

Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait.

18. Kuasa adalah konsultan kekayaan intelektual, atau orang yang mendapat

kuasa dari Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait.

19. Permohonan adalah permohonan pencatatan Ciptaan oleh pemohon

kepada Menteri.

20. Lisensi adalah izin termlis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau

Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi

atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.

24
21. Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau

Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.

22. Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan

hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta,

dan/atau pemilik Hak Terkait gum mengeloia hak ekonominya dalam

bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti.

23. Pembajakan adalah Penggandaan Ciptaan dam/atau produk. Hak Terkait

secara tidak sah dan pendistribusian barang basil penggandaan dimaksud

secara luas nntuk memperoleh keuntungan ekonomi.

24. Penggunaan Secara Komersial adalah pemanfaatan Ciptaan clan/atau

produk Hak Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar.

25. Ganti rugi adalah pembayaran sejumlah uang yang dibebankan kepada

pelaku pelanggaran hak ekonomi Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau

pemilik Hak Terkait berdasarkan putusan pengadilan perkara perdata atau

pidana yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian yang diderita

Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau pemilik Hak Terkait.

26. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang hukum

27. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum

28. Hari adalah Hari kerja.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta berlaku

terhadap:

25
a. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait Warga negara penduduk, dan

badan hukum Indonesia;

b. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia,

bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang

untuk pertama kali dilakukan Pengumuman di Indonesia;

c. semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan

dan/atau produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan

penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia dengan

ketentuan:

1. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan Negara

Republik Indonesia mengenai perlindungan Hak Cipta dan Hak

Terkait, atau

2. negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan Pihak atau

peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai

perlindungan Hak Cipta dan Hak Terkait.

d. Semua Ciptaanwarga negara, Penduduk, Dan badan hukum indonesia,

e. Semua ciptaan seorang yang bukan warga negara indonesia, bukan

penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonsia Yang

diumumkan untuk pertama kali di Indonesia;

f. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk

Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia, Dengan ketentuan:

1. negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan

Hak Cipta dengan Negara Rpublik Indonesia; atau

26
2. Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau

peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai

perlindungan Hak Cipta.

Dengan demikian maka Undang-undang Hak Cipta mengatur tentang

Hak Cipta dan Hak Terkait. Hak Cipta terdiri dari Hak Moral dan Hak

Ekonomi.

Hak Moral merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri

pencipta, untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan;

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

Hak Ekonomi merupakan hak eksklusif atau pemegang Hak Cipta

untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan yang dapat berupa:

a. penerbitan Ciptaan;

b. penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. penerjemahan Ciptaan;

d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. pertunjukan Ciptaan;

g. pengumuman Ciptaan;

27
h. Komunikasi ciptaan;

i. penyewaan Ciptaan.

Sedangkan Hak Terkait merupakan hak eksklusif yang meliputi:

a. hak moral Pelaku Pertunjukan;

b. hak ekonomi Pelaku Pertunjukan;

c. hak ekonomi Produser Fonogram;dan

d. hak ekonomi Lembaga Penyiaran.

Kemudian dapat dikemukakan, bahwa ciptaan yang dilindungi dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni dan sastra yang mencakup:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga Yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan llmu

Pengetahuan;

d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

Pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan,

gambar,ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. karya Seni terapan;

h. karya arsitektur;

i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain;

k. karya fotografi;

28
l. potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi ,

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

r. permainan video; dan

s. program komputer.

Dengan demikian tidak ada Hak Cipta atau tidak akan diberikan hak

cipta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan:

a. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara

b. Peraturan perundang-undangan;

c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;

d. Putusan Pengadilan atau penetapan hakim; dan

e. Kitab suci atau simbol keagamaan

Hasil karya yang tidak dilindungi Hak Cipta meliputi:

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. Setiap ide, prosedur, Sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau

data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan,

dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah Ciptaan; dan

29
c. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah

teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional.

2.2.2.1 Pembatasan Hak Cipta

Yang dimaksudkan dengan pembatasan Hak Cipta adalah

batasan terhadap hal-hal yang menentukan apa saja yang dapat

menghilangkan dan/atau mengurangi hak atas sesuatu ciptaan.

Dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta ditentukan, bahwa tidak akan dianggap sebagai

pelanggaran terhadap Hak Cipta adalah hal-hal sebagai berikut:

a. pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau

Penggandaan lambang negara dan lagu kebangsaan menurut

sifatnya yang asli;

b. pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau

Penggandaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas

nama pemerintah, kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan, pernyataan pada Ciptaan tersebut, atau

ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman,

Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan;

c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari

kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber

sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harusdisebutkan

secara lengkap; atau

d. pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media

teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial

dan/atau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau

30
Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan

dan penyebarluasan tersebut.

e. Penggandaan, Pengumuman, dan/ atau Pendistribusian Potret

Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil

Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga negara,

pimpinan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian, dan/

atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan

kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Demikian juga tidak akan dianggap sebagai pelanggaran hak

cipta apabila terdapat ketentuan sebagai berikut:

1. Penggunaan, pengambilan, Penggandaan, dan/ atau

pengubahan suatu Ciptaan dan/ atau produk Hak Terkait

secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak

dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika:

a. sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap

untuk keperluan: pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta;

b. keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan,

legislatif dan peradilan;

c. ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan; atau

31
d. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut

bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari Pencipta.

2. Fasilitasi akses atas suatu Ciptaan untuk Penandang

tunanetra, penyandang kerusakan penglihatan atau

keterbatasan dalam membaca, dan/atau pengguna huruf

brailer, buku, audio atau sarana lainnya, tidak dianggap

sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan

atau dicantumkan secara lengkap, kecuali bersifat

komersial.

3. Dalam hal Ciptaan berupa karya arsitektur, pengubahan

tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika

dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis.

2.2.2.2 Masa Berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait

a. Masa Berlaku Hak Cipta

Sudah dikemukakan bahwa Hak Cipta terdiri dari hak moral dan

hak ekonomi. Masing-masing dari Hak Cipta ini mempunyai

jangka waktu yang berbeda satu sama lain.

Hak moral Pencipta yang bersangkutan dengan: (a) untuk tetap

mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan

sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; (b)

menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan (c)

mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

32
merugikan kehormatan diri atau reputasinya masa berlakunya

tanpa jangka waktu.

Sedangkan hak moral Pencipta yang bersangkutan dengan hak

untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam

masyarakat, dan untuk mengubah judul dan anak judul ciptaan,

berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak Cipta atas

ciptaannya yang bersangkutan.

Khusus untuk masa berlakunya Hak Ekonomi Pasal 58 undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 menentukan sebagai berikut:

(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang berapa:

a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan Pendidikan

dan ilmu pengetahuan;

d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,

dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk Seperti lukisan,

gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau

kolase;

g. karya arsitektur;

h. peta; dan

i. karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama

hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh

33
puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia,

terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

(2) Dalam hal Ciptaan tersebut di atas dimiliki oleh 2 (dua)

orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama

hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan

berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya,

terhitung mulai tanggal 1 januari tahun berikutnya.

(3) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan di atas dimiliki atau

dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh)

tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.

Kemudian dalam pasal 59, ditentukan bahwa:

(1) Pelindung Hak Cipta atas Ciptaan:

a. Karya fotografi

b. Potret

c. Karya sinematografi

d. Permainan Video.

e. Program komputer

f. Perwajahan karya tulls,

g. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,

adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil

transformasi;

h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau

modifikasi ekspresi budaya tradisional;

34
i. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang

dapat dibaca dengan Program Komputer atau media

lainnya; dan

j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi

tersebut merupakan karya yang asli, berlaku selama 50

(lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan

pengumuman.

(2) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni

terapan berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak

pertama kali dilakukan Pengumuman.

Kemudian khusus untuk Hak Cipta atas ekspresi budaya

tradisional yang dipegang oleh negara berlaku tanpa batas waktu,

sedangkan Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya tidak

diketahui yang dipegang oleh negara berlaku selama! 50 (lima

puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali dilakukan

Pengumuman.

Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang

melakukan Pengumuman berlaku selama 50 (lima puluh) tahun

sejak Ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.

b. Masa Berlaku Hak Terkait

Masa berlaku Hak Terkait ini terdiri atas 2 (dua) hal:

(1) Masa berlaku Hak Moral Pelaku Pertunjukan secara mutatis

mutandis terhadap hak moral Pelaku Pertunjukan.

(2) Masa berlaku perlindungan hak ekonomi, bagi:

35
a. Pelaku Pertunjukan, berlaku selama 50 (lima Puluh)

tahun sejak pertunjukannya difiksasi dalam Fonogram

atau audiovisual;

b. Produser Fonogram, berlaku selama 50 (lima puluh)

tahun sejak Fonogramnya difiksasi; dan

c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh)

tahun sejak karya siarannya pertama kali disiarkan.

Masa berlaku pelindungan hak ekonomi di atas terhitung

mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

2.2.2.3 Pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait

Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait diajukan secara elektonik

dan non elektronik kepada menteri yang bertanggung Jawab di bidang

hukum, dengan:

a. menyertakan contoh Ciptaan, produk Hak Terkait, atau

penggantinya;

b. melampirkan surat pernyataan kepemilikan Ciptaan dan Hak

Terkait; dan

c. membayar biaya.

Jika permohonan pencatatan diajukan oleh beberapa orang yang

secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan dan/ atau produk Hak

Terkait, permohonannya harus dilampiri keterangan tertulis yang

membuktikan hak tersebut, dan nama pemohon harus dituliskan

semua dengan menetapkan satu alamat pemohon yang terpilih. Dalam

hal Permohonan diajukan oleh pemohon yang berasal dari luar

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemohon wajib

36
dilakukan melalui konsultan kekayaan intelektual yang terdaftar

sebagai Kuasa.

Kemudian jika permohonan pencatatan dilakukan oleh suatu

badan hukum, maka permohonan harus dilampiri salinan resmi akta

pendiri badan hukum yang telah disahkan oleh pejabat berwenang.

Menteri yang bertanggung jawab di bidang hukum yang

menerima permohonan pencatatan diharuskan melakukan

pemeriksaan terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan

untuk mengetahui ciptaan atau produk hak terkain yang dimohonkan

tersebut secara esensial sama atau tidak sama dengan ciptaan yang

sudah tercatat dalam daftar umum ciptaan atau objek kekayaan

intelektual lainnya.

Hasi pemeriksaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk menerima atau menolak permohonan, dan menteri wajib

memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam

jangka waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal

diterimanya permohonan pencatatan.

a. Dalam hal menteri menerima permohonan pencatatan, menteri

menerima surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar

umum ciptaan, yang memuat : Nama Pencipta dan Pemegang

Hak Cipta, atau pemilik produk hak terkait;

b. Tanggal penerimaan surat permohonan;

c. Tanggal lengkap persyaratan; dan

d. Nomor percatatan Ciptaan atau Produk Hak Terkait.

37
Sebaliknya, jika menteri menolak permohonan pencatatan

menteri harus memberitahukan penolakan tersebut secara tertulis

kepada pemohon disertai alasan.

2.2.2.4 Penyelesaian Sengketa di Bidang Hak Cipta

Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui

alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, dan Pengadilan Niaga

(pasal 95 ayat 1 sampai dengah ayat 3, undang-undang nomor 28

tahun 2014 tentang Hak Cipta).

Untuk pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk

pembajakan, yang dilakukan oleh pihak yang diketahui

keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia haruss menempu terlebih dahulu penyelesaian sengketa

melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.

Dengan melalui tuntutan pencipta, pemegang hak cipta dan/atau

pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian

hak ekonomi berhak memperoleh ganti rugi yang harus diberikan dan

dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang

perkara tindak pidana hak cipta dan/atau hak terkait. Pembayaran

ganti rugi kepada pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemilik hal

terkait dibayarkan paling lama 6 (enam) bukan setelah putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

a. Tata Cara Gugatan, Persidangan dan Putusan

Gugatan atas pelanggaran hak cipta diajukan kepada ketua

pengadilan Niaga. Gugatan kemudian akan dicatat oleh panitera

pengadilan niaga. Dalam register perkara pengadilan pada

38
tanggal gugatan tersebut didaftarkan. Panitera pengadilan niaga

kemudian akan memberikan tanda terima yang telah

ditandatangani pada tanggal yang ama dengan tanggal

pendaftaran.

Panitera pengadilan niaga menyampaikan permohonan

gugatan kepada ketua pengadilan niaga dalam waktu paling lama

2 (dua) hari terhitung sejak tanggal gugatan didaftarkan. Dalam

jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan, pengadilan niaga menetapkan hari sidang.

Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru

sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak

gugatan didaftarkan.

Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 hari

sejak gugatan didaftarkan. Dalam hal jangka waktu tidak dapat

dipenuhi , atas persetujuan ketua mahkamah agung jangka waktu

tersebut dapat diperpanjang selama 30 hari.

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, dan

harus sudah disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling

lama 14 hari terhitung sejak putusan diucapkan.

b. Upaya Hukum

Upaya hukum yang dimaksud adalah tindakan selanjutnya

dalam rangka penolakan atau tidak diterimanya putusan

pengadilan niaga oleh pihak yang merasa dirugikan.

Putusan pengadilan niaga yang telah dikeluarkan tidak bisa

dibanding ke Pengadilan tinggi namun hanya dapat diajukan

39
kasasi ke mahkamah agung. Perohonan kasasi dapat diajukan

paling lama 14 hari terhitung sejak tanggal putusan pengadilan

niaga diucapkan dala sidang terbuka atau diberitahukan kepada

para pihak.

Permohonan kasasi tersebut harus didaftarkan pada

pengadilan niaga yang telah memutuskan gugatan dengan

membayar biaya yang besarannya ditetapkan oleh pengadilan.

Panitera pengadilan niaga wajib menyampaikan

permohonan kasasi dimaksdu kepada termohon kasasi paling

lama 7 hari. Sementara itu pemohon kasasi wajib menyampaikan

memori kasasi kepada panitera pengadilan niaga dalam waktu

paling lama 14 hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan.

Dalam hal demikian maka panitera pengadilan niaga wajib

mengirimkan memori kasasi kepada pemohon kasasi dalam

waktu paling lama 7 hari sejak panitera pengadilan niaga

menerima memori kasasi.

Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi

kepada panitera pengadilan niaga dalam waktu paling lama 14

hari sejak termohon kasasi menerima memori kasasi. Dan

panitera pengadilan niaga wajib menyampaikan kontra memori

kasasi kepada pemohon kasasi dalam waktu paling lama 7 hari

sejak panitera pengadilan niaga menerima kontra memori kasasi.

Panitera pengadilan niaga wajib mengirimkan berkas

perkara kepada mahkamah agung dalam waktu paling lama 14

40
hari sejak panitera pengadilan niaga menerima kontra memori

kasasi.

Dalam waktu paling lama 7 hari sejakk mahkamah agung

menerima permohonan kasasi, mahkamah agung menetapkan

sidang. Dan keputusan kasasi harus diucapkan paling lama 90

hari sejak tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah

Agung.

c. Penetapan Sementara Pengadilan Niaga

Selama pemeriksaan kasasi di Mahkamah Agung, atas

permintaan yang merasa dirugikan karena pelaksanaan Hak Cipta

dan Hak Terkait, Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan

penetapan sementara untuk:

1. Mencegah masuknya barang yang diduga basil pelanggaran

Hak Cipta atau Hak Terkait ke jalur perdagangan;

2. Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan

sebagai alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak

Cipta atau Hak Terkait tersebut;

3. Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya

oleh pelanggar; dan/atau

4. Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang

lebih besar.

Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis

oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Cipta, pemilik

Hak Terkait, atau Kuasanya. Permohonan penetapan sementara

41
pengadilan diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga di wilayah

hukum tempat ditemukannya barang yang diduga merupakan

basil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait.

Dalam waktu paling lama 2 hari sejak tanggal diterimanya

permohonan penetapan sementara Ketua Pengadilan Niaga

menunjuk hakim Pengadilan Niaga untuk memeriksa

permohonan penetapan sementara. Dan dalam waktu paling lama

2 hari sejak tanggal penunjukkan hakim Pengadilan Niaga

memutuskan untuk mengabulkan atau menolak permohonan

penetapan sementara.

Dalam hal permohonan penetapan sementara dikabulkan,

hakim Pengadilan Niaga mengeluarkan penetapan sementara

pengadilan yang harus segera diberitahukan kepada pihak yang

dikenai tindakan penetapan sementara pengadilan dalam waktu

paling lama 1 X 24 jam. Sebaliknya jika permohonan penetapan

sementara ditolak, hakim Pengadilan Niaga memberitahukan

penolakan tersebut kepada pemohon penetapan sementara dengan

disertai alasan.

Selanjutnya Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta menentukan, sebagai berikut:

1. Dalam hal Pengadilan Niaga mengeluarkan penetapan

sementara Pengadilan Niaga memanggil pihak yang dikenai

penetapan sementara dalam waktu paling lama 7 hari sejak

42
tanggal dikeluarkannya penetapan sementara untuk dimintai

keterangan.

2. Pihak yang dikenai penetapan sementara dapat

menyampaikan keterangan dan bukti mengenai Hak Cipta

dalam waktu paling lama 7 hari sejak tanggal diterimanya

panggilan.

3. Dalam jangka waktu paling lama 30 hari terhitung sejak

tanggal dikeluarkannya penetapan sementara, hakim

Pengadilan Niaga memutuskan untuk menguatkan atau

membatalkan penetapan sementara pengadilan.

4. Dalam hal penetapan sementara pengadilan dikuatkan maka:

a. Uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan

kepada pemohon penetapan;

b. Pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan ganti rugi

atas pelanggaran Hak Cipta; dan/atau

c. Pemohon dapat melaporkan pelanggaran Hak Cipta

kepada pejabat penyelidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil.

5. Dalam hal penetapan sementara pengadilan dibatalkan, uang

jaminan yang telah dibayarkan wajib diiserahkan kepada

pihak yang dikenai penetapan sementara sebagai ganti rugi

akibat penetapan sementara tersebut.

d. Penyelidikan

Dalam hal penyelidikan tindak pidana yang terkait dengan

Hak Cipta dan Hak Terkait selain penyidik pejabat Kepolisian

43
Negara Republik Indonesia (POLRI), pejabat negeri sipil (PNS)

tertentu di lingkungan kementrian yang menyelenggarakan

urusan pemerintah di bidang hukum di beri wewenang khusus

sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai hukum acara pidana untuk melakukan

penyidikan tindak pidana.

Penyidik tersebut berwenang untuk melakukan:

1. Pemeriksaan atas kebenaran laporan

2. Pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga

melakukan tindak pidana

3. Permintaan keterangan dan barang bukti dari pihak atau

badan hukum sehubung dengan tindak pidana tersebut.

4. Pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain

mengenai dengan tindak perdana tersebut.

5. Penggeledahan dan pemeriksaan ditempat yang diduga

terdapat barang bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen

lain.

6. Penyitaan dan/atau penghentian peredaran atas izin

pengadilan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran

yang dapat dijadikan bukti.

7. Permintaan keterangan ahli dalam melaksanakan tugas

penyelidikan.

8. Permintaan bantuan kepada instansi terkait untuk melakukan

penangkapan, penahanan, penetapan daftar pencarian orang,

pencegahan dan penangkalan terhadap pelaku tindak pidana.

44
9. Penghentian penyelidikan jika terdapat cukup bukti adanya

tindak pidana.

Penyidik memberitahukan dimulainya penyelidikan kepada

penuntut umum dan penyidik pejabat Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Kemudian hasil penyidikan yang telah

dilakukan oleh penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil

disampaikan kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.2.3 Hak Paten

Ketentuan mengenai Hak Paten diatur dalam Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2001 tentang Paten. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Paten antara

lain ditentukan, bahwa yang dimaksud dengan Paten adalah hak khusus yang

diberikan berdasarkan undang-undang kepada seorang penemu atau beberapa

orang (inventor) yang harus dimohonkan kepada negara, khususnya penemuan

atau ide di bidang teknologi, temuan yang sifatnya menyempurnakan temuan

yang sudah ada atau perbaikan baru atas cara kerja, untuk selama jangka waktu

tertentu.

1. Invensi yang Dapat Diberikan Paten

Paten diberikan untuk invensi/penemuan yang baru dan

mengandung langkah pembaruan serta dapat diterapkan dalam industri.

Dikatakan invensi atau pembaruan jika penemuan atau ide tersebut

merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

45
Penilaian bahwa suatu penemuan merupakan hal yang tidak dapat

diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan:

a. Keahlian yang ada pada saat permohonan hak paten diajukan;

b. Keahlian yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama kali

dalam hal permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas;

c. Pada saat tanggal penerimaan permohonan hak paten, penemuan

tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya.

Teknologi yang diungkapkan sebelumnya adalah teknologi yang

telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalah suatu tulisan,

uraian lisan melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan

seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut sebelum:

a. Tanggal penerimaan

b. Tanggal prioritas

Suatu penemuan tidak dianggap telah diumumkan jika dalam jangka

waktu paling lama 6 bulan sebelum tanggal penerimaan:

a. Invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran

internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui

sebagai resmi atau dalam suatu pameran nasional di Indonesia yang

resmi atau diakui sebagai resmi.

b. Invensi tersebut telah digunakan di Indonesia oleh Inventornya dalam

rangka percobaan denga tujuan penelitian dan pengembangan.

Invensi juga tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka

waktu dua belas bulan sebelum tanggal penerimaan, ternyata ada pihak

46
lain yang mengumumkan dengan cara melanggar kewajiban untuk

menjaga kerahasiaan invensi tersebut.

Selanjutnya dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten ditentukan bahwa paten tidak diberikan untuk penemuan

tentang:

1. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaanya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;

2. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan

yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

3. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau

4. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; proses biologis yang

esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses

nonbiologis atau proses mikrobiologis.

2. Jangka Waktu dan Hak Subjek Paten

Paten diberikan untuk jangka waktu selama dua puluh tahun

terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan hak paten dan jangka

waktu itu tidak dapat diperpanjang. Tanggal mulai dan berakhirnya jangka

waktu Paten dicatat dan diumumkan. Sedangkan untuk Paten Sederhana

diberikan untuk jangka waktu sepuluh tahun terhitung sejak Tanggal

Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.

Yang berhak memperoleh paten adalah investor atau yang menerima

lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan. Jika suatu penemuan

(invensi) dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas

47
invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang

bersangkutan.

Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai inventor adalah

seorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai

inventor dalam permohonona.

Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu penemuan yang

dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan

pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan lain. Ketentuan ini juga berlaku

terhadap invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja

yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam

pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk

menghasilkan penemuan.

Penemu atau inventor berhak mendapatkan imbalan yang layak atas

dipergunakannya penemuannya dengan memerhatikan manfaat ekonomi

yang diperoleh dari penemuannya tersebut. Imbalan tersebut dapat

diberikan dengan cara:

a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus;

b. persentase;

c. gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus;

d. gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

e. bentuk lain yang disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh

pihak-pihak yang bersangkutan.

48
Di samping itu, Pemegang Paten (penemu/inventor) memiliki hak

eksklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang pihak

lain yang tanpa persetujuannya:

a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,

mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk

dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten;

b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi

Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam huruf a.

3. Permohonan Paten

Paten diberikan atas dasar Permohonan. Permohonan hanya dapat

diajukan untuk satu penemuan atau beberapa penemuan yang merupakan

satu kesatuan. Permohonan diajukan secara tertulis dengan membayar

biaya kepada Direktorat Jendral yang bertanggung jawab di bidang Hak

Kekayaan Intelektual. Permohonan paling sedikit harus memuat:

a. tanggal, bulan, dan tahun permohonan;

b. alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon;

c. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan

melalui Kuasa;

e. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan oleh Kuasa;

f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi Paten;

g. judul invensi;

h. klaim yang terkandung dalam invensi;

49
i. deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan

tentang cara melaksanakan invensi;

j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk

memperjelas invensi; dan

k. abstrak invensi.

Dalam permohonan Hak Paten ada juga yang disebut Permohonan

dengan Hak Prioritas. Yang dimaksud dengan Hak Prioritas adalah Hak

Pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang

tergabung dalam Paris Convention for the protection of Industrial

Property atau Agreement Establishing teh World Trade Organization

untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal

merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu

dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut.

Permohonan dengan Hak Prioritas harus diajukan paling lama dua

belas bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan Paten yang

pertama kali diterima di negara mana pun yang juga ikut serta dalam

konvensi tersebut atau yang menjadi anggota Agreement Establishing the

World Trade Organization, dan wajib dilengkapi dokumen prioritas yang

disahkan oleh pejabat yang berwenang di negara yang bersangkutan

paling lama enam belas bulan terhitung sejak tanggal prioritas.

Direktorat Jendral dapat meminta agar Permohonan yang diajukan

dengan menggunakan Hak Prioritas tersebut dilengkapi:

a. salinan sah surat-surat yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan

substantif yang dilakukan terhadap permohonan Paten yang pertama

50
kali di luar negeri; salinan sah dokumen Paten yang telah diberikan

sehubungan dengan permohonan Paten yang pertama kali di luar

negeri;

b. salinan sah keputusan mengenai penolakan atas permohonan Paten

yang pertama kali di luar negeri bilamana permohonan Paten tersebut

di tolak;

c. salinan sah keputusan pembatalan Paten yang bersangkutan yang

pernah dikeluarkan di luar negeri bilamana Paten tersebut pernah

dibatalkan;

d. dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian bahwa

invensi yang dimintakan Paten memang merupakan invensi baru dan

benar-benar mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan

dalam industri.

Direktorat Jendral mengumumkan permohonan yang telah

memenuhi syarat dan ketentuan sebagaimana yang ditentukan.

Pengumuman dilakukan dengan cara:

a. menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara

berkala oleh Direktorat Jendral yang bertanggung jawab di bidang

Hak Kekayaan Intelektual.

b. menempatkannya pada sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat

Jendral yang bertanggung jawab di bidang Hak Kekayaan Intelektual

yang dengan jelas dan mudah dapat dilihat oleh masyarakat banyak.

Pengumuman dilaksanakan selama enam bulan sejak tanggal

permohonan paten, dan tiga bulan sejak tanggal permohonan Paten

Sederhana. Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:

51
a. nama dan kewarganegaraan inventor;

b. nama dan alamat lengkap pemohon dan kuasa apabila permohonan

diajukan dengan Kuasa;

c. judul invensi;

d. tanggal penerimaan, dalam hal permohonan diajukan dengan Hak

Prioritas, tanggal prioritas, nomor, dan negara tempat permohonan

yang pertama kali diajukan;

e. abstrak;

f. klasifikasi invensi;

g. gambar (jika ada);

h. nomor pengumuman; dan

i. nomor permohonan.

Setelah berkonsultasi dengan instansi pemerintah yang tugas dan

wewenangnya berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negera, apabila

diperlukan, Direktorat Jendral dengan persetujuan menteri dapat

menetapkan untuk tidak mengumumkan permohonan apabila menurut

pertimbangannya, pengumuman invensi tersebut diperkirakan akan dapat

mengganggu atau bertentangan dengan kepentingan pertahanan keamanan

negara. Ketetapan untuk tidak mengumumkan permohonan diberitahukan

secara tertulis oleh Direktorat Jendral kepada Pemohon atau Kuasanya.

Atas permohonan Paten, Direktur Jendral berkewajiban untuk

menyetujui atau menolak permohonan. Persetujuan atau penolakan harus

dilakukan paling lama 36 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat

permohonan, dan paling lama dua puluh empat bulan untuk Paten

Sederhana sejak tanggal penerimaan permohonan.

52
Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan permohonan

yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal

yang bersifat substantif. Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh

pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan

yang disampaikan kepada Direktorat Jendral yang bertanggung jawab di

bidang Hak Kekayaan Intelektual. Permohonan banding diajukan dengan

menguraikan secara lengkap keberatan serta alasannya terhadap penolakan

permohonan sebagai hasil pemeriksaan substantif.

Permohonan banding diajukan paling lama tiga bulan terhitung sejak

tanggal pengiriman surat pemberitahuan penolakan permohonan. Apabila

jangka waktu ini telah lewat tanpa adanya permohonan banding,

penolakan permohonan dianggap diterima oleh Pemohon.

Banding mulai diperiksa oleh Komisi Banding paling lama satu bulan

sejak tanggal penerimaan permohonan banding. Dalam hal Komisi

Banding menerima dan menyetujui permohonan banding. Direktorat

Jendral wajib melaksanakan keputusan Komisi Banding, sebaliknya

apabila Komisi Banding menolak permohonan banding, Pemohon atau

Kuasanya dapat mengajuka gugatan atas keputusan tersebut ke Pengadilan

Niaga dalam waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal

diterimanya keputusan penolakan tersebut. Terhadap putusan pengadilan

hanya dapat diajukan kasasi.

Komisi Banding Paten adalah badan khusus yang independen dan

berada di lingkungan departemen yang membidangi Hak Kekayaan

Intelektual.

53
Komisi Banding Paten terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,

seorang wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang terdiri atas

beberapa ahli di bidang yang diperlukan serta pemeriksa senior.

Anggota Komisi Banding Paten membentuk majelis yang berjumlah

ganjil sekurang-kurangnya tiga orang, satu diantaranya adalah seorang

Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap

Permohonan.

4. Pengalihan dan Lisensi Paten

Hak atas paten dapat beralih atau dialihkan seluruhnya ataupun

sebagian dengan:

a. pewarisan;

b. hibah;

c. wasiat;

d. perjanjian tertulis; atau

e. cara lain yang diperbolehkan oleh ketentuan perundang-undangan.

Pengalihan paten dengan cara sebagaimana tersebut dalam huruf (a)

sampai dengan (c) harus diseertai dengan dokumen paten dan hak lain

yang berkaitan dengan paten tersebut.

Segala bentuk pengalihan harus dilaporkan, dicatat dan diumumkan

pada Direktorat Jendral yang bertanggung jawab di bidang paten. Jika hal

54
ini tidak dilakukan maka pengalihan menjadi tidak sah dan batal demi

hukum.

Pengalihan hak tidak menghapus hak inventor untuk tetap

dicantumkan nama dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan.

Selain pengalihan paten sebagaimana diuraikan di atas, pemegang

paten juga dapat memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan

perjanjian lisensi. Yang dimaksud dengan lisensi adalah izin yang

diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian

pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang

diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung

maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia

atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa

Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada

umumnya dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten tersebut

pada khususnya. Jika ketentuan ini dilakukan maka pencatatan perjanjian

lisensi tersebut harus ditolak oleh Direktur Jendral yang bertanggung

jawab di bidang Hak Kekayaan Intelektual.

Selain pengaturan tentang lisensi dalam UU No. 14 Tahun 2001

tentang Paten dikenal pula adanya istilah lisensi wajib. Yang dimaksud

55
dengan lisensi wajib adalah lisensi untuk melaksanakan paten yang

diberikan berdasarkan Keputusan Direktur Jendral.

Dengan demikian, setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi

wajib kepada Direktorat Jendral untuk melaksanakan paten yang

bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan

terhitung sejak tanggal pemberian paten dengan membayar biaya.

Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah

paten diberikan atas alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh

Pemegang Paten atau Penerima Lisensi dalam bentuk dan dengan cara

yang merugikan kepentingan masyarakat.

Dengan demikian, lisensi wajib hanya dapat terlaksana bila

memenuhi kondisi dan syarat-syarat tertentu, yaitu setelah lewat jangka

waktu tiga tahun terhitung sejak tanggal pemerian paten ternyata paten

tersebut tidak dilaksanakan oleh pemegang paten di Indonesia, padahal

kesempatan untuk melaksanakan sendiri secara komersial sepatutnya

sudah dapat dilaksanakan. Selain itu, lisensi wajib hanya dapat diberikan

apabila:

a. Pihak yang mengajukan permohonan lisensi wajib tersebut dapat

menunjukkan bukti yang meyakinkan, bahwa ia:

56
1) mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang

bersangkutan secara penuh;

2) mempunyai fasilitas sendiri untuk melaksanakan paten tersebut

secepatnya;

3) telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu

yang cukup untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas

dasar persyaratan dan kondisi yang wajar tapi tidak memperoleh

hasil.

b. Direktur Jendral berpendapat bahwa paten tersebut dapat

dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat

memberikan kemanfaatan kepada sebagian besar masyarakat.

Pelaksanaan lisensi wajib harus disertai pembayaran royalti kepada

pemegang hak paten yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jendral

dengan memerhatikan tata cara yang lazim digunakan dalam perjanjian

lisensi paten atau perjanjian lain yang sejenis.

Keputusan Direktorat Jendral mengenai pemberian lisensi wajib,

membuat hal-hal sebagai berikut:

a. lisensi wajib bersifat noneksklusif;

b. alasan pemberian lisensi wajib;

57
c. bukti, termasuk keterangan atau penjelasan yang diyakini untuk

dijadikan dasar pemberian lisensi wajib;

d. jangka waktu lisensi wajib;

e. besarnya royalti yang harus dibayarkan penerima lisensi wajib kepada

Pemegang Paten dan cara pembayarannya;

f. syarat berakhirnya lisensi wajib dan hal yang dapat membatalkannya;

g. lisensi wajib terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar di

dalam negeri; dan

h. lain-lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak yang

bersangkutan secara adil.

5. Pembatalan Paten

Secara yuridis dikenal ada beberapa hal atau beberapa cara yang

dapat menimbulkan paten.

1. Batal Demi Hukum

Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak

memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu

yang ditentukan dalam undang-undang tentang Paten.

Paten yang batal demi hukum diberitahukan secara tertulis oleh

Direktorat Jendral kepada Pemegang Paten serta penerima lisensi dan

mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut.

2. Batal atas Permohonan Pemegang Paten

58
Paten dapat dibatalkan oleh Direktorat Jendral untuk seluruh atau

sebagian atas permohonan Pemegang Paten yang diajukan secara

tertulis kepada Direktorat Jendral.

Pembatalan paten tidak dapat dilakukan jika penerima lisensi tidak

memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada

permohonan pembatalan tersebut.

Keputusan pembatalan Paten diberitahukan secara tertulis oleh

Direktorat Jendral kepada penerima lisensi.

Pembatalan Paten berlaku sejak tanggal ditetapkannya keputusan

Direktorat Jendral mengenai pembatalan tersebut.

3. Batal Berdasarkan Gugatan

Gugatan pembatalan paten dapat diajukan ke Pengadilan Niaga oleh

pihak ketiga, jaksa, pemegang lisensi dengan alasan-alasan sebagai

berikut:

1) Paten tersebut seharusnya tidak diberikan.

2) Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan

kepada pihak lain untuk invensi yang sama.

3) Pemberian lisensi wajib ternyata tidak mampu mencegah

berlangsungnya pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang

merugikan kepentingan masyarakat dalam jangka waktu dua

tahun sejak tanggal pemberian lisensi wajib yang bersangkutan

59
atau sejak tanggal pemberian lisensi wajib pertama dalam hal

diberikan beberapa lisensi wajib.

6. Penyelesaian Sengketa tentang Paten

Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa yang bersangkutan

dengan paten diatur mulai pasal 117 sampai dengan Pasal 124 UU No. 14

Tahun 2001 tentang Paten. Penyelesaian sengketa tentang paten secara

umum berpijak pada penyelesaian melalui Pengadilan Niaga dengan tidak

melepas kemungkinan untuk diselesaikan melalui arbitrase.

Menurut Muhammad Djumhana (2003:156), proses pemeriksaan

sengketa paten dilakukan dengan melihat jenis materi yang diajukan para

pihak, yaitu:

a. Sengketa pemberian paten, yaitu pemberian paten oleh Direktorat

Jendral ternyata diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak,

maka yang berhak dapat mengajukan gugaran

b. Sengketa atas hak eksklusif pemegang paten, yaitu menyangkut

perbuatan pihak yang tidak berhak atau tidak mendapat persetujuan

dari pemegang paten, melakukan perbuatan: membuat, menggunakan,

menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan

untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi

60
paten, atau menggunakan proses produksi yang diberi paten utuk

membuat barang.

Selanjutnya dikemukakan, bahwa acara pemeriksaan sengketa diatur

secara singkat dalam UU No. 14 Tahun 2001, yaitu menyangkut:

a. Lembaga yang memeriksanya adalah Pengadilan Niaga.

b. Tata cara dan lamanya proses pemeriksaan.

c. Adanya pembatasan pemeriksaan sengketa, dimana pihak yang

bersengketa tidak dapat mengajukan banding tapi langsung kasasi ke

Mahkamah Agung.

d. Juga adanya pembatasan jangka waktu pemeriksaan, yaitu 180 hari

sejak tanggal gugatan didaftarkan.

7. Penyidikan di Bidang Paten

Yang bersangkutan terhadap tindak pidana yang bersangkutan

dengan paten muali diatur dalam pasal 129 UU No. 14 Tahun 2001. Pasal

129 tersebut menentukan tentang penyidikan di bidang paten.

Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu di departemen yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Kekayaan Intelektual diberi

wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam

61
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang paten.

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil berwenang:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenaan dengan

tidak pidana di bidang Paten;

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang

diduga melakukan tindak pidana;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari pihak terkait;

d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan , catatan dan dokumen

lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana;

e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang di duga terdapat

barang bukti, pembukuan catatan, dan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran

yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana;

f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyelidikan

tindak pidana.

62
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan dari penulisan makalah yang

berjudul “Hak Atas Kekayaan Intelektual” ini adalah sebagai berikut:

1. Hak kekayaan intelektual pada prinsipnya adalah hasil pemikiran, kreasi dan desain

seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak atas kebendaan sehingga hasil

pemikiran, kreasi dan desain tersebut dapat diperjualbelikan.

2. Hak Kekayaan Intelektual bersangkutan dengan Merek, Hak Cipta, dan Hak Paten.

3.2 Saran

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan karena terbatasnya

pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap kepada ibu dosen dan pembaca memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini

berguna bagi penulis dan juga para pembaca.

63
DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2016. Hukum bisnis. Prinsip dan pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

http://ummiadliyah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hak-atas-kekayaan-intelektual.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/dhiasitsme.wordpress.com/2012/03/31/hak-atas-kekayaan-
intelektual-haki/amp/

dinnirwanrusti20.blogspot.co.id/2014/09/makalah-hak-atas-kekayaan-intelektual.html?m=1

64

Você também pode gostar