Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
net/publication/322519159
CITATIONS READS
0 2,364
2 authors, including:
Tanendri Arrizqiyani
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
56 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tanendri Arrizqiyani on 16 January 2018.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nesting terhadap perubahan fisiologis (frekuensi
napas, frekuensi nadi, saturasi oksigen) dan perilaku bayi prematur. Rancangan penelitian ini adalah
menggunakan quai eksperimental dengan desaign self-controlled study. Sampel penelitian sebanyak 25
bayi premtur yang dirawat di Pernatologi Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya dan dipilih denga
teknik purposive sampling. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan paired t-test dan
wilcoxon test. Hasil analisis menunjukan ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan nesting
terhadap perilaku bayi prematur (p= 0,001) dan terhadap peningkatan saturasi oksigen bayi prematur
(p= 0,000), namun tidak signifikan terhadap penurunan frekwensi napas (p=0,112) dan penurunan
frekwensi nadi (p=0,601).Penggunaan nesting sebagai bentuk developmental care dapat memfasilitasi
pencapaian istirahat yang lebih baik (yang ditandai dengan keteraturan fungsi fisiologis dan
pencapaian perilaku tidur tenang), sehingga perlu diimplementasikan dalam perawatan bayi prematur
di ruang perinatologi.
Kata kunci : nesting, developmental care, fungsi fisiologis, perilaku, bayi prematur.
358
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
359
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Status perilaku bayi dapat diukur merupakan salah satu aspek dari
dengan menggunakan berbagai cara. Salah pengelolaan lingkungan perawatan dalam
satunya adalah dengan menggunakan developmental care. Perilaku bayi berat
Anderson Behavioral State Scale (ABSS) badan rendah dan premature cenderung
yang digunakan pertama kali oleh pasif dan malas. Perilaku ini dapat diamati
Parmelee dan Stern pada tahun 1972 (Gill, dari ekstermitas yang tetap cenderung
dkk, 1988). Skala perilaku ini terdiri dari ektensi dan tidak berubah sesuai dengan
12 rangkaian perilaku bayi yaitu menangis pemosisian (Wong, et all, 2009). Perilaku
keras (12), menangis (11), meringis (10), ini ternyata berbeda dengan bayi yang
bangun, sangat gelisah (9), bangun, tenang lahir cukup bulan yang menunjukan
(8), bangun, gelisah (7), ngantuk (6), perilaku normal fleksi dan aktif. Oleh
tenang dengan beberapa gerakan tubuh karenanya, nesting sebagai salah satu
(5), tidur sangat gelisah (4), tidur, gelisah aspek dalam developmental care ,
(3), tidur, tenang (2), tidur sangat tenang merupakan asuhan yang memfasilitasi
(1). Cara penggunaan alat ukur ini adalah atau mempertahankan bayi berada dalam
dengan mengidentifikasi perilaku bayi posisi normal fleksi. Hal ini dikarenakan
dengan skor tertinggi dalam rentang waktu nesting dapat menopang tubuh bayi dan
30 menit. Ke-12 karakteristik perilaku juga sekaligus member bayi tempat yang
tersebut mencerminkan aktivitas yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009).
berhubungan dengan penggunaan energi Posisi fleksi sendiri merupakan posisi
pada bayi prematur. terapeutik karena posisi ini bermanfaat
Nesting Sebagai Aspek Penerapan dalam mempertahankan normalitas batang
Developmental Care tubuh (Kenner & McGrath, 2004) dan
Developmental care merupakan mendukung regulasi diri karena melalui
asuhan yang memfasilitasi perkembangan posisi fleksi, bayi difasilitasi untuk
bayi melalui pengelolaan lingkungan meningkatkan aktifitas tangan ke mulut
perawatan dan observasi perilaku sehingga dan tangan mengenggam (Kenner &
bayi mendapatkan stimulus lingkungan McGrath, 2004; Wong et all, 2009).
yang sesuai untuk menunjang stabilisasi Adanya kemampuan regulasi diri ini
fisiologis tubuh dan penurunan stress (Mc merupakan cerminan bahwa bayi mampu
Grat et all 2002). Tujuan dari mengorganisir perilakunya dan
developmental care adalah menunjukan kesiapan bayi untuk
meminimalisasi potensi terjadinya berinteraksi dengan lingkungan (Wong, et
komplikasi jangka pendek dan jangka all, 2009; Lissauer & Fanaroff, 2009).
panjang sebagai akibat hospitalisasi di Penggunaan nesting ini bertujuan
ruang perawatan intensive. untuk menstabilkan postur tubuh bayi.
Methode nesting atau sarang yang Ketika berbaring di nesting, bayi lebih
mengelilingi bayi dan posisi fleksi sering menampilkan postur fleksi dengan
360
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
adduksi bahu dan siku, pinggul dan lutut posisi fleksi, yaitu dengan memberikan
fleksi, dan kepala berada di garis tengah. nesting sebagai penopang tubuh bayi agar
Nesting juga dikaitkan dengan berada dalam posisi yang tepat dan
peningkatan gerakan pergelangan tangan nyaman .Intervensi ini dilakukan dengan
yang elegan dan gerakan menuju garis harapan untuk mempertahankan energi
tengah serta mengurangi gerakan tiba-tiba yang dikeluarkan oleh tubuh bayi agar
dari anggota gerak badan bayi (Fferrari et digunakan secara optimal bagi tumbuh
all, 2007). kembangnya.
Teori Keperawatan Levine “Konservasi Model keperawatan yang sesuai
Energi” dalam penelitian ini adalah konsep
Prinsip perawatan pada bayi “konservasi” yang dikemukakan oleh
prematur diantaranya adalah mendukung Myra Esterin Levine yang berfokus pada
proses pertumbuhan dan perkembangan interaksi manusia.Tiga konsep utama
bayi. Dengan keadaan imaturitas organ dalam konsep konservasi yaitu: (1)
bayi prematur maka bayi prematur Wholeness, (2) adaptasi, (3) konservasi
memerlukan banyak energi untuk (Tomey & Alligood, 2006). Konservasi
mengoptimalkan tugas perkembangannya. (perlindungan) adalah hukum alam yang
Posisi bayi mempengaruhi banyaknya menjadi dasar ilmu pengetahuan. Tujuan
energi yang dikeluarkan oleh tubuh. dari Model Konservasi adalah
Posisi terbaik bagi bayi prematur adalah meningkatkan adaptasi dan memelihara
melakukan posisi fleksi karena akan keutuhan (keholistikan) dengan
menurunkan metabolisme dalam tubuh. menggunakan prinsip konservasi
Penelitian ini memfasilitasi bayi dalam (perlindungan).
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen Variabel dependen
Perubahan fisiologis :
frekuensi nadi
frekuensi napas
Penggunaan Nesting selama
satuasi oksigen
30 menit saat bayi tenang,
tidak kencing, 5 menit sesudah
minum.
Perubahan perilaku
361
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Desain Penelitian
Rancangan Penelitian
Subjek Penelitian :
Bayi Prematur
Q₁ Q₂
Keterangan :
Q1 : Pengukuran frekuensi nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen, berat badan dan perilaku bayi prematur
dalam keadaan bebas sebelum penggunaan nesting.
Q2 : Pengukuran frekuensi nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen, berat badan dan perilaku bayi prematur
dalam keadaan bebas setelah penggunaan nesting .
Y : Perbedaan pengukuran pada variabel dependen antara fase “non-nesting” dan “nesting”
Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan fisologis dan perilaku bayi prematur yang menggunakan nesting dan non
nesting
Definisi Operasional
Definisi Operasioal Penelitian
b. Frekuensi nadi Jumlah denyut nadi dalam satu menit. Instrumen pengukuran Frekuensi napas Interval
pengukuran denyut nadi ini dilakukan frekuensi nadi adalah dalam angka
selama 30 menit pada saat bayi tidak oksimetry nadi yang (x/menit)
menggunakan nesting dan 30 menit pada digunakan di ruang
saat bayi menggunakan nesting rawat
c. Saturasi Saturasi oksigen adalah satuan Instrumen pengukuran Saturasi oksigen Interval
oksigen konsentrasi oksigen di dalam darah bayi saturasi aksigen adalah dalam angka
prematur dengan menggunakan alat oksimetry nadi yang (%)
oksimetri. digunakan di ruang
Pengukuran dilakukan selama 30 menit rawat
pada saat bayi tidak menggunakan
362
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
d. Perilaku bayi Perubahan sikap tubuh atau aktivitas Instrumen skala Perilaku bayi Interval
prematur bayi selama observasi. perilaku yang dipakai dengan rentang
Pengamatan dilakukan selama 30 menit adalah Anderson 1-12. Yaitu
pada saat bayi tidak menggunakan Behavioral State Scale menangis keras
nesting dan 30 menit pada saat bayi (12), menangis
menggunakan nesting (11), meringis
(10), bangun,
sangat gelisah
(9), bangun,
tenang (8),
bangun, gelisah
(7), ngantuk (6),
tenang dengan
beberapa
gerakan tubuh
(5), tidur sangat
gelisah (4),
tidur, gelisah
(3), tidur,
tenang (2), tidur
sangat tenang
(1).
363
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
saturasi) , monitor (untuk pernapasan) dan Kegiatan memasukan data penelitian
timbangan berat badan dengan cara ke dalam paket program
melakukan peneraan (kalibrasi) terlebih komputer.yaitu program analisis
dahulu sebelum penggunaan. Adapun statistik.
penilaian perilaku bayi menggunakan alat 4. Cleaning
ukur yang sudah baku yaitu Anderson Cleaning data merupakan kegiatan
Behavioral State Scale (ABSS) yang meneliti apakah data yang sudah
sudah valid dan digunakan dalam dimasukan memiliki kesalahan atau
penelitian sebelumnya dengan jalan tidak, dengan cara mengetahui missing
content-related-validity. data (tidak ada data yang hilang),
Uji Reliabilitas dilakukan dengan cara : mengetahui variasi data, dan
stability atau konsistensi hasil pengukuran mengetahui konsistensi data.
instrumen dengan jalan membandingkan Analisa Data
pengukuran pertama dengan yang kedua Analisa data dilakukan secara univariat
pada responden yang sama. dan bivariat. Analisa univariat untuk
Pengolahan Data menggambarkan karakteristik data
1. Editing demografi responden dan frekuensi napas,
Editing data merupakan kegiatan yang nadi, saturasi oksigen , dan perilaku bayi
dilakukan untuk memeriksa apakah prematur sebelum dan sesudah intervensi
alat pengumpulan data sudah lengkap, yang ditampilkan dalam mean, median,
jelas, relevan dan konsisten. Dalam standar deviasi, nilai maksimum-
penelitian ini, tahapan kegiatan editing minimum. Analisa bivariat dilakukan
dilakukan untuk menilai kelengkapan untuk mengetahui perbedaan skor
data penelitian yang telah diperoleh. frekuensi napas, denyut nadi, saturasi
2. Coding oksigen dan perilaku bayi prematur antara
Coding data merupakan kegiatan yang sebelum dan setelah intervensi. Dalam
dilakukan untuk mengubah data penelitia ini untuk frekuensi nafas dan
penelitian dari data yang berbentuk saturasi oksigen menggunakan uji t
huruf menjadi data yang berbentuk sementara untuk frekuensi nadi dan
bilangan untuk mempermudah dan perilaku menggunakan uji Wilcoxon.
mempercepat saat entery dan analisis
data dilakukan. Dalam penelitian ini HASIL PENELITIAN
364
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Tabel 4.1: Distribusi Frekwensi Napas , Frekwensi Nadi, dan Saturasi Oksigen
Pada Fase Nesting dan Non Nesting Di Perinatologi RSUD
Tasikmalalaya, Mei-Juni 2013 (n=23)
Variabel Rata- Median Standar Terendah Tetinggi 95% CI
rata Deviasi
Frekwensi Napas
Fase Non Nesting 58,04 60 10,60 40 72 53,46-62,63
Fase Nesting 56,17 58 10,26 72 70 51,74-60,61
Frekwensi Nadi
Fase Non Nesting 113,87 120 28,69 60 169 101,46-126,28
Fase Nesting 110,09 112 33,42 56 160 95,64-124,54
Saturasi Oksigen
Fase Non Nesting 94,91 95 2,98 85 98 93,62-96,20
Fase Nesting 97,30 97 1,26 95 99 96,76-97,85
Rata-rata frekwensi napas pada fase frekwensi napas adalah 56,17 x/menit
non nesting adalah 58,04 x/menit dengan standar deviasi 10,26 x/menit.
dengan standar deviasi 10,60 x/menit. Terlihat nilai mean perbedaan anara
Pada fase nesting didapat rata-rata fase non nesting dan fase nesting
365
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
adalah 1,87x/menit dengan standar yang signifikan antara frekwensi
deviasi 5,42x/menit. Hasil uji statistik napas fase non nesting dan fase
didapatkan nilai 0,112 maka nesting.
disimpulkan tidak ada perbedaan
Rata-rata frekwensi nadi pada fase Hasil uji statistik didapatkan nilai
non nesting adalah 113,87 x/menit 0,601 maka disimpulkan tidak ada
dengan standar deviasi 28,69 x/menit. perbedaan yang signifikan antara
Pada fase nesting didapat rata-rata frekwensi nadi fase non nesting dan
frekwensi nadi adalah 110,09 x/menit fase nesting.
dengan standar deviasi 33,42 x/menit.
Rata-rata saturasi oksigen pada fase nesting dan fase nesting adalah -
non nesting adalah 94,91% dengan 2,39% dengan standar deviasi 2,39%.
standar deviasi 2,98%. Pada fase Hasil uji statistik didapatkan nilai
nesting didapat rata-rata saturasi 0,000 maka disimpulkan ada
oksigen adalah 97,30% dengan perbedaan yang signifikan antara
standar deviasi 1,26%. Terlihat nilai saturasi oksigen fase non nesting dan
mean perbedaan anara fase non fase nesting.
366
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Rata-rata perilaku bayi pada fase non ada, tanpa mimik wajah namun
nesting adalah 6,22 dengan standar terkadang dapat melakukan gerakan
deviasi 2,92. Pada fase nesting menghisap dengan teratur (Als, 1995
didapat rata-rata perilaku bayi adalah dalam Hockenberry & Wilson; Wong
3,61 dengan standar deviasi 2,27.. et al, 2009).
Hasil uji statistik didapatkan nilai 2. Fungsi fisiologis frekwensi nadi
0,001 maka disimpulkan ada Hasil penelitian menunjukan rerata
perbedaan yang signifikan antara frekwensi nadi pada fase nesting
perilaku bayi pada fase non nesting mengalami sedikit penurunan
dan fase nesting. dibandingkan dengan pada saat non
nesting. Namun hasil analisis statistik
PEMBAHASAN
menunjukan bahwa tidak terdapat
Fungsi fisiologis bayi prematur sebelum
perbedaan bermakna dari penurunan
dan setelah menggunakan nesting di ruang
rerata frekwensi nadi. Denyut nadi
Perinatologi RSUD Kota Tasikmalaya
merupakan denyutan atau dorongan
1. Fungsi fisiologis frekwensi napas
yang dirasakan dari proses
Hasil penelitian menunjukan rerata
pemompaan jantung. Setiap kali bilik
frekwensi napas pada fase nesting
jantung menegang untuk
mengalami sedikit penurunan
menyemprotkan darah ke aorta yang
dibandingkan dengan pada saat non
sudah penuh, maka dinding arteria
nesting. Namun hasil analisis statistik
dalam sistem peredaran darah
menunjukan bahwa tidak terdapat
mengembang untuk mengimbangi
perbedaan bermakna dari penurunan
bertambahnya tekanan.
rerata frekwensi napas yang lebih
Mengembangnya aorta menghasilkan
rendah. Artinya bahwa selama fase
gelombang di dinding aorta yang
nesting dilakukan, didapatkan rerata
akan menimbulkan dorongan atau
frekwensi napas yang lebih rendah.
denyutan (Alimul, 2006). Proses
Dalam penelitian ini rarata frekwensi
perubahan denyut nadi tersebut
napas pada fase nesting mengalami
dipengaruhi oleh perubahan
penurunan, dimana pada fase nesting
kecepatan jantung terhadap
juga 50% bayi berada di bawah skor
rangsangan yang ditimbulkan oleh
2 dengan kata lain bayi sedang ada
sistem saraf simpatis dan saraf
dalam kondisi tidur tenang yang lebih
parasimpatis. Rangsangan simpatis
banyak. Pada saat keadaan tidur
dapat menambah kecepatan denyut
tenang bayi akan tidur sangat tenang
jantung seperti ketika tubuh dalam
meskipun terkadang terkejut atau ada
keadaan terjaga atau cemas,
kedutan, pola nafas teratur, gerakan
sedangkan rangsangan parasimpatis
ekstermitas dan kelopak mata tidak
dapat mengurangi kecepatan denyut
367
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
nadi seperti pada kondisi tidur dibandingkan pada saat fase non
tenang. nesting.
Bobak et all (2005) mengatakan 3. Fungsi fisiologis saturasi oksigen
bahwa frekwensi denyut nadi bayi Hasil penelitian menunjukan rerata
berbeda pada saat tidur tenang dan saturasi oksigen pada fase nesting
terjaga. Pada bayi baru lahir rerata mengalami peningkatan
denyut nadi pada saat tidur sebesar dibandingkan dengan pada saat non
128 x/menit dan pada saat terjaga nesting. Hasil analisis statistik
sebesar 163 x/menit. Dalam menunjukan bahwa terdapat
penelitian ini pada fase nesting perbedaan bermakna dari
denyut nadi mengalami penurunan peningkatan rerata saturasi oksigen.
menjadi 110,09 x/menit, dimana Hal ini sejalan dengan hasil
dalam fase ini juga bayi berada dalam penelitian yang dilakukan oleh
kondisi tidur tenang. Guyton (1995) Bayuningsih (2011) yang
menerangkan bahwa pada fase tidur menyatakan bahwa terdapat
tenang ini terjadi penurunan tonus perbedaan yang signifikan nilai
vaskuler perifer dan tekanan darah saturasi oksigen antara penggunaa
arteri, penurunan frekwensi denyut nesting dengan posisi prone pada
nadi, dilatasi pembuluh darah kulit, kelompok intervensi dibandingkan
kegiatan gastrointestinal kadang- dengan kelompok kontrol.
kadang meningkat, serta otot-otot Saturasi oksigen merupakan
mengalami keadaan istirahat persentase jumlah hemoglobin yang
sempurna. Olehkarena itu, dalam teroksigenasi di dalam darah
penelitian ini didapatkan frekwensi (Hockenberry & Wilson, 2007).
denyut nadi lebih rendah pada fase Hemoglobin berperan dalam
nesting karena pada saat yang mengikat oksigen dalam setiap
bersamaan responden berada pada molekulnya. Hemoglobin ini
kondisi tidur gelombang lambat. merupakan suatu senyawa protein
Denyut nadi juga akan dipengaruhi yang memiliki empat sub unit rantai
oleh kadar oksigen darah. Bila polipeptida dan globin dan profin
keadaan bayi hipoksia maka jantung yang masing-masing mengandung
yang akan meningkatkan frekuensi heme, dan heme ini mengandung
dan kekuatan kontraksi untuk suatu atom besi dalam bentuk ferro.
mensirkulasikan lebih banyak Sehingga satu hemoglobin memiliki
oksigen guna memperbaiki keadaan empat atom besi yang akan mengikat
hipoksia. Namun pada penelitian ini empat molekul oksigen. Oleh sebab
bayi memiliki nilai saturasi oksigen itu bila kadar hemoglobin dalam
yang meningkat pada fas nesting
368
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
370
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
371
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
& Blickman, J.G. (1994). developmental care program in
Individualized developmental care neonatal intensive care unit. Journal
for the very low-birth-weight for specialisis in pediatric nursing,
preterm infant : Medical and 13 (4); 281-291
neurofunctional effect. JAMA. Brooker, C. (2005). Ensiklopedia
272(11), 853-858. Keperawatan. Jakarta : EGC.
Als, H. (1986) A Synactive Model Of BLISS. (2006). Handle me with care
Neonatal Behavioral supportig your premature baby’s
Organization_Physical and development. Association of
Occupationnal Theraphy In Pediatric Chartered Physiotherapists
Pediatric, 6,3-53, dalam Neonatal Group. BLISS : London.
Symingtion, A.J., & Pinelli, J diunduh pada tanggal 27 Maret
(2006) Developmental Care For 2013.
Promoting, Developmental and Byers, et al. (2006). A quasi-experimental
Preventing Morbidity In Pretern trial on individualized,
Infants. www.conchrane.org developmentally suportif family
Aylott, M. (2006). The neonatal energy centered care. JOGNN, 35 : 105-
triangle : Metabolic adaptation. 115, diunduh pada tanggal 5 Mei
Pediatric Nursing, 18 (6), 38-42. 2013 dari
Bayuningsih, R. (2011). Tesis : Efektivitas http://onlinelibrary.wiley.com.
penggunaan nesting dan posisi Chandra S, Boumgart S. (2005). Fetal and
prone terhadap saturasi oksign dan Neonatal thermal regulation. Dalam
frekuensi nadi pada bayi prematur : Spitzer AR penyunting. Intensiv
di RSUD Bekasi. Tidak care of fetus and neonates. Edisi ke
dipublikasikan. Depok : Universitas 2. Philadelphia : Elseiver Mosby., h.
Indonesia 495-513.
Berman, A., Snyder, S., & Kozier, B. Clevelan Hospital.newborn behavior,
(2009). Praktik Keperawatan diunduh dari URL
Klinis. Jakarta : EGC. http://clevelandclinic.org/health.
Bobak; Lowdermilk; & Jensen. (2005). Coad, J; & Dunstall, M. (2007). Anatomi
Buku Ajar Keperawatan dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta :
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC. EGC.
Brazelton TB.Preface. Pediatrics. 2004; Depkes RI (2006). Pedoman Pelaksanaan
113 (3) : 632-3. Diunduh dari URL: Stimulasi: Deteksi, dan Intervensi
http://pediatrics.aapublications.org. Dini Tumbuh Kembang Anak Di
Breedmeyer, S. Reid, S., Polverino, J., & Tingkat Pelayanan Kesehatan
Wocaldo, C. (2008).Implementation Dasar. Jakarta: Dirjen Bina
and evaluation of an individualized Kesehatan Masyarakat, Depkes RI
372
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
374